Quantcast
Channel: Cerita Sex Dewasa
Viewing all 256 articles
Browse latest View live

Ceita Sex Pengalaman ML dengan Teman Kerja

$
0
0

Ceita Sex Pengalaman ML dengan Teman Kerja – Kebetulan sekali saya dipilih menjadi salah satu dari karyawan sebuah perusahaan diluar negeri dan ditempatkan dinegara mereka. Kami menjadi pegawai tetap dan berdomisili dinegara tersebut. Bersama kami juga terdapat beberapa wanita. Ini adalah pengalaman seks saya dengan salah satu rekan kerja wanita. Sekarang kita sudah menikah dengan orang yang lain dan belum pernah bertemu lagi.

Waktu Anita dan teman teman wanita lainnya tiba dikota kami, saya dan rekan rekan lainnya menjemput di airport dan membawa mereka kehotel tempat mereka tinggal. Kita pada saat itu sudah selesai pendidikan dan mulai bekerja. Saya sharing flat bersama enam anak lainnya. Diflat kami ada tiga kamar besar dan saya menempati kamar terbesar bersama tiga rekan kerja, semua dari Indonesia.
Waktu menjemput Anita, ini adalah pertama kalinya saya bertemu dengan Anita. Rambutnya lurus panjang sebahu, dengan muka yang lumayan manis dan seksi, bibirnya yang menantang, teteknya yang cukup besar boleh juga nih cewe, saya rasa demikian juga dengan Anita waktu kita salaman dia megang cukup lama dan kasih senyum yang aduhai. Bayangkan saja saya sudah dua bulan lebih dikota ini dan belum punya pacar. Dimobil dia duduk disatu mobil dengan saya dan kita duduk dibelakang. Kayanya sih kita benar benar saling tertarik. Selang beberapa hari kita bertemu lagi dan mulai merasa dekat. Anita sebelumnya pernah kekota ini dan lebih mengetahui seluk beluk kota ini dibandingkan dengan saya. Kami janjian untuk pergi jalan jalan berdua saja.

Hari Sabtu, hampir seluruh rekan baik yang laki atau wanita datang kerumah saya untuk makan makan. Selama makan siang Anita selalu duduk dekat saya dan ngobrol dengan saya saja. Teman teman yang lain sudah senyum senyum saja. Sore hari waktu yang lain pulang Anita masih tinggal dan ngobrol dengan saya, dia terus bilang mau mandi dulu, saya kasih anduk saya dan bilang saya engga punya anduk baru mau tidak pakai anduk saya saja, dia haya tersenyum sambil minta anduk saya, untuk baju saya kasih t shirt saya dan dia setuju saja untuk memakainya. Kita ngobrol ngalor ngidul mengenai diri kita, sekali kali tangan saya dipegang oleh Anita sambil tersenyum. Hati sudah tidak karuan saja tapi saya tahan tahan karena teman teman serumah masih pada ada. Selesai makan malam, saya dan teman teman masuk kamar karena AC dikamar lebih dingin dibandingkan dengan ruang tamu, Anita ngikutin dan duduk ditempat tidur saya. Kita terlibat diskusi yang cukup menarik, saya tidak ingat persis apa yang dibicarakan tapi semua bersemangat. Dari posisi duduk Anita akhirnya berbaring ditempat tidur saya dan saya menyender ke dinding. Capai menyender saya tiduran disebelah Anita dan memeluknya dari belakang, dia diam saja malahan tangan saya dipegangnya. Teman sekamar juga acuh saja. Karena mereka tidak berpikir sejauh itu. Saya sudah merasakan kontol saya agak mengeras karena nempel dipantat Anita, sebaliknya Anita malahan mendorong pantatnya kesaya jadi tambah saja kontol saya jadi lebih keras.

Satu persatu mulai ketiduran dan saya dan Anita juga merasa ngantuk, saya masih memeluk dia dari belakang, dan akhirnya lampu dimatiin oleh salah satu rekan, Anita masih tidur ditempat tidur saya. Punggung Anita mulai saya pijat pijat dan punduk dan lehernya saya cium pelan pelan, dia mengelinjang bulu tangan terasa berdiri waktu saya elus tangannya. Anita mendesah desah dan menekan pantatnya kekontol saya. Sayangnya dia pakai celana pendek. Kalau dia pakai rok sudah saya singkapkan dan masukkan kontol saya. Anita menarik tangan saya dan jari tengah saya dimasukkan kedalam mulutnya dan diisap, isapannya sangat kuat dan terasa enak. Bisa dibayangkan kalau itu adalah kontol saya. Teman teman masih tertidur semua atau mungkin pura pura tertidur dan mendengarkan kita berdua.

Tangan saya menjalar kedalam tshirt nya dan menemukan teteknya Anita, pentuilnya sangat besar dan keras, saya gosok dengan telapak tangan saya, Anita bertambah mendesah dan menekan pantatnya lebih keras lagi. Tetek Anita sangat keras dan kenyal sekali, dibilang kecil tidak kecil dan dibilang besar juga tidak besar, telapak tangan saya tidak bisa memegang seluruhnya. Untuk meremasnya juga sulit sangking kenyalnya tetek Anita. Celana saya sudah terasa basah oleh lendir, kontol saya terasa sakit terjepit didalam celana. Anita mengarahkan tangannya kekontol saya dan meremas remas kontol saya dari luar, rasanya pengen pecah saja tapi apa boleh buat harus saya tahan dulu. Tangan saya kemudian turun kememeknya dan meremas remas dari luar, hanya sejauh itu yang bisa kita lakukan dan akhirnya kita tertidur. Besoknya kita bangun pagi pagi dan langsung mandi, Anita minta saya anterin dia pulang kehotel karena mau ganti baju, wah kebetulan nih saya pasti bisa nerusin apa yang belum selesai.
Di hotel saya sudah engga tahan lagi begitu pintu kamar tertutup saya peluk Anita dan mencium bibirnya, dia membalas dengan hangat dan menjulurkan lidahnya untuk saya hisap, ludah kita sudah bercampur satu dan mengalir dari sudut bibir kita.

Saya mengisap bibir bawahnya yang cukup tebal dan seksi, sekali kali saya gigit pelan dan menjulurkan lidah saya kedalam mulutnya, Anita mengisap lidah saya dengan keras sampai terasa agak sakit karena teralu keras diisap oleh dia. Anita saya peluk dengan keras dan tangan saya memegang pantatnya yang montok, saya tarik dan tekan kekontol saya yang sudah keras sejak tadi malam. Anita merenggangkan pahanya agar kontol saya bisa menyentuh memeknya. Anita tingginya sama dengan saya, jadi cewe ini terhitung tinggi juga, saya saja sudah kira kira 1.74 dan dengan posisi berdiri semua sepertinya pas sekali, saya tidak harus nunduk untuk menciumnya dan dia tidak usah berjinjit untuk mencium saya. Saya dorong Anita ketembok dan sambil mencium saya pegang memeknya dari luar, Anita masih memakai celana pendeknya dan saya masih dengan jeans saya, pentil teteknya terlihat keras dan mendorong t-shirt yang dipakainya, Anita ini anti BH, dia tidak perlu BH karena teteknya tidak turun walaupun cukup besar. Tangan saya yang satu lagi saya pergunakan untuk meremas remas teteknya. Anita mengelinjang waktu teteknya saya remas, rupanya ini adalah weak spot dari Anita. Saya tarik t-shirtnya keatas dan langsung teteknya saya hisap dan jilat jilat. Kepalanya mulai bergoyang kekiri dan kanan, desahan Anita menjadi semakin keras, tangannya memegang belakang kepala saya sambil meremas remas rambut saya.

Ditekannya kepala saya keteteknya sampai saya sulit untuk bernafas.
Kakinya lebih terbuka memberi jalan untuk tangan saya lebih meremas memeknya. Tangannya turun kekontol saya dan meremas remas dari luar. Karena tidak tahan lagi, akhirnya swaya lepaskan t-shirt dan tetek Anita terlihat sangat seksi, besar tapi tidak turun, aerolanya lebar dengan warna coklat tua, pentilnya coklat kehitam hitaman dan sangat besar. Kedua duanya sudah berdiri. Kedua teteknya saya remas remas, aka menyender kedinding sambil mengerang ketika teteknya saya remas, gemas sekali saya melihat tetek Anita, pentilnya sangat menantang, saya hisap salah satu sambil tetap meremas. Anita akhirnya mendorong saya sedikit dan ia merebahkan dirinya ketempat tidur, zipper celana jeans saya dibuka dan tangannya masuk kedalam celana dalam saya, Anita meremas kontol saya yang masih didalam celana dalam sambil menutup matanya, bibirnya merekah dan tersenyum. Seperti kena listrik kontol saya benar benar jadi sangat keras, dan basahnya tidak ketulungan. Saya belum keluar tapi celana dalam saya sudah basah sekali. Buru buru saya lepaskan celana jeans saya dan Anita tidak sedikitpun mlelepaskan pegangannya dari kontol saya. Remasannya sangat enak dan membuat saya mengerang.

Celana dalam saya diturunkan oleh Anita dan kontol saya langsung saja meloncat keluar dan terasa sangat lega, bayangkan saja dari tadi tegang dan tertekan oleh celana jeans dan cd saya. Kalau berdiri kontol saya kira kira 15 cm dengan diameter kira kira 5 cm kalau lagi keras. Kepala kontol saya terlihat menonjol karena disunat dan terlihat besar sekali dibandingkan batangnya. Anita membuka bibirnya dan mulai memasukkan kontol saya sedikit dikit kemulutnya, mula mula dijilat lobang kontol saya dan kepala kontolnya dijilat berulang ulang. Jilatannya ini membiat saya merasa geli karena lidahnya yang kasar kena kulit kontol saya. Lendir terlihat menetes dari kontol saya dan oleh Anita dibersihkan dengan ujung lidahnya. Celana dalam saya dilepaskan oleh Anita dan saya masih dalam posisi berdiri sedangkan dia duduk ditempat tidur. Isapan Anita hampir membuat saya keluar dan rasanya sih sudah keluar sedikit tapi masih bisa saya tahan. Anita kemudian melepaskan celana pendeknya dan celana dalam hitamnya dari bahan seperti jala terlihat sangat menantang, saya bisa melihat kalau Anita mempunyai jembut yang tebal sekali, diatas memeknya terlihat mengembung dan dari celana dalamnya keluar jembutnya sedikit.

Dibagian memeknya terlihat bercak basah. Anita membaringkan badanya dan saya tiduran disampingnya. dia mencium saya sambil meremas kontol saya. Tangan saya diarahkan kememeknya dengan menyingkapkan celana dalamnya. Lendir terasa membasahi memek Anita, jari saya mulai menjelajahi bibir memeknya mencari itilnya, bibir memek Anita sangat tebal dan itilnya terbungkus dengan rapih oleh bibirnya yang tebal itu. Saya tarik bibir memek yang menutupi itilnya dan merasakan bejolan besar dibawah sarung itilnya itu. Jempol dan telunjuk saya mulai memijat mijat itilnya dan sekali kali saya pencet agak keras. Anita mengerang keras setiap kali saya pencet itilnya. Bibir memek Anita benar benar lebar, saya bisa menarik dengan panjang. Anita menurunkan dan melepaskan celana dalamnya dan menarik saya keatas, saya sebetulnya ingin menjilat memeknya tapi oleh Anita ditarik keatas. Dengan posisi diatas kontol saya pas didepan memek Anita, tangannya menggenggam kontol saya dan Anita mulai mengosok gosok kepala kontol saya kebibir memeknya. Saya membantu sambil melebarkan bibir memek dengan tangan satu, tangan saya yang satu lagi menopang badan saya yang berada diatas Anita. Suara basah dan ciplek terdengar waktu Anita memainkan kontol saya dimemeknya.

Saya mencium Anita dan mempermainkan lidah dan bibirnya. Anita masih saja memeramkan matanya dan senyum keenakan terlihat dimukanya. Saya berusaha untuk memasukkan kontol saya kememeknya tapi ditahan oleh Anita. Tangan saya dua duanya saya topangkan diatas agar saya bisa dengan sepenuh tenaga menekan kontol saya kememeknya. Waktu tangan saya naik keatas tercium bau amis yang sangat menyengat dari tangan saya. Rupanya memek Anita sangat bau dan itu sebabnya dia tidak ingin saya menjilat memeknya.

Ini adalah pertama kali saya mencium bau memek yang sangat menyengat, rasanya mau muntah tapi bagaimana, orang saya lagi menikmati tubuh Anita dan demikian juga Anita. Untung Anita masih memeramkan matanya kalau tidak dia bisa melihat mimik muka saya.

kontol saya terasa sangat geli karena digesek gesekan kebibir memeknya yang penuh dengan jembut. Saya tetap berusaha untuk memasukkan kontol saya kelobang memeknya tapi Anita dengan genggamnya yang kuat menahan kontol saya. Akhirnya Anita mengarahkan kontol saya kelobang memeknya. Tangan Anita yang satu ditempatkan dipantat saya dan dia menekan pantat saya agar saya mulai mendorong kontol saya ke dalam. Saya kira saya dapat memasukkan kontol saya seluruhnya, tapi ternyata saya salah, Anita hanya memperbolehkan setengah dari kepala kontol saya masuk kelobang memeknya, inipun terasa agak sulit karena memeknya sangat sempit. Kadang kadang saya mencoba menganalisa besar kecilnya memek seorang dengan membandingkan dengan bibirnya, untuk satu ini analisa saya benar, Anita mempunyai bibir yang lebar dan ternyata lobang memeknya sangat sempit dan kecil, ini mungkin hanya kebetulan saja.

Setiap kali saya mencoba memasukkan kontol saya kedalam, Anita menahan dan menggelengkan kepalanya. Ini dilakukan untuk waktu yang cukup lama, Anita memasukkan sebatas setengah dari kepala kontol saya dan kemudian mengeluarkan sambil mengosok gosoknya keitil dan bibir memeknya. Dia benar benar mengetahui bagaimana mempergunakan dan menikmati kontol untuk kepuasaannya.

Lumayan lama dia menggosokkan keitilnya dan saya bisa melihat Anita menutup matanya dan tangan satunya mengusap ngusap punggung saya.
Saya sudah engga tahan untuk mendorong masuk seluruhnya. Tapi Anita selalu menahan dan tidak mengijinkan saya untuk memasukkan seluruhnya. Tetek Anita saya hisap dengan keras dan pentilnya saya gigit pelan pelan. Rupanya Anita menyenangi hal ini.

Melihat saya tidak tahan lagi, Anita memasukkan kontol saya lebih dalam lagi tapi masih belum seluruhnya, hanya setengah saja. Memek Anita terasa sangat sempit dan kecil. Kepala kontol saya agak sulit untuk masuk dan terasa dijepit dengan kuat kuat oleh bibir memek Anita. Memeknya sangat basah, mungkin cairan dari kontol saya. Anita masih memegang kontol saya dengan sebelah tangan, kayanya dia mencoba untuk menahan agar kontol saya tidak masuk seluruhnya. Karena sudah tidak tahan lagi saya menekan kuat kuat kontol saya kedalam memek Anita, tapi ternyata tidak semudah apa yang saya bayangkan. Anita menahan sambil menurunkan pantatnya jadi agak sulit buat saya untuk menusuk lebih dalam lagi.

Saya kemudian memutar badan dan sekarang Anita berada diatas dan kontol saya masih didalam memeknya sambil dipegang oleh tangannya. Dengan posisi ini maka saya lebih leluasa untuk memegang dan mengisap pentilnya. Tetek Anita terlihat sangat seksi dan menggantung dengan baik didadanya. Tidak terlihat turun, tetek Anita sangat kenyal dan keras.

Dengan posisi diatas, Anita lebih leluasa mengkontrol gerakannya dan sedalam apa dia ingin kontol saya masuk. Irama nafasnya terlihat bertambah cepat dan gerakan naik turunnya juga bertambah cepat. Waktu Anita hampir orgasme, dia melepaskan pegangannya dan sekali sorong memeknya ditekankan kekontol saya, tekanan kekontol saya terasa sangat kuat karena sempitnya lobang memek Anita. Gerakan selakigus ini terasa sangat nikmat dan geli, memek Anita terasa sangat ketat dan sempit. Walaupun kontol saya tidak besar sekali tapi didalam memeknya menjadi terasa sangat besar. Beberapa kali naik turun akhirnya Anita mencapai orgasmenya dan ributnya dia, sambil mengerang dia menyebut nama saya dan meremas dada saya dengan kuat, kepalanya digoyangkan kekiri dan kanan, pahanya menjepit paha saya dan memeknya ditekan keras keras sambil digoyang kekiri kekanan sepertinya mau mencoba memasukkan kontol saya lebih dalam lagi. kontol saya terasa menyentuh didinding dalamnya dan bisa kerasa diperutnya. Orgasme Anita cukup lama dan memeknya terasa lebih sempit dan keras, tegang sekali bibir memeknya. kontol saya terasa sakit karena dijepit oleh memeknya. Jepitan Anita membuat kontol saya mengeluarkan peju tanpa bisa saya kontrol lebih jauh lagi. Seluruh peju saya keluar didalam dan ini membuat Anita mengelinjang dan berteriak lebih keras. Saya takut kalau kalau orang diluar bisa mendengar. Tapi Anita biasa biasa saja. Waktu orgasmenya sudah selesai, Anita menciumi bibir dan muka saya sambil ngucapin terima kasih. Padahal saya juga menikmati memeknya. Anita menjatuhkan badannya kebadan saya sambil tetap memeluk dan membiarkan kontol saya didalam memeknya. Kita berdua akhirnya tertidur beberapa menit sangking capainya. Selang beberapa waktu saya merasakan Anita mengecil dan melonggarkan memeknya seakan akan memjiat mijat kontol saya dan ulah dia membuat kontol saya kembali bangun, kontol dan memek kita terasa sangat basah karena peju dan cairan memeknya.

Bau peju dan memeknya bercampur menjadi satu. Tapi ternyata itu membuat Anita terangsang lagi, lebih lebih mendengar suara becek waktu dia mengeluarkan dan memasukkan kontol saya kememeknya.

Ronde ini lebih panjang karena kita sudah keluar tapi tetap hot seperti ronde pertama. Bau memek Anita sudah tidak menyengat seperti tadi lagi, bagian kontol, memek dan paha kita sangat basah oleh keringat dan peju. Saya bisa merasakan belahan pantat saya basah sekali dan peliket, Anita acuh saja dan kita berdua tidak berniat untuk membersihkan dulu. Anita merebahkan badannya disamping saya dan minta saya untuk berada diatas dia. Tanpa melepaskan kontol dari lobang memeknya saya memutar dan berada diatas Anita. Kasur terlihat basah dan becek tapi Anita diam saja. Dengan posisi diatas saya dapat melihat memek Anita dengan jelas, Kalau tadi saya tidak sempat memperhatikan memeknya, sekarang saya dengan leluasa memandang memek Anita. Jembutnya sangat tebal tapi sangat rapi, dia rupanya benar benar memelihara jembut dan dicukur dengan rapi. Masih terlihat tebal dan banyak tapi tidak menjalar ke selangkangannya. Kaki Anita saya angkat dan letakkan diatas pundak saya, posisi ini membuat memek Anita terlihat merekah dengan kontol saya didalamnya. Cairan peju terlihat setiap kali saya tarik kontol saya keluar dan semua berkumpul dibibir memeknya. Saya sangat suka melihat memek yang ada pejunya ini buat saya sangat seksi, sekarang ini kalau istri saya ngentot dengan cowo lain, saya selalu minta dia untuk tidak mencuci memeknya karena saya mau lihat peju cowo itu mengalir keluar dari memeknya. Dan ini selalu dilakukan oleh istri saya setiap kali dia ngentot dengan cowo lain.

Anita menarik kakinya dan memeluk kakinya kedadanya, saya menjadi lebih leluasa dengan pandangan saya kememek Anita. Dengan bertumpu pada satu lutut saya mulai menusuk memek Anita, walaupun sudah basah tapi memek Anita sangat sempit. Hal yang sangat menarik bagi saya, bibir memek Anita sangat tebal sampai sampai saya dapat menarik kesamping, juga yang menutupi itilnya terlihat sangat tebal dan dalam. Tapi lobang memeknya sangat sempit. Itil Anita masih bersembunyi dibalik tudungnya dan dengan mudah saya menarik tudungnya sampai itilnya terlihat meyembul keluar, lagi lagi itil Anita sangat besar, berbentuk seperti kepala kontol tapi dalam ukuran yang lebih kecil dan berwarna putih kecoklat coklatan. Rasanya ingin saya menjilat dan mengulumnya tapi ingat akan baunya niat ini saya urungkan. Setiap saya memasukkan kontol saya kememeknya terlihat bibirnya tertarik kedalam ikut masuk kelobang memeknya, ini yang mungkin membikin memeknya menjadi sangat sempit. Waktu saya cabut keluar, bibirnya ikut tertarik keluar dan merekah. Berulang ulang saya lakukan sambil menikmati pandangan yang mengasyikkan ini.

Anita terlihat mulai mengoyangkan pantatnya walaupun tidak mudah karena ia masih merangkul kedua kakinya. Setiap kali saya tekan Anita terlihat mengerang dan saya dengan bebas dapat measukkan seluruh kontol saya kedalam lobangnya. Saya hanya bisa lihat jembut saya nempel dengan jembutnya dan batang kontol saya benar benar ditelan oleh memek Anita. Rasa geli mulai terasa dikontol saya dan nafas Anita terlihat mulai cepat. Tanganya dilepaskan dan kakinya dilingkarkan kepinggang saya, tangannya merangkul pundak saya dan dia mencium saya sambil meyodorkan lidahnya.

Kita benar benar menikmati goyang ini dan akhirnya kaki Anita dilepas dan dia melebarkan pahanya lebar lebar sambil mendorong keatas mengikuti tekanan dari saya. Nafas kita mulai bertambah cepat dan cepat dan akhirnya kita berdua melepaskan ciuman untuk ambil nafas. Anita terus bilang kalau dia hampir keluar dan minta saya utuk keluar bareng lagi, dia bilang kontol saya terasa sangat besar dan enak, sambil ngomong dia kemudian berteriak keras sekali menyebut nama saya dan badannya bergetar seakan akan dia kena penyakit ayan. Matanya merem melek dan dia bilang kalau dia keluar, memeknya seperti pertama kali menjadi sangat sempit dan kecil dan benar benar meremas kontol saya, pantatnya bergoyang dengan keras seakan akan meremas kontol saya luar dalam. Saya tidak dapat bertahan lama dan peju saya keluar dengan cepat dan mudah. Orgasme ini lebih enak dibandingkan dengan yang pertama karena kontol saya terasa bebas hanya ada remasan memeknya saja. Saya merasakan muncratan yang banyak sekali dan lama sekali, remasan memeknya benar benar sangat enak dan Anita mengerang keras lagi sambil bilang saya keluar lagi dan ini benar benar panjang dan lama.

Setelah kita mencapai orgasme kedua, Anita melepaskan kontol saya dan langsung saya kekamar mandi untuk membersihkan kontol saya. Anita masih tiduran dikamar dan begitu masuk kamar mandi saya tutup pintu dan ampun baunya masih sangat kuat rasanya mau muntah saja waktu itu. Saya mencuci berulang ulang agar bau memeknya bisa hilang. dan memang bisa hilang. saya terusin saja mandi sekalian. Ini pertama kali saya merasakan memek yang sangat ketat tapi juga sangat bau.

Waktu saya selesai Anita gantian mandi dan setelah itu kita pergi makan siang. Lumayan lama kita bercinta dikamar Anita.

Pengalaman saya dengan Anita tidak berhenti disitu walaupun memeknya sangat bau itu tidak menghentikan saya dan Anita untuk terus bercinta, kadang kadang kita main dikamar saya dan kadang kadang dikamar Anita. Ini berjalan terus sampai Anita selesai pendidikan selama dua bulan. Waktu Anita selesai pendidikan dia harus pindah dari hotel dan mencari flat sendiri. Saya dan salah satu rekan akhirnya bergabung dengan Anita menyewa flat dua kamar.
Saya sekamar dengan teman laki dan Anita dikamar sendiri, tapi secara praktis saya selalu tidur dikamar Anita. Dan teman saya juga tidak berkeberatan karena dia juga dekat dengan Anita dia ini agak kebanci bancian. Karena tau rekan satu ini rada bences, Anita selalu hanya memakai celana dalam dan T shirt dirumah, celana dalam yang sering dipakai oleh Anita adalah celana dalam katun warna putih dan tipis, ini membuat jembutnya terlihat dengan samar samar dari luar.. Ini membuat saya selalu horny dan ingin ngentot dengannya. Libido Anita ternyata sangat besar dan satu orang saya rasa tidak cukup buat Anita.

Dia juga punya teman bule dan sering dia tidur dirumah mereka dan baru pulang pagi atau malam sekali. Biasanya saya sudah tidur dikamar Anita dan dia selalu masuk pelan pelan dan masuk keselimut disamping saya tanpa celana dalam dan baju. Ini selalu dia lakukan kalau dia pulang dari rumah temannya. Saya selalau dirangsang dan Anita selalu mengisap kontol saya untuk bikin kontol saya menjadi keras. Setiap kali kita bercinta Anita selalu keluar duluan dan selalu dia nanya apa saya sudah keluar atau belum, padahal tanpa nanyapun Anita pasti tau kalau saya belum keluar. Sering Anita turun dan mengisap kontol saya yang penuh dengan cairan memeknya. Yang menarik memek Anita tidak sebau seperti dulu, sekarang saya bisa tahan dengan baunya dan sering juga tidak bau sama sekali dan kalau memeknya tidak bau sudah pasti saya menjilat dan menghisap memek dan itilnya. Anita paling senang kalau itilnya diisap oleh saya. Anita mempunyai itil yang lumayan besar dan bibir memek yang tebal dan lebar sangat berbeda dengan kecilnya lobang memeknya., tebalnya bibir memek Anita membuat saya lebih sering menjilat dan menghisap memeknya.

Posisi yang paling dia sukai adalah dibawah dan saya diatas, teriakan Anita masih terus berlangsung kalau dia orgasme dan biasanya saya selalu menutup mulutnya dengan ciuman atau dia mengigit bahu saya, bekas gigitan Anita banyak sekali dibahu saya, ini selalu kita lakukan kalau rekan yang satu lagi sedang dirumah. Kalau dia tidak ada maka dengan bebas Anita berteriak dan menjerit waktu dia mencapai orgasme.
Saya sharing flat dengan Anita untuk beberapa tahun sampai dia akhirnya nikah dan kebiasaan kita ngentot tetap berlangsung walaupun kita berdua telah nikah dengan orang lain. Hubungan antara Anita dan saya benar benar hanya untuk seks dan kita benar benar menikmati hubungan ini. Setiap ada kesempatan selalu kita pergunakan untuk bercinta.

Hubungan ini akhirnya harus berhenti karena saya pulang ke Indonesia dan Anita pindah mengikuti suaminya dan sampai saat ini kita tidak pernah berhubungan sama sekali.

Lihat Juga : Cerita Seks Meremas Remas Payudara Gede


Cerita Dewasa Ngentot Tante Hot Tetanggaku

$
0
0

Cerita Dewasa Ngentot Tante Hot Tetanggaku – Hari-hari belakangan ini aku sering berkhayal tentang tetangga blok sebelah rumahku Bu Mia namanya,istri Pak Darta.Mereka tinggal disitu sudah dari 2 tahun yang lalu.Namun baru 1 tahun terakhir ini aku mulai memperhatikan istri Pak Darta itu.Banyak pikiran ngeres di otak datang tiap malam.

Mulai dari keinginan melihat keindahan tubuh telanjangnya, mengelus paha mulus nya, meremas toket besar nya, ingin melihat bentuk memek dan menjilati, sampai dengan keinginan bercumbu dan bercinta di atas kasur, yang kemudian berakhir dengan menumpahkan sperma di memek Bu Mia.Oh…..

Bu Mia berusia 47 tahun dengan dua putri cantik hasil perkawinannya dengan Pak darta.Tubuhnya sintal dan putih mulus khas wanita sunda.sepertinya Bu Mia sangat rajin dalam merawat tubuhnya.Hal itu berawal dari ketidaksengajaan aku melihat paha mulus Bu Mia yang sedang tiduran di balai balai rumahnya akibat dari rok yang dipakainya sedikit tersibak keatas. Dan mungkin juga karena aku sudah dewasa (25 tahun] serta telah merasakan nikmatnya ngentot memek. Yah, memek pacarku sendiri, indri,maka aku jadi terobsesi dengan beliau.

Hampir tiap malam pikiran ngeres itu datang, bahkan sekarang jika aku ngocok kontol, Bu Mia lah yang jadi bahan fantasi. Lebih gila dari itu jika aku ngentot indri, aku membayangkan Bu Mia sedang melayaniku.

Dalam obrolan tak penting dengan teman-teman kuliah di pinggir jalan, ide menggarap Bu mia itu muncul semakin besar. Hal itu ketika seorang teman dengan bangganya bercerita tentang keberhasilan merenggkuh kegadisan sang pacar berkat bantuan obat perangsang.

Tindakan gila itu katanya terpaksa di lakukan karena selama mereka berkencan, pacarnya selalu tidak mau di ajak bercinta dengan alasan ingin mempertahankan keperawanan sampai pernikahan. Dasar gila itu temanku.

Ngentot Bu Mia dengan obat perangsang? Ah ini ide gila. Banyak resiko negative akan timbul jika tindakanku ketahuan kelak. Tapi, memberi obat perangsang sebagai jalan aku menjelajahi tubuh Bu Mia, melihat memeknya, meremas dan mengisap buah dada, meraba paha mulus, sampai menelanjangi Bu Mia, ini yang sedang kupersiapkan serius.

Pencurian Referensi tentang obat perangsang dari seorang teman sudah cukup jelas di otakku, mulai dari merek obat perangsang, harga yg tidak mahal sehingga tidak perlu membohongi nyokap pura-pura minta uang untuk beli buku, sampai dengan teknik mencampurkannya kepada makanan/minuman. Sekarang tinggal waktu yang tepat untuk beraksi.

Pada suatu hari aku di suruh nyokap mengantarkan uang kepada Bu Mia, katanya uang arisan. Tak taulah gimana cerita nya nyokap bisa bergabung dengan kelompok arisan dengan warga di sekitaran rumah Bu Mia. Bagiku, ini adalah kesempatan untuk menjalankan aksi.

Sebernanya aku disuruh ke rumah Bu Mia setelah pulang kuliah, tapi karena pertimbangan banyak hal, jadilah aku bolos kuliah dan langsung menuju rumah Bu Mia. Sehingga jam setengah sembilan aku sudah berada di depan rumahnya.Aku sengaja dating jam segitu biar siasana rumah bu mia aman,soalnya pasti suami kerja dan anaknya sedang sekolah ama kuliah.

‘lo, Alan, kok udah datang, kata mama kamu ntar siang’ Bu Mia kaget dengan kedatanganku.
‘hehe…aku bolos Bu, males ke kampus dosen nya gak asyik’ aku pura-pura. sementara Bu Mia menggeleng kepala sampai tersenyum manis.
‘jangan bilang sama mama ya Bu’
‘tapi sekali ini aja kan, besok-besok ibu laporin’ Bu Mia dengan nada penuh canda.
‘ok Bu, setuju. Makasih’

Aku masuk ke rumah Bu Mia. Sudah ku perkirakan hanya dia sendiri dirumah. Dua putrinya sedang sekolah, sementara om darta sang suami sedang bekerja. Beginilah kehidupan Bu Mia, seorang full ibu rumah tangga. Dan saat itu pun dia sedang masak, jadi aku dan Bu Mia ngobrol di dapur setelah serah terima uang arisan selesai. Dan tentu saja sambil otakku terus berpikir keras bagaimana bisa mencampur obat perangsang ini dengan minuman.

Setelah acara masak memasak selesai Bu Mia pun mandi. Sementara aku ruang tengah untuk nonton tv. Tapi bukan tv yang jadi konsenku, tapi aku mulai mencari peluang untuk menuangkan obat perangsang ini. rumah Bu Mia memang sudah seperti rumahku sendiri. aku bebas menyantap makanan atau minuman di sana, atau kesana kemari tanpa kaku, kecuali kamar Bu Mia tentunya.

Aku membuka kulkas , memperhatikan meja makan untuk mencari sesuatu untuk mencampur obat perangsang. Tapi tidak ada sesuai dengan hatiku.

Setelah selesai mandi dan berpakaian Bu Mia bergabung dengan ku nonton tv. Aku duduk di sofa bersama Bu Mia. satu toples kue dan teh manis menemani kami ngobrol akrab.
‘tambah teh manisnya lan’ Bu Mia menawarkan ketika melihat minumannku habis.
‘ga usah Bu’ jawabku ‘ ibu gak suka minum teh yah’ aku makin mencari celah.
‘kadang-kadang aja, Cuma kalo sekarang ibu lagi rajin minum susu kalsium. biar tulang gak keropos. maklum udah tua’
‘wah Bu Mia udah ke makan iklan neh’ candaku
‘mungkin juga , tapi bener juga kan, kalsium bagus buat tulang’ kata Bu Mia ‘o iya, ibu lupa hari ini belum minum, kamu mau lan’ katanya sambil berlalu
‘gak ah’

Bu Mia kembali dengan segelas susu putih kalsium, kami pun kembali ngobrol kesana kemari. Kini sasaran ku jelas; susu kalsium ini lah yang akan jadi tempat mencampur obat perangsang..
dag dig dug jantung ku berdebar berharap Bu Mia meninggalkanku untuk memberi kesempatan menuangkan obat perangsang kedalam susu kalsium. Dan tenyata benar adanya. Bu Mia kebelakang entah apa tujuanya.

Dengan cepat kubuka tas, kumabil obat perangsang yang telah ku masukan ke dalam botol air mineral. siapapun akan menyanggka jika melihat botol itu adalah air mineral yang dijual bebas, padahal isinya telah ku ganti dengan obat perangsang yang hanya beberpa mili liter itu.

Jika Bu Mia melihat botol itu pasti akan mengira kalu aku kuliah bawa air minum, padahal aku gak pernah bawa. Hanya saja aku sering lihat teman-teman cewek membawa air minum di tasnya.kalau ke kampus.

Hanya perlu bebera detik aku tuangkan obat perangsang ke dalam susu kalsium Bu Mia. Tapi efek jantungku benar-benar dahsyat, jantungku berdebar semakin kencang, keras sekali, seperti mau meledak. Percampuran antara harapan, cemas, dan takut terjadi sesuatu yang diluar perkiraan.

Hingga tak terasa jidatku mengeluarkan keringat. Sambil menanti Bu Mia kembali bersamaku.
‘ibu gak kemana-mana kan hari ini’
‘tiap hari emang ibu gak kemana-mana, emang nya kenapa?’
‘ya nggak tan, barangkali ibu mau pergi, jadi keganggu aku numpang bolos disini’
‘nggak-nggak kok’
Dakdigdug jantung semakin keras ketika susu kalsium yang telah bercampur obat perangsang itu habis di minum Bu Mia.

‘enak banget jadi artis, kawin cerai udah biasa’ kataku mengomentari acara infotainment yang sedang kami tonton.
Bu Mia tertawa kecil mendengar celotehku. ‘eh gimana indri, kamu kok gak pernah cerita lagi sama ibu’
‘baik-baik aja kok bu, kadang bosan juga sih, pengen cari lagi’
‘tapi jangan sampe nyakitin cewek kalo mao ganti pacar, sebelum kawin sih ga apa-apa’
‘itu dia masalahnya bu….’
‘kenapa emang’
‘ah gak ah’
‘lo kok nggak’
‘rahasia dong bu’
‘pake rahasia-rahasia an sama ibu’
‘nanti ibu cerita sama mama’
Bu Mia tertawa kecil. ‘ya udah ibu janji lagi gak lapor mama kamu’
‘ngomongin yang lain aja ah’
‘eh nggak, nggak, belum selesai’ ibu mengoyak pahaku.’sekarang ibu mau Tanya, kamu udah apain tuh indri’
‘emang di apain bu, gak ngerti’ aku belaga bego
‘hmm, jangan-jangan, kamu udah…..’ Bu Mia memainkan jari telunjuknya ‘jangan-jangan , hayo ngaku hehehe……’
‘ngaku apain sih tan’
‘kamu udah nidurin indri, bener kan’ Bu Mia sambil senyum
‘ah nggak….ibu kok punya pikiran gitu sih’
‘ayo ngaku..’ Bu Mia mencubit pinggangku pelan dan tak melepaskan.
‘aduh sakit ibu, geli nih…..’
‘ngaku gak…’
‘ibu lepasin nih aduh, aduh……’ aku geli sambil tertawa-tawa
‘ngaku gak, biarin ibu cubit sampe ngaku’
‘gak tan, nggak, belum di apa-apain. Aku memiringkan tubuhku berusaha melepaskan cubitan ibu, kedua telapakak tanganku ku kugunakan untuk menutaup wajah yang mulai memerah menahan malu dan geli. Bu Mia tidak melepas. Bahkan tangan kirinya berusaha melepas kedua telapak tangan yang menutup wajahku.
’ngaku nggak?’
‘iya ibu, udah,udah ibu….., lepasin’
Bu Mia melepas cubitannya, tapi tidak selesai disitu, sekarang ia mencubit kedua pipiku ckup keras.
’tetangga ibu ini udah nakal yah’
‘aduh ibu…sakit nih’

‘biarin…..’kata beliau dengan muka yang dibuat kaya orang gemes
‘ibu jangan bilang mama yah…aduh…aduh…’
Wajahku di jembreng tangan Bu Mia dengan jarak yang sangat dekat bahkan kadang bersentuhan membuat kontolku ngaceng.
Perlakuan ‘kejam’ Bu Mia berangsur menjadi seperti orang horny. tatapan mata serta gerak tubuhnya menandakan itu. Ku piker obat perangsang itu sudah mulai bekerja di tubuhnya, kurang lebih 30 menit setelah masuk ke tubuhnya.
Aku membalikan badan ke sandaran sofa untuk menyembunyikan mukaku yang memerah malu ini. tangan Bu Mia berusaha mengembalikan wajahku kea rah depan, aku bersikukuh dengan merapatkan wajah di sandaran sofa. Pergerakan tubuh Bu Mia ternyata terasa di bagian pungguku, ternyata tubuh Bu Mia sudah merapat dengan pungguku. Ah kontolku semakin ngaceng saja mendapat gesekan benda empuk di belakang., kupastikan itu adalah toket Bu Mia yang berhimpit.
‘alan berbalik dong, masak ibu di belakangin begini’
Aku tidak mempedulikan, yang ada di pikiranku adalah tentang aksi lanjutan ini.
Tiba-tiba Bu Mia memelukku dari belakang, tangannya melingkar di perutku, sementara kepalanya berada di leherku.

Yes,yes. Berarti obat perangsang ini sudah bener-bener bekerja. Aku membalikan wajahku dan ibu mia tak melepaskan pelukan tubuhnya dari tubuhku.
‘lan…’
‘ibu ga cerita sama mama kan’ aku pura-pura masih membahas tema tentang indri, padahal aku yakin betul pikiran ibu sudah berpindah dan di masuki birahi efek dari obat perangsang.
‘alan, ah….’ Bu Mia duduk di panggkuanku, dan membenamkan tubuhnya di dadaku, toket besarnya menekan dalam di dadaku, mulutnya meciumi leher Sementara kedua tangan memegang tanganku.
‘Bu mia………’ aku pura-pura kaget
Bu Mia tidak berkata-kata lagi. Ia terus saja bergerila menciumi bibirku dengan suara yang semakin parau. Aksi Bu Mia semakin liar ketika dia membuka kaos yang ku kukenakan.
‘ibu mia …oh…!’ hanya itu yang keluar dari mulutku.
‘ibu pengen lan……kamu mau kan menolong ibu……???’
‘Yes,kata2 yang ku idamkan akhirnya keluar juga dari bibir seksinya……

Aku mulai beraksi, tangan yang dari awal sudah gatal inging menjamah, langsung beraksi meremas toketnya. Uh, gede banget, empuk.

Bu Mia tidak puas dengan dengan remasan tanganku, ia mengangkat tshirt, dan membuang begitu saja, kemudian dia melepas tali bh dan juga mencampakan kebelakang, toketnya kemudian di berikan kewajahku.. Cup cup mulutku langsung nyosor di putting toketnya.

Toket putih besar dengan putting merah kehitam-hitaman menjadi mainan lidahku. Buas sekali memainkan toket Bu Mia, bahkan secara jujur aku lebih bernafsu dengan toket Bu Mia dari pada toket indri yang tidak terlalu besar itu.

Aku semakin liar, mendorong Bu Mia hingga telentang di sofa. Inilah tujuanku, menikmati setiap jengkal tubuh Bu Mia. Tindakan pertama yang kulakukan adalah melepas rok dan celana dalamnya, hingga Bu Mia telanjang bulat telentang pasrah di sofa siap menanti semu perilaku bejatku.

paha mulus Bu Mia menjadi sasaran utama, gara-gar paha mulus inilah aku melakukan aksi gila ini. aku menggerayangi setiap jengkal paha mulus Bu Mia,kemudian aku buat cupangan kecil dipaha bagian Bu Mia yang mulus itu…lalu sedikit demi sedikit aku elus semua bagian pahany hingga telapak tanganku semakin dekat dengan daerah paling pribadi milik perempuan; memek Bu Mia. ada bukit indah dengan rerimbunan rambut hitam disana. cukup lebat. bermain jari-jari disana aku sangat terobesi dengan belahan indah memek dengan lorong yang memerah.

‘eghhhh…..egghhhh…..eghhhh…’ ibu menggelinjang ketika tanganku berada di bibir memek itu.
sejenak aku meninggalkan memek Bu Mia. sasaranku kini adalah dua bukit kembar yang masih cukup membusung meski sedang telentang. dengan buas aku melumat puting toketnya sebelah kiri, meremas payudara kanan dengan tanganku.

gerakan mulut dan lidahku semakin menjadi ketika aku menjejahi setiap centi tubuh molek teman ibuku itu. dari leher, turun kembali ke toket kemudian berangssur turun ke memek. bermain main lidah di memek aku berlama-lama apalagi posisi kaki kiri Bu Mia sudah berada di atas sandaran sofa sehingga wilayan memek semakin terbuka.

Bu Mia terus mendesis. aghh…..aghhhhh…..eghh….ohhhhhhh……..zzzzz ……suara desisan itu membuatku semakin bernafsu, kontolku semakin keras dan berdenyut dan secara reflex tangan bu Mia melorotkan resleting celana dan mengeluarkan kontolku.

tangan Bu Mia bekerja meremas dan mengocok kontolku, sementara lidah ku terus menjilati memek Bu Mia, tangan kanan terus menjelajah dari paha kemudian ke toket dan memek secara bergantian.
oghhh…..oghh….aghh…….eghh………Bu Mia terus saja mendesis dengan diselingi menjambak rambutku.

dengan celana jeans yang ku pakai Bu Mia tidak leluasa mengocok kontolku, maka beliau berniat melepaskannya. tapi sebelum itu di lakukan aku sempat berpikir tentang keamanan rumah. maka ku gendong Bu Mia ke kamar.

Setibanya di kamar, langsung kubaringkan Bu Mia di kasur. aku pun buru-buru membuka celana jeansku dan celada dalamku. setelah aku telanjang bulat, aku langsung mencumbu Bu Mia di kasur. dan yang tak kalah nikmat adalah ketika Bu Mia telungkup dan aku menindih dari atas, kontolku berada di bokong Bu Mia.

Bu Mia memang sangat menggairahkan. suara parau yang membuatku ingin memasukan kontolku pada memeknya. tapi tidak, bukan itu tujuanku memberikannya obat perangsang. aku hanya ingin menikmati keindahan tubuhnya dan membuatya orgasme dengan lidahku, bukan ngentot memeknya dengan kontolku.

Sekiann lama aku mencumbu Bu Mia di kasur semakin aku ingin membenamkan kontolku ke memeknya, apalagi Bu Mia memohon untuk segera memasukan kontolku…..aghh…..udah…..oghhhh…. masukin….masukin…udah….aghhh………tolong. .. masukin……..

aku jadi semakin bingug dengan kontolku yang semakin berkedut ingin di jepit benda penuh nikmat;memek. dan kondisi itu sedang mendukung. memek merah merekah siap menerima meriman Kontolku ini.
dan memang akihirnya aku tidak kuat dengan kondisi ini.akhirnya ku masukan kontolku ke memek Bu Mia, bles…bless….bless……clep…clep… clep….

aghhhhhhhhhhhhh………………….Bu Mia melepas desahan panjang sambil matanya melongo menatapku yang terus menikmati setiap gerakan Bu Mia.
aghhh……………aghhhhhh…….suaraku juga semakin keras akibat kenikmatan tiada tara memasukan kontol di memek Bu Mia

setiap dorongan adalah kenikmatan, gerakan ku yang semula pelan-pelan dengan terus berusaha romatis semakin tidak terkendali dan cenderung cepat akibat suara Bu Mia yang juga semakin keras. aku terus bergerak maju mundur. betapa nikmat aku memompa memek Bu Mia.

memeknya memang tidak sesempit kepunyaan indri, tapi aku sangat menikmati setiap gerakan tubuh dan
desis suaranya. Bu Mia, memang luar biasa. di usia yang tidak lagi muda dia sangat menggairahkan bagi anak muda sepertiku.
‘agh…..agh….agh…ibu mau keluar….agh…..agh….ibu mau keluar… ‘. suara Bu Mia terputus putus…;aghh..oghhhh

kupercepat gerakanku.menggenjot memeknya. hingga tiba-tiba Bu Mia mengejang hebat, kedua tangannya menjambak rambut dan kepalaku, sementara kedua kakinya melingkar di tubuhku.di ikuti bibirnya yang melumat bibirku dengan suara lolongan yang tersumbat di bibirku…eeegggh………eghhhhh……..eghhhhh ……… egggghhhhhh
aku yang sadar Bu Mia orgasme menghentikan gerakan. mundur, tapi kutekan lebih dalam kontolku ke memeknya……..dan teryata benar, Bu Mia mengejang semakin hebat dengan gerakanku itu.

nafas Bu Mia terengah-engah ketika ia melepas jambakan tangannya dan menurunkan linkar kakinya. tapi itu tidak lama karena Bu Mia kembali meranngkul kepalaku, ‘ibu udah keluar sayang…….’
aku senang sekali mendengar ucapan Bu Mia itu.Ku lihat air maniku meleh keluar dari memek Bu Mia.aku senang bisa membuat wanita mendapat kepuasan seksual dariku. bagaimanapun juga aku menikmanti tubuh wanita bukan hanya menyalurkan sperma ke memeknya, tapi juga ingin memberikan kebahagian atas nikmatnya orgasme dari bercinta.

Dan selanjutnya acara ngentot itu pun di akhiri dengan orgasme dari ku, Bu Mia masih bisa orgasme sekali lagi dan itu yang semakin membuat senang.Hari itu kami melakukan persetubuhan ini sebanyak dua kali sampai menjelang pulang anakny yang no 2.

aku senang dan puas bisa ngentot memek Bu Mia,akhirnya tubuh putih mulus tetanggaku ini bisa ku nikmati, tapi selebihnya aku menyesali perbuatanku itu. Begitu juga dengan Bu Mia, ia menyesal dengan kejadian itu. meskipun katanya ia sangat menikmati bercinta denganku, tapi ia tidak mau lagi memberikan memeknya padaku apalagi buat orang lain. ia hanya ingin memberikan memeknya kepada suaminya Pak Darta.Sebulan kemudian Bu Mia dan keluarga pindah ke kota lain karena Pak Darta di mutasikan ke kota tersebut. selamat tinggal Bu Mia….. Kenangan ini takkan pernah bisa aku lupakan….

Lihat Juga : Cerita Dewasa Sepupu Dan Adiknya Yang Perawan

Cerita Bugil Kisah Panas di Kamar Kost

$
0
0

Cerita Bugil Kisah Panas di Kamar Kost – Ketika itu saya sudah membuat janji mau nonton bioskop (di Sebuah Mall besar di kawasan kebun jeruk pasti tau apa nama mallnya) bersama teman lama saya seorang wanita cantik di sebuah kost dimana dya tinggal…namanya Revana umurnya 22 mempunyai kulit putih mulus keturunan china (maap rasis dikit) karna saya juga keturunan cina….

sekitar pukul 10 pagi saya tiba di kost revana tinggal… ketika sampai saya melihat tempat kost nya begitu besar dan isi nya wanita semua….

saya pun tlp memberitahu karna saya di depan kost nya tapi lama sekali dya mengangkat tlp nya.. sesampainya revana kluar membukakan pintu gerbang kost nya saya melihat tubuhnya yang seksi

memakai daster putih bertali sedikit transparan karna effect sinar matahari,bra dan cd bewarna pink terlihat jelas… segera saya masukan mobil dan bergegas mengikuti reva menuju kamar kost nya yang berada di ats….

ketika saya berjalan tanpa sengaja saya melihat dari jendela ad wanita kluar kamar mandi telanjang bulat tete nya padat putihh dan terlihat bulu2 indah di perkirakan umurnya 25

seketika itu pikiran saya menjadi kacau tak beraturan karna melihat pemandangan yang begitu indah di pagi hari tapi hanya sepintas karna saya mengikuti revana menuju kamarnya seiring jalan kekamar nya saya melihat body ravena begitu indah dan menghanyal andai dya telanjang serperti tadi yang saya lihat,,. pikiran kotor saya kluar-gimana caranya melihat dya telanjang….

tiba saya di kamar saya di persilahkan masuk…. saya bertanya “gpp ne masuk ? kan kost wanita? “. “gpp frans masuk aja gpp tadi ak udah Ijin ujar ravena.”

terlihat kamarnya kost dengan kamar mandi di dalam begitu rapi dan bersih.
ketika masuk saya sdikit merinding kamar nya begitu dingin karna ac nya menunjukan 16 derajat tapi saya cuek…. ravena berkata :” sry frans tadi lama yah di luar? baru bangun tidur ne lupa klo janji sama u mau jalan2…. jadi blom sempet mandi blom sempet makan, ujar ravena”

saya jawab “gpp,kok rev…. kamar lo rapi rev(sambil memuji dikit buat ambil hatinya hhohoh) rev pinjem kamar mandi nya dunk kebelet pipis ne dingin bgt kamar mu…”. “oh pake aja frans… dan sambil menawari mau minum apa frans? ujarn revena ” “air putih aja rev… ujar saya”. begitu saya masuk menutup pintu ternyata pintu nya sedikit rusak karna abis di jebol waktu itu pernah terkunci di dalam dan terdapat sedikit celah bolongan dari kunci pintu,,

ktika saya tutup pintu ternyata di balik pintu terdapat bh bewarna coklat ukurannya 32 dan celana dalam warna coklat berenda yang akan dya pake karna sudah di siapkan.. pengen rasanya coli membanyangkan tubuh revana… tapi saya tahan…(otak setan kluar dah…gimana carana melihat revana telanjang). begitu kluar kamar mandi tak lama “reva berkata itu minumnya di meja,eh gw mandi dulu yahh,frans u tunggu aja itu ad bacaan ato mau nonton DvD? kaset2 nya ad di laci dalem lemari gw ambil aja sendiri….” “gw bilang eh bole tuh nonton dvd emang punya cd apa ja? btw kok gw disuruh ambil sendiri si di lemari lo? ga malu apa gw buka lemari lo?”

“Lho knapa musti malu? gw masi pake baju komplit-ujar ravena…”
“lah itu ad buju daleman lo?”
“lah cuma baju daleman lagian di lemari,kecuali lo liat gw pake bh sama cd aja baru gw malu.. dodol dah ” ujar revana cuek…. dan bergegas masuk kamar mandi…

dan saya mengambil dvd terliahat semua pakaian dalam dya serta Pembalut merk nya Lori*** …. ketika saya mulai menyalakan dvd tersebut terdengar suara triakan ravena “tolong, dya kluar tampa mengenakan baju sehelai pun serta tubuhnya basah karna baru saja nyalain shower.. dya lupa klo saya berada di luar.. dye kaget tapi tak sadar klo diri nya telanjang bulat terlihat punting tete nya hampir berwarna ping dan bulu2 di sekitar Mis V nya abis di cukur jadi terlihat jelas mis V nya begitu rapat dan indah….

“kenapa rev?” sambil merasa ga enak Dede gw Di dalem Cd gw brontak mau kluar……
reva said”di dalem ad kecoa mati di tempat sabun sama ad yang masi idup di dket pakaian kotor nya” ujar ravena saya bergegas matiin kecoa tersebut…. dan membuangnya…

“Udah tak buang tuh kecoanya sambil lirik2 liat kearah tetenya” dya tersadar klo dya tlanjang karna mata saya melihat kearah situ… reflek tangannya menutupi tete nya dan mis v nya.. berkata Kurang ajar Lo frans.. gw di tampar… PLOOKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKK K keras bgt tamparannya dan masuk lagi dye kekamar mandi melnjutkan mandi

merah lah pipi gw itu… gw ngerasa ga enakkk sama dya tapi SAYA SENANGGGGGGGGGGG!!! saya lanjut kan nonton dvd dan masi kebayang dya tlanjang tadi…. usai mandi revana kluar dan sudah mengenakan baju T-shirt putih serta celana pendek warna hitam terlihat paha putih nya yang mulus menuju kaca rias di samping tv saya nonton dvd…

sambil rias berkata “thx yah tadi frans gw jijik sama kecoa,, tapi frans Kurang bgt si mata lo tadi liat badan gw”
“iya maap rev …. abis lo tadi kluar ga pake baju ato handu si jadi kliatan deh semuanya…. sekali lagi maap” ujar gw.

“iya gw maafin.. jujur sama gw tadi lo liat semua bagian tubuh gw?
“gw nyeletuh…. iy ii yahh revv maav yahh… kaget gw juga tau2 lo triak trus kluar….” tampak muka reva memerah malu… dan mengalihkan perhatian nya..

“eh nanti mau nonton bioskop apa apa frans?” “serah lo aja lo suka apa gw ngikut aja,,ujar gw”
“oh ya udah bentar yah gw ganti baju jadi pake blus warna ping tapi masi pake celana pendek juga ….dulu trus kita cauu “ujar revana
dya ganti baju depan gw persis…. gw nyeletuk lagi eh rev jgn ganti depan gw apa… jadi liat lagi kan tuhh( bagian tubuh belakangnya)….

“gpp frans tadi lo udah liat gw telanjang,, ini gw masi pake bh sama celana dalem kok,,, yuk lest go….”
gw brangkat sama dya menuju mall dan nonton film action…. setelah nonton revana ngajak gw bermain scating.. pada saat maen dye terjatuh kakinya terkilir dan reflek saya menangkap dye dari belakng memeluknya tampa di sengaja saat meluk ternyata telapak tangan saya pas pada tetenya dan terpegang tanpa sengaja terasa empuk2 enakkkkk mantebb gann….dan sya pun ikut terjatuh tertimpa reva dan reva tepat di ats pangkuan gw.serentak karna saya pegang tete nya burung saya brontak pengen pindah cari sarang yang lebih besar… reva merintih kesakitkan dan tiba2 terdiam sejenak karna tangan gw memegang tetenya dan pantad nya mungkin berasa ad yang colek2 karna burung saya brontak2.. segera mungkin gw menarik tangan gw dan bilang sry rev.. trus gw mengalihkan perhatian mana yang sakit rev? ” ini kaki gw sakit terkilir ne duh sakit… lalu saya gendong dya kluar arena,,, lalu ku duduk di kursi posisi kaki rada terbuka ngangkang dan posisi saya di depan dya sambil membantu mecopot sapatu nya t saya sdikit urut kakinya dan paha yang putih mulus.. setelah mendingan kmi bergegas pulang sambil membopong membantu dya berjalan tangan saya setengah mememeluk pinggang nya yang ramping…karna dye berjalan setengah menunduk jadi terlihat belahan dadanya yang indah terlintas otak nya kapan yah isa liat dye telanjang lagi…

setiba di kost saya bantu dya naik kekamarnya dan rebahkannya di kasurnya… lalu saya bertanya punya hand body? tanya saya buat mengurut kakinya yang mulus cari2 kesempatan hahaha… ” itu ambil aja di meja rias,buat apa frans?”

“buat pijetin kaki lo lahh,ujar gw” “oww,btw makasi yah frans”
waktu gw pijet2 kakinya yang udah bengkak reva kebelet pipis.. eh bantu gw dunk mau pipis ne sakit bgt kaki gw… lansung gw bantu dye bangun dari tempat tidur dan membopong nya ke kamar mandi… “gw kluar yah bisa sendiri kan?” “dohh susah nee copot celana nya karna tangan satunya dan kakinya ngangkat satu pegang tembok buat bersandar (soalnya iket pingang dan celana nya pake sleting sama kancing macem celana panjang jins).. tolong donk frans bantu gw turunin juga celana gw tapi lo turunin tutup mata lo yah… aws klo ngintip…. ujar reva”

timbul niat busuk gw buat liat Mis V nya dya “tangan gw membuka celana serta celana dalemnya hingga lepas karna takut basah karna dya pipis ga ad kakus duduk adnya yang jongkok…. (takut dye marah gw merem ga ngintipp)” “udah frans bantu gw pake celana lagi donk…” otak gw mencari-cari kesempatan dan dapet ide…

“gimana isa pakein lo celana wong mata gw merem…” “ya udah lo melek deh bentar gw balik badan dulu. ujar reva” ” gw melek melihat pantad nya begitu putih dan indah.. dan sengaja gw pake in celana dalem sedikit miring trs gw pakein celana luar nya dan dya balik badan , lalu dengan sengaja gw sentuh mis v nya pura sambil berkata susah ni sleting celananya jari gw udah nyentuh2 miss v nya… tampak geli.. tapi hanya sesaat ga brn lama2″ gw bantu bopong lagi ke kasur nya untuk istirahat lalu karna dede gw bangun trus jadi gw yang kebelet pipis gw pipis dan ga tahan akhirnya coli di kamar mandinya…

akhir nya kami ngbrol2 sambil istirahat revana… ” dye bertanya sesuatu dengan tampang polos sedikit memerah berkata tadi lo konak yah? pas di tempat eskting… gw ngerasain di bokong gw ad yang gerak2…”

gw jawab dengan jujur iyahh gimana gw ga konak coba tadi ga sengaja pegang tete lo.. trus pas tadi lo telanjang jadi kebanyang deh tuh.. maap yahhh…

“reva bilang oh yah gpp frans..” setelah ngbrol2 hari mulai malam dan reva gerah karna baju kotor sedikit bau dan berkringat… reva kembali minta tolong untuk ambilkan baju serta pakainan dalamnya di lemari karna susah jalannya..

“yang maan ne baju sama dalemannya?” “itu daster warna ijo aja kan tinggal tidur, dalemannya cd aja bh nya ga usah.” ku berikanlah baju nya itu. eh dya buka baju celana di kasur depan gw… gw pura2 balik muka tapi mau gw sebernernya sambil intip2 dari kaca rias…

reva sdar klo gw intip dari kaca rias dari “pada lo liat dari kaca rias mending liat sini aja kan tadi lo udah liat gpp liat lagi toh tadi lo udah tolong gw…” untuk k-2 kalinya gw liat dye telanjang bulat tapi menutupi mis v nya… dan gw bilang tubuh mu bgs bgt…

mata dya liat kecelana panjang gw menuju sarang burung gw… trus bilang itu kok bisa gede gitu? tadi kecil” tanya dye polos sambil memerah.. “iya gw horny liat lo telanjang” kok tanya gitu emang blom tau yah?” timbul otak gw gimana caranya bisa bersutubuh karna dye posisinya lagi telanjang bulat blom pake dasternya… segera berdiri gw buka celana gw serta celana dalam gw “dya triak eh lo mau apa FRANS JGn macem2 dehh….sambil tutup mukanya pake ke 2 tangannya!” terliat jelas miss V nya ping masi rapatt…

lo tadi lo tanya kok isa gede? lagian gw udah liat lo telanjang..
tapi gw cuma kasi liat lo aja biar lo tau ga lebih gw ga macem2 kok biar adil tadi gw liat lo… “buka aja tangan kamu sama mata kamu. itu kemaluan km kliatan lagi lo lansung tangan dye reflek tutupin mis v nya sambil menyilang kakinya tapi matanya blom melek… ” ini gpp liat aja kan cuma kita ber2 aja yang tau…. akhirnya matanya terbuka… ohh gitu bentuknya nya frans..”

dalem hati gw bilang Duh ini orang polos amat ketauan ga pernah melakukan yang aneh2….. akhirnya gw beraniin diri ini pegang aja menuntun tangannya ke burung gw dan akhirnya di pegang juga di maenin saya dya sampe akhirnya kelimak gw “dya kaget lho apa itu…?” itu sperma ku ku brnkan diri bilang gantian dunk ak maenin punya kamu… dye pun hanya tersenyum malu dan gw brnikan diri buat buka selankannya dan menciumi dari kaki hingaga mis v nya… posisi dya tiduran.. setelah dye klimak gw lansung berdiri di aats dye … lalu setngah jongkok menyodorkan palkon gw ke dya akhirnya masuk mulut dye stelah bujukan2 hingga gw klimax buat ke-2 kalinya ,,, dan brnkan diri buat masukan burung gw ke sangkar baru nya di dalem mis v nya .. dan dya menikmati permainan…

setelah bebrapa bulan liburan kluar kota bersama ortunya kemudian reva masuk kuliahh. dan saya bener2 kangen sama dya dan ternyata dya juga kangen akan saya.. pada saat bgitu dya slesai kuliah kira2 pukul 5 sore saya maen ketempat kostnya. dan begitu sampe kostnya gw di ajak mandi bareng..,

waktu mandi bareng ad suara ketukan pintu di depan reva bergegas kluar mengenakan handuk bilang itu si putri yank temen ak yang di bwah kamarnya… (gw blom tau klo itu cwe yang gw liat telanjang waktu di bwah ) lalu putri dengan rok mini dan tank top nya berkata rev gw pinjem komputer lo yah? komputer gw rusak di bwah ga mau nyala….
reva yah udah pake aja… masuk sini… tuh pake aja.. mau minum apa? reva pun pergi membikin kan minum karna gw udah selesai mandi gw kluar telanjang bilang ke reva .. rev minta handuk dunkk.. sambil gw liat cwe cantik duduk depan komputer (kok mirip yang waktu itu telanjang dibwa yah) putri pun kaget ketika nengok gw telanjang bulat.. dan menutup matanya

gw segera tutup burung gw pake tangan…. bilang yank handuknya mana malu ne… di kasi lah handuk yang di pake reva… trus bilang eh maap put lupa gw ad cwo gw…. kenalin tangan kanan nya putri di tarik kenalan sama gw tapi masi tutup mata dya… ini frans put…
yank ini putri…. lalu gw tinggal mandi mau kramas dulu yahh udah put buka mata aja udah pake celana si frans

trus putri bilang Pake celana dulu sana.. gw pun pake hanya boxser gw dan kaos karna recana sehabis putri pergi jadi gampang berhubungan sex nya….
gw pun kembali berpikiiran kotor karna waktu itu liat dye telanjang.. gw mulai nyapa aja hay…

JGN berpikiran MACEM2 LO YAH GW LAPOR POLISI NE KLO LO MACEM2……
yee otak kamu tuh yang macem2(padahal otak gw udah ngeres pengen gw sikat juga ini CWE gimana caranya yah liat dye bugil lagi) gw cuma nyapa kok.. btw kamar lo yang di bwah reva persis yah?
kok tau ?” emang lo pernah liat gw?” iya sebulan yang lalu pagi2 sekitar jam 10…”lho biasnya kan jam 10 pas gw mandi sampe jam 1/2 11 an.. lo liat gw di kamar mandi lo ngintip????!!! ” ujar putri
gw jujur aja yah put…

kaga wong waktu itu lo abis mandi kebetulan jendela kordennya kebuka jadi keliatan lo kluar dari kamar mandi deh yah keliatan lo telanjang waktu itu ,, maap yah ga sengaja

“gw di tampar lahhh sama SI PUTRI EH CWO gw tau diri…ngintip2 lagi”
“lho wong ga sengaja kek tadi km juga liat gw telanjang jadi impas dunk… ?” ujar gw becanda abis di tampar….

btw sry yah sakit yah gw dtampar gw kira lo sengaja ngintip gw…. ya udah kita inpas” Mata si putri tertatap ke burung gw karna dye yakin burung gw pasti brontak…. btw lagi nama lo sapa tadi? salam kenal yah…” sambil ambil minum di meja samping kanan nya sembil setengah jongkok… dan kembali ngedit tugasnya…

(keknya udah di maapin gw) Otak setan gw kluar lagi gara2 liat celana dalemnya warna biru muda… pahanya putih mulus.. dan burung gw tegang lagi dan ternyata si reva udah kluar kamar mandi tapi telanjang.. tanpa malu2 lagi…

reva pun mempergoki gw liat celana dalem putri…dan melihat burung gw tegang langsung dari arah kiri burung gw di maenin di dalem celana gw tanpa perduliin putri yang berada tepat di samping kanan gw…. gw pun menikmati nya kemudian gw maenin cloritis nya dan reva pun mencopot bokser gw hingga gw telanjang bulat lagi pada saat reva mendesah putri nengok kearah kami dan kaget dya melihat si reva sedang maenin burung gw dan tangan gw masuk ke kloritisnya..

Jorok lo ber2.. ga malu apa ad gw juga….”sahut putri sambil curi2 pandang liat burung gw…
reva pun berkata lho tadi lo udah liat cwo gw telanjang kan…hehe gw ga tahan put kangen gw sama burung nya frans…

putri said: ” yah udah deh gw ngerjain tugas nya aja deh gw liat aja yah ga ikut2 gw,,
gw sama reva “Ok deh”

di lumat lahh burung gw karna kedaleman reva tersdak hingga akhirnya klimax pada saat klimax ternyata tidak sedang di kulum mulutnya karena waktu itu dye minum air putih dan arah burung gw waktu klimax kearh si putri dan mucrat lahh crot crot crot kena semua di paha putri…. putri pun kaget dan bertanya rev ad tisu ga jorok bgt si sampe kena gw sperma nya…. reva pun bergegas ambil tisu dan karna jijik putri sdikit ngangkat roknya takut kena roknya sperma gw sampe keliatan itu celana dalemnya….

tangan gw tetep kocok burung gw sendiri….
dan gw bilang wihh celana dalem lo biru yahh put…
nih tisunya put eh bentar tlp gw bunyi..
bentar yank tlp rumah bunyi..

“eh jgn macem2 dehhh frans…tapi kok matanya liat burung gw mulu..”sambil bersihin sperma di pahanya dya dan kembali ngerjain tugasnya kembali sesekali liat burung gw lagi… dan akhirnya crot gw muncrat lagi ngebanyakin putri telanjang kena lagi ke putri tapi kali ini bersihinyna ga pake tisu karna si reva tlp tapi dye usap pake tangan turs di jilat sendiri…

gw kaget setengah mati kok ga pake tisu? nggak ad tisu lagi si reva lagi tlp ga enak ganggu..mukanya mupeng bgt liat burung gw seklaian cobain rasanya enak apa nggak… hehe ini klo mau cobain aja gw lekas berdiri gw sodorin dan reflek tangan si putri pengan burng gw dan sedikit di dorong nya menjauh….eh jgn frans ga mau gw..lapor polisi ne lo macem2…
lho itu lo pegang burung gw cobain aja seklaian…..

pikiran gw makin ga kacau ketika di pegang tampa basa basi lasngung gw tempelin ke mulutnya dan dye pun merem menghindarkan mulutnya ga pegang burung gw… gw pegang kepala dye dan gw masukan paksa burung gw.. dan sdikit di gigitnya reflek gw tarik burung gw karna sakit..si reva udah di samping putri dan bilang jgn gitu put neh gini…

gw gigit lagi ne sahut putri… reva pun bilang gpp put gw ga marah kok.. trus di arahin lahh ****** gw lagi sama si reva ke mulut si putri.. pertama merem putri trus membuka mulutnya… gw bilang awas lo yah lo gigit tete lo tar gw gigit juga biar adil…

di lumat lah burung gw sama si putrigw gerakin karna si putri ga mau pegang… si putri ngeliat2 ternyata tangan reva maenin cloritis putri hingga tau2 celana dalem putri udah tidak di pake lagi…
pas gw kilmax di mucarkanlah itu di luar mulutny ga semua putri hisap trus bilang awas lo yah pegang kemaluan gw cukup si reva aja.. gw kembali memasukan burung gw tak suruh bersihin bersihin ne sperma gw… ga lama kemudian si putri klimaxx gw tarik burung gw dari mulut putri…

put copot itu tanktop sama bh mu biar ga kotor… akhirnya copot lah semua putri telanjang bulat…. sambil malu2 dye tutup2 in MIS V nya serta tetenya yang padet ga begitu besar tapi normal

yank burung kamu masukin lagi dunk ksini… ak mau cobtete putri…
ok deh deh yank.. posisi putri sama gw 69 sedangkan reva bedara di ats gw pertama tangan si reva maenin clorits putri.. terliahat dengan jelas oleh gw miss v nya putri begitu rapet sama kek punya reva waktu pertama klinya..dengan brn gw gantikan tangan reva masuk ke kloritisnya putri

dan putri tidak menyadarinya,.. klo sdar pasti udah brontak- brontak..
begitu gw klimax di dalem miss v reva tiba2 si ppputri juga begejolak seperti mau klimax juga eh ternyata benar ketika ke2 tangan reva meremas2 tete putri putri sdar lho itu tangan sapa di kemaluan gw….
tangan gw put…. tadi gw liat si reva mau remet2 tete lo jadi gw maenin aja put tuh tadi lo udah emut2 burung gw…

putri pun sedikit kesal tapi udah pasrah karna udah terjadi… dan gw pun lemas tidur tiduran posisinya gw di kiri kanan gw persis si putri dan kanan putri si reva 969….. ketika si 6 si putri maenin cloritis nya si reva terlihat jelas kemaluan si putri tangan gw juga manaenkan cloritis si putri tanpa basa basi gw masukan burung gw dye pun brontak apa2 an si FRANS masukin burung lo ga bilang2 …. mau brontak tapi ga isa karna udah gw colok burung gw pindah ke sangkar burungnya putri… dan sesaat waktu putri sdikit bertriak mis v nya reva di sodorkan ke mulut si putri.. dan kami pun bergantian hingga akhirnya gw lemes..

sedikit kisah hingga ahkirnya kami kadang melakukan ber 3.. klo putri lakuin setelah dye mens biasnya minta tanpa malu2…

Lihat Juga : Cerita Bugil Dewasa Akibat Kerja Lembur

CERITA SEX ISTRI SELINGKUH LEWAT FACEBOOK

$
0
0

CERITA SEX ISTRI SELINGKUH LEWAT FACEBOOK – Pernikahanku dengan Arjuna sudah memasuki tahun ke 15 Selama itu hubunganku dengan Arjuna sangat harmonis. Apalagi dengan kehadiran tiga buah hati kami. Namun, petaka di dalam keluargaku mulai muncul tatkala aku mengenal facebook (FB). Gara-gara jejaring sosial inilah impianku untuk membangun rumah tangga yang utuh berantakan. Aku yang sehari-hari hanya sebagai ibu rumah tangga tergoda dengan rayuan lelaki lain melalui FB.

Cerita ini berawal ketika 2010 lalu aku diperkenalkan oleh suamiku tentang facebook. Saat itu, aku yang hanya bekerja di dalam rumah seakan mendapat hiburan baru. Suamiku pun senang, karena melihat diriku tidak bosan menjaga anak di rumah.

Sebulan mengenal facebook, aku menilai tak ada yang istimewa pada jaringan sosial ini. Namun, setelah mengenal chat (ngobrol), aku mulai menikmatinya. Apalagi banyak yang ingin berkenalan denganku. Baik itu laki-laki, maupun ibu-ibu.

Wajahku memang ayu. Kulitku putih bersih. Saat ini usiaku sekitar 37 tahun. Aku memasang foto profil yang cukup menarik di facebook. Mungkin ini yang membuat banyak orang yang tertarik untuk berkenalanlebih jauh denganku. Dari sekian banyak lelaki yang menyapa aku di facebook, ada beberapa lelaki yang mengaku tertarik kepadaku. Walaupun saat itu aku mengatakan bahwa aku sudah punya anak dan suami, Sehingga mereka tidak pantas untuk menyukaiku

Awalnya aku bertekad untuk tidak tergoda dengan bujuk rayu sejumlah lelaki di facebook. Namun, setelah aku mengenal Karna semuanya berubah.
Karna adalah seorang PNS yang mendapat beasiswa S2 tingkat akhir salah satu PTN , berasal dari luar Jawa. Wajahnya tampan setampan suamiku, cerdas dan kaya. Dari postingannya aku dapat menilai, ia lelaki yang sudah menikah ini sangat religious. Karna betul-betul mampu menggoyahkan imanku.

Bahasanya yang santun, dan caranya ia memerhatikanku di facebook telah membuat hati ini luluh. Setiap hari kami ngobrol lewat facebook. Bahkan kami saling bertukar pikiran tentang rumah tangga kami masing-masing.
Ya…boleh dibilang kami saling curhat-curhatan. Dari sinilah perasaan aneh muncul, baik saya maupun Karna. Akhirnya, Karna menyatakan sayangnya lewat chat dan ingin berjumpa denganku.

Aku yang sejak awal sudah tertarik dengan Karna tak mampu menolaknya. Namun, aku masih malu-malu menyatakan suka kepadanya.

Setelah sekian bulan hanya chat di facebook, kami pun sepakat untuk bertemu. Kami kemudian melakukan pertemuan di salah satu restoran di dikawasan timur Jakarta. Saat itu Karna datang seorang diri, sementara aku membawa anak bungsuku.

Walaupun, aku menyukainya, aku tak ingin pertemuan kami menimbulkan fitnah. Perasaanku deg-degan saat bertemu dengan Karna. Ia pun menyapaku dengan suara berat. Ada yang lain muncul di dalam hatiku. Di tempat itu, Karna pun kembali menyatakan ketertarikannya kepadaku. Akupun menyatakan hal yang sama.

Pertemuan dengan Karna di restoran tersebut bukanlah hal yang terakhir. Sejak pertemuan itu, kami pun sering janjian untuk bertemu. Bahkan, kadang, aku bertemu dengan Karna seorang diri tanpa membawa anakku. Kebetulan di rumah aku memiliki seorang pembantu rumah tangga.

Rupanya, inilah awal dari keretakan rumah tanggaku dengan Arjuna. Aku sudah mulai jarang di rumah tanpa sepengetahuan Arjuna. Maklum, setiap hari Arjuna bekerja mulai dari pagi hingga malam. Sementara, kadang aku selalu bertemu dengan Karna dari siang hingga sore.

Karna telah membuka mataku tentang indahnya dunia ini. Ia mengajak aku shopping, wisata kuliner, dan mendatangi tempat- tempat hiburan lain. Ini semua kulakukan tanpa harus mengeluarkan duit. Aku seakan-akan sudah terjebak dalam kehidupan foya- foya.

Walaupun aku sering foya-foya dengan Karna, sikapku di rumah tetap seperti biasa. Aku tetap sebagai istri melayani suamiku ketika ia baru pulang dari kantor. Termasuk mengurus pakaian dan makanannya saat ia akan ke kantor di pagi hari.
Setelah jalan bareng dengan Karna selama dua bulan, aku pun tak mampu menolak ajakan Karna untuk bertemu di hotel. Saat itu Karna sudah membooking satu kamar di salah satu hotel berbintang di timur Jakarta. Sekitar pukul 11.00 WIB aku datang menemuinya di kamar itu. Setelah kami berbincang-bincang selama beberapa menit, aku tak kuasa ketika Karna memeluk tubuhku.

Akhirnya, aku pun terjebak dalam rayuan syetan, tergoda dan rela melakukan hubungan suami istri dengan lelaki yang bukan suamiku sendiri. Sejak peristiwa itu, kami sering melakukannya, dari satu hotel ke hotel yang lain. Aku pun begitu menikmati kehidupanku ini. Namun, di hatiku setiap hari berteriak. Aku tak rela mengkhianati suamiku yang sudah memberiku tiga orang anak. Apalagi ia begitu baik dan begitu memercayaiku. Ia pun sangat disenangi oleh keluargaku.

Aku ingin lepas dari kehidupan Karna yang harus kuakui telah memberi warna baru dalam hidupku. Ia pun mengaku tulus mencintaiku. Di depanku juga ia mengaku berdosa telah mengkhianati istrinya. Tapi, ia pun tak bisa meninggalkanku.
Bulan berganti bulan, kehidupanku tak ada yang berubah. Aku pun dan Karna masih tetap jalan bareng. Bahkan, aku semakin takut kehilangannya. Namun, peribahasa yang mengatakan, sepandai- pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga telah terbukti kepada diriku.

Sepandai-pandainya aku menyembunyikan hubungannya dengan Karna, akhirnya ketahuan juga oleh suamiku. Aku, ketahuan selingkuh setelah suamiku membaca SMS Karna yang berisi kata-kata mesra. Ia pun memaksa aku untuk mengaku.
Aku saat itu tak bisa berbuat apa-apa. Apalagi suamiku langsung menghubungi nomor ponsel Karna. Awalnya Karna membantah, dan mengatakan bahwa ia dan diriku hanya berteman. Namun, setelah diancam oleh suamiku, Karna mengakuinya dan meminta maaf.

Namun, suamiku sudah terlanjur sakit. Ia pun langsung menceraikanku. Saat ini aku, dan Arjuna masih dalam tahap perceraian.

Namun, dalam doaku setiap selesai shalat aku memohon maaf kepada Allah SWT, kepada suamiku, kepada anak-anakku dan kepada keluargaku karena aku telah menyia-nyiakan cinta mereka. Aku ikhlas menerima ini semua atas konsekuensi dari perbuatanku sendiri.
Namun, aku masih tetap berharap untuk bisa kembali bersama dengan Arjuna, dan akan aku buktikan untuk menjadi istri yang baik.”
—————————————————————————
Sejatinya Teknologi diciptakan untuk mempermudah manusia dalam kehidupannya sehari hari,tapi sayang,kenyataannya kita sendiri yang menyalah gunakan teknologi tersebut untuk hal-hal yang tidak baik,karena menurut data yang ada,sumber perceraian terbesar dunia saat ini adalah perselingkuhan via FACEBOOK disusul oleh TWITTER dan SMS,

Lihat Juga :

Cerita Sex Ngentot Pembantu Janda Bikin Crott

Cerita Sex – Perawan Anak Tetangga

$
0
0

Cerita Sex – Perawan Anak Tetangga. Aku seorang pegawai di salah satu perusahaan swasta di kota DKI, nama aku Iwan. Aku berumur 30 tahun dengan tinggi badan 170 cm serta berat badan 65 kg dan kata cewek-cewek sih, aku memiliki wajah dan tubuh yang sangat ideal untuk seorang laki-laki bujangan. Perusahaan tempat aku kerja memberlakukan lima hari kerja yaitu setiap hari senin sampai Jumat, sehingga setiap hari sabtu aku selalu berada di rumah yang merupakan salah satu kompleks elit di kota aku itu. Setiap hari sabtu aku selalu mengisi waktu dengan melihat situs porno, majalah porno, dan menonton film pornoh yang aku sewa di salah satu rental yang berada di kompleks tersebut, dan hal itu berlangsung selama berbulan-bulan.

”Suatu saat hal tersebut tidak aku lakukan lagi karena setelah aku melihat Riska anak tetangga aku yang masih duduk di kelas 1 SMP yang kira-kira berumur 12 tahun dan aku sangat terpesona dengan kemolekan tubuh anak tersebut. Riska memiliki tubuh yang indah untuk ukuran anak seumur dia dengan tinggi badan sekitar 155 cm dan berat badan sekitar 45kg serta memiliki dua bukit kembar yang berukuran sedang yang tercermin dari tonjolan padat dibalik seragam sekolah yang ketat dan tank top yang biasa dikenakannya dan yang tidak kalah menariknya lagi ia memiliki pantat yang sangat padat dan berisi yang terlihat dari rok sekolah setinggi lutut dan rok mini yang ia kenakan dan anehnya lagi aku tidak pernah melihat adanya garis CD yang ia kenakan, dan yang pasti memiawnya belum ditumbuhi bulu-bulu halus. Aku sering melihat riska kesekolah setiap hari dengan sengaja berdiri didepan rumah sebelum aku berangkat kerja atau pada sore hari sepulang kerja di saat ia sedang jalan-jalan sore di sekitar kompleks dan pada saat itu aku selalu memandangi riska dengan sangat tajam dan penuh nafsu namun ia tak menyadarinnya dan sampai suatu hari riska mulai menyadarinya dan mulai membalas tatapan aku dengan mata yang sangat menggoda.

”Sejak kejadian itu aku selalu terbayang-bayang dengan kemolekan riska setiap usai bekerja namun bukannya aku jatuh cinta padanya tapi aku suka akan kemolekan tubuhnya dan sangat bernafsu untuk mencicipinnya, tetapi nafsu birahi tersebut aku tahan dan aku lampiaskan dengan hanya memandangi tubuhnya dari balik pagar pada sore hari disaat ia sedang berjalan-jalan dikompleks. Riska selalu menggunakan tank top dan rok mini setiap akan berjalan- jalan disekitar kompleks bersama kakak dan sepupunya (Yani yang sedang kuliah smst 2 dan Neni yang duduk di sma kls 3) dan ini dia lakukan setiap sore. Seperti biasanya pada sore hari setiap pulang kerja aku selalu menunggu riska untuk memandangi tubuhnya, tetapi pada saat itu aku heran karena riska hanya sendiri saja berjalan dengan sangat santai dan seperti biasa pula ia hanya memakai tank top yang pada saat itu berwarna kuning dan rok mini berwarna putih tembus pandang dan yang tidak terlalu ketat.

Dengan sangat nafsu aku tatap dia dari balik pagar dan dia pun membalasnya dan tanpa aku sangka-sangka riska menuju ke pintu pagar rumah aku, dan dalam hati aku bertanya mungkin dia akan marah karena aku selalu menatapnya, tetapi hal tersebut tidak terjadi, dia malah tersenyum manis sambil duduk dideket didepan pagar rumah aku yang membuat nafsu aku semakin tinggi karena dengan leluasa aku dapat memandangi tubuh riska dan yang lebih mengasikan lagi ia duduk dengan menyilangkan pahannya yang membuat sebagian roknya tersingkap disaat angin meniup dengan lembutnya namun ia diam dan membiarkan saja. Dengan penuh nafsu dan penasaran ingin melihat tubuh riska dari dekat maka aku dekati dia dan bertannya

”Duduk sendirian nih boleh aku temanin,” dengan terkejut riska mambalikan wajahnya dan berkata “eh…… boooboleh.” Aku langsung duduk tepat di sampingnya dikarenakan deker tersebut hanya pas untuk dua orang. Dan untuk mengurangi kebisuan aku bertannya pada riska “Biasanya bertiga, temennya mana..?”, dengan terbata-bata riska berkata “Gi.. gini om, mereka i.. itu bukan temen aku tetapi kakak dan sepupu aku.” aku langsung malu sekali dan kerkata “Sorry.” kemudia riska menjelaskan bahwa kakak dan sepupunnya lagi ke salah satu mal namannya MM. Riska mulai terlihat santai tetapi aku semakin tegang jantungku semakin berdetak dengan kerasnya dikarenakan dengan dekatnya aku dapat memandangi paha mulus riska ditambah lagi dua bukit kembarnya tersembul dari balik tank topnya apabila dia salah posisi.

Diam-diam aku mencuri pandang untuk melihatnya namun dia mulai menyadarinya tetapi malah kedua bukit kembarnya tersebut tambah diperlihatkannya keaku yang membuat aku semakin salah tingkah dan tampa sengaja aku menyentuh pahanya yang putih tanpa ditutupi oleh rok mininya karena tertiup angin yang membuat riska terkejut dan riskapun tidak marah sama sekali sehingga tangan aku semakin penasaran dan aku dekapkan tangan aku ke pahanya dan dia pun tidak marah pula dan kebetulan pada saat itu langitpun semakin gelap sehingga aku gunakan dengan baik dengan perlahan-lahan tangan kiri aku yang berada di atas pahanya aku pindahkan ke pinggannya dan meraba-raba perutnya sambil hidungku aku dekatkan ketelingannya yang membuat riska kegelian karena semburan nafasku yang sangat bernafsu dan mata ku tak berkedip melihat kedua bukit kembarnya yang berukuran sedang dibalik tank topnya.

”Tanpa aku sadari tangan kiri aku telah menyusup kedalam tank top yang ia gunakan menuju kepunggunya dan disana aku menemukan sebuah kain yang sangat ketat yang merupakan tali BH nya dan dengan sigapnya tangan aku membuka ikatan BH yang dikenakan riska yang membuat tangan aku semakin leluasa ber gerilya dipunggunya dan perlahan- lahan menyusup kebukit kembarnya serta tangan kanan aku membuka ikatan tali BH riska yang berada di lehernya dan dengan leluasa aku menarik BH riska tersebut keluar dari tank topnya karena pada saat itu riska mengggunakan BH yang biasa digunakan bule pada saat berjemur. Setelah aku membuka BHnya kini dengan leluasa tangan aku meraba, memijit dan memelintir bukit kembarnya yang membuat riska kegelian dan terlihat pentil bukit kembarnya telah membesar dan berwarna merah dan tanpa ia sadari ia berkata

“Terusss.. nikmattttt.. Ommmm……….. ahh.. ahhhh….” Dan itu membuat aku semakin bernafsu, kemudian tangan aku pindahkan ke pinggannya kembali dan mulai memasukannnya ke dalam rok mini yang ia kenakan dengan terlebih dahulu menurunkan res yang berada dibelakang roknya, kemudian tangan aku masukan kedalam rok dan CDnya dan meremas-remas bokongnya yang padat dan berisi dan ternyata riska memakai CD model G string sehingga membuat aku berpikir anak SMP kayak dia kok sudah menggunakan G string tetapi itu membuat pikiranku selama ini terjawab bahwa riska selama ini menggunakan G string sehingga tidak terlihat adanya garis CD. Lima menit berlalu terdengar suara riska “Ahh.. terusss Om… terusss.. nikmattttt.. ahh.. ahhhh…

”hanya kalimat itu yang keluar dari mulut riska pada saat aku menyentuh dan memasukan jari tengan aku ke dalam memiawnya yang belum ditumbuhi bulu-bulu tersebut dari belakang dan aku pun makin menggencagkan seranganku dengan mengocok memiawnya dengan cepat. Tiba-tiba pecahlah rintihan nafsu keluar dari mulut Riska. “Ouuhhh.. Ommmm.. terus.. ahhh.. ahhhhhhhhh.. ahhhhhhhhhhhhhh..” riska mengalami orgasme untuk yang pertama kali. Setelah riska mengalami orgasme aku langsung tersentak mendengar suara beduk magrib dan aku menghentikan seranganku dan membisikan kata-kata ketelinga riska “Udah dulu ya..”

dengan sangat kecewa riska membuka matanya dan terlihat adanya kekecewaan akibat birahinya telah sampai dikepala dan aku menyuruhnya pulang sambil berkata “Kapan-kapan kita lanjutkan lagi,” ia langsut menyahut “Ya om sekarang aja tanggung nih, lihat memiaw aku udah basah..” sambil ia memegang memiawnya yang membuat aku berpikir anak ini tinggi juga nafsunya dan aku memberinya pengertian dan kemudian ia pulang dengan penuh kekecewan tanpa merapikan tank top dan roknya yang resnya masih belum dinaikan namun tidak membuat rok mininya turun karena ukuran pingganya yang besar, tetapi ada yang lebih parah ia lupa mengambil BH nya yang aku lepas tadi sehingga terlihat bukit kembarnya bergoyang-goyang dan secara samar-samar terlihat putting gunung kembarnya yang telah membesar dan berwarna merah dari balik tank topnya yang pastinya akan membuat setiap orang yang berpapasan dengannya akan menatapnya dengan tajam penuh tanda tanya.

Setelah aku sampai di rumah aku langsug mencium BH riska yang ia lupa, yang membuat aku semakin teropsesi dengan bentuk gunung kembarnya dan dapat aku bayangkan dari bentuk BH tersebut. Sejak kejadian sore itu, lamunanku semakin berani dengan menghayalkan nikmatnya bersetubuh dengan riska namun kesempatan itu tak kunjung datang dan yang mengherankan lagi riska tidak pernah berjalan-jalan sore lagi dan hal tersebut telah berlangsung selama 1 minggu sejak kejadian itu, yang membuat aku bertanya apakah dia malu atau marah atas kejadian itu, sampai suatu hari tepatnya pada hari sabtu pagi dan pada saat itu aku libur, cuaca sangat gelap sekali dan akan turun hujan, aku semakin BT maka kebiasaan aku yang dulu mulai aku lakukan dengan menonton film porno, tapi aku sangat bosan dengan kaset tersebut.

Hujanpun turun dengan derasnya dan untuk menghilangkan rasa malas dan bosan aku melangkah menuju keteras rumah aku untuk mengambil koran pagi, tapi setibanya didepan kaca jendela aku tersentak melihat seorang anak SMP sedang berteduh, ia sangat kedinginan dikarenakan bajunya basah semuannya yang membuat seluruh punggunya terlihat termasuk tali BH yang ia kenakan. Perlahan-lahan nafsuku mulai naik dan aku perhatikan anak tersebut yang kayaknya aku kenal dan ternyata benar anak tersebut adalah Riska, dan aku berpikir mungkin dia kehujanan saat berangkat sekolah sehingga bajunya basah semua. Kemudian aku mengatur siasat dengan kembali ke ruang tengah dan aku melihat film porno masih On, maka aku pun punya ide dengan megulang dari awal film tersebut dan akupun kembali ke ruang tamu dan membuka pintu yang membuat riska terkejut.

Pada saat riska terkejut kemudia aku bertannya pada dia “Lo riska ngak kesekolah nih?” dengan malu- malu riska menjawab “Ujan om..” aku langsung bertannya lagi “Ngak apa-apa terlambat.” “Ngak apa-apa om karena hari ini ngak ada ulangan umum lagi.” riska menjawab dan aku langsung bertannya “Jadi ngak apa-apa ya ngak kesekolah?”. “Ia om”, riska menjawab dan dalam hati aku langsung berpikir bahwa selama ini riska tidak pernah kelihatan karena ia belajar untuk ulangan umum, dan inilah kesempatan yang aku tunggu- tunggu dan aku langsung menawarinya untuk masuk kedalam dan tanpa malu-malu karena udah kedingin dia langsung masuk kedalam ruang tamu dan langsung duduk dan pada saat itu aku memperhatikan gunung kembarnya yang samar- samat tertutupi BH yang terlihat dari balik seragam sekolahnya yang telah basah sehingga terlihat agak transparan.

”Melihat riska yang kedinginan, maka aku menawari dia untuk mengeringkan badannya di dalam dan dia pun setuju dan aku menunjukan sebuah kamar di ruang tengah dan aku memberi tahu dia bahwa di sana ada handuk dan baju seadannya. Dengan cepat riska menuju ke ruang tengah yang disana terdapat TV dan sedang aku putar film porno, hal tersebut membuat aku senang, karena riska telah masuk kedalam jebakanku dan berdasarkan perkiraan aku bahwa riska tidak akan mengganti baju tetapi akan berhenti untuk menonton film tersebut. Setelah beberapa lama aku menunggu ternyata riska tidak kembali juga dan akupun menuju keruang tengah dan seperti dugaanku riska menonton film tersebut dengan tangan kanan di dalam roknya sambil mengocok memiawnya dan tangan kiri memegang bukit kembarnya. Aku memperhatikan dengan seksama seluruh tingkah lakunya dan perlahan-lahan aku mengambil handy cam dan merekam seluruh aktivits memegang dan mengocok memiaw dan bukit kembarnya yang ia lakukan sendiri dan rekaman ini akan aku gunakan untuk mengancamnya jika ia bertingkah. Setelah merasa puas aku merekamnya.

Aku menyimpan alat tersebut kemudian aku dekati riska dari belakang. Aku berbisik ketelinga riska, enak ya, riska langsung kaget dan buru- buru melepaskan tangannya dari memiaw dan bukit kembarnya, aku langsung menangkap tangannya dan berbisik lagi “Teruskan saja, aku akan membantumu.” kemudian aku duduk dibelakang riska dan menyuruh riska untuk duduk di pangkuanku yang saat itu penisku telah menegang dan aku rasa riska menyadari adanya benda tumpul dari balik celana yang aku kenakan. Dengan perlahan-lahan, tanganku aku lingkarkan keatas bukit kembarnya dan ciumanku yang menggelora mencium leher putih riska, tangan kananku membuka kancing baju riska satu demi satu sampai terlihat bukit kembarnya yang masih ditutupi BH yang bentuknya sama pada saat kejadian yang sore lalu.

Riska sesekali menggelinjat pada saat aku menyentuh dan meremas bukit kembarnya namun hal tersebut belum cukup, maka aku buka sebagian kancing baju seragam yang basah yang digunakan riska kemudian tagan kiri aku masuk ke dalam rok riska dan memainkan bukit kecilnya yang telah basah dan pada saat itu rok yang ia gunakan aku naikan ke perutnya dengan paksa sehingga terlihat dengan jelas G string yang ia gunakan. Aku langsung merebahkan badannya diatas karpet sambil mencium bibir dan telinganya dengan penuh nafsu dan secara perlahan-lahan ciuman tersebut aku alihkan ke leher mulusnya dan menyusup ke kedua gunung kembarnya yang masih tertutup BH yang membuat riska makin terangsang dan tanpa dia sadari dari mulutnya mengeluarkan desahan yang sangat keras.

“Ahhhhh terussssssss Omm…….. terusssssss…. nikmattttttt….. ahh…. ahhhhhhhhhhh……. isap terus Om.. Ahhhh…….. mhhhhhhhh. Omm…” Setelah lama mengisap bukit kembarnya yang membuat pentil bukit kembarnya membesar dan berwarna merah muda, perlahan- lahan ciuman aku alihkan ke perutnya yang masih rata dan sangat mulus membuat riska tambah kenikmatan. “Ahh ugggh…. uuhh…. agh…. uhh…. aahh”, Mendengar desahan riska aku makin tambah bernafsu untuk mencium memiawnya, namun kegiatanku di perut riska belum selesai dan aku hanya menggunakan tangan kiri aku untuk memainkan memiawnya terutama klitorisnya yang kemudian dengan menggunakan ketiga jari tangan kiri aku, aku berusaha untuk memasukan kedalam memiaw riska, namun ketiga jari aku tersebut tidak pas dengan ukuran memiawnya sehingga aku mencoba menggunakan dua jari tetapi itupun sia-sia yang membuat aku berpikir sempit juga memiaw anak ini, tetapi setelah aku menggunakan satu jari barulah dapat masuk kedalam memiawnya, itupun dengan susah payah karena sempitnya memiaw riska.

”Dengan perlahan-lahan kumaju mundurkan jari ku tersebut yang membuat riska mendesah. “Auuuuuggggkkkk…” jerit Riska. “Ah… tekan Omm.. enaaaakkkkk…terusssss Ommm…” Sampai beberapa menit kemudia riska mendesah dengan panjang. “Ahh ugggh…, uuhh…, agh…, uhh…, aahh”, yang membuat riska terkulai lemah dan aku rasa ada cairan kental yang menyempor ke jari aku dan aku menyadari bahwa riska baru saja merasakan Orgasme yang sangat nikmat. Aku tarik tangan aku dari memiawnya dan aku meletakan tangan aku tersebut dihidungnya agar riska dapat mencium bau cairan cintannya. Setelah beberapa saat aku melihat riska mulai merasa segar kembali dan kemudian aku menyuruh dia untuk mengikuti gerakan seperti yang ada di film porno yang aku putar yaitu menari striptis, namun riska tampak malu tetapi dia kemudian bersedia dan mulai menari layaknya penari striptis sungguhan. Perlahan-lahan riska menanggalkan baju yang ia kenakan dan tersisa hanyalah BH seksinya, kemudian disusul rok sekolahnya yang melingkar diperutnya sehingga hanya terlihat G string yang ia kenakan dan aku menyuruhnya menuju ke sofa dan meminta dia untuk melakukan posisi doggy, riska pun menurutinya dan dia pun bertumpuh dengan kedua lutut dan telapak tangannya.

Dengan melihat riska pada posisi demikian aku langsug menarik G string yang ia kenakan ke arah perutnya yang membuat belahan memiawnya yang telah basah terbentuk dari balik G string nya, dan akupun mengisap memiawnya dari balik G string nya dan perlahan-lahan aku turunkan G string nya dengan cepat sehingga G string yang riska kenakan berada di ke dua paha mulusnya, sehingga dengan leluasa dan penuh semangat aku menjilat, meniup, memelintir klitorisnya dengan mulut aku. “Aduh, Ommm…! Pelan-pelan dong..!” katanya sambil mendesis kesakitan Riska menjatuhkan tubuhnya kesofa dan hanya bertumpuh dengan menggunakan kedua lututnya. Aku terus menjilati bibir memiawnya, klitorisnya, bahkan jariku kugunakan untuk membuka lubang sanggamanya dan kujilati dinding memiawnya dengan cepat yang membuat riska mendesah dengan panjang. “Uhh…, aahh…, ugghh…, ooohh”. “Hmm…, aumm…, aah…, uhh…,ooohh…, ehh”. “Oooom…, uuhh…” Riska menggeliat- geliat liar sambil memegangi pinggir sofa. “Ahhh… mhhh… Omm…” demikian desahannya. Aku terus beroperasi dimemiawnya.

”Lidahku semakin intensif menjilati liang kemaluan Riska. Sekali-sekali kutusukkan jariku ke dalam memiawnya, membuat Riska tersentak dan memiawik kecil. Kugesek-gesekkan sekali lagi jariku dengan memiawnya sambil memasukkan lidahku ke dalam lubangnya. Kugerakkan lidahku di dalam sana dengan liar, sehingga riska semakin tidak karuan menggeliat. Setelah cukup puas memainkan vaginanya dengan lidahku dan aku dapat merasakan vaginanya yang teramat basah oleh lendirnya aku pun membuka BH yang dikenakan riska begitupun dengan G string yang masih melingkar dipahanya dan aku menyuruh di untuk duduk disofa sambil menyuruh dia membuka celana yang aku gunakan, tetapi riska masih malu untuk melakukannya, sehingga aku mengambil keputusan yaitu dengan menuntun tanggannya masuk ke balik celana aku dan menyuruh dia memegang penis aku yang telah menegang dari tadi.

Setelah memegang penis aku, dengan sigapnya seluruh celana aku (termasuk celana dalam aku) di turunkannya tanpa malu-malu lagi oleh riska yang membuat penis aku yang agak besar untuk ukuran indonesia yaitu berukuran 20 cm dengan diameter 9 cm tersembul keluar yang membuat mata riska melotot memandang sambil memegangnya, dan aku meminta riska mengisap penis aku dan dengan malu-malu pula ia mengisap dan mengulum penis aku, namun penisku hanya dapat masuk sedalam 8 cm dimulut riska dan akupun memaksakan untuk masik lebih dalam lagi sampai menyentuh tenggorokannya dan itu membuat riska hampir muntah, kemudian ia mulai menjilatinya dengan pelan- pelan lalu mengulum-ngulumnya sambil mengocok-ngocoknya, dihisap- hisapnya sembari matanya menatap ke wajahku, aku sampai merem melek merasakan kenikmatan yang tiada tara itu. Cepat-cepat tangan kananku meremas bukit kembarnya, kuremas-remas sambil ia terus mengisap-isap penisku yang telah menegang semakin menegang lagi.

Kemudian aku menyuruh riska mengurut penisku dengan menggunakan bukit kembarnya yang masih berukuran sedang itu yang membuat bukit kembar riska semakin kencang dan membesar. Dan menunjukan warna yang semakin merah. Setelah puas, aku rebahkan tubuh riska disofa dan aku mengambil bantal sofa dan meletakan dibawan bokong riska (gaya konvensional) dan aku buka kedua selangkangan riska yang membuat memiawnya yang telah membesar dan belum ditumbuhi bulu-bulu halus itu merekah sehingga terlihat klitorisnya yang telah membesar. Batang penisku yang telah tegang dan keras, siap menyodok lubang sanggamanya. Dalam hati aku membatin, “Ini dia saatnya… lo bakal habis,riska..!

”mulai pelan-pelan aku memasukkan penisku ke liang surganya yang mulai basah, namun sangat sulit sekali, beberapa kali meleset, hingga dengan hati-hati aku angkat kedua kaki riska yang panjang itu kebahu aku, dan barulah aku bisa memasukan kepala penisn aku, dan hanya ujung penisku saja yang dapat masuk pada bagian permukaan memiaw riska. “Aduhhhhhh Omm.. aughhhhghhhhh… ghhh… sakit Omm…” jerit Riska dan terlihat riska menggigit bibir bawahnya dan matanya terlihat berkaca-kaca karena kesakitan. Aku lalu menarik penisku kembali dan dengan hati2 aku dorong untuk mencoba memasukannya kembali namun itupun sia-sia karena masih rapatnya memiaw riska walaupun telah basah oleh lendirnya.

Dan setelah beberapa kali aku coba akhirnya sekali hentak maka sebagian penis aku masuk juga. Sesaat kemudian aku benar-benar telah menembus “gawang” keperawanan riska sambil teriring suara jeritan kecil. “Oooooohhhhgfg….. sa… kiiiit…. Sekkkallliii…. Ommmmm….”, dan aku maju mundurkan penis aku kedalam memiaw riska “Bless, jeb..!” jeb! jeb! “Uuh…, uh…, uh…, uuuh…”, ia mengerang. “Auuuuuggggkkkk…” jerit Riska. “Ommm Ahh…, matt.., maatt.., .ii… aku…” Mendengar erangan tersebut aku lalu berhenti dan membiarkan memiaw riska terbiasa dengan benda asing yang baru saja masuk dan aku merasa penis aku di urut dan di isap oleh memiaw riska,namun aku tetap diam saja sambil mengisap bibir mungilnya dan membisikan “Tenang sayang nanti juga hilang sakitnya, dan kamu akan terbiasa dan merasa enakan.”

Sebelum riska sadar dengan apa yang terjadi, aku menyodokkan kembali penisku ke dalam memiaw riska dengan cepat namun karena masih sempit dan dangkalnya nya memiaw riska maka penisku hanya dapat masuk sejauh 10 cm saja, sehingga dia berteriak kesakitan ketiga aku paksa lebih dalam lagi. “Uhh…, aahh…, ugghh…, ooohh”. “Hmm…, aumm…, aah…, uhh…, ooohh…, ehh”. “Ooommm…,sakkkitt…… uuhh…, Ommm…,sakitttt……….. ahh”. “Sakit sekali………… Ommm…, auhh…, ohh…” “Riska tahan ya sayang”. Untuk menambah daya nikmat aku meminta riska menurunkan kedua kakinya ke atas pinggulku sehingga jepitan memiawnya terhadap penisku semakin kuat.. Nyaman dan hangat sekali memiawnya..! Kukocok keluar masuk penisku tanpa ampun, sehingga setiap tarikan masuk dan tarikan keluar penisku membuat riska merasakan sakit pada memiawnya.

Rintihan kesakitannya semakin menambah nafsuku. Setiap kali penisku bergesek dengan kehangatan alat sanggamanya membuatku merasa nikmat tidak terkatakan. Kemudian aku meraih kedua gunung kembar yang berguncang-guncang di dadanya dan meremas-remas daging kenyal padat tersebut dengan kuat dan kencang, sehingga riska menjerit setinggi langit. Akupun langsung melumat bibir riska membut tubuh riska semakin menegang. “Oooom…., ooohh…, aahh…, ugghh…, aku…, au…, mau…, ah…, ahh…, ah…, ah…, uh…, uhh”, tubuh riska menggelinjang hebat, seluruh anggota badannya bergetar dan mengencang, mulutnya mengerang, pinggulnya naik turun dengan cepat dan tangannya menjambak rambutku dan mencakar tanganku, namun tidak kuperdulikan. Untunglah dia tidak memiliki kuku yang panjang..! Kemudian riska memeluk tubuhku dengan erat.

Riska telah mengalami orgasme untuk yang kesekian kalinya. “Aaww…, ooww…, sshh…, aahh”, desahnya lagi. “Aawwuuww…, aahh…, sshh…, terus Ommm, terruuss…, oohh” “Oohh…, ooww…, ooww…, uuhh…, aahh… “, rintihnya lemas menahan nikmat ketiga hampir 18 cm penisku masuk kedalam memiawnya dan menyentuh rahimmnya. “Ahh…, ahh…, Oohh…” dan, “Crrtt…, crtr.., crt…, crtt”, air maninya keluar. “Uuhh… uuh… aduh.. aduh… aduhh.. uhh… terus.. terus.. cepat… cepat aduhhh..!” Sementara nafas saya seolah memburunya, “Ehh… ehhh… ehh..” “Uhhh… uhhh…. aduh… aduh… cepat.. cepat Ommm… aduh..!” “Hehh.. eh… eh… ehhh..” “Aachh… aku mau keluar… oohh… yes,” dan… “Creeet… creeet… creeet…” “Aaaoooww… sakit… ooohhh… yeeaah… terus… aaahhh… masukkin yang dalam Ommm ooohhh… aku mau keluar… terus… aahhh… enak benar, aku… nggak tahaaan… aaakkhhh…” Setelah riska orgasme aku semakin bernafsu memompa penisku kedalam memiawnya, aku tidak menyadari lagi bahwa cewek yang aku nikmati ini masih ABG berumur 12 tahun.

Riska pun semakin lemas dan hanya pasrah memiawnya aku sodok. Sementara itu … aku dengarkan lirih … suara riska menahan sakit karena tekanan penisku kedalam liang memiawnya yang semakin dalam menembus rahimnya. Aku pun semakin cepat untuk mengayunkan pinggulku maju mundur demi tercapainya kepuasan. Kira-kira 10 menit aku melakukan gerakan itu. Tiba-tiba aku merasakan denyutan yang semakin keras untuk menarik penisku lebih dalam lagi, dan.. “Terus.., Omm.., terus.. kan..! Ayo.., teruskan… sedikit lagi.., ayo..!” kudengar pintanya dengan suara yang kecil sambil mengikuti gerakan pinggulku yang semakin menjadi. Dan tidak lama kemudian badan kami berdua menegang sesaat, lalu.., “Seerr..!” terasa spermaku mencair dan keluar memenuhi memiaw riska, kami pun lemas dengan keringat yang semakin membasah di badan.

Aku langsung memeluk riska dan membisikan “Kamu hebat sayang, apa kamu puas..?” diapun tersenyum puas, kemudian aku menarik penis aku dari memiawnya sehingga sebagian cairan sperma yang aku tumpahkan di dalam memiawnya keluar bersama darah keperawanannya, yang membuat nafsuku naik kembali, dan akupun memompa memiaw riska kembali dan ini aku lakukan sampai sore hari dan memiaw riska mulai terbiasa dan telah dapat mengimbagi seluruh gerakanku dan akupun mengajarinya beberapa gaya dalam bercinta. Sambil menanyakan beberapa hal kepadanya “Kok anak SMP kaya kamu udah mengenakan G string dan BH seksi” riska pun menjelaskannya “bahwa ia diajar oleh kakak dan sepupunya” bahkan katanya ia memiliki daster tembus pandang (transparan). Mendengar cerita riska aku langsung berfikir adiknya saja udah hebat gimana kakak dan sepupunya, pasti hebat juga. Kapan-kapan aku akan menikmatinya juga.

Setelah kejadian itu saya dan riska sering melakukan seks di rumah saya dan di rumahnya ketika ortu dan kakanya pergi, yang biasanya kami lakukan di ruang tamu, kamar tidur, kamar mandi, meja kerja, meja makan, dapur., halaman belakang rumah dengan berbagai macam gaya dan sampai sekarang, apabila saya udah horny tinggal telepon sama dia dan begitupun dengan dia. Riska sekarang telah berumur 14 tahun dan masih suka dateng mengunjungi rumah saya, bahkan riska tidak keberatan bila aku suruh melayani temen-temen aku dan pernah sekali ia melayani empat sekaligus temen-temen aku yang membuat riska tidak sadarkan diri selama 12 jam, namun setelah sadar ia meminta agar dapat melayani lebih banyak lagi katanya. Yang membuat aku berpikir bahwa anak ini maniak sex, dan itu membuat aku senang karena telah ada ABG yang memuaskan aku dan temen-temen aku, dan aku akan menggunakan dia untuk dapat mendekati kakak dan sepupunya.

Lihat Juga :

Cerita Sex Ngentot Pembantu Janda Bikin Crott

Cerita Dewasa Mesum Dengan Dosen

$
0
0

Cerita Dewasa Mesum Dengan Dosen – Aku teringat akan kisah yang terjadi 18 tahun yang lalu, ketika aku masih di alam persekolahan. Kisah yang akan kuceritakan ini mendatangkan kesan yang mendalam terhadap kehidupanku. Umurku sekarang 30 tahun lebih. Sewaktu berada di tingkat 5, di salah satu sekolah di Malaysia ini, aku terkenal dengan sifatku yang pemalu dan takut terhadap wanita. Ketakutanku itu bukan kerena takut seperti selayaknya orang melihat hantu, tetapi adalah karena tidak adanya kekuatan dalam diriku untuk berhadapan dan bergaul dengan mereka.

Walau bagaimanapun, aku seorang yang happy go lucky, suka bersenda gurau. Sekolahku tu pulak, sekolah laki-laki. Semua pelajarnya laki-laki, wanita yang ada hanyalah Dosen saja.

Jadi semakin bertambahlah ketakutanku pada kaum hawa itu. Walaupun aku tidak berani berhadapan dengan wanita, keinginanku untuk bergaul dengan mereka sangat tinggi. Aku sering berangan-angan memiliki pacar, dan aku juga suka cemburu melihat teman-temanku yang punya pacar dan sering keluar bersama pacar mereka. Aku juga memilki tabiat yang lain, yaitu gemas jika melihat wanita dewasa dan seksi, terutama yang keturunan Cina. Bila aku pergi ke tempat renang, aku sering onani setelah melihat cewek-cewek Cina yang seksi dan menggairahkan itu. Akibatnya aku jarang sekali berenang. Di sekolahku, dosen wanitanya lebih banyak dari pada dosen pria.

Ada yang Cina, India, dan yang Melayu pun ada. Di antara dosen perempuan tersebut, ada tiga orang yang setengah baya dan seksi. Dua orang Cina dan seorang lagi Melayu. Dosen Cina yang dua orang ini mengajar di semester 6, selalu menggunakan kaos saja jika datang ke sekolah. Yang pertama namanya Miss Wong dan satunya lagi Madam Chong. Madam Chong walaupun sudah memiliki tiga orang anak dan umurnya sudah dekat 40 tahun, tetapi badannya masih seksi. Sedangkan Miss Wong masih belum menikah, tetapi umurnya sudah cukup matang, kurang lebih 30 tahun. Tubuhnya masih montok. seperti biasa, cewek Cina memang punya bentuk badan yang menarik. Sedangkan dosen wanita satunya itu adalah dosen Melayu yang baru saja dipindahkan ke sekolah ini, dengar kabar dia berasal dari Trengganu. Dia pindah sebab ikut suaminya yang pindah kerja ke sini.

Kami memanggilnya Dosen Hanizah yang berusia sekitar 25 tahun. Beliau baru saja menikah dan mempunyai seorang anak yang baru berumur setahun lebih. Kabarnya, setelah lulus kuliahnya, dia terus menikah. Tinggal di Kuala Trengganu selama setahun, terus pindah ke sini. Suaminya bekerja sebagai Pegawai Pemerintahan. Aku sangat suka melihat ketiga orang dosen ini, wajah mereka dan badan mereka sungguh menawan, terutama dosen Hanizah. Walaupun dia tidak berpakaian seksi, apalagi bertudung tetapi tetap mengairahkan. Jika Miss Wong atau Madam Chong ingin pulang, atau baru sampai, aku pasti mendekati ke arah mobil mereka. Bukannya mau menolong membawakan buku mereka, tetapi ingin melihat paha seksi mereka ketika sedang duduk di dalam mobil. Kemaluanku pun terangsang saat itu. Kalau Dosen Hanizah agak susah dilihat keseksiannya, sebab dia bertudung dan berbaju kurung ke sekolah. Jika dia memakai kebarung, baru kelihatan sedikit bentuk tubuhnya yang montok dan molek itu.

Apa yang aku sangat suka pada Dosen Hanizah adalah wajahnya yang lembut dan menawan, suaranya manja bila berbicara. Dengan bentuk badan yang kecil molek, kulit yang putih akan memukau mata siapa saja yang memandang. Tetapi sayang seribu kali sayang karena ketiga dari mereka tidak ditakdirkan mengajar di kelasku. Aku hanya dapat melihat mereka pada waktu istirahat, waktu rapat bersama ataupun di ruang guru saja. Jarang sekali kesempatan yang mengijinkanku bersama dengan mereka. Entah bulan berapa, aku tidak ingat, kalau tidak salah dalam bulan Maret, dosen metematikaku pindah ke sekolah lain, alasan pindahnya aku tidak ingat. Jadi, selama 2 minggu kami tidak belajar matematika.

Memasuki minggu yang ketiga, waktu pelajaran matematika, Dosen Hanizah masuk ke kelas kami. Kami semua keheranan, apakah dia masuk untuk mengganti sementara atau mengajar mata pelajaran ini untuk menggantikan dosen lama. Dosen Hanizah yang melihat kami keheranan, menjelaskan bahwa dia akan mengajar matematika untuk kelas ini menggantikan dosen lama. Dengan tidak disangka, semua siswa dalam kelas bersorak gembira termasuk aku. Aku tidak tahu mereka gembira karena mendapat dosen baru atau gembira karena hal lain. Yang pasti, aku gembira sebab dosen yang paling cantik, yang selalu kudambakan akan masuk mengajar di kelas ini. Ini berarti aku dapat melihat dia lebih sering.

Mulai hari itu, Dosen Hanizah yang mengajar matematika. Aku pun jadi menyukai pelajaran ini, walaupun aku tidak pernah lulus matematika sebelumnya. Aku sering tanya dan menemui dia, bertanya masalah matematika. Dari situ, pengetahuan matematikaku bertambah, aku lulus juga akhirnya dalam ujian bulanan walaupun hanya mendapatkan nilai yang cukup. Oleh kerena terlalu menyukai Dosen Hanizah, aku jadi sedikit banyak mengetahui latar belakangnya. Kapan tanggal lahirnya, tinggal dimana dan bagaimana keadaan keluarganya. Dalam bulan Juni, Dosen Hanizah ulang tahun, aku mengajak teman satu kelas untuk mengucapkan “Selamat Hari Ulang Tahun” bila dia masuk nanti. Ketika Dosen Hanizah masuk ke kelas, ketua kelas mengucapkan “Selamat Hari Ulang Tahun Dosen” dan diikuti oleh kami semua. Dia terperanjat, dan bertanya dari mana kami semua tahu tanggal ulang tahunnya. Anak-anak yang lain menunjuk aku, mereka bilang kalau aku yang memberitahu.

Dosen Hanizah bertanya, “Dari mana kamu mengetahuinya..?” “Ada lah…” jawabku, setelah itu dia tidak bertanya lagi. Dosen Hanizah tinggal di rumah teres yang bersebelahan dengan komplek dekat tempat tinggalku, kurang lebih 2 km jaraknya dari rumahku. Waktu liburan, aku selalu berkeliling dengan sepeda ke komplek perumahan tempat tinggalnya. Aku tahu rumahnya dan selalu mampir di situ. Pernah sekali itu, waktu sedang bersepeda, Dosen Hanizah sedang memasukkan sampah ke dalam tong di luar rumah. Dia melihatku, dan terus memanggilku. Aku pun segera pergi ke arahnya. Dia tidak memakai tudung, terurailah rambutnya yang lurus sebahu itu. Sungguh ayu aku melihatnya sore itu. “Azlan, rumahmu dekat sini ya..?” tanyanya dalam logat Kedah. “Tidak juga.” balasku, “Tapi memang tidak terlalu jauh sih.” “Anda tinggal di sini..?” aku tanya padanya meskipun aku sudah tahu. “Iya..” “Sendirian aja? Mana suaminya?” “Ada di dalam, dengan anak saya.” Ketika kami asyik berbicara, suaminya keluar, menggendong anak perempuan mereka. Terus aku diperkenalkan kepada suaminya. Aku berjabat tangan dan menegur anaknya, sekedar menunjukkan rasa hormatku.

Suaminya tidak terlalu ganteng, tetapi terlihat bergaya, maklumlah pegawai. Setelah agak lama, aku minta diri untuk pulang. Sudah 6 bulan Dosen Hanizah mengajar kami, aku bertambah pandai dalam matematika. Dan selama itulah aku sering berada di kelasnya. Aku sering membayangkan keadaan Dosen Hanizah tanpa sehelai benang pun di tubuhnya, pasti indah sekali. Dengan bentuk tubuh yang montok, kecil, pinggang yang ramping serta kulit yang cerah, jika telanjang pasti membuat orang yang melihatnya ingin segera menerkam tanpa berpikir dua kali. Tetapi, aku hanya dapat melihat rambutnya saja di sore itu. Hari ini libur, libur karena memperingati peristiwa Sukan Tahunan. Aku tidak tahu hendak kemana, aku lelah bersepeda dan mengayuh tanpa arah tujuan. Agak jauh kali ini aku berkeliling, ketika ingin pulang aku melewati kawasan perumahan Dosen Hanizah, waktu itu langit gelap dan kelihatannya ingin hujan. Aku berharap bisa tiba di rumah sebelum kehujanan. Tetapi belum sampai di kawasan rumah Dosen Hanizah, hujan mulai turun, dan lama-lama semakin lebat. Pakaianku basah kuyup. Aku tidak berhenti, terus saja mengayuh sepedaku. Aku tidak sadar ternyata ban sepedaku semakin kempes, seharusnya aku memompa dulu sebelum keluar tadi.

walaupun sebentar lagi akan tiba di kawasan rumah Dosen Hanizah, aku tidak boleh menaiki sepedaku lagi, karena kalau dinaiki juga, akan semakin rusak ban sepedaku. Kemudian aku menuntun sepeda sampai ke rumah Dosen Hanizah. Niatnya aku akan meminjam pompa sepeda kepadanya. Ketika tiba di depan pintu pagar rumahnya, aku tekan bel rumahnya. Tidak lama kemudian, pintu rumah dibuka, dari jauh terlihat Dosen Hanizah menggunakan kain batik dan berbaju T-Shirt sedang memperhatikanku. “Dosen..!” jeritku. “Ada apa Azlan..?” tanyanya keheranan melihat aku yang basah kuyup dalam hujan lebat dengan kilat yang sabung menyabung. “Saya mau pinjam pompam, ban sepeda saya kempes.” “Tunggu sebentar..!” jeritnya. Dosen Hanizah masuk kembali ke rumah dan keluar membawa payung. Dia membukakan kunci pintu pagar dan memintaku untuk masuk. Ketika menuntun sepeda masuk, mataku memperhatikan Dosen Hanizah yang berada di depan, melenggang-lenggok berjalan menuju ke dalam. Dari belakang, kerampingannya terlihat jelas, dengan t-shirt yang agak ketat dan kain batik yang dililit memperlihatkan bentuk badannya yang menarik. Punggungnya yang montok dan pejal itu membangkitkan gairahku ketika dia berjalan.

Kemaluanku langsung menegak dalam kebasahan. “Memangnya dari mana saja kamu, kok naik sepeda hujan-hujanan?” tanyanya ketika tiba di depan pintu. “Jalan-jalan saja, sudah mau pulang tetapi ban sepeda saya kurang angin,” jelasku. “Anda punya pompa ngga..?” “Saya lihat dulu di gudang. Masuklah dulu.” menawarkan kepadaku. “Ngga apa-apa kok, nanti malah basah pula rumah Anda.” “Tunggu dulu…” Dosen Hanizah pun meninggalkanku kedinginan di situ, dia terus pergi ke dalam. Sebentar kemudian dia keluar membawakan pompa dan handuk. “Nah… ini…” diulurkannya pompa itu ke arahku. Meskipun aku lelah tetapi langsung terus memompa angin ke dalam ban sepedaku. “Ingin lansung pulang habis ini?” “Yaa.. habis mompa terus pulang.” “Hujan selebat ini mau nekat pulang?” “Tak apa-apa, sudah basah kuyup juga kok,” jawabku lalu terbersin. “Nah.., kan kelihatannya kamu mau kena selsema tuh.” “Hanya sedikit bersin kok,” kataku lalu menyerahkan pompa kepadanya, “Terima kasih Bu..” “Ada-ada saja kamu, handuk nih, handuki sampai kering dulu badanmu..” katanya sambil memberikan aku handuk yang dipegangnya sejak tadi.

Aku mengambil handuk itu dan mengelap rambut dan mukaku yang basah. Aku dengan santainya berhandukan seperti di rumah sendiri, aku buka baju di depan dia. Setelah itu, baru aku ingat kalau aku berada di depan dosenku. “Sori Bu…” kataku perlahan. Dosen Hanizah pergi ke dalam. Kukira dia marah sebab aku buka baju di depan dia, tetapi dia datang sambil membawakan sarung, T-Shirt dan sebuah bakul. “Nah, ganti bajumu pakai ini..!” katanya sambil memberikannya kepadaku, “Baju basahnya taruh dalam bakul ini.” Kulemparkan bajuku ke dalam bakul. Kubuka celanaku langsung di depannya, tetapi dengan kusarungkan dulu tubuhku dengan sarung pemberiannya. Setelah mengeluarkan dompetku, kumasukkan celana panjangku yang basah itu ke dalam bakul, dan yang terakhir celana dalamku. “Masuk dulu, tunggu sampai hujan berhenti baru kau pulang..” sambung Dosen Hanizah sambil mengambil bakul berisi pakaian basahku. “Nanti dulu, saya keringkan baju ini dulu yah..?” Aku pun mengikuti dia masuk. Setelah pintu dikunci,

aku disuruh duduk di ruang tamu dan Dosen Hanizah terus pergi ke dapur. Aku melihat-lihat perhiasan rumahnya, agak mewah juga perabotan dan perhiasannya. Ketika asyik melihat-lihat, Dosen Hanizah datang dengan membawakan segelas minuman dan meletakkannya di atas meja, lalu dia duduk berhadapan denganku. “Minumlah. Bajumu lagi Saya keringkan di belakang.” Aku pun mengambil nescafe itu dan menghirupnya. “Mana suami Anda?” tanyaku memulai pembicaraan. “Kerja..” “Oh ya, hari ini kan hari kerja,” balasku. “Anak..?””Sedang tidur. Kamu duduklah dulu, saya ada kerjaan di belakang.” katanya sambil berdiri dan meninggalkanku. “Oke…” ringkas jawabku. Hujan di luar masih turun dengan lebat dan diikuti dengan bunyi guruh yang memekakkan telinga. Aku melihat-lihat kalau ada buku yang bisa kubaca dan ternyata ada. Aku ambil sebuah novel dan mulai melihat-lihat. Sehelai demi sehelai kubuka isi novel itu, walaupun tidak kubaca. Aku sebenarnya sedang tidak ingin membaca, tetapi daripada tidak ada yang dapat kuperbuat, lihat-lihat saja juga lumayan. Aku tidak tahu apa yang sedang Dosen Hanizah perbuat di belakang.

Ketika membaca halaman demi halaman, pikiranku jauh melayang membayangkan gambaran fantasiku bersama Dosen Hanizah. Aku teringat akan cerita-cerita X dan blue film yang kutonton dulu, bila kejadiannya seperti ini, pasti akan berakhir dengan adegan asmara. Aku membayangkan diriku akan berasmara dengan Dosen Hanizah, seperti di dalam film yang pernah kutonton. Sudah hampir 20 menit, hujan tidak menunjukkan tanda-tanda untuk berhenti. Aku menjadi ingin buang air kecil, maklumlah udaranya dingin. Aku bangun dan terus menuju ke belakang untuk mencari kamar mandi. Ketika aku hampir sampai di kamar mandi, aku sekilas melihat Dosen Hanizah sedang masuk ke kamarnya, hanya dalam keadaan menggunakan handuk saja, mungkin baru keluar dari kamar mandi. Pada saat melihat tadi, aku tidak sempat melihat apa-apa kecuali tubuhnya yang hanya tertutup oleh handuk dan hanya sebentar aku melihatnya. Aku teruskan ke dapur, dan ketika melewati kamarnya, kudapati pintu kamarnya tidak tertutup rapat. Aku beranikan diri untuk pergi ke arah pintu dan mulai mengintip

Dosen Hanizah yang ada di dalam, sedang berbuat apa aku pun tidak tahu. Minta ampun.., berdesir darahku, seperti tercabut jantungku rasanya melihat Dosen Hanizah yang dalam keadaan telanjang di dalam kamarnya. Serta merta kemaluanku menegak. Aku hanya dapat melihat bagian belakangnya saja, dari ujung rambut sampai ke tumit, semuanya jelas terlihat. Saat itu Dosen Hanizah sedang mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk yang tadi dipakainya. Inilah pertama kalinya aku melihat perempuan telanjang secara langsung, biasanya hanya dari video saja. Terpatung-patung aku di muka pintu melihat bentuk badan Dosen Hanizah yang seksi, pinggang ramping, punggung yang montok serta kulit yang putih mulus sedang mengeringkan rambutnya. Hampir timbul niatku untuk segera masuk dan meraba tubuhnya saat itu, tetapi aku takut nanti dia malah tidak mau dan menuduhku ingin berbuat cabul terhadapnya. Apa yang sedang dilakukan Dosen Hanizah terus memukau mataku. Kadang handuk itu digosokkan ke celah selangkangannya, lalu dilapkan. Kemudian handuk itu dilemparkan ke atas gantungan. Secara tidak disadari,

Dosen Hanizah membalikkan badannya ke arah pintu, tempat aku berdiri. Dia jongkok untuk membuka pintu lemari dan terlihatlah sekujur tubuh tanpa sehelai benang pun yang hanya selama ini menjadi khayalanku saja. Buah dada Dosen Hanizah yang menonjol segar kemerah-merahan itu sempat kuperhatikan, begitu juga dengan segitiga emas miliknya yang dijaga rapih dengan bulu yang tersusun indah, semuanya sempat kulihat. Bersamaan dengan itu, Dosen Hanizah menengok ke arah pintu dan melihat aku sedang memperhatikannya, dan, “Hei..!” sergahnya. Lalu dia menutup bagian tubuhnya dengan kain yang sempat diambilnya dari dalam lemari. Aku terkejut, terus lari meninggalkan tempat itu. Aku terus ke kamar mandi. Aku diam di situ hingga kemaluanku mengedur, sebelum kencing. Mana bisa aku kencing saat kemaluanku berdiri tegak dan keras. Ketika selesai, perlahan-lahan aku keluar, kudapati pintu kamarnya tertutup rapat. Mungkin Dosen Hanizah ada di dalam. Mungkin dia malu, aku pun malu kalau ketahuan dia saat aku mengintipnya. Aku terus ke ruang tamu. Sebenarnya setelah itu aku mau langsung pulang saja meskipun hujan belum reda, karena takut Dosen Hanizah marah sebab kuintip dia tadi. Tetapi, baju basahku ada padanya dan belum kering lagi.

Aku tidak tahu dimana dia meletakkannya, kalau tahu pasti kuambil dan terus pulang. Meskipun perasaanku tidak tentram tetapi aku tetap menunggu di ruang tamu sambil menduga-duga apa yang akan terjadi nantinya. Tidak lama kemudian, Dosen Hanizah pun datang. Dia menggunakan kain batik dengan kemeja lengan pendek. Wajahnya tidak menunjukkan senyumnya, tidak juga memperlihatkan tanda akan marah. Dia duduk di depanku, sempat juga aku sekilas memperhatikan pangkal buah dadanya yang putih itu. Dia menatap tepat ke arah mataku. Aku takut, lalu mengalihkan pandanganku. “Azlan..!” tegurnya dengan nada yang agak tinggi. Aku menoleh menantikan ucapan yang akan keluar dari mulut yang kecil berbibir munggil itu. “Sudah lama Azlan ada di dekat pintu tadi..?” “Minta maaf Bu..” balasku lemah, tunduk mengakui kesalahan. “Saya tanya, sudah lama Kamu lihat Saya sewaktu di dalam kamar tadi..?” dia mengulangi kata-katanya itu. “Lama juga…” “Kamu melihat apa yang saya perbuat..?” Aku mengangguk lemah dan berkata, “Maafkan Saya Bu…” “Azlan..! Azlan..! Kenapa kamu mengintip Saya..?” nada suara Dosen Hanizah kembali lembut. “Saya tak sengaja, bukannya mau mengintip, tapi pintu kamarnya yang tak rapat…” “Salah Saya juga, sebab tidak menutup pintu tadi.”

balasnya. Dosen Hanizah sepertinya tidak marah, kupandangi wajahnya yang ayu itu, terpancar kejernihan di wajahnya. Aku hanya mampu tersenyum dalam hati saja bila dia senyum sambil menggelengkan kepalanya. “Kenapa kamu kelihatan pucat..?” “Takut, takut Anda marah…” “Sudahlah, Saya tidak marah. Saya juga yang salah, bukan hanya Kamu. Sebenarnya siapa pun yang punya kesempatan seperti itu pasti akan melakukan yang Kamu lakukan tadi…” jelasnya. Aku menganggukkan kepala sambil tersenyum. Tidak disangka Dosen Hanizah begitu sportif, walaupun dalam kasus begini seharusnya dia marah. “Aaa, tak tahu sopan juga Kamu…” katanya sambil mencubirkan bibir. Aku tertawa kecil mengenang peristiwa yang terjadi tadi. Sesungguhnya aku memang sudah bertindak yang tidak sopan sebab dengan sengaja melihat Dosen Hanizah yang bertelanjang bulat. Kemaluanku menegang di dalam sarung membayangkan tubuh montoknya Dosen Hanizah yang tidak dilindungi sehelai benang pun. Cepat-cepat kututupi dengan meletakkan bantal kecil ke atas kemaluanku.

Jika terlihat Dosen Hanizah, bisa malu aku dibuatnya. “Lho, belum turun juga..?” tegurnya manja karena rupanya dia sempat melihat sarungku. Aku menjadi malu dan posisi dudukku menjadi tidak nyaman lagi. Aku tidak mampu lagi untuk berkata-kata bila ditegur seperti itu. Agak lama suasana hening menyelubungi ruang tamu rumah yang dihias indah itu. “Bu..?” aku mula bersuara, “Sungguh hebat..!” “Apa yang hebat..?” “Pemandangan yang tadi kulihat.” “Apa yang Kamu lihat..?” “Perempuan telanjang.” “Heh..! Tak sopan betul Kamu ini..!” “Betul, Anda lihat saja ini..!” kataku sambil memindahkan bantal dari perutku. Menimbullah batang kemaluanku ditutupi sarung milik suaminya. “Tidak mau turun lagi dia..,” sambungku sambil menunjuk ke arah tonjolan di bawah pusarku yang bersarung milik suaminya. Dosen Hanizah tebengong-bengong dengan tindakanku, namun matanya terpaku di tonjolan pada sarung yang kupakai.

“Hei..! Sopanlah sedikit..!” tegurnya. Aku membiarkan kemaluanku mencuat tinggi di sarung yang kupakai, aku tidak menutupnya, aku biarkan saja ia tersembul. Kubiarkan Dosen Hanizah menatapnya, tetapi Dosen Hanizah merasa malu, matanya dialihkan ke arah lain, sesekali matanya memandang ke arah tonjolan itu. “Bu..?” sambungku lagi. Dia terdiam menantikan kata-kata yang lain, sekali-kali dia memandang ke bawah. “Anda tahu tidak..? Anda lah orang yang paling cantik di sekolah kita…” “Mana mungkin..?” balasnya manja malu-malu. “Betul. Semua teman saya bilang seperti itu. Dosen lelaki pun bilang hal yang sama.” “Alah, bohong…” “Betul, saya tidak membual…” “Apa buktinya..?” “Buktinya, tadi. Saya sudah melihat seluruh lekuk tubuh anda ketika anda tidak memakai baju tadi. Itulah buktinya.” jawabku dengan berani. Aku kira dia akan marah, tetapi Dosen Hanizah terdiam, dia tertunduk malu. Melihat gelagatnya itu, aku semakin berani mengucapkan kata-kata yang lebih sensual. “Badan Anda kecil dan molek, kulit Anda putih, pinggang ramping, punggung montok…” “Ah, sudah, sudah..!” dia memotong perkataanku. Terlihat wajahnya menjadi merah menahan malu, tetapi aku tidak peduli, kemudian aku meneruskan rayuanku, “Punggung Anda tadi Saya lihat padat dan montok. Itu dari belakang. Ketika Anda berbalik ke depan, kemaluan Anda yang cantik itu membuat batang Saya hampir patah. Tetek Anda membuat Saya ingin langsung menghisapnya, terlihat sedap.” sambungku. Terlihat saat itu Dosen Hanizah tidak membantah, dia masih tetap tertunduk malu. Masa aku akan bilang seperti ini padanya, “Penisku jangan berontak, kayak mau tercabut, punyaku tegang tak tahu kalau aku lagi berusaha.” tapi itu hanya dalam hati saja. Dosen Hanizah masih tunduk membisu, perlahan-lahan aku bangun menghampiri dan duduk di sebelah kirinya.

Aku rasa dia merasakan niatku, tapi dia seakan-akan tidak tahu. Aku rangkulkan tangan dan memegang belakang badannya. “Rilek Bu.., Saya hanya main-main saja..!” Dia terkejut ketika kupegang punggungnya. Lalu dia goyangkan badan, aku pun segera menurunkan tanganku itu. Aku masih tetap di sebelahnya, bahu kami bersentuhan, paha kami juga bergesekan. Hujan makin lebat, tiba-tiba terdengar bunyi petir yang agak kuat. Dosen Hanizah terkejut dan dengan spontan dia memeluk diriku. Aku pun terkejut, turut mendekap kepalanya yang berada di dadaku. Sempat juga aku belai rambutnya. Entah karena apa, dia sadar dan, “Sori…” katanya ringkas lalu membetulkan posisi duduknya. Aku melepaskan tanganku yang melingkari badannya, wajahnya kupandang, Dosen Hanizah menoleh ke arahku, tetapi setelah itu dia kembali terdiam dan tunduk ke bawah. Kaget juga kurasa tadi, mula-mula dapat melihat tubuhnya yang telanjang, setelah itu dapat memeluk sebentar. Puas, aku puas walaupun hanya sebentar. Entah bagaimana membayangkannya, saat itu petir berbunyi lagi dan saat itu seakan-akan menyambar dekat bangunan rumah dosenku. Terperanjat karena bunyi yang lebih dahsyat itu, sekali lagi Dosen Hanizah berpaling dan memeluk tubuhku. Aku tidak melepaskan peluang untuk memeluknya kembali. Kulingkarkan tangan kiriku ke pinggangnya yang ramping dan tangan kananku membelai rambut dan kepalanya. Kali ini aku rapatkan badanku ke arahnya, terasa buah dadanya yang pejal menekan-nekan dadaku.

Dosen Hanizah mendongakkan kepalanya menatap wajahku. Aku masih tidak melepaskan dia dari rangkulanku, belakang badannya kuusap dari rambut sampai ke pinggang. Dia menatapku seolah-olah memintaku untuk melepaskannya, tapi aku menatap tepat ke dalam anak matanya. Mata kami bertemu, perlahan-lahan aku rapatkan wajahku ke arah wajahnya, bibirku kuarahkan ke bibirnya yang munggil dan separuh terbuka itu. Makin rapat, dan hampir menyentuh bibirnya, dan bersentuhanlah bibirku dengan bibir dosen yang mengajarku matematika itu. Belum sempat aku mencium bibirnya, hanya terkena sedikit, Dosen Hanizah memalingkan wajahnya sambil tangannya mendorong badanku minta agar dilepaskan. Aku tetap tidak melepaskan dia, peluang seperti ini tidak mudah kudapatkan. Kutarik dia lagi lebih rapat. Terkejut Dosen Hanizah dengan tindakanku. “Azlan… tidak enak ahh…”

Dosen Hanizah menolak sambil meronta lemah. Aku tidak peduli, kueratkan lagi pelukanku, dada kami bertemu, terasa denyut dadanya naik turun dengan nafas yang agak kencang. “Please Bu…” rayuku. “Tidak etis ahh.., Saya ini isteri orang..!” rontanya lagi. “Tenanglah Anda.., pleasseee…” balasku lagi sambil mencium lehernya dengan lembut. Sempat juga aku menjilat cuping telinganya. “Ja.. ja.. ngan.. lah..!” bantahnya lagi dengan suara yang terputus-putus. Dia memalingkan wajahnya ke kiri dan ke kanan, mengelakkan ciumanku. Aku terus mencium lehernya sambil mengeratkan pelukan, karena tak ingin terlepas. “A.. a… zzlaaan.. ja…” belum sempat Dosen Hanizah menghabiskan kata-katanya, bibirku berpautan pada bibirnya, kali ini aku cium sekuat-kuatnya. “Mmmppphhh… mmmppphh…” Dosen Hanizah tidak bersuara lagi saat mulutnya kukecup. Dia meronta semakin kuat. Aku terus mencium dan mengecup bibir dan mulutnya sambil tangan kiri menggosok ke seluruh bagian belakang badan dan tangan kananku memegang kepalanya agar kecupanku tidak putus dari mulutnya. Diselingi dengan punggungnya yang pejal itu kuremas, kupecet semauku. Agak lama mulutku berpaut di bibirnya, hingga rontaannya semakin lemah, suaranya tidak lagi berbunyi, lama-kelamaan tidak ada lagi rontaan, sebaliknya tangan Dosen Hanizah memeluk erat leherku.

Aku merasakan bibirnya mulai membalas ciumanku. Apa lagi, aku pun mula menciumnya dengan penuh mesra dan kelembutan, dia membalas sambil mengeratkan pelukannya. Terasa lidahnya dijulurkan. Aku menyambut dan lalu menghisap lidahnya, saling bergantian kami berhisap lidah. Pada waktu itu, hanya terdengar bunyi air hujan yang jatuh membasahi bumi dan bunyi kecupan mulut kami berdua. Agak lama kami berciuman, bertautan bibir dan lidah sambil berpelukan mesra. Kemudian, Dosen Hanizah meleraikan tautan itu diikuti dengusan birahi, “Mmmm…” Kami bertatapan mata, tanganku masih dilingkarkan pada tubuhnya, badan kami masih saling rapat, nafasnya semakin kencang, nafsuku semakin meningkat diikuti dengan kemaluanku yang semakin menegang.

Tatapan matanya yang redup itu bagaikan meminta sesuatu, sehingga kutambatkan sekali lagi bibirku ke bibirnya. Kami saling berciuman mesra, sesekali ciuman ditujukan ke arah leher yang putih itu, kucium, kugigit dan kujilat batang lehernya. Dosen Hanizah hanya menggeliat kegelian diperlakukan seperti itu. “Ooohhh… A.. zzlannn…” suara manjanya menusuk ke dalam lubang telingaku. Sambil berciuman, tangan kananku kugeser ke arah depan, buah dadanya kupegang, kuremas lembut. Terasa ketegangan buah dadanya, pejal dan montok. Dosen Hanizah hanya dapat mendesis menahan keenakan yang dirasakannya. Ciumanku bergerak juga ke pangkal dadanya yang putih itu. Aku cium ke seluruh permukaan pangkal dadanya, kemejanya kutarik sedikit ke bawah, hingga menampakkan BH berwarna hitam yang dipakainya. Kepala dan rambutku diremas dan dipeluk erat oleh Dosen Hanizah ketika dadanya kucium dan payudaranya kuremas.

“Aaahhh… mmmppphhh…” rintihannya membangkitkan nafsuku. Aku semakin berani, kancing kemejanya kubuka satu persatu sambil tetap aku mencium dan mengecup wajahnya. Mulut kami bertautan lagi ketika jari-jari tanganku sibuk menanggalkan kancing kemejanya, dan akhirnya habis juga kancingnya kubuka. Perlahan-lahan sambil mencium mulutnya, aku melucutkan kemejanya ke belakang. Seperti dalam film, Dosen Hanizah meluruskan tangan agar kemeja itu dapat dilucutkan dari tubuhnya. Kini, bagian atas tubuh Dosen Hanizah hanya terbalut BH saja. Aku leraikan ciuman mulut, lalu mencium pangkal buah dada di atas BH-nya. Aku cium, aku jilat seluruh pangkal buah dadanya sambil meremas-remas. Suara rintihan Dosen Hanizah semakin kuat apabila kupencet putingnya yang masih berada di dalam BH. Dosen Hanizah merangkul erat dan meremas-remas rambutku. Sambil mencium dan meremas buah dadanya, kulingkarkan tanganku ke belakang dan mulai mencari kancing penyangkut BH yang dipakai Dosen Hanizah. Ketemu, dan terus kulepaskan kancing itu. Perlahan-lahan aku menarik turun BH hitamnya ke bawah dan terus kulempar ke atas sofa. Terpukau mataku ketika bertatapan dengan payudaranya yang putih kemerahan yang tadi hanya dapat kulihat dari jauh saja.

Aku puntir dan main-mainkan putingnya sambil mulutku mencium dan menjilat yang sebelahnya lagi. Suara desisan Dosen Hanizah semakin manja, semakin bergairah kudengar. Habis kedua belah payudaranya kujilat dan kuhisap semauku, putingnya kujilat, aku gigit mesra dengan diikuti rangkulan erat oleh Dosen Hanizah ke kepalaku. Sambil mengulum puting payudaranya, aku membuka t-shirt yang kupakai tadi, lalu melemparkannya ke bawah. Aku tidak berbaju, begitu juga Dosen Hanizah, kami berdua hanya bersarung dan memakai kain batik saja. Suasana dingin terasa oleh desiran hujan di luar, namun kehangatan tubuh Dosen Hanizah membangkitkan nafsu birahi kami. Aku terus memeluk Dosen Hanizah erat-erat sambil berkecupan mulut. Buah dadanya terasa hangat bergesekan dengan dadaku. Inilah perasaan yang sukar digambarkan, berpelukan dengan perempuan dalam keadaan tidak berbaju, buah dadanya yang pejal menekan-nekan dadaku ke kiri dan ke kanan mengikuti alunan nafsu. Setelah agak lama berciuman dan berpelukan, kubaringkan Dosen Hanizah ke atas sofa itu. Dia merelakannya.

Aku menatap sekujur tubuh yang separuh telanjang itu di depan mata. Saat aku berdiri, Dosen Hanizah hanya memandang sayu melihatku melucutkan sarungku dan bertelanjang di hadapannya. Kemaluan yang sudah menegang itu memerlukan sesuatu untuk dijinakkan. Aku duduk kembali di sisinya, terus membelai buah dadanya yang menegang itu. Aku kembali mengulum puting payudaranya sambil tangan kananku turun ke arah lembah, lalu merabanya untuk mencari puncak kebirahian wanita yang begitu dipelihara. Segitiga emas milik Dosen Hanizah akan kuraba, aku mulai mengusap dan menggosok di bagian bawah lembah itu. Terangkat-angkat punggung Dosen Hanizah menahan keenakan dan kenikmatan yang sukar digambarkan oleh kata-kata. Yang kedengaran hanyalah rintihan dan desisan manja yang mempesonakan birahiku, “Mmmpphhhmm… aaahhh…” Aku mulai melepaskan ikatan kain batiknya, dengan lembut aku menarik kain itu ke bawah untuk melucutkan terus dari tubuhnya. Segitiga emasnya hanya ditutupi secarik kain berwarna hitam yang juga harus kulucutkan. Kuusap kemaluannya dari luar, terasa basah dan lengket pada ujung lembah yang subur itu. Pahanya kuraba dan kuusap sambil lidahku menjilat dan mencium pusatnya. Bergelinjang badan Dosen Hanizah diperlakukan seperti itu.

Kedua tanganku memegang celana dalamnya dan mulai melorotkan ke bawah, kutarik tubuhnya dengan punggung Dosen Hanizah diangkatnya sedikit, dan terlucutlah benteng terakhir yang ada pada tubuh Dosen Hanizah. Aku tidak melepaskan peluang untuk menatap sekujur tubuh lemah yang tidak dibaluti sehelai benang pun. Hal seperti ini sangat diinginkan oleh setiap insan bergelar lelaki, dan yang lebih lagi adalah ternyata yang berada di depan mata minta dijamah. Terlihat vaginanya berair di sekeliling bulu-bulu tipis yang terjaga rapih. Kusentuh kemaluannya sehingga terangkat tubuhnya menahan keenakan. Kusentuh lagi dan kugesekkan jari-jariku melewati hutan itu, suara mengerang mengiringi gerak tubuhnya.

Kelentitnya kumainkan, kupelintir sehingga suara yang dikeluarkan kali ini agak kuat diiringi dengan badannya terangkat karena kejang. Terasa basah jariku waktu itu, aku tidak tahu apa yang sedang terjadi saat itu, tetapi sekarang baru kutahu bahwa Dosen Hanizah mengalami klimaks. Awalnya aku ingin menjilati vaginanya seperti yang ada di video BF, tetapi tak jadi sebab liang senggamanya sudah berair dan basah. Aku terus menghimpitkan tubuhku ke atas tubuhnya dengan lembut sambil mencium wajahnya. Kemaluanku bergesekan dengan kemaluannya.

Terasa ujung kejantananku bertemu dengan bulu dan air mani yang membasahi lembah kenikmatan itu. Setelah mendapatkan kedudukan yang tepat, kupegang kejantanan dan mengarahkan ke lubang senggamanya. Seperti dirancang, Dosen Hanizah membuka dan meluaskan kangkangannya sedikit. Setelah berada di ujung muara, aku pun melabuhkan tongkat nakhodaku ke dalam lautan birahi dengan perlahan-lahan diikuti oleh desisian dan raungan kami berdua yang bergantian, mengiringi terbenamnya tongkat ke dalam lembah di lautan. “Aaarrrghhh… mmm…” Aku menekan sampai pangkal kemaluan dan membiarkannya sekejap karena terasa seperti terjepit. Aku mencium leher dan mulutnya berulang kali. Bila keadaan sudah agak tenang, aku mulai mendayung, atas, bawah, pelan dan teratur. Kenikmatan pada waktu itu adalah sangat indah, susah untuk dapat dikatakan, kemudian aku menggerakkan ke atas dan ke bawah berulang kali. Saat pertama kali aku perbuat padanya terasa seperti menjepit, karena vaginanya memang sempit. Dosen Hanizah tidak merasakan sakit yang berpengaruh karena dia pernah melakukannya dengan suaminya.

Aku dorong dan tarik kemaluanku dengan diiringi suara mengerang yang agak kuat sambil melihat pemandangan indah di bawah. Sungguh pemandangan yang indah jika dapat melihat kejantananku sendiri sedang masuk dan keluar dari lubang senggama wanita, dengan bunyi yang cukup menawan. Dosen Hanizah memeluk erat pinggangku ketika bergoyang mengimbangi tubuhku, punggungnya bergerak ke atas dan ke bawah mengikuti arus irama. Sesekali dia menggoyang-goyangkan punggungnya untuk membantu daya dorongku, terasa kenikmatan yang tiada bandingnya. Kulajukan dayungan, semakin laju dengan suara yang semakin kuat. Dosen Hanizah hampir mengeluarkan suara erangannya, dan aku merasakan hampir keluar seperti gunung berapi hendak memuntahkan lavanya. Aku lajukan lagi, dengan sekuat tenaga kutusukkan sedalam-dalamnya diikuti dengan teriakan Dosen Hanizah. Dengan jeritan Dosen Hanizah yang nyaring, terpancurlah air maniku jauh ke dasar lubang senggamanya. Ketika kubuka mataku, aku melihat mata Dosen Hanizah menutup serta dadanya yang naik turun dengan cepat, ada tetesan peluh di dadanya. Begitu juga badanku, terasa peluh meleleh di belakang.

Kejantananku semakin menekan ke dalam lubang kenikmatanya yang semakin lembab akibat muntahan yang terjadi bersamaan. Kukecup dahi Dosen Hanizah, dia membuka mata dan tersenyum memandangku. Aku membalasnya dengan mengecup mesra bibirnya. Akhirnya aku tindih tubuhnya di atas sofa itu dengan kepalaku kuletakkan di atas dadanya. Terdengar bunyi degupan jantung yang kencang di dada Dosen Hanizah, dosen yang mengajarku matematika di sekolah. Setelah beberapa menit, aku bangun dan mengeluarkan batang kejantananku dari dalam lubang senggamanya. Terlihat sedikit air maniku meleleh keluar melalui lubang kemaluannya yang berdenyut-denyut menahan kenikmatan. Aku ambil tisue di tepi meja dan kubersihkan air mani yang meleleh itu. Dosen Hanizah hanya memandang sambil melemparkan senyuman mesra ke arahku. Kemaluanku yang masih basah kubiarkan kering sendiri. Aku duduk bersila di atas karpet dengan menghadap arah memandang wajahnya. Kepalaku sejajar dengan kepalanya yang masih terbaring di atas sofa itu.

Aku meremas dan memilin putting payudaranya. Dosen Hanizah membiarkan sambil tangannya membelai rambutku. Terasa seperti suami isteri. “Terima kasih sayang…” bisikku lembut. Dosen Hanizah mengangguk senyum. Agak lama juga kami dalam keadaan itu sambil menantikan tenaga pulih kembali dan sampai jantung berdegup dengan normal. Kemudian Dosen Hanizah bangun dan mencapai pakaiannya pergi ke dalam kamarnya. Jam menunjukkan pukul 11:30 pagi. Hujan masih belum berhenti, tidak ada tanda-tanda mau berhenti. Aku kenakan lagi sarungku, tetapi baju tidak kupakai lagi. Karena masih letih, aku duduk bersandar di sofa mengenang peristiwa tadi. Pikiranku menerawang. Inilah kenikmatan badan, apa yang kuidamkan selama ini akhirnya bisa kudapatkan. Dosen yang selama ini hanya hadir dalam khayalanku saja telah nyata kurasakan. Berasmara dengan Dosen Hanizah adalah impian setiap lelaki yang mengenalnya, dan aku dapat menikmati tubuh yang menggiurkan itu. Jika selama ini kulihat Dosen Hanizah bertudung dan berbaju penuh, hari ini aku melihatnya tanpa pakaian, mengamati tubuhnya yang indah, setiap lekuk badannya, payudaranya dan kemaluannya. Semuanya kualami dengan menikmati pemandangan yang mempesona, malah tidak hanya itu, tetapi juga dapat merasakan kenikmatan yang ada pada tubuh itu.

Aku bahagia. Aku puas, sangat puas dengan apa yang telah kulakukan tadi. Aku tersenyum sendirian. Ketika aku melamun, aku dikejutkan dengan bunyi dentuman petir yang kuat. Aku teringat Dosen Hanizah. Jam sudah menunjukkan 12:00 tengah hari. Rupanya sudah hampir setengah jam aku melamun. Aku bangun dan menuju ke arah kamar Dosen Hanizah. Kuketuk pintu dan terus masuk. Kelihatan dosen Hanizah telah berpakaian tidur sedang menyikat rambutnya. “Ada apa Azlan..?” tanyanya lembut. “Bosen aja diluar sendirian.” jawabku ringkas sambil duduk di tepi ranjang memandang Dosen Hanizah menyisir rambutnya. Dipojok kamar terlihat ranjang kecil yang di dalamnya ada bayi perempuan Dosen Hanizah yang sedang tidur dengan nyenyaknya. Bunyi dentuman petir seperti tidak diperhatikan, dia tidur seperti tidak menghiraukan keadaan sekitarnya. “Terima kasih yah…” kataku. “Terima kasih apa..?” “Yang tadi. Sebab tadi adalah pengalaman yang terindah buat saya.” “Ohhh… tapi jangan kasih tau orang lain.” “Janji.” balasku.

Aku kembali memperhatikannya berdandan. Harum minyak wanginya menusuk hidung ketika Dosen Hanizah menyemprotkan ke badannya. “Kenapa Anda tidak marah..?” “Marah kenapa..?” “Iya.., awalnya Anda melarang, Anda menolak Saya, tapi setelah itu..?” “Setelah itu Saya biarkan..?” sambungnya. “Haaa…” jawabku dan langsung kusambung, “Apa sebabnya..?” “Kalau Saya lawan pun Kamu pasti memaksa, Kamu pasti sangat menginginkan.” “Belum tentu.” jawabku. “Pasti begitu. Saya mana mungkin melawan. Jadi lebih baik Saya biarkan dan berbagi saja denganmu. Kan dua-duanya senang.” jelasnya. “Anda tidak menyesal..?” tanyaku ingin kepastian. “Kalau rela, mana mungkin menyesal, buat apa..?” jelasnya lagi, “Lagian juga Kamu tidak memperkosa Saya, Kamu kan minta baik-baik, Saya jadi memberinya. Ditambah Kamu sudah lihat Saya telanjang. Lain halnya kalau kamu masuk ke rumah Saya, terus menyerang Saya dan perkosa Saya. Kalau itu Saya pasti akan lapor polisi dan Kamu pasti dipenjara.” “Habis, anda kelihatannya mau melapor. Iya nggak..?” tanyaku meyakinkan.

“Lapor..? Buat apa..? Kamu kan bukan masuk dengan cara paksa, Saya yang suruh Kamu masuk. Saya juga yang membiarkan Kamu menyetubuhi Saya.” “Kalau suami Anda tahu..?” “Gimana dia akan tahu..?” tanya Dosen Hanizah. “Ini kan hanya rahasia kita saja kan..?” aku mengangguk. “Jadi, janganlah beritahu orang lain..!” aku angguk lagi tanda paham. Dia menuju ke arah ranjang anaknya sambil membelainya dengan penuh kasih sayang seorang ibu. Kemudian Dosen Hanizah menghampiriku dan duduk di sebelahku. “Wanginya…” sapaku manja. Dosen Hanizah mencubit pahaku dan aku berkata, “Saya mau lagi…” “Mau apa..?” “Yang seperti tadi.” “Tadi kan sudah…” “Tak puas…””Aiii… nggak puas juga..? Suami Saya sekali saja langsung lelah dan tidur, Kamu mau lagi..?” “Soalnya.., peluang seperti ini susah Saya dapatkan.

Lagian tadi Saya tak sempat jilat vagina Anda. Anda pun tak pegang penis Saya. Saya ingin merasakan perempuan pegang penis Saya.” jawabku jujur. “Jilat..? Mau meniru cerita BF yach..?” balasnya tersenyum. Aku mengangguk membalas senyumannya. Kemaluanku kembali menegang, tenagaku sudah pulih. Aku pegang tangan Dosen Hanizah dan meletakkannya di atas batang kemaluanku yang mengeras itu. Dosen Hanizah seperti paham dan meraba batangku yang ada di dalam sarungku. Aku biarkan saja, sedap rasanya. Setelah itu, aku berdiri dan melucuti sarungku. Aku dengan telanjang berdiri di hadapan Dosen Hanizah. Dia hanya tersenyum memandangku. Perlahan-lahan, kemaluanku yang menegang itu dipegangnya, dibelai dan diusap ke atas dan ke bawah. Nikmatnya tak terkira, selalu jari sendiri yang berbuat, tapi hari ini jari jemari lembut seorang wanita cantik yang melakukannya. Aku mendesis karena nikmatnya.

Aku berharap Dosen Hanizah akan menghisap dan mengulum batang kejantananku. Memang Dosen Hanizah sudah tahu keinginanku. Diciumnya ujung batang kemaluan aku, dan ujung lidahnya dimainkan di lubang kepala kejantananku. Aku terasa ngilu, tapi sedap. Perlahan-lahan Dosen Hanizah membuka mulut dan memasukkan batang kemaluanku ke dalam mulutnya. Terasa kehangatan air liurnya membasahi batang yang setengahnya berada di dalam mulutnya. Dihisapnya penisku, dikulumnya ke atas dan ke bawah. Terasa seperti tercabut ketika itu. Kupegang dan remas rambutnya yang baru disisir tadi. Aku dorong batang kemaluanku jauh ke dalam mulutnya, terasa ujung kejantananku terkena dasar tenggorokannya. Dosen Hanizah menghisap sampai ke pangkal sambil tangannya meremas-remas telur zakarku. Di saat itu, aku rasakan kenikmatan yang lain dari yang tadi. Kubiarkan Dosen Hanizah menghisap semaunya, kubiarkan dia menjilat seluruh batang kemaluanku, telurku. Sengaja kubiarkan sebab sangat nikmat rasanya. Setelah itu, aku pegang bahunya. Dia berdiri memandang dengan penuh kesayuan. Aku pegang dan belai rambut yang terurai di bahu.

Perlahan-lahan kulepaskan baju tidurnya ke bawah, dia tidak memakai pakaian dalam. Terlihatlah tubuh Dosen Hanizah yang bertelanjang di hadapanku. Aku lingkarkan tangan di pinggang dan mulai mendekapnya lembut. Kami berpelukan dan bertautan bibir sambil jari-jariku meraba dan menggosok seluruh badan. Sekarang baru aku bisa merangkul tubuh yang kecil molek dengan pinggang yang ramping iti sepuas-puasnya. Pinggangnya kecil tapi sangat proposional. Kudekap dan kuremas punggungnya sambil menggesek-gesekkan batang kejantananku ke perutnya. Sungguh nikmat dapat berpelukan sambil berdiri. Aku baringkan dia di atas ranjang sambil terus memberikan kecupan demi kecupan. Kali ini aku tidak berlama-lama mencium payudaranya sebab sasaran muluku adalah ke liang kenikmatannya. Aku turunkan ciumanku ke bawah, kemaluannya masih kering. Aku terus mencium kemaluannya itu dengan lembut. Terangkat punggungnya menahan kenikmatan itu. Bibir kemaluannya kujilat, kujulurkan lidah dan menusuk ke dalam lubangnya. Dia mendesis keenakan sambil menggeliat manja. Biji kelentitnya kuhisap, kujilat semaunya.

Vagina Dosen Hanizah mulai basah, aku tak peduli, aku terus jilat dan hisap sambil tanganku meremas-remas puting payudaranya. Tiba-tiba, saat menikmati sedapnya menjilat, Dosen Hanizah meraung dengan tubuhnya terangkat. Serentak dengan itu, habis mulutku dibasahi dengan simbahan air dari dalam liang kewanitaannya. Ada yang masuk ke dalam mulutku sedikit, rasanya agak payau dan sedikit asin. Aku berhenti dan mengelapkan mulutku yang basah karena air maninya. Rupanya Dosen Hanizah klimaks. Aku mainkan dengan jari saja lubang vagina itu. Entah karena apa, timbul nafsu untuk menjilat air maninya lagi. Aku kembali membenamkam wajahku dan mulai menjilat lembah yang basah berair itu. Lama-lama rasanya menjadi sedap, habis kujilat, kuhisap vaginanya. Dosen Hanizah hanya merintih manja sambil meliukkan tubuhnya. Ketika aku menghisap kelentitnya, kumainkan lubang kenikmatannya dengan jari. Tiba-tiba, sekali lagi dia terkejang kepuasan, dan kedua kali jugalah air maninya menerjah ke dalam mulutku. Dengan mulut yang basah karena air maninya, kucium mulut dia. Air maninya bercampur dengan air liurnya apabila aku membiarkan lidahku dihisap. Dosen Hanizah menjilat air maninya sendiri tanpa mengetahuinya.

Ketika sudah habis air mani di mulutku karena disedotnya, aku mulai menghentikan pemanasan. Tubuhnya kutindih, dengan sauh dihalakan ke lubuk yang dalam dan dilepaskan layar, maka jatuhlah sauh ke dalam lubuk yang selama ini hanya dilabuhkan oleh sebuah kapal dan seorang nakhoda saja. Kini kapal lain datang bersama nahkoda muda yang terpaksa berhempas pulas melawan badai mengarungi lautan birahi untuk sampai di pulau impian bersama-sama. Perjuangan kali ini lebih lama, dan melelahkan kerena masing-masing tidak mau mengalah duluan. Berbagai aksi dilakukan untuk sampai ke puncak kejayaan. Tubuh Dosen Hanizah kusetubuhi dalam berbagai posisi, dia juga memberikan kerjasama yang baik kepadaku dalam menempuh gelombang. Akhirnya, setelah berhempas pulas, kami tiba juga di pulau impian dengan kejayaan bersama, serentak dengan terjahan padu air hikmat serta jeritan manja, si puteri meraung kepuasan. Kami terdampar keletihan setelah penat belayar. Terkulai Dosen Hanizah di dalam dekapanku. Kali ini lebih romantis, sebab kami berbuat di atas ranjang dengan kasur yang empuk. Banyak posisi dan gaya yang telah kami lakukan.

Kami telentang kelelahan, dengan peluh memercik membasahi tubuh dan wajah kami. Air maniku meleleh keluar kedua kalinya dari lubang yang sama. Dosen Hanizah mendekap badanku sambil jarinya membelai kemaluanku yang terkulai basah itu. Dimainkannya seperti bayi mendapatkan boneka. Kubiarkan sambil mengecup dahinya tanda terima kasih. Kami tidak bersuara karena sangat letih. Saat itu sempat juga aku mengalihkan pandangan ke arah tempat tidur anaknya, kelihatan masih terlena dibuai mimpi. Aku risau juga, takut dia terbangun kerena jeritan dan raungan kepuasan ibunya yang berhempas pulas melawan badai samudera bersama nakhoda muda yang tidak dikenalinya. Tubuh kami terasa tidak bernyawa, rasanya untuk mengangkat kaki pun tidak kuat. Lemah segala sendi dan urat dalam badan. Hanya suara rintihan manja saja yang mampu dikeluarkan dari pita suara kami dalam kedinginan akibat hujan yang masih turun lebat. “Terima kasih ya…” aku mengecup dahinya, dia tersenyum. Kepuasan nampak terpancar di wajahnya. “Kamu benar-benar hebat…” sahutnya. “Hebat apa..?” “Iya lah, dua kali dalam sejam.” “First time.” balasku ringkas. “Belum pernah Saya merasa puas seperti ini.” jelasnya jujur. “Belum pernah..?” tanyaku keheranan.

Dia mengangguk perlahan, “Saya tidak pernah orgasme lebih dulu.” “Suami Anda melakukan apa saja..?” “Dia hanya memasukkannya sampai Dia keluar…” sambungnya. “Bila sudah keluar, dia letih, terus tertidur. Saya sudah tidak terangsang lagi saat itu.” “Kenapa Anda tidak memintanya..?” saranku. “Kalau sudah keluar, Dia tidak terangsang lagi.” “Dalam seminggu berapa kali Anda berbuat..?” tanyaku mengorek rahasia mereka. “Sekali, kadang-kadang tidak dapat sama sekali dalam seminggu itu…” “Kenapa..?” “Dia pulangnya terlalu malam, jadi sudah letih. Tidak nafsu lagi untuk bersetubuh.” “Ohhh…” aku menganguk seakan memahami. “Kapan terakhir Anda melakukannya..?” pancingku lagi. “Ehh, dua minggu yang lalu.” jawabnya yakin. “Sudah dua minggu Anda tidak mendapatkannya..?” sambungku terkejut, Dosen Hanizah hanya menganggukkan kepala mengiyakannya. “Jelas Dosen Hanizah tidak marah besar ketika aku mulai menjamah tubuhnya.” dalam hatiku, “Dia mengidamkan juga rupanya…” Hampir setengah jam kami berbicara dalam keadaan berpelukan dan bertelanjang di atas ranjang itu. Segala hal mengenai masalah rumah tangganya kutanya dan dijawabnya dengan jujur. Semua hal yang berkaitan diceritakannya, termasuk jeritan batinnya yang rindu akan belaian dari suami yang tidak pernah benar-benar dinikmatinya. Suaminya terlalu sibuk dengan kerjanya hingga mengabaikan nafkah batin si isteri. Memang bodoh suami Dosen Hanizah, sebab tidak menggunakan sepenuhnya tubuh yang menjadi idaman setiap lelaki yang memandang itu.

Nasibku baik, sebab dapat menikmati tubuh itu dan sekaligus membantu menyelesaikan masalah kepuasan batinnya. Aku semakin bangga apabila dengan jujur Dosen Hanizah mengakui bahwa aku telah berhasil memberikan kepuasan kepada dirinya, batinnya kini tidak lagi bergejolak. Raungannya kini tidak lagi tidak dipenuhi, Dosen Hanizah sudah dapat apa yang diinginkan batinnya selama ini, walaupun bukan berasal dari suaminya sendiri, tetapi dengan anak muridnya, yang lebih muda 10 tahun tetapi gagah seperti berusia 30 tahun. Desiran hujan semakin berkurang, rintiknya semakin perlahan, menunjukkan tanda-tanda hendak berhenti. Kami bangun dan melihat ke luar jendela. Seperti disuruh, Dosen Hanizah mengenakan kembali pakaian tidurnya lalu terus ke dapur. Aku menanti di kamar itu. Tak lama kemudian, dia masuk dan menyerahkan pakaianku yang hampir kering. Setelah mengenakan pakaian, aku ke ruang tamu dan minta diri untuk pulang karena terlihat hujan sudah berhenti. Dosen Hanizah mengiringi aku ke pintu. Sekali lagi aku mengucapkan terima kasih atas segala layanannya. Dosen Hanizah juga berterima kasih kerena telah membantunya. Aku ambil sepedaku, lalu membuka pintu pagar dan terus mengayuh menuju ke rumah.

Tidak terlihat Dosen Hanizah di halaman rumah, maklumlah hujan, lagi pula sekarang waktunya makan siang. Setibanya di rumah, aku mandi. Di kamar, terlihat dengan jelas bekas gigitan di leherku. Ah, gawat bisa malu aku nanti. Aku berniat kalau tidak hilang sampai besok, aku pasti tidak akan ke sekolah. Keesokan harinya, tidak terlihat bekas gigitan pada leherku. Aku ke sekolah seperti biasa bersama adik-adikku yang lain. Mereka perempuan, jadi tidak satu sekolah denganku. Di sekolah, bila bertemu dengan Dosen Hanizah yang berbaju kurung bertudung kepala, aku tersenyum dan mengucapkan selamat, seperti tidak ada sesuatu di antara kami. Dosen Hanizah pun bertingkah biasa saja, walaupun di hati kami masing-masing tahu apa yang telah terjadi sewaktu hujan lebat kemarin. Di dalam kelas, dia mengajar seperti biasa. Aku pun tidak macam-macam, takut nanti teringat dan menginkannya di kelas. Selama sebulan lebih setelah kejadian itu, kami masih bersandiwara seakan-akan tidak pernah terjadi apa-apa di antara kami. Tidak pernah bercerita tentang hal itu. Kalau kami bertemu pun, hanyalah berkisar masalah pelajaran. Aku yang baru pertama kali mendapatkannya, sudah merasa ketagihan.

Terasa ingin lagi menjamah tubuh perempuan, sudah tak kuat nafsuku ditahan. Pada suatu hari, kalau tidak salah hari Selasa, aku berjumpa dengannya di ruang guru. Waktu itu, ruang guru sedang kosong, aku memberanikan diri meminta keinginanku untuk menjamah kenikmatan tubuhnya. Pada awalnya Dosen Hanizah agak keberatan, tetapi setelah mendesak dan membujuknya, dia mulai lembut. Dosen Hanizah setuju, tapi dia akan beritahu aku bila saatnya memungkinkan. Aku minta padanya kalau bisa dalam waktu dekat ini karena aku sudah tak tahan lagi. Kalau keadaan aman, dia akan memberitahuku katanya. Aku gembira dengan penjelasan itu. Tiga hari setelah itu, Dosen Hanizah memanggilku ke ruang guru. Dia memintaku ke rumahnya malam Senin. Dia memberitahu bahwa suaminya akan keluar kota ke Johor selama dua hari. Aku janji akan datang. Aku setuju, tapi bagaimana caraku untuk bilang pada orang tuaku kalau aku akan bermalam di luar.

Aku ijin untuk menginap di rumah teman dengan alasan belajar bersama dan terus ke sekolah besoknya. Mereka mengijinkan. Tiba malam yang dijanjikan, kurang lebih pukul 8:00, aku tiba. Dosen Hanizah menyambutku dengan senyuman. Anaknya yang bermain-main dengan permainannya terhenti melihatku masuk. Setelah melihatku, dia kembali bermain lagi. Nasib baik karena anak Dosen Hanizah masih kecil jadi masih belum mengerti apa-apa. Malam itu, kami tidur bersama di kamar seperti sepasang suami isteri. Persetubuhan kami malam itu memang menarik, seperti sudah lama tidak merasanya. Aku melepaskan rinduku ke seluruh bagian tubuhnya. Dosen Hanizah kini tidak lagi malu-malu meminta dipenuhi keinginannya jika lagi nafsu. Kalau tidak salah, malam itu kami bermain sampai 4 kali. Yang terakhir kali sudah sampai dini hari, dan kami tertidur. Bangun-bangun sudah pukul 8:00 lebih ketika anaknya menangis. Kami sudah terlambat ke sekolah, Dosen Hanizah menelpon dan mengatakan kalau dia sakit. Aku pun sudah malas untuk ke sekolah. Setelah menenangkan anaknya dengan memberikan susu, dia menidurkan kembali anaknya.

Kami bersarapan dengan makanan yang disediakannya. Kemudian, kami mandi bersama, bertelanjang dan bersenggama di dalam kamar mandi. Di dalam kamar mandi aku minta dia untuk menerima seluruh air maniku ke dalam mulutnya. Dosen Hanizah setuju, setelah puas, batang kejantananku menyusuri lembah, di saat mau melepaskan puncak kenikmatanku, aku minta Dosen Hanizah duduk dan aku arahkan senjataku ke sasaran, dan terus menembak ke mulutnya yang terbuka lebar. Penuh mulut Dosen Hanizah dengan air maniku. Ada beberapa tetes yang tertelan, yang lain dimuntahkannya kembali. Aku mengarahkan batang kejantananku masuk ke dalam mulutnya, dia terpaksa menerima dan mulai menghisap batang kejantananku yang masih berlinang dengan sisa air mani yang ada. Kami terus mandi dan membersihkan badan. Anaknya telah lama tertidur, kami berdua beristirahat di ruang tamu sambil mendengar radio. Kami berbincang tentang hal peribadi masing-masing. Sesekali Nescafe panas yang dihidangkan oleh Dosen Hanizah kuhirup. Aku memberitahu padanya kalau aku tak pernah punya cewek kalau ditanya orang lain, dan aku juga merasa bangga kerena dapat merasakan nikmatnya hubungan antara lelaki dan perempuan lebih awal. Sambil berbicara, aku mengusap dan meremas lembut buah dada dosenku yang berada di sebelah.

Aku juga bertanya tentang suaminya, adakah dia tahu atau merasa ada perubahan sewaktu berasmara bersama. Dosen Hanizah menjelaskan bahwa dia berbuat seperti biasanya, waktu berasmara pun seperti biasa. Dosen Hanizah tidak pernah menghisap kemaluan suaminya sebab suaminya tidak mau, begitu juga kemaluannya tidak pernah dijilat. Jadi, akulah orang pertama menjilat kemaluannya dan kemaluan akulah yang pertama masuk ke dalam mulut Dosen Hanizah. Dosen Hanizah bilang suaminya merasa jijik apabila kemaluannya dijilat, dihisap dan dimainkan dengan mulut. Karena itulah, Dosen Hanizah tidak keberatan mengulum kemaluanku karena memang diiginkannya. Kami ketawa kecil mengenangkan aksi-aksi gairah yang pernah kami lakukan. Jam menunjukkan pukul 10:00 lebih. Dosen Hanizah bangun menuju ke kamarnya, aku mengekori. Di kamar, dia melihat keadaan anaknya yang sedang pulas. Perlahan-lahan aku memeluknya dari belakang. Tanganku, kulingkarkan ke pinggangnya yang ramping sambil mulut mengecup lembut lehernya.

Sesekali tanganku meremas buah dadanya yang kian menegang. Aku memalingkan tubuhnya, kami berdakapan sambil berkecupan bibir. Tubuhnya kubaringkan ke atas ranjang sambil mengulum bibirnya dengan mesra. Pakaiannya kulepaskan, begitu juga dengan pakaianku. Mudah dilepaskan karena memang kami masing-masing sudah merencanakannya. Entah berapa kali mulutku penuh dengan air maninya sebelum kemaluanku menerobos liang keramat itu. Kali ini aksi kami semakin ganas. Tubuhnya yang kecil itu kutindih semaunya. Akhirnya, muntahan cairan kentalku tidak dilepaskan di dalam, tetapi di mulutnya. Air maniku memenuhi mulutnya ketika kumuntahkan di situ. Dia menerimanya dengan rela sambil menjilat-jilat sisanya yang meleleh keluar, sambil batang kemaluanku dikulumnya untuk menjilati sisa-sisa yang masih ada. Aku tersenyum melihat lidahnya yang menjilat-jilat itu seperti mendapatkan suatu makanan yang lezat. Dia juga ikut tersenyum melihatku. Setelah habis ditelannya. Aku mulai memakai kembali pakaianku. Dosen Hanizah duduk bersandar, masih bertelanjang. “Sedap..?” tanyaku sambil menjilat bibir. Dosen Hanizah mengangguk paham. Dia kemudian mengenakan pakaian tidurnya lalu menemaniku hingga ke pintu. Setelah selesai, aku minta diri untuk pulang ke rumah, takut nanti bohongku ketahuan. Dia melepasku dengan berat hati. Aku pulang, orang tuaku tidak ada, yang ada hanya pembantu.

Aku memberitahu mareka kalau aku sakit dan terus ke kamar untuk tidur. Begitulah kisahku berasmara dengan dosen matematikaku yang hingga kini masih menjadi kenangan, walaupun sudah 10 tahun lebih aku meninggalkan sekolah dan negeri itu untuk berkerja di Kuala Lumpur. Waktu aku tingkat 6, Dosen Hanizah pindah ke Johor. Selama itu, banyak sekali kami melakukan hubungan seks. Sebelum berpindah, Dosen Hanizah mengandung, aku sempat juga tanya anak siapa, dia tidak menjawab tapi tersenyum memandangku. Aku mengerti, itu adalah hasil dari benih yang kutaburkan berkali-kali. Setelah itu, aku tak pernah bertemu atau mendengar kisahnya. Aku mendapat kabar angin kalau Dosen Hanizah kini mengajar di Kuala Lumpur. Kalau betul, aku mau coba mencari walaupun kini usianya kurang lebih 43 tahun. Sampai sekarang aku masih belum menemuinya, tetapi sebelum Hari Raya tahun 2000, aku melihat Dosen Hanizah di Mid Valley Shopping Centre sedang belanja dengan anak-anaknya.

Lihat Juga :

Cerita Dewasa – Pengalaman Di Panti Pijat

CERITA SEX || TANTE JUDES DAN LIAR

$
0
0

CERITA SEX || TANTE JUDES DAN LIAR – Aku sedang berlibur di kota Bandung, nginap dirumah Om ku adik mama yang paling kecil. Mereka memang 7 bersaudara dan mamaku yang paling tua, aku saat itu berumur 20 tahun dan omku berumur 35 tahun. Istri om ku, tante Ida berumur 27 tahun, orangnya sangat cantik dan mempunyai tubuh yang mungil tapi padat. Pantatnya bebar-benar montok dengan pinggang yang ramping dan perut yang datar, maklum mereka belum mempunyai anak, biarpun sudah kawin hampir 3 tahun.

Akan tetapi tante Ida yang cantik itu, orangnya sangat judes, dia tidak memandang mata keluargaku, maklum kami hanya biasa-biasa saja, sedangkan tante Ida datang dari keluarga yang sangat kaya di kota Surabaya, dia hanya 2 bersaudara dan Ida adik perempuannya yang berumur 22 tahun, masih kuliah di ITB dan tinggal dirumah om dan tante Ida di Bandung.

Selama aku berada dirumah om ku ini, hampir setiap hari tante Ida mengomel saja, karena dia memang sangat benci kalau aku menginap dirumah mereka. Disamping aku memang termasuk anak yang bandel, biarpun secara postur tubuh, aku sudah kelihatan sangat dewasa, karena tinggi badanku 175 cm dengan tubuh yang berotot, tante Ida curiga saja dan menganggap aku sering menerima duit dari om ku, pada hal sangat jarang om ku memberi aku duit.

Saat ini aku nginap di rumah mereka, sebenarnya hanya terpaksa saja, karena aku sedang berlibur di Bandung dan ibuku memberitahukan kepada om ku yang memaksa aku tinggal dirumahnya. Hari ini entah mengapa aku merasa suntuk banget sendirian, kemarin sore sebelum om ku pulang dari kantor, tante Ida marah-marah dan menunjukan muka cemberut terhadap saya. Saat itu rumah berada dalam keadaan sepi, om sudah pergi kekantor, Mbak Ani adik tante Ida sedang pergi kuliah, Bik Suti lagi pergi ke pasar, dan tante Ida katanya mau pergi ke arisan. Tadi sebelum pergi dengan nada yang setengah membentak, tante Ida menyuruh saya menjaga rumah.

“Anton.. jangan kurang ajar.. berani benar kau ini.. ingat, Toonnn.. Aku ini istri om mu…!!! Cepat lepas… nanti kulaporkan kau ke om mu…” teriak tante Ida dengan suara garang mencoba mengancamku.

Aku tak lagi peduli, salah tante Ida sendiri sih, orang mau orgasme kok diganggu. Dengan buasnya aku jilat belakang telinga dan tengkuknya, kedua payudaranya yang biarpun tidak terlalu besar, tapi padat itu langsung kuramas-ramas dengan buas, sampai tante Ida menjerit-jerit. Disamping nafsuku yang memang sudah menggila itu, ada juga rasa ingin balas dendam dan mau mengajar adat padanya atas perlakuan dan pandangannya yang sangat menghina padaku.

Dia mencoba berteriak, tapi dengan cepat aku segera menciumnya lagi. Ada kali 10 menit aku melakukan hal itu, sementara tante Ida terus meronta-ronta, dan mengancamku serta mencaci maki, entah apa saja yang dikatakannya, aku sudah tidak memperdulikannya lagi. Aku terus menyerangnya dengan buas dan mengelus-elus dan meramas-ramas seluruh tubuhnya sambil terus mencium mulutnya dengan rakus. Dia tidak dapat melepaskan diri dari dekapanku, karena memang tubuhku yang tinggi 175 cm dengan badan yang atletis dan berotot, tidak sebanding dengan tubuh tante Ida yang 155 cm dan mungil itu.

Akibat seranganku yang bertubi-tubi itu, lama kelamaan kurasakan tidak ada lagi perlawanan dari tante Ida, entah karena dia sudah lelah atau mungkin dia mulai terangsang juga. Merasa sudah tidak ada perlawanan lagi dari tante Ida, penisku yang panjang dan besar yang sudah sangat tegang itu kugosok-gosok pada perutnya dan kemudian kuraih tangannya yang mungil dan kuelus-elus ke penisku, tangan mungilnya kugosok-gosok, mengocok penisku yang mulai mengeras. Tubuhnya terasa mengejang, akan tetapi kedua matanya masih terpejam, dan tidak ada perlawanan darinya.

“Dari pada BT sendiri, mending nonton BF aja di kamar,” pikirku.

TV mulai kunyalakan, kuambil CD porno yang kemarin kupinjam ditempat persewahan dekat rumah, adegan-adegan panas nampak di layar. Mendengar desahan-desahan artis BF yang cantik dan bahenol tersebut membuat aku terangsang. Dengan lincahnya tanganku melucuti celana beserta CD-ku sendiri. Burungku yang sedari tadi tegak mengacung kukocok perlahan. Film yang kutonton itu cukup panas, sehingga aku menjadi semakin bergairah. Kutanggalkan pakaian yang masih melekat, akhirnya tubuhku tanpa ada penutup sekalipun. Kocokan tanganku semakin cepat seiring dengan makin panasnya adegan yang kutonton. Kurasakan ada getaran dalam penisku yang ingin meyeruak keluar. Aku mau orgasme, tiba-tiba…

“Anton.. apa yang kamu lakukan!!” teriak sebuah suara yang aku kenal.

“Ooooohh… Tante…?!” aku kaget setengah mati dan sangat bingung sekali saat itu. Tak kusangka tante Ida yang katanya mau pergi arisan bisa kembali secepat itu. Tanpa sadar aku bangkit berdiri dan kudekati tante Ida yang cantik tapi judes itu, yang masih berdiri dalam keadaan kaget dengan mata membelalak melihat keadaanku yang telanjang bulat dengan penisku yang panjang dan besar dalam keadaan tegang itu. Tiba-tiba entah setan mana yang mendorongku, secara refleks saja aku menyergap dan mendekap tubuh tante Ida yang mungil padat itu. Badannya yang mungil dan tingginya yang hanya sampai sebahu dari ku, ku bekap dengan kuat dan kutarik agak keatas, sehingga tante Ida hanya berdiri dengan ujung jari kakinya saja dengan kepala agak tertengadah keatas, karena kaget. Dengan cepat kucium dan kulumat bibir tipisnya yang seksi.

“Eeeehhhh… ppppffffff…!!! badan tante Ida seketika mengejang dan agak menggeliat menerima perlakuan yang tidak pernah dia sangka akan berani aku lakukan itu dan sesaat kemudian dia mulai memberontak dengan hebat, sehingga ciumanku terlepas….

Kemudian ketika dengan perlahan kubuka baju tante Ida, dia dengan lemah masih mencoba menahan tanganku, akan tetapi tanganku yang satu mengunci kedua tangannya dan tanganku yang lain membuka satu demi satu kancing-kancing blusnya, dan perlahan-lahan mempertontonkan keindahan tubuh di balik kain itu. Setelah berhasil membuka blus dan BH-nya, kuturunkan ciumanku menuju ke payudara tante Ida yang padat berisi…

“Tooonnnn… aaammmpuunn… Toonnnnn… iiii.. iiingaaattttt.. Tooonnn..!!!” Kucium dan kulumat putingnya yang berwarna kecoklatan itu. Terkadang kugigit dan kupuntir putingnya, sementara kusingkap roknya dan jari-jariku mulai mengelus-elus kemaluannya yang masih tertutup CD.

“Iiiiiiiiii…..ooohhhhhhh…..aaaagggghh hhhhh……..ssssshhhhhhh……..Toooonnnnn……! !!!!” akibat perlakuanku itu, kayaknya tante Ida mulai terangsang juga, itu terasa dari tubuhnya yang mengejang kaku dan dengusan nafasnya makin terdengar kuat. Aku makin memperhebat seranganku dan tiba-tiba tubuh tante Ida bergetar dengan kuat dan……..

“Aaaahhhhhh..Toooonnnn…jaaa..jaaa angaaannn….Tooonnnn……iiii…ngaaaatttt..Tooo nnn… oooohhhhhhh…………aaaaaggggghhh…aaaaggghhh .aaaaggggggggghhhhh…!!!!!” akhirnya, disertai tubuhnya yang mengejang dan menggeliat-geliat kuat, serta kedua tangannya mendekap punggung ku….Seerrr.. cairan kewanitaan tante Ida membasahi CD nya sekalian jemariku.

Setelah masa orgasmenya berlalu, terasa badan tante Ida melemas terkulai dalam dekapanku dan kedua matanya masih terpejam rapat, entah perasaan apa yang sedang bergelora dalam tubuhnya, puas, malu atau putus asa akibat perlakuanku terhadap nya , sehingga dia mencapai orgasme itu. Tarikan nafasnya masih terengah-engah.

Kami terdiam sejenak, sementara tubuh tante Ida bersandar lemas dalam dekapanku dengan mata. Jemari lentik tante Ida masih menggenggam penisku yang masih tegak mengacung. Akhirnya secara perlahan-lahan kepala tante Ida menengadah keatas dan terlihat pandangan matanya yang sayu menatapku, sehingga menambah kecantikan wajahnya dan secara lembut terdengar suaranya…

“Oooohhhh….Toonnnn, apa yang kau perbuat pada tantemu ini…….?????”

“Eeeehhmmm…maafkan Anton tante….Anton lupa diri….abis tante tadi masuk tiba-tiba selagi
Anton akan mencapai klimaks….salah tante sendiri sihhh…….lagi pula…tante amat cantik sihhh…..!!!!!!” sahutku mencari-cari alasan sekenanya.

Sekarang kayaknya tante Ida sudah pasrah dan sambil tanganya masih menggenggam penisku katanya lagi..

“Tooonnnn…..punya kamu gede amat yaaaa…????. Punya Om mu nggak sampai segede ini..!!”
“Aaahhhhh, tante…apa betull…?????!” memang penis ku panjangnya 20 cm dan gede juga dengan kepalanya yang bulat besar, apalagi kalau lagi sangat bernafsu begini. Jemari lentik tante Ida yang tadinya hanya menggenggam saja, kini mulai memainkan penisku dengan manja. Seperti mendapat mainan baru, tangan tante Ida tak mau lepas dari situ.

Kami terdiam sejenak, sementara tubuh tante Ida bersandar lemas dalam dekapanku dengan mata. Jemari lentik tante Ida masih menggenggam penisku yang masih tegak mengacung. Akhirnya secara perlahan-lahan kepala tante Ida menengadah keatas dan terlihat pandangan matanya yang sayu menatapku, sehingga menambah kecantikan wajahnya dan secara lembut terdengar suaranya…

“Oooohhhh….Toonnnn, apa yang kau perbuat pada tantemu ini…….?????”
“Eeeehhmmm…maafkan Anton tante….Anton lupa diri….abis tante tadi masuk tiba-tiba selagi
Anton akan mencapai klimaks….salah tante sendiri sihhh…….lagi pula…tante amat cantik sihhh…..!!!!!!” sahutku mencari-cari alasan sekenanya.

Sekarang kayaknya tante Ida sudah pasrah dan sambil tanganya masih menggenggam penisku katanya lagi..

“Tooonnnn…..punya kamu gede amat yaaaa…????. Punya Om mu nggak sampai segede ini..!!”
“Aaahhhhh, tante…apa betull…?????!” memang penis ku panjangnya 20 cm dan gede juga dengan kepalanya yang bulat besar, apalagi kalau lagi sangat bernafsu begini. Jemari lentik tante Ida yang tadinya hanya menggenggam saja, kini mulai memainkan penisku dengan manja. Seperti mendapat mainan baru, tangan tante Ida tak mau lepas dari situ.

“Taaannnnn…., kok diiiii…..dii…diamin aja, dikocok dong, Taannn…. biar
enaaakkk….!!!!”

“Ton, Ton.. kamu keburu nafsu aja….aaaaggghhh….!!!”, perlahan-lahan kedua tanganku menekan bahu tante Ida, sehingga tubuh tante Ida berjongkok dan sesaat kemudian kepalanya telah sejajar dengan selangkanganku. Kedua tangannya segera menggenggam penisku dan kemudian tante Ida mulai menjilati kepala penisku dengan lidahnya. Bergetar seluruh tubuhku menerima rangsang dari mulut tante Ida. Dijilatnya seluruh batang kemaluanku, mulai dari pangkal sampai ujung. Tak ada bagian yang terlewat dari sapuan lidahnya.

Dikocoknya penisku didalam mulutnya, tapi tak semuanya bisa masuk. Mungkin hanya 3/4 nya saja yang dapat masuk ke mulut tante Ida. Kurasakan dinding tenggorokan tante Ida menyentuh kepala penisku. Sungguh sensasi sangat luar biasa menjalar ke seluruh tubuhku. Cukup lama juga tante Ida mengulum penisku. Kurasakan batang penisku mulai membesar dan makin mengeras. Dari dalam kurasakan ada sesuatu yang memaksa untuk keluar. Merasa aku akan keluar, tante Ida semakin cepat mengocok batang kemaluanku.
“Taaannnnn..ah..aohh.. taaannn.. Anton mo keluar,…….aaauuugghhhh…..taaannnn..!!!!!!!”

Akhirnya..Croott..croott..croottt.. Hampir sepuluh kali cairan itu menyembur dari ujung penisku. Diminumnya air maniku dengan, dijilatinya semua, sampai tak ada lagi cairan yang tersisa. Meskipun sudah keluar tetapi penisku tetap saja masih tegar, meski tak seberapa keras lagi Melihat itu, tante Ida mencium-cium kepala penisku dan menjilat-jilatnya hingga bersih.

Kemudian kutarik berdiri tubuh tante Ida dan kudorong ke tempat tidur, sehingga tante Ida terlentang diatas tempat tidur. Dengan cepat kulucuti rok sekalian CD nya, sehingga sekarang tante Ida terlentang diatas tempat tidur dengan tubuhnya yang mungil tapi padat itu berada dalam keadaan telanjang bulat. Tante Ida hanya menatap ku dengan pandangan yang sayu dan terlihat pasrah. Aku naik keatas tempat tidur dan kedua kakinya kupentang lebar-lebar dan aku berjongkok diantara kedua pahanya yang terpentang membuka lebar kemaluannya yang telah licin, siap untuk diterobos.

Kupegang batang penisku dan kugosok-gosok sepanjang bibir kemaluannya, sambil kutekan-tekan pelahan. Merasakan gesekan-gesekan lembut vagina tante Ida, penisku mulai mengeras kembali. Ku ambil tangan tante Ida dan ku tempatkan pada batang penisku, segera digengamnya penisku dan diarahkan ke lubang kemaluannya. Dengan sedikit gerakan menekan, kepala penisku perlahan-lahan mulai masuk setengah ke lobang kemaluan tante Ida. Terasa lobang kemaluan tante Ida sangat sempit mencengkeram batang kemaluanku. Dinding kemaluan tante membungkus rapat batang kemaluanku, kutekan lagi dan tubuh tante Ida menggeliat…

“Oooooohhhhhh… Toooonnnn… bee.. beeeesaaarrrr aaaaa.. maaaattttt.. pe.. peeelaaan… pee laaan… Tooooonnnnn… ooooohhhhh..!!!!!” tante Ida merintih perlahan. Secara pelan dan hati-hati aku menekan batang kemaluanku makin dalam… terus… terus…. ooohhhhhh… eeeenna aaak… benaaarrrr… terasa jepitan kuat dinding kemaluan tante Ida yang menjepit rapat batang kemaluanku. Perasaanku terasa melayang-layang dilanda kenikmatan yang tidak terlukisakan ini…..
“Taaaaannnnn……ooohhhhhh…..eeee euuuuunnaaaakkkkkkkk…taannnnn….!!!!”

Dengan kedua paha yang terkangkang lebar-lebar dan kedua tangannya berpegang pada pinggangku, tante Ida memandang ku dengan tatapan sayu, terlihat sangat cantik dan menawan, sehingga aku yang sedang bertumpu diatasnya perasaanku terasa menggila, melihat dan merasakan wanita cantik dan ayu yang berbadan mungil tapi padat ini, terlentang pasrah dibawahku, menerima seluruh perlakuanku.

Kugerakan perlahan-lahan pinggulku menekan kebawah, sehingga penisku terbenam makin dalam kelobang kemaluannya, dalam….. dalam….. terus…… terus….. daannnn….. ….kemudian……ujung kepala penisku terasa mentok, karena beberapa kali tubuh tante Ida mengejang ketika aku mencoba menekan lebih kuat, aku kemudian mulai menarik keluar dan selanjutnya memompa keluar masuk.

Dengan bersemangat aku mulai menaik-turunkan tubuhku. Gerakan naik-turun yang terkadang diselingi dengan gerakan memutar, sungguh merupakan sensasi yang sangat luar biasa. Apalagi posisi kedua paha tante Ida terkangkang lebar-lebar, membuat tikaman-tikamanku terasa jauh didalam dasar lobang kemaluannya. Aku dapat melihat payudara tante Ida bergerak-gerak keatas kebawah setiap kali aku menekan masuk penisk dalam-dalam sehingga kedua selangkangan kami berhimpit rapat-rapat. Kemudian kurasakan otot-otot kemaluan tante Ida dengan kuat menyedot penisku. Semakin lama kurasa semakin kuat saja kemaluan tante Ida menjepit penisku. Kulihat wajah tante Ida nampak makin memerah menahan orgasme keduanya yang akan melandanya sebentar lagi.

“Aaaaaaddduuuuuhhhhh….Toooonnn.. Aaaagggghhhhhh.. Oouggg.. hhaa..hhaa…Toooonn …taaannnn…teeeee…maaa…. Maaauuuu…keee…keeeeluaraarrrr lagi, Toonnnnn…!!!!!!!.” Dan….. Seeeeerrrr…..kurasakan cairan hangat membasahi penisku.

Sementara nafsuku sudah sangat memuncak menuntut penyelesaiannya, aku sudah tidak bisa lagi bertindak halus, tanpa banyak bicara, segera saja kupompa pantatku dengan cepat dan gencar, mendapat serangan yang agak kasar dan tiba-tiba itu tante Ida menjerit-jerit kesakitan. Meskipun lobang kemaluan tante Ida telah basah dan licin banget, tapi tetap saja terasa seret untuk ukuran penisku yang besar.

Tak kuhiraukan lagi suara tante Ida yang menjerit-jerit kesakitan, yang ada dipikiranku saat itu adalah aku ingin segera mengakhiri permaina ini dan merasakan nikmat yang akan datang padaku. Kurasakan otot-otot penisku mulai berdenyut-denyut dengan kerasnya, ada sesuatu yang berusaha untuk keluar dari batang penisku. Kucoba untuk menahannya selama mungkin agar tidak segera keluar, tapi jepitan dinding kemaluan tante Ida akhirnya meruntuhkan pertahananku.

“Aaaaaauuddddduuhhhh… taaannnnnn… teeeee… oooooohhhhh…..!!!!” keluhan panjang penuh
kenikmatan keluar dari mulut ku disertai dengan…croott.. croott….croooootttt….semburan..maniku menyemprot dengan kuat, mengisi relung-relung terdalam lobang kemaluan tante Ida, kemudian badanku tertelungkup lemas menidih badan mungi tante Ida, sementara kuubiarkan penisku tetap didalam kemaluan tante Ida untuk merasakan sisa-sisa orgasmeku. Kurasakan kemaluan tante Ida tetap saja berdenyur-denyut, meski tak sekuat tadi.

“Taannnn, terima kasih ya, udah mau temenin Anton main.!!!!” kataku dengan manja.
“Kamu, tuh, Ton, kalau lagi nafsu jangan main maksa dong, masak tantemu sendiri kamu perkosa juga…..!!!!”
“Iiihhhhh…tante…..tapi tante senang juga….kaannnn …..????”
“Iya.. siiihhh….!!!!!” kata tante Ida malu-malu.

Sejak saat itu sikap tante Ida terhadapku berobah seratus persen, biarpun sikap kami ini tetap terjaga dihadapan om dan adik tante Ida. Aku dan tante Ida sering berhubungan sex bersama kalau rumah lagi sepi. Aku makin merasa sayang saja terhadap tante Ida, apalagi tante Ida melayani nafsu sex saya dengan rela dan sepenuh hati.

Cerita Ngentot Goyangan Gergaji Super Hot

$
0
0

Cerita Ngentot Goyangan Gergaji Super Hot – Namaku Tomie umurku 30 tahun, aku bekerja disebuah perusahaan penyedia jasa IT di Jakarta, aku sudah beristri dengan Dilla 26 tahun. Cerita berawal ketika aku dan istriku belum menikah, istriku adalah anak pertama dari empat bersaudara yang tinggal di sebuah kota kecil di daerah Jawa Barat. Adalah Ayu adik kedua istriku yang telah membangkitkan birahi terlarangku, padahal dulu ketika aku sama sekali tidak tertarik melihat Ayu, aku hanya menganggap Ayu sebagai adik sendiri, hingga berkali-kali aku selalu mengusahakan kemampuanku untuk membantu kesusahannya ketika dia sedang berada di Jakarta untuk bersekolah. Namun Ayu kini sudah berubah menjadi seorang gadis yang cukup cantik.

Hari itu adalah hari segalanya dimulai, Dilla (waktu itu kami belum menikah) memberikanku pekerjaan untuk membeli peralatan pendukung computer untuk kantornya (kantor Dilla mempercayakan urusan IT-nya kepadaku) karena kukira akan banyak barang bawaan yang akan aku bawa setelah belanja maka ku ajak Ayu untuk membantuku, dengan memberikan upah tentunya. Seharian aku dan Ayu mengelilingi salah satu komplek pertokoan computer yang ada di Jakarta membuat aku mulai memperhatikannya, baru kusadari Ayu memiliki tubuh yang lumayan indah, walaupun ukuran dadanya tidak terlalu besar namun ukuran pantatnya bisa dibilang cukup bahenol.

Sembari membawa belanjaan, aku lihat hari sudah mulai sore dan kuputuskan untuk segera jalan pulang, dengan badan letih dan capek kami berdua naik kendaraan umum menuju stasiun Senen untuk nantinya kami lanjutkan dengan naik kereta dan syukurlah kami tidak tertinggal kereta seperti yang kutakutkan sebelumnya, didalam kereta yang lumayan penuh kutemukan satu tempat duduk yang masih kosong, ku suruh Ayu untuk duduk dan aku berdiri sementara barang-barang bawaan kami aku taruh diatas Ramp. Perjalanan panjang yang kami tempuh membuat aku memikirkan sebuah ide nakal, Ayu yang terlihat lelah menyenderkan badannya ke senderan kursi kereta yang membuat kausnya menjadi longgar sehingga membuat ku bisa melihat sekaligus menikmati indah payudaranya dari atas, lama kunikmati keindahan payudara yang belum terjamah membuat kontol ku mengeras, ingin rasanya memegang dan meremas-remas payudara Ayu, namun aku terkaget ketika seseorang disebelah aku menawarkan kursinya dan segera berdiri. Kusuruh Ayu bergeser dan aku duduk disebelahnya, “Ayu ngantuk yah?” tanyaku kepada Ayu, “agak sih mas, lemes banget badan Ayu” lalu ku jawab “ya udah kamu senderan di bahu mas aja sini” tanpa menjawab Ayu langsung bersandar di bahu ku, hal tersebut justru membuat ku makin terangsang karena selain bisa melihat payudaranya aku juga bisa merasakan kenyalnya payudara Ayu yang menempel dilenganku yang selama hampir dua jam kunikmati.

Sesampainya di Stasiun aku langsung menelepon Dilla memberitahukan kedatangan kami, namun karena pekerjaan Dilla yang sangat menguras waktu, dia tidak bisa menjemput kami dan memberitahukan untuk menyimpan barang belanjaan kami dirumah saja. Melihat Ayu yang kelelahan aku putuskan untuk naik becak. Sesampainya dirumah aku istirahat sebentar sebari merokok tapi Ayu memutuskan untuk langsung mandi, “jangan lama-lama yah” pintaku kepada Ayu, “iya…” Ayu menjawab, sembari merokok kubayangkan bentuk tubuh Ayu yang kunikmati tadi sembari sedikit-sedikit mengelus-elus kontol ku, tapi sial aku dikagetkan oleh kedua adik Ayu, Danti dan Agus. Mereka bermaksud ingin meminjam hape ku untuk menelpon ayahnya yang entah dimana, setelah mereka selesai meminjam telepon Danti mengatakan jika mereka harus menyusul ayah dan ibunya di rumah sakit karena ada teman ayahnya yang mengalami kecelakaan, “mas aku sama Agus mau jalan dulu yah, kalo mau makan di dapur ada makanan tuh” kata danti, “ok deh Danti ntar aja mas makannya” kujawab, mereka segera berpamitan dan berangkat.

Sembari menghabiskan rokokku terlintas pikiran gila yang mengarahkan ku ke pintu kamar mandi, supaya aman aku agak menjauh dan dengan sedikit berteriak aku berkata, “Ayu udah apa belom?” lalu Ayu menjawab “belum mas, Ayu sakit perut nih”, seperti mendapat lotre pikiranku langsung kegirangan dan segera kuhampiri pintu kamar mandi. “asik…” kataku dalam hati ketika aku menemukan celah kecil diantara gagang pintu, namun sial pemandangan yang kulihat sempat membuatku agak lemas, karena kulihat Ayu sedang jongkok buang air besar, namun kucoba untuk sabar dan tak lama setelah itu kudengar suara gemerecik air yang tandanya Ayu telah selesai buang hajat.

Secepat kilat kuhampiri pintu kamar mandi dan kuintip. “ya tuhan” kataku dalam hati saat melihat indah tubuh Ayu yang tak terbalut apapun, payudaranya yang agak lancip (untuk usia dua puluh tahunan harusnya sudah tidak lancip lagi), memeknya yang ditutupi bulu-bulu halus membuat biarahi ku melonjak tinggi, kuraih kontol ku dan ku usap-usap. Ah nikmatnya jika bisa kunikmati tubuhnya tanpa harus sembunyi-sembunyi. Kembali lagi aku mendapat kesialan, hape ku bergetar, kulihat Dilla menelepon ku dan memintaku untuk menjemputnya, dengan agak menjauh kuangkat hape ku, “ok aku jalan sekarang” kujawab sembari kututup telepon. “Ayu, mas jalan dulu sebentar, mau jemput kakak kamu” dengan agak kersa kuberitahu Ayu “iya mas, tapi jangan lama-lama…gak ada orang soalnya nih mas, Ayu takut sendirian”, “iya Cuma sebentar kok”.

Sesampainya dirumah setelah menjemput Dilla turun hujan lebat, dalam benakku berfikir hujan ini kesialan atau keberuntungan? engan agak ragu-ragu aku bilang ke Dilla keinginanku untuk menginap saja dan tanpa diduga Dilla berkata “ya udah nginep aja, lagian hujan terus besok juga bos aku minta alat-alatnya dipasang besok” dengan sedikit acting kujawab, “lho kok besok? Bukannya harus malam ini juga pasangnya?” kembali Dilla menjawab “besok aja, khan hari ini malam minggu, emang kamu gak mau malam mingguan sama aku?” lalu kujawab “iya sayang…gitu aja ngambek, emang kamu mau kemana sih? Lagian juga hujan kok” Dilla menjawab “gak usah kemana-mana, tadi aku beli DVD temenin aku nonton aja sampe aku tidur” “siap bos ku sayang” kujawab sembari tersenyum lebar dan membuat Dilla tertawa. Hape ku kembali bergetar, kulihat ayah Dilla yang menelepon “halo ayah…” kujawab “Fan, kamu besok ada acara gak? Kalo enggak ada acara tolongin ayah bisa gak?” “tolong apa nih yah?” kujawab dengan antusias “kamu mala mini nginep aja, besok agak siangan kita jalan ambil mobil” “ok, ya udah yah saya bisa” aku jawab “ya udah ayah masih dirumah sakit pulangnya kayaknya pagi deh, kamu jagain rumah yah” “ok ayah”, setelah percakapan itu Dilla bertanya dan kujelaskan sembari berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan badan.

Jam dinding menunjukan pukul tujuh malam, Dilla menagih janji untuk menemaninya nonotn DVD, kutemaniDilla nonton DVD dan Ayu pun ikut serta menonton DVD. Sembari menonton ku sempatkan melihat kemolekan tubuh ayu yang hanya mengenakan daster tipis berwarna putih tanpa bra (terlihat ketika cahaya TV menembus dasternya), posisi duduk ku yang berada di belakang Dilla dan Ayu menguntungkan aku. Setelah film selesai Dilla tanpa banyak bicara langsung nyelonong ke kamar tidur begitu juga Ayu, entah mengapa walaupun tubuhku terasa letih tapi aku tidak bisa tidur, kulihat jam sudah pukul dua dini hari, entah setan dari mana aku langsung berfikir untuk melihat kamar Ayu yang letaknya dibelakang, pelan-pelan kulangkahkan kaki keluar kamar tamu, lalu kulihat pintu kamar Ayu agak terbuka dan terlihat lampu yang masih menyala, kupikir Ayu masih terjaga tetapi setelah kulihat ternyata Ayu sudah terlelap.

Kuberanikan diri untuk masuk kedalam kamar. Kulihat Ayu tidur menyamping kearah pintu dengan bagian bawah daster agak terangkat membuat celana dalamnya sedikit terlihat. Jantungku berdetak sangat keras ketika kucoba mendekatinya dan bertambah keras ketika Ayu mengubah posisinya menjadi terlentang. Kucoba untuk menenangkan diri ku dan kulanjutkan misiku. Setelah kudekati kubuka kancing daster sempai yang terakhir (Ayu memakai daster yang menggunakan kacing tapi tidak sampai bawah, hanya setengah dari daster yang bisa dibuka) hingga terlihat jelas payudaranya, astaga ternyata bentuk gunning kembarnya begitu menggairahkan walaupun tidak terlalu besar, kumainkan putingnya pelan-pelan supaya Ayu tidak terbangun, sembari ku usap-usap putting Ayu, kumainkan juga kontol ku, awalnya hanya ku gesek-gesek dengan tangan tapi lama kelamaan ku buka retseleting ku dan ku keluarkan senjata kebanggaan ku yang ukurannya lumayan besar, sembari memaikna pentil ku kocok kontol ku.

Tidak puas hanya melihat payudara Ayu, ku coba untuk sedikit ngeintip bagian bawahnya, dengan sedikit gugup ku angkat bagian bawah daster sehingga terungkap semua dan kulihat gundukan empuk yang tertutup celana dalam warna pink dengan model menyempit yang membuat jembut Ayu seperti tertarik keluar. Dengan pelan-pelan ku angkat karet pinggang celana dalam Ayu dan menurunkannya sedikit demi sedikit, “astaga sungguh indah memek perawan” “seperti mimpi akhirnya bisa kulihat secara langsung memek Ayu”, pelan tapi pasti ku turunkan celana dalam Ayu sembari sesekali melihat wajahnya, karena aku takut dia terbangun. Kegigihanku membuahkan hasil, celana dalam Ayu telah turun sampai batas dengkul, dengan perasaan agak khawatir kudekatkan wajahku ke memeknya, kucium dan kubuka memeknya sampai itilnyapun terlihat, “memek perawan memang wangi” kuberkata dalam hati sembari kuteruskan tingkahku, kujulurkan lidahku untuk menjilat klitorisnya, “ough…” suara itu keluar dari mulut Ayu dan membuatku sangat ketakutan, tetapi setelah kulihat lagi ternyata dia hanya mengigau. Kulanjutkan aksiku tapi dengan lebih ekstrim, ku ubah posisi ku menjadi diatas Ayu, dengan setengah jongkok kuarahkan kontol ku kea rah memek ayu, tanpa berniat untuk menjebol ku kocok kontol ku dan dengan dua jari tangan kiri ku buka memek ayu, ku kocok kontol ku sampai klimaks dan crot… crot… crot… kutumpahkan spermaku diatas memek Ayu, puas rasanya mala mini dan sepertinya bisa tidur nyenyak, sembari membereskan sperma diatas memek ayu aku melihat jam dan ternyata sudah pukul tiga.

“Mas… Mas… bangun Mas….” Samar-samar kudengar suara perempuan membangunkan ku dan ternyata setelah kulihat ternyata Ayu, dengan agak panik ku bangun dan ku bertanya “Kok Ayu yang banguinin, kak Dilla mana?” “kak Dilla tadi pagi-pagi banget berangkat, katanya ada event di kantor pusat di Jakarta” katanya, “terus yang lain pada kemana” kujawab berharap Ayu tidak menyadari perbuatanku semalam “ayah, ibu, Danti dan Agus juga udah berangkat ke subang, soalnya temennya itu meninggal” “ough, terus ada pesen gak?dari aya atau dari kak Dilla?” kemudian Ayu menjawab sembari berjalan menuju pintu kamar “ada, katanya mas pasang alatnya minggu depan aja, terus kata ayah mas disuruh nunggu ayah pulang” ku jawab “oh gitu yah, ok deh”. Jujur aku agak malu ketika melihat Ayu, takutnya dia mengetahui apa yang aku lakukan tadi malam, hingga akhirnya hari telah sore dan ayah belum dating juga, ku telpon dan kuberitahu kalau aku harus kembali ke Jakarta, karena besok aku harus kerja.

Seminggu berlalu dan bayangan tubuh Ayu selalu melekat di ingatanku, terkadang kugunakan imajenasiku untuk masturbasi. Sesuai janji ku kepada Dilla setiaphari Jumat sore aku berangkat dari Jakarta ke kotanya untuk menghabiskan waktuku dengannya, kugunakan waktu-waktu itu untuk sesekali menikmati keindahan tubuh Ayu yang makin lama semakin menjadi-jadi hingga akhirnya terjadilah sesuatu yang menurut aku sangat gila. Malam itu situasi sesuai dengan keinginan ku, Dilla lembur, ayah, ibu, Danti sedang menghadiri acara tahunan kenaikan sabuk Karate Agus. Ayu seperti biasa tidak menyukai jalan-jalan yang memakan waktu hingga dua hari. Kuawali aksi ku dengan membeli minuman soda (alih-alih traktiran karena aku baru saja gajian) dan martabak. Minuman yang kubeli sebelumnya telah kucampur dengan minuman beralkohol, kucampur saat Ayu berada didapur.

Setelah beberapa lama menikmati minuman yang kucampur tersebut Ayu merasa agak pusing dan mulai berbicara ngaco, kuanggap hal tersebut sebagai kesempatan, dengan kondisi Ayu yang mulai lemah kudekati dan kuraba-raba payudaranya (karena aku ikut minum jadi aku juga agak setengah sadar), mulai ada perlawanan dari Ayu, namun perlawanannya tidak sepadan dengan tenaga ku yang besar, kukulum bibirnya sembari kuremas-remas payudaranya. “mas jangan mas, nanti ketahuan kak Dilla” katanya, “kalo Ayu gk ngmong khan kak Dilla gak tahu” kujawab sembari kulanjutkan mengulum bibirnya “hhmphhh…maaaaassss jangaaaannnnnn….aaaaahhhhh ough” hanya itu yang terucap dari bibir Ayu ketika aku mulai menhisap putting payudaranya dan tanganku pun mulai menyelinap kedalam celana pendek yang digunakannya, kurasakan agak lembab dan semakin basah pada celana dalamnya. “maaaaaasssss aaaahhhhhh….jangaaaaaannnnnn” semakin menggeliat ketika tangan ku memasuki celana dalamnya, kurasakan cairan memeknya mulain terasa, ku tekan-tekan klitorisnya sembari masih menghisap payudaranya. Perlawanan Ayu mulai berkurang ketika jari ku mulai menggosok-gosok klitorisnya dengan cepat, pantatnya pulai bergoyang mengikuti gosokan-gosokan jariku dan kata-kata yang keluar dari mulutnya sekarang hanya “ough ah uh ah maaaaaasssss ah oh ah”.

Cerita Dewasa - Dinda dan Seks Pertamanya

Cerita Dewasa – Dinda dan Seks Pertamanya

 

 

 

Pelan-pelan perlawanan Ayu mulain menghilang dan saat itulah ku gendong Ayu kekamar sembari kukulum bibirnya, sesampainya dikamar kurebahkan dia di atas tempat tidur, kulepaskan semua bajunnya, dan ketika aku ingin melepaskan celana dia berkata “mas jangan donk, aku masih perawan…aku takut” ku jawab “gak usah takut gak sakit kok” dengan agak memaksa kujawab.

Akhirnya Ayu terlentang tanpa sehelai baju pun, hanya telapak tangan menutupin memeknya dan lengan kirinya menutupi payudaranya, sembari kunikmati keindahan tubuhnya kubuka semua baju ku dan kulihat wajah Ayu agak kemerahan ketika melihat kontol ku yang sudah tegak. Aku langsung berbaring disampingnya, kurai tangan kirinya ku arahkan ke kontol ku, pertama Ayu agak takut, namun setelah kupaksa akhirnya dia mau, sembari kukulum pentil payudaranya kurasakan kontol ku ditarik kearah depan dan Ayu mengubah posisinya menjadi miring, dengan posisi itu Ayu mulai mengosok-gosok kepala kontol ku yang besar ke liang memeknya, pelan-pelan kurebahkan badan Ayu dan posisi ku sekarang ada diatas Ayu, kubuka kakinya dan kuliha memeknya yang mulai merekah dan basah semakin membuatku terasngsang, tanpa pemanansan dan oral kulanjutkan dengan mengarahkan kontol ku ke arah liang memeknya, “mas jangan dimasukun, Ayu takut hamil mas”

Ayu berkata “gak apa-apa, jangan takut” kujawab dengan lembut, sebelum Ayu berkata-kata kepala kontol ku sudah berada didepan lubangnya, sembari berusaha mendorong tubuhku ayu berkata “mas please jangan…aaaahhhhh” kepala kontol ku sudah masuk dan kubiarkan memeknya agar terbiasa menerima kepala kontol ku yang cukup besar di memeknya “mas sakit mas…aduh aaaahhh” dengan sedikit meracu Ayu berkata, “gak apa-apa nanti juga enak kok” kujawab, pelan-pelan tapi pasti ku goyang agar bisa masuk semua dan ketika mulai bertambah licin langsung kutekan, akhirnya kontolku masuk semua “maaaaaasssss sakitttttt aaaaahhhhh” kata-katanya tidak kuhiraukan, kutahan sebentar sembari menikmati sempitnya memek perawan, pelan-pelan kugoyang dan lama-kelamaan Ayu pun mulai mengikuti irama goyangan ku, merasa kenikmatan Ayu pun mulai meleguh kenikmatan, “oh mas, ah agak kenceng sedikit mas” lalu kujawab “iya sayang…” setelah agak lama ku genjot tubuh Ayu terlihat agak menegang dan dia berkata “maaasssss aku gak tahan…aaaaaaaaahhhhhh” tandanya Ayu klimaks dan mulai bisa menikmati, kucabut dan kusuruh Ayu untuk membalik badannya dan menungging, Ayu pun mengikuti.

Ku sodok kontol ku dari belakang dan Ayu pun sudah tidak merasa kesakitan lagi, sembari kugoyang kulihat ada bercak darah di seprei dan disekita memeknya, ku goyang terus sampai akhirnya kusuruh Ayu untuk kembali ke posisi semula, ku kocok agak keras dan Ayu pun mulai meracu tak karuan, ku pompa dengan kencang dan akhirnya crot… crot… crot… kutumpahkan semua spermaku didalam memeknya, tubuhku langsung ambruk disamping Ayu dan kulihat Ayu menutup mukanya dan terdengar menangis, dengan sedikit rayuan dan pelukan kutenangkan ayu, dan Ayu berjanji tidak akan mengatakan apapun.

Melihat jam sudah menunjukan pukul enam sore kuputuskan untuk mandi dan kuajak serta Ayu, namun didalam kamar mandi birahi ku menjadi naik, dibawah siraman pancuran air Ayu kusuruh jongkok dan ku minta dia untuk menghisap kontol ku, dengan agak kebingungan Ayu memasukan kontol ku kedalam mulutnya, suara erotis yang keluar dari mulutnya dan tetesan sperma yang keluar dari memeknya membuat aku semakin bernafsu, kuangkat dan ku gendong Ayu, kumasukan kontol ku kedalam memeknya dalam keadaan berdiri, ku goyang-goyang dengan keras, kuubah posisi doggy style, kurasakan himpitan dinding memek Ayu semakin mengeras dan tubuh Ayu menegang, kembali Ayu akhirnya orgasme, seiring orgasme yang dialami Ayu kontol ku pun mulai menegang dan siap menyemburkan cairan kenikmatan, kuputuskan untuk kembali mengeluarkan didalam crot… crot… crot… “ah yes” ku berteriak, setelah puas kami selesaikan mandi dan segera berpaiakian karena sebentar lagi Dilla akan kembali. Semenjak itu aku dan Ayu semakin sering ngentot sampai akhirnya aku menikah dengan Dilla dan Ayu mempunyai pacar kami masih sering melakukan tanpa sepengetahuan pasangan kami.


Cerita Bugil || 4 Memek Teman Wanitaku

$
0
0

Cerita Bugil || 4 Memek Teman Wanitaku ~ Perkenalkan, nama saya Andi. Saat ini saya berusia 22 tahun. Secara fisik banyak yang bilang saya tampan. Namun bisa dibilang saya ini culun abis dan agak kurang pergaulan. Sejak dari SD saya terbiasa mengancingkan kerah baju bagian atas. Dan entah kenapa sampai saat ini, saya nyaman-nyaman saja dengan penampilan saya itu meskipun banyak yang bilang culun. Saya juga sudah sangat sering menjadi korban jahil teman-teman.

Kejadiannya kurang lebih 6 tahun yang lalu, ketika saya masih SMA kelas 1. Hari itu hari sabtu. Semua terasa biasa saja, sampai jam menunjukkan pukul 3 yang merupakan waktu pulang sekolah. Kejadian itu takkan pernah saya lupakan. Saya merupakan anak terakhir yang meninggalkan kelas pada saat itu.

Karena rasa kebelet kencing saya sudah tidak terelakkan, saya bergegas ke kamar kecil. Begitu sampai disana, langsung kubuka resleting dan piss curr,…. (*maaf, memang saya merasa kurang nyaman dengan celana dalam, jd saya hampir tidak prnah mmakai celana dalam, hehe). Selanjutnya saya bergegas keluar dari kamar mandi dan selanjutnya pulang.
Tiba-tiba begitu melewati depan kamar mandi wanita, ada seorang teman sekelas saya wanita menyapa. namanya Jenny.
“Hai ndi, blum pulang?” tanya Jenny.
“Iya Jen, ini baru mau pulang” jawabku.
“Mau bareng gak?” tanya Jenny.
“Oh, nggak usah Jen. Aku ngekos didepan situ kok” jawabku.
“Hmmm, yaudah” jawab Jenny agak ketus.
“Duluan ya Jen” aku pamit
Jenny tidak mnjawab. Tiba2 dia memanggilku.
“Eh, Andi sini dong” pinta Jenny.
“Ada apa?” tanyaku penasaran.
Tiba-tiba dari dalam kamar mandi muncul 3 orang temannya yang juga merupakan teman sekelasku. Mereka langsung membekapku dengan sapu tangan dan menyeretku ke dalam kamar mandi. Dari sapu tangan itu, aku mencium bau-bau alkohol seperti yang biasanya ada di Lab. Kimia. Seketika itu aku pun tak sadar.
Begitu sadar, aku merasa pusing sekali. Tapi aku bingung. Dimana aku?? Kenapa aku masih mengenakan baju seragam lengkap?? Lalu aku menyadari bahwa aku ditidurkan dengan tangan kakiku diikat dipojok-pojok kasur. Mulutku juga dilakban. Ada apa ini?? Siapa yang menjahiliku??
Beberapa menit kemudian muncul seorang wanita yang kukenal. Tak lain tak bukan adalah Jenny dan ketiga temannya, Rini, Eka, dan Cindy. “Welcome to my house, Andi” kata Jenny sambil tersenyum. “Oh, tidak. Apa yang yang akan mereka lakukan padaku” pikirku dalam hati. Kucoba meronta-ronta tapi mereka tidak menggubrisnya. Mereka malah tertawa-tawa. Tiba-tiba Jenny bertanya pada Cindy, “Let’s start the party?”, “Ok guys, Tancaaap!!” jawab Cindy.

Tiba-tiba mereka semua melepas semua pakaian mereka, alias telanjang atau bugil. Seumur-umur baru kali itu saya melihat wanita tanpa busana. Bahkan saya tidak pernah melihat bokep sebelumnya. Secara alamiah penis saya tiba-tiba ereksi. Cindy melihatnya, kemudian berkata pada Jenny “Jen, lihat tuh”. Mereka semua langsung tertawa terbahak-bahak begitu melihat ada yang menonjol dari celana saya.
Tanpa instruksi, tiba-tiba Rini membuka resleting celana seragam abu-abu saya. Dia kaget dan berkata “Parah!! Ni anak kagak pake kancut. Eh, tapi lumayan gede jg titit lo”.
Aku yang sedang bingung dan ketakutan hanya terdiam saja.
“Gue nyicip duluan ye” kata Rini. Tiba-tiba dia langsung mengulum dan menghisap penisku. Aku yang tidak tahu apa-apa tentang seks sebelumnya langsung terkejut. Seperti disetrum rasanya. Inginku meronta-ronta tapi semua sia-sia. Ikatan tali itu telalu kuat. Mulutku juga dilakban.
Tiba-tiba ada rasa seperti ingin kencing, tapi ini lain. Terasa nikmat sekali. Dan “aaagghhh” aku merasakan ada cairan yang keluar dari penisku dan masuk ke mulut Rini.
“Apa ini??” pikirku
“Hmm, boleh juga lo” kata Rini padaku.
“Ni, siapa mau? Tar klo uda gw lagi ye.” kata dia pada yang lain.
“Gampaang. Hari ini mpe besok, Andi buat kita. Hahahhaa” kata Jenny sambil tertawa.
“Apa?? Aku diginikan sampai besok?? Dimana orang-orang rumah ini??” pikirku dalam hati Tidak seperti Rini, Jenny tidak mengulum penisku. Dia langsung memasukkan ke dalam lubang di daerah pantatnya. “Apa ini vagina??” pikirku sambil ketakutan. Selanjutnya
Jenny menggenjotnya dengan penuh semangat.
“Aaagghh, tolong hentikan ini” pintaku dengan tidak jelas karena mulutku masih dilakban.
Tiba-tiba rasa ingin kencing itu muncul lagi. Dan, akhirnya cairan itu keluar lagi. Kali ini didalam vagina Jenny. Setelah cairan itu keluar, Jenny melepaskan vaginanya dari penisku kemudian dia menjilati cairan sperma yang tersisa di penisku. Jenny pun selesai denganku. Aku benar-benar merasa jijik dengan ulah mereka semua. Mereka semua menyetubuhiku yang masih dengan seragam lengkap.
Jenny kemudian berkata pada Eka “Tuh, giliran lu”
“Nggak ah, gw ga ada nafsu sama sekali ma tu anak” jawab Eka.
“Parah lu, dasar lesbi” timpal Cindy.
“Biarin, EGP” jawab Eka.
“Alhamdulillah, cobaan ini telah berakhir” pikirku begitu Eka menolak menyetubuhiku.
Tapi aku baru sadar bahwa Cindy belum melakukannya.
“Yaudah, klo ga mau biar gw yang ngabisin, hahha” kata Cindy.
“Astagaaa” pikirku.
“Ok Ndi, ronde ke-3 dimulai. Are u ready?” tanya Cindy.
Aku menggeleng-gelengkan kepala minta ampun supaya dihentikan semua ini. Namun Cindy tidak menggubrisnya. Seperti Rini, dia memulai dengan mengulum penisku. Karena sudah agak loyo, kali ini spermaku keluar setelah hampir 20 menit. Setelah puas nyepong aku, dia pun menjilati sisa-sisa sperma tanpa sisa. Dia benar-benar seperti profesional dan aku yakin ini pasti bukan yang pertama baginya. Aku benar-benar tersiksa dengan keadaan ini semua.

Cerita Bugil Kisah Panas di Kamar Kost

Cerita Bugil Kisah Panas di Kamar Kost

Ternyata dia masih melanjutkan ronde ke-4. Dia memasukkan penisku ke dalam vaginanya. Tapi yang ini lain, aku benar-benar terbawa dalam permainannya dan aku merasakan kenikmatan. Dia menggenjot dengan perasaan. Aku yakin dia benar-benar profesional. Akhirnya aku pun orgasme dan cairan itu keluar di dalam vagina Cindy. Setelah itu aku benar-benar merasa teler telah meladeni ketiga wanita itu. Tiba-tiba Jenny bertanya “Mau makan Ndi?” Aku mengangguk. “Yauda, mandi sana dulu” Lalu Jenny melepaskan ikatanku. Kemudian dia berkata “Jangan kabur lu. Lu mpe nyoba kabur ga segan-segan gw potong tu penis. hahaha”
“Iya Jen” jawabku dengan takut. Kemudian aku pun mandi. Karena tak punya baju ganti, kupakai lagi seragam putih dan celana abu-abu itu. Kemudian aku menuju ruang makan dimana mereka berkumpul. “Ayo Ndi makan, ga usah malu-malu gitu lah” canda Cindy. Aku hanya tersenyum. Setelah itu aku pun makan dengan lahapnya. Kemudian aku bertanya “Kapan aku bisa pulang Jen?”
“Besok ya Ndi” jawab Jenny. “Karena….”
“Karena apa Jen” tanyaku.
“Karena malam ini lu belum selesai, hahaha” kata Jenny.
Seketika dia langsung mencengkeramku bersama 3 orang temannya dan mengikatku lagi
persis seperti posisi awal tadi.
“Oh, Tuhan. Cobaan belum usai” pikirku.
Dan seperti sebelumnya mereka menggilirku. Tapi kali ini aku sudah bisa agak menikmati permainan mereka, meskipun dengan rasa agak tersiksa. Keesokan sorenya aku diantarkan pulang oleh Jenny. Dia berpesan “kalo sampe lu bongkar, lu mati!!”. Aku hanya mengangguk. Dan akhirnya sampai lulus SMA saya tetap menjaga rahasia itu. Bahkan ketika dulunya masih bertemu dikelas, mereka pun tersenyum-senyum dan saya membalasnya dengan senyum yang agak terpaksa. Yah, setidaknya saya sedikit menikmat permainan mereka meskipun dengan agak tersiksa.
For Jenny, Cindy, Eka, Rini… Thank a lot.. You though me ’bout sex.

Cerita Dewasa | Kenikmatan Gadis 12 Tahun

$
0
0

Cerita Dewasa | Kenikmatan Gadis 12 Tahun – Lia adalah yang tergolong imut dan manis untuk gadis seusianya. Entah kenapa, aku ingin sekali bersetubuh dengan Lia, aku ingin menikmati rasanya lubang kelamin Lia, yang kubayangkan pastilah masih sangat sempit. Ahhh.. nafsuku kian membara karena memikirkan hal itu. Aku mencoba mencari akal, bagaimana caranya agar keperawanan Lia bisa kudapatkan dan kurasakan. Kutunggu saja waktu tepatnya dengan sabar.

Tidak terasa, selesailah film panas yang sedang kami tonton. Suara Lia akhirnya memecahkan keheningan.
“Oom, tuh tititnya berdiri lagi”. kata Lia sambil menunjuk ke arah batang kemaluanku yang memang sedang tegang.

“Iya nih Lia, tapi biarin saja deh, gimana dengan filmnya?” jawabku santai.
“Bagus kok Oom, persis seperti apa yang papa dan mama lakukan, dan Lia ada beberapa pertanyaan buat Oom nih”. Lia sepertinya ingin menanyakan sesuatu.
“Pertanyaannya apa?” tanyaku.
“Kenapa sih, kalo olahraga gituan harus masukin titit ke apa tuh, Lia ngga ngerti?” tanya Lia.
“Oh itu.., itu namanya titit dimasukkan ke lubang kencing atau disebut juga lubang memek, pasti papa Lia juga melakukan hal itu ke mama kan?” jawabku menerangkan.
“Iya benar Oom, papa pasti masukin tititnya ke lubang yang ada pada memek mama”. Lia membenarkan jawabanku.
“Itulah seninya olahraga beginian Lia, bisa dilakukan sendiri, bisa juga dilakukan berdua, olahraga ini khusus untuk dewasa”. kataku memberi penjelasan ke Lia.
“Lia sudah boleh ngga Oom.. melakukan olahraga seperti itu?” tanya Lia lagi.
Ouw.. inilah yang aku tunggu.. dasar rejeki.. selalu saja datang sendiri.
“Boleh sih, dengan satu syarat jangan bilang sama mama dan papa”. jelasku.

Terang saja aku membolehkan, sebab itulah yang kuharapkan.
“Lia harus tahu, jika Lia melakukan olahraga beginian akan merasa lelah sekali tetapi juga akan merasakan enak”. tambahku.
“Masa sih Oom? Tapi kayaknya ada benarnya juga sih, Lia lihat sendiri mama juga sepertinya merasa lelah tapi juga merasa keenakan, sampai menjerit-jerit lho Oom, malahan kadang seperti mau nangis.”
Lia yang polos rupanya sudah mulai tertarik dan sepertinya ingin tahu bagaimana rasanya.
“Emang gitu kok. Ee, mumpung masih siang nich, mama Lia juga masih lama pulangnya, kalo Lia memang ingin olahraga beginian, sekarang saja gimana?” aku sudah tidak sabar ingin melihat pesona kemaluannya Lia, pastilah luar biasa.
“Ayolah!” Lia mengiyakan.

Memang rasa ingin tahu anak gadis seusia Lia sangatlah besar. Ini adalah hal baru bagi Lia. Segera saja kusiapkan segala sesuatunya di otakku. Aku ingin Lia merasakan apa yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Kaos singlet yang menempel di tubuhku telah kulepas. Aku sudah telanjang bulat dengan batang kejantananku mengacung-ngacung keras dan tegang. Baru pernah seumur hidupku, aku telanjang di hadapan seorang gadis belia berumur 12 tahun. Lia hanya tersenyum-senyum memandangi batang kemaluanku yang berdiri dengan megahnya. Mungkin karena kebiasaan melihat papa dan mamanya telanjang bulat, sehingga melihatku telanjang bulat merupakan hal yang tidak aneh lagi bagi Lia.

Kusuruh Lia untuk membuka seluruh pakaiannya. Awalnya Lia protes, tetapi setelah kuberitahu dan kucontohkan kenapa mama Lia telanjang bulat, dan kenapa ceweknya Tarzan juga telanjang bulat, sebab memang sudah begitu seharusnya. Akhirnya Lia mau melepas pakaiannya satu persatu. Aku melihat Lia melepaskan pakaiannya dengan mata tidak berkedip.

Pertama sekali, lepaslah pakaian sekolah yang dikenakannya, lalu rok biru dilepaskan juga. Sekarang Lia tinggal mengenakan kaos dalam dan celana dalam saja. Di balik kaos dalamnya yang cukup tebal itu, aku sudah melihat dua benjolan kecil yang mencuat, pastilah puting susunya Lia yang baru tumbuh. Baru saja aku berpikiran seperti itu, Lia sudah membuka kaos dalamnya itu dan seperti apa yang kubayangkan, puting susu Lia yang masih kuncup, membenjol terlihat dengan jelas di kedua mataku. Puting susu itu begitu indahnya. Lain sekali dengan yang biasa kulihat dan kurasakan dari wanita malam langgananku, rata-rata puting susu mereka sudah merekah dan matang, sedangkan ini, aku hanya bisa menelan ludah.

Payudara Lia memang belum nampak, sebab karena faktor usia. Akan tetapi puting susunya sudah mulai menampakkan hasilnya. Membenjol cukup besar dan mencuat menantang untuk dinikmati. Warna puting susu Lia coklat kemerahan, aku melihat puting susu itu menegang tanpa Lia menyadarinya. Lalu Lia melepaskan juga celana dalamnya. Kembali aku dibuatnya sangat bernafsu, kemaluan Lia masih berupa garis lurus, seperti kebanyakan milik anak-anak gadis yang sering kulihat mandi di sungai. Vagina yang belum ditumbuhi bulu rambut satu pun, masih gundul. Aku sungguh-sungguh melihat pemandangan yang menakjubkan ini. Terbengong-bengong aku dibuatnya.

“Oom, udah semua nih, udah siap nih Oom.”
Aku tersentak dari lamunan begitu mendengar Lia berbicara.
“Oke, sekarang dimulai yaaa?” Kuberi tanda ke Lia supaya tiduran di sofa.
Pertama sekali aku meminta ijin ke Lia untuk menciuminya, Lia mengijinkan, rupanya karena sangat ingin atau karena Lia memang sudah mulai menuruti nafsunya sendiri, aku kurang tahu. Yang penting bagiku, aku merasakan liang perawannya dan menyetubuhinya siang ini. Aku ciumi kening, pipi, hidung, bibir dan lehernya. Kupagut dengan mesra sekali. Kubuat seromantis mungkin. Lia hanya diam seribu bahasa, menikmati sekali apa yang kulakukan kepadanya.

Setelah puas aku menciuminya,
“Lia, boleh ngga Oom netek ke Lia?” tanyaku meminta.
“Tapi Oom, tetek Lia kan belon sebesar seperti punya mama.” kata Lia sedikit protes.
“Ngga apa-apa kok Lia, tetek segini malahan lebih enak.” kilahku meyakinkan Lia.
“Ya deh, terserah Oom saja, asalkan ngga sakit aja.” jawab Lia akhirnya memperbolehkan.
“Dijamin deh ngga sakit, malahan Lia akan merasakan enak dan nikmat yang tiada tara.” jawabku lagi.

Segera saja kuciumi puting susu Lia yang kiri, Lia merasa geli dan menggelinjang-gelinjang keenakan, aku merasakan puting susu Lia mulai mengalami penegangan total. Selanjutnya, aku hisap kedua puting susu tersebut bergantian. Lia melenguh menahan geli dan nikmat, aku terus menyusu dengan rakusnya, kusedot sekuat-kuatnya, kutarik-tarik, sedangkan puting susu yang satunya lagi kupelintir-pelintir.
“Oom, kok enak banget nihhh oohhh enakkk” desah Lia keenakan.
Lia terus merancau keenakan, aku sangat senang sekali.

Setelah sekian lama aku menyusu, aku lepaskan puting susu tersebut. Puting susu itu sudah memerah dan sangat tegangnya. Lia sudah merasa mabuk oleh kenikmatan. Aku bimbing tangannya ke batang kemaluanku.
“Lia, kocok dong tititnya Oom Agus”. aku meminta Lia untuk mengocok batang kemaluanku.
Lia mematuhi apa yang kuminta, mengocok-ngocok dengan tidak beraturan. Aku memakluminya, karena Lia masih amatir, sampai akhirnya aku justru merasa sakit sendiri dengan kocokan Lia tersebut, maka kuminta Lia untuk menghentikannya.

Selanjutnya, kuminta Lia untuk mengangkangkan kedua kakinya lebar-lebar, tanpa bertanya Lia langsung saja mengangkangkan kedua kakinya lebar-lebar, aku terpana sesaat melihat vagina Lia yang merekah. Tadinya kemaluan itu hanya semacam garis lurus, sekarang di hadapanku terlihat dengan jelas, buah klitoris kecil Lia yang sebesar kacang kedelai, vaginanya merah tanpa ditumbuhi rambut sedikit pun, dan yang terutama, lubang kemaluan Lia yang masih sangat sempitnya. Jika kuukur, hanya seukuran jari kelingking lubangnya.

Aku lakukan sex dengan mulut, kuciumi dan hisap kemaluan Lia dengan lembut, Lia kembali melenguh. Lenguhan yang sangat erotis. Meram melek kulihat mata Lia menahan enaknya hisapanku di kemaluannya. Kusedot klitorisnya. Lia menjerit kecil keenakan, sampai tidak berapa lama.
“Oom, enak banget sih, Lia senang sekali, terussinnn” pinta Lia.
Aku meneruskan menghisap-hisap vagina Lia, dan Lia semakin mendesah tidak karuan. Aku yakin Lia hampir mencapai puncak orgasme pertamanya selama hidup.
“Oommm ssshhh Lia mau pipis nich..” Lia merasakan ada sesuatu yang mendesak ingin keluar, seperti ingin kencing.
“Tahan dikit Lia tahan yaaa sambil aku terus menjilati, dan menghisap-hisap kemaluannya.”
“Udah ngga tahan nich Oommm aahhh” Tubuh Lia mengejang.

Tangan Lia berpegangan ke sofa dengan erat sekali, kakinya menjepit kepalaku yang masih berada di antara selangkangannya. Lia ternyata sudah sampai pada klimaks orgasme pertamanya. Aku senang sekali, kulihat dari bibir lubang perawannya merembes keluar cairan cukup banyak. Itulah cairan mani nikmatnya Lia.
“Oohhh Oom Agus Lia merasa lemes dan enak sekali apa sih yang barusan Lia alami, Oom?” tanya Lia antara sadar dan tidak.
“Itulah puncaknya Lia.., Lia telah mencapainya, pingin lagi ngga?” tanyaku.
“Iya.. iya.. pingin Oom” jawabnya langsung.

Aku merasakan kalau Lia ingin merasakannya lagi. Aku tidak langsung mengiyakan, kusuruh Lia istirahat sebentar, kuambilkan semacam obat dari dompetku, obat dopping dan kusuruh Lia untuk meminumnya. Karena sebentar lagi, aku akan menembus lubang perwannya yang sempit itu, jadi aku ingin Lia dalam keadaan segar bugar. Tidak berapa lama, Lia kulihat telah kembali fit.

“Lia tadi Lia sudah mencapai puncak pertama, dan masih ada satu puncak lagi, Lia ingin mencapainya lagi kan..?” bujukku.
“Iya Oom, mau dong” Lia mengiyakan sambil manggut-manggut.
“Ini nanti bukan puncak Lia saja, tetapi juga puncak Oom Agus, ini finalnya Lia” kataku lagi menjelaskan.
“Final?” Lia mengernyitkan dahinya karena tidak paham maksudku.
“Iya, final.., Oom ingin memasukan titit Oom ke lubang memek Lia, Oom jamin Lia akan merasakan sesuatu yang lebih enak lagi dibandingkan yang tadi.” akhirnya aku katakan final yang aku maksudkan.
“Ooh ya, tapi.. Oom.. apa titit Oom bisa masuk tuh? Lubang memek Lia kan sempit begini sedangkan tititnya Oom.. gede banget gitu” Lia sambil menunjuk lubang nikmatnya.
“Pelan-pelan dong, ntar pasti bisa masuk kok.. cobain ya..?” pintaku lagi.
“Iya deh Oom” Lia secara otomatis telah mengangkangkan kakinya selebar-lebarnya.

Kuarahkan kepala kemaluanku ke lubang vagina Lia yang masih super sempit tersebut. Begitu menyentuh lubang nikmatnya, aku merasa seperti ada yang menggigit dan menyedot kepala kemaluanku, memang sangat sulit untuk memasukkannya. Sebenarnya bisa saja kupaksakan, tetapi aku tidak ingin Lia merasakan kesakitan. Kutekan sedikit demi sedikit, kepala kemaluanku bisa masuk, Lia mengaduh dan menjerit karena merasa perih. Aku menyuruhnya menahan.

Cerita Dewasa Mesum Dengan Dosen

Cerita Dewasa Mesum Dengan Dosen

 

 

Efek dari obat dopping itu tadi adalah untuk sedikit meredam rasa perih, selanjutnya kutekan kuat-kuat. Blusss Lia menjerit cukup keras,
“Ooommm tititnya sudaaahhh masuk kkaahhh?”
“Udah sayang tahan ya” kataku sambil mengelus-ngelus rambut Lia.
Aku mundurkan batang kemaluanku. Karena sangat sempitnya, ternyata bibir kemaluan Lia ikut menggembung karena tertarik. Kumajukan lagi, kemudian mundur lagi perlahan tetapi pasti.

Beberapa waktu, Lia pun sepertinya sudah merasakan enak. Setelah cairan mani Lia yang ada di lubang perawannya semakin membanjir, maka lubang kenikmatan itu sudah sedikit merekah. Aku menggenjot maju mundur dengan cepat.
“Ahhh.. inikah kemaluan perawan gadis imut. Enak sekali ternyata.”  Hisapannya memang tiada duanya.

Aku merasa keringat telah membasahi tubuhku, kulihat juga keringat Lia pun sudah sedemikian banyaknya. Sambil kuterus berpacu, puting susu Lia kumainkan, kupelintir-pelintir dengan gemas, bibir Lia aku pagut, kumainkan lidahku dengan lidahnya. Aku merasakan Lia sudah keluar beberapa kali, sebab aku merasa kepala batang kemaluanku seperti tersiram oleh cairan hangat beberapa kali dari dalam lubang surga Lia.

Aku ganti posisi. Jika tadi aku yang di atas dan Lia yang di bawah, sekarang berbalik, aku yang di bawah dan Lia yang di atas. Lia seperti kesetanan, bagaikan cowboy menunggang kuda, oh enak sekali rasanya di batang kemaluanku. Naik turun di dalam lubang surga Lia.

Sekian lama waktu berlalu, aku merasa puncak orgasmeku sudah dekat. Kubalik lagi posisinya, aku di atas dan Lia di bawah, kupercepat gerakan maju mundurku. Lalu aku peluk erat sekali tubuh kecil dalam dekapanku, kubenamkan seluruh batang kemaluanku. Aku menegang hebat. Crruttt crruttt Cairan maniku keluar banyak sekali di dalam lubang kemaluan Lia, sedangkan Lia sudah merasakan kelelahan yang amat sangat.

Aku cabut batang kemaluanku yang masih tegang dari lubang kemaluan Lia. Lia kubiarkan terbaring di sofa. Tanpa terasa, Lia langsung tertidur, aku bersihkan lubang kelaminnya dari cairan mani yang perlahan merembes keluar, kukenakan kembali semua pakaiannya, lalu kubopong gadis kecilku itu ke kamarnya. Aku rebahkan tubuh mungil yang terkulai lelah dan sedang tertidur di tempat tidurnya sendiri, kemudian kucium keningnya. Terima kasih Lia atas kenikmatannya tadi. Malam pun tiba.

Keesokan harinya, Lia mengeluh karena masih merasa perih di vaginanya, untungnya Tante Linda tidak tahu. Hari berlalu terus. Sering kali aku melakukan olahraga senggama dengan Lia, tentunya tanpa sepengetahuan Oom Joko dan Tante Linda.

Tamat

Cerita Mesum | Mahasiswa Ngentot Ibu Dosen

$
0
0

Cerita Mesum | Mahasiswa Ngentot Ibu Dosen | Ini terjadi saat saya masih duduk dibangku kuliah dulu. Saya termasuk orang yang pemalu dan tidak banyak teman wanita. Cerita dewasa ini mulanya begini, pada waktu ujian tengah semester, saya dipanggil ke rumah dosen wanita yang masih agak muda, umurnya sekitar 26 tahun. Dosen tersebut juga lulusan dari perguruan tinggi sama. Dipanggil ke rumahnya dengan maksud saya diminta untuk mengurus keperluannya, karena dia akan pergi ke luar kota. Malam harinya saya pun ke rumahnya sekitar jam 7 malam. Saat itu rumahnya hanya ada pembantu (yang juga masih muda dan cantik). Suaminya ketika itu belum pulang dari rapat di puncak.

Saat saya membuka pintu rumahnya, saya agak terbelalak…..  ibu dosenku itu memakai gaun tidur yang tipis, sehingga terlihat payudara yang menyumbul keluar. Saat saya perhatikan, dia ternyata tidak memakai BH. Terlihat saat itu buah dadanya yang masih tegar berdiri, tidak turun. Putingnya juga terlihat besar dan kemerahan, sepertinya memiliki ukuran sekitar 36B. Sewaktu saya sedang memperhatikan Dosen saya itu, saya kepergok oleh pembantunya yang ternyata dari tadi memperhatikan saya. Sesaat saya jadi gugup, tetapi kemudian pembantu itu malah mengedipkan matanya pada saya, dan selanjutnya ia memberikan minuman pada saya. Saat ia memberi minum, belahan dadanya jadi terlihat (karena pakaiannya agak pendek), dan sama seperti dosen saya ukurannya juga besar.

Kemudian dosen saya yang sudah duduk di depan saya berkata, (mungkin karena saya melihat belahan dada pembantu itu) “Kamu pingin ya “nyusu” sama buah dada yang sintal..?”
Saya pun tergagap dan menjawab, “Ah… enggak kok Bu..!”
Lalu dia bilang, “Nggak papa kok kalo kamu pingin.., Ibu juga bersedia nyusuin kamu.”
Mungkin karena ia saya anggap bercanda, saya bilang saja, “Oh.., boleh juga tuh Bu..!”

Cerita Dewasa | Tanpa diduga, ia pun mengajak saya masuk ke ruang kerjanya.
Saat kami masuk, ia berkata, “Andre, tolong liatin ada apaan sih nih di punggung Ibu..!”
Kemudian saya menurut saja, saya lihat punggungnya. Karena tidak ada apa-apa, saya bilang, “Nggak ada apa-apa kok Bu..!”
Tetapi tanpa disangka, ia malah membuka semua gaun tidurnya, dengan tetap membelakangiku. Saya lihat punggungnya yang begitu mulus dan putih. Kemudian ia menarik tangan saya ke payudaranya, oh sungguh kenyal dan besar. Kemudian saya merayap ke putingnya, dan benar perkiraan saya, putingnya besar dam masih keras.

Kemudian ia membalikkan tubuhnya, ia tersenyum sambil membuka celana dalamnya. Terlihat di sekitar kemaluannya banyak ditumbuhi bulu yang lebat.
Kemudian saya berkata, “Kenapa Ibu membuka baju..?”
Ia malah berkata, “Sudah.., tenang saja! Pokoknya puaskan aku malam ini, kalau perlu hingga pagi.”
Karena saya ingin juga merasakan tubuhnya, saya pun tanpa basa-basi terus menciuminya dan juga buah dadanya. Saya hisap hingga ia merasa kegelian. Kemudian ia membuka pakaian saya, ia pun terbelalak saat ia melihat batang kejantanan saya.
“Oh, sangat besar dan panjang..! (karena ukuran penis saya memang besar, sekitar 17 cm dan berdiameter 3 cm)”

Dosen saya pun sudah mulai terlihat atraktif, ia mengulum penis saya hingga biji kemaluan saya.
“Ah.. ahh Bu… enak sekali, terus Bu, aku belum pernah dihisap seperti ini..!” desah saya.
Karena dipuji, ia pun terus semangat memaju-mundurkan mulutnya. Saya juga meremas-remas terus buah dadanya, nikmat sekali kata dosen saya. Kemudian ia mengajak saya untuk merubah posisi dan membentuk posisi 69.
Saya terus menjilati vaginanya dan terus memasukkan jari saya.

“Ah.. Andre, aku sudah nggak kuat nih..! Cepat masukkan penismu..!” katanya.
“Baik Bu..!” jawab saya sambil mencoba memasukkan batang kemaluan saya ke liang senggamanya.
“Ah.., ternyata sempit juga ya Bu..! Jarang dimasukin ya Bu..?” tanya saya.
“Iya Andre, suami Ibu jarang bercinta dengan Ibu, karena itu Ibu belum punya anak, ia pun juga sebentar permainannya.” jawabnya.

Kemudian ia terus menggelinjang-gelinjang saat dimasukkannya penis saya sambil berkata, “Ohh… ohhh… besar sekali penismu, tidak masuk ke vaginaku, ya Ndre..?”

“Ah nggak kok Bu..” jawab saya sambil terus berusaha memasukkan batang keperkasaan saya.
Kemudian, untuk melonggarkan lubang vaginanya, saya pun memutar-mutar batang kemaluan saya dan juga mengocok-ngocoknya dengan harapan melonggarkan liangnya. Dan betul, lubang senggamanya mulai membuka dan batang kejantanan saya sudah masuk setengahnya.

“Ohhh… ohhh… Terus Ndre, masukkan terus, jangan ragu..!” katanya memohon.
Setelah memutar dan mengocok batang kejantanan saya, akhirnya masuk juga rudal saya semua ke dalam liang kewanitaannya.
“Oohh pssfff… aha hhah.. ah…” desahnya yang diikuti dengan teriakannya, “Oh my good..! Ohhh..!”
Saya pun mulai mengocok batang kemaluan saya keluar masuk. Tidak sampai semenit kemudian, dosen saya sudah mengeluarkan cairan vaginanya.

“Oh Andre, Ibu keluar…” terasa hangat dan kental sekali cairan itu.
Cairan itu juga memudahkan saya untuk terus memaju-mundurkan batang keperkasaan saya. Karena cairan yang dikeluarkan terlalu banyak, terdengar bunyi, “Crep.. crep.. sleppp.. slepp..” sangat keras. Karena saya melakukannya sambil menghadap ke arah pintu, sehingga terdengar sampai ke luar ruang kerjanya.

Saat itu saya sempat melihat pembantunya mengintip permainan kami. Ternyata pembantu itu sedang meremas-remas payudaranya sendiri (mungkin karena bernafsu melihat permainan kami). Oh, betapa bahagianya saya sambil terus mengocok batang keperkasaan saya maju mundur di liang vagina dosen saya. Saya juga melihat tontonan gratis ulah pembantunya yang masturbasi sendiri, dan saya baru kali ini melihat wanita masturbasi.

Setelah 15 menit bermain dengan posisi saya berada di atasnya, kemudian saya menyuruh dosen saya pindah ke atas saya sekarang. Ia pun terlihat agresif dengan posisi seperti itu.
“Aha.. ha.. ha…” ia berkata seperti sedang bermain rodeo di atas tubuh saya.
15 menit kemudian ia ternyata orgasme yang kedua kalinya.
“Oh, cepat sekali dia orgasme, padahal aku belum sekalipun orgasme.” batin saya.

Kemudian setelah orgasmenya yang kedua, kami berganti posisi kembali. Ia di atas meja, sedangkan saya berdiri di depannya. Saya terus bermain lagi sampai merasakan batas dinding rahimnya.
“Oh.. oh.. Andre, pelan-pelan Ndre..!” katanya.

Kelihatannya ia memang belum pernah dimasukan batang kemaluan suaminya hingga sedalam ini. 15 menit kemudian ia ternyata mengalami orgasme yang ketiga kalinya.
“Ah Andre, aku keluar, ah… ah… ahhh… nikmat..!” desahnya sambil memuncratkan kembali cairan kemaluannya yang banyak itu.

Cerita Dewasa Mesum Dengan Dosen

Cerita Dewasa Mesum Dengan Dosen

Cerita Dewasa | Setelah itu ia mengajak saya ke bath-tub di kamar mandinya. Ia berharap agar di bath-tub itu saya dapat orgasme, karena ia kelihatannya tidak sanggup lagi membalas permainan yang saya berikan. Di bath-tub yang diisi setengah itu, kami mulai menggunakan sabun mandi untuk mengusap-usap badan kami. Karena dosen saya sangat senang diusap buah dadanya, ia terlihat terus-terusan bergelinjang. Ia membalasnya dengan meremas-remas buah kemaluan saya menggunakan sabun (bisa pembaca rasakan nikmatnya bila buah zakar diremas-remas dengan sabun).

Setelah 15 menit kami bermain di bath-tub, kami akhirnya berdua mencapai klimaks yang keempat bagi dosen saya dan yang pertama bagi saya.
“Oh Andre, aku mau keluar lagi..!” katanya.
Setelah terasa penuh di ujung kepala penis saya, kemudian saya keluarkan batang kejantanan saya dan kemudian mengeluarkan cairan lahar panas itu di atas buah dadanya sambil mengusap-usap lembut.

“Oh Andre, engkau sungguh kuat dan partner bercinta yang dahsyat, engkau tidak cepat orgasme, sehingga aku dapat orgasme berkali-kali. ini pertama kalinya bagiku Andre. Suamiku biasanya hanya dapat membuatku orgasme sekali saja, kadang-kadang tidak sama sekali.” ujar dosen saya.

Kemudian karena kekelalahan, ia terkulai lemas di bath-tub tersebut, dan saya keluar ruang kerjanya masih dalam keadaan bugil mencoba mengambil pakaian saya yang berserakan di sana.

Cerita Dewasa | Di luar ruang kerjanya, saya lihat pembantu dosen saya tergeletak di lantai depan pintu ruangan itu sambil memasukkan jari-jarinya ke dalam vaginanya. Karena melihat tubuh pembantu itu yang juga montok dan putih bersih, saya mulai membayangkan bila saya dapat bersetubuh dengannya. Yang menarik dari tubuhnya adalah karena buah dadanya yang besar, sekitar 36D. Akhirnya saya pikir, biarlah saya main lagi di ronde kedua bersama pembantunya. Pembantu itu pun juga tampaknya bergairah setelah melihat permainan saya dengan majikannya.

Saya langsung menindih tubuhnya yang montok itu dengan sangat bernafsu. Saya mencoba melakukan perangsangan terlebih dulu ke bagian sensitifnya. Saya mencium dan menjilat seluruh permukaan buah dadanya dan turun hingga ke bibir kemaluannya yang ditumbuhi hutan lebat itu. Tidak berapa lama kemudian, kami pun sudah mulai saling memasukkan alat kelamin kami. Kami bermain sekitar 30 menit, dan tampaknya pembantu ini lebih kuat dari majikannya. Terbukti saat kami sudah 30 menit bermain, kami baru mengeluarkan cairan kemaluan kami masing-masing.

Cerita Sex ~ Mantan Pacar bikin Aku Nikmat

$
0
0

Cerita Sex ~ Mantan Pacar bikin Aku Nikmat | Sehabis makan, aku ngobrol dimobilnya yang diparkir di tepi pantai. Karena hari itu malam selasa, maka suasananya sepi, nggak banyak mobil yang parkir di pantai itu. Kebetulan sekali kaca mobilnya sangat gelap lapisannya, sehingga dari luar orang akan sukar ngintip ke dalam mobil. Mobil diparkir menghadap ke semak semak  yang sangat rimbun sehingga dari kaca depan pun orang tidak dapat ngintip ke dalam mobil. Rupanya dia memang mencari tempat strategis.

Malam itu sekitar pukul 21.30, walaupun keadaan didalam mobil gelap, kami masih dapat memandang wajah masing masing.

“Sin, kemana suami kamu”, tanyanya.

“Dia sibuk sama kerjaannya”, jawabku.

“Kasian deh kamu, coba kamu dulu sama aku terus, kamu gak akan kesepian seperti sekarang deh”, katanya lagi.

“Abis dulu kamu kalo pacaran napsu banget sih, pengennya ngajak maen melulu”, jawabku lagi.

“Kalo udah napsu kan harusnya terus maen Sin, supaya gak jadi odol”, katanya sambil tersenyum.

“Apanya yang jadi odol”, tanyaku gak ngerti.

“Kalo udah napsu, terus gak dikeluarin kan lama lama bisa jadi odol didalem”, jawabnya sambil tertawa.

“Dasar”, jawabku sambil mencubit pinggangnya.

“Kamu dulu kan gak mau dielus2, maunya pacaran pasfoto doang”, katanya lagi.

“Kok pas foto”, tanyaku gak ngerti.

“Iya, yang dipegang cuma boleh dagu keatas seperti pasfoto, gitu”, jawabnya.

“Kamu sendiri udah nikah atau masih pacaran” jawabku membelokkan pembicaraan.

“Aku masih sendiri, menclok dari satu kembang ke kembang lain”, jawabnya.

“Terus ke semua kembang kamu minta kenikmatan dong”, tanyaku lagi.

“La iya lah, soalnya kalo dapet kan nikmat”, jawabnya.

“Terus kamu dikasi”, tanyaku lebih lanjut.

“Seringnya sih dikasih, Kalo sekarang aku minta ke kamu dikasih gak Sin? Kamu kan jablay”, katanya sambil memelukku. Wajahnya dengan sangat perlahan-lahan didekatkan wajahku.

Baca cerita Panas Guru matematika seksi itu bernama Indri.

Tanpa menunggu jawabanku, dia nekat mencium bibirku dengan penuh napsu. Aku kaget tapi tidak menolak malah menyambut ciumannya, tangannya segera menyambar toketku dan diremas remasnya dengan gemas.

“Sin, aku pengen ngentot sama kamu”, katanya terus terang sambil terus meremes remes toketku.

Kancing bajuku mulai dibukanya satu persatu, kemudian tangannya merogoh masuk kedalam braku. Toketku langsung diremesnya lagi, jari2nya kemudian memlintir pentilku. Aku menjadi terangsang karena ulahnya.

“Ah, kamu nakal ih”, kataku manja.

“Tapi kamu suka kan diremes2 begini. Aku boleh pegang nonok kamu ya Sin, udah kepengin nih aku”, katanya sambil membuka retsluiting celanaku.

Dia tidak menunggu lampu hijau dari aku tapi langsung action saja. Aku membiarkan tindakannya. Celanaku malah diplorotkan sampe kepaha sehingga kelihatanlah CDku yang tipis dan minim. dengan penuh napsu langsung tanggannya menerobos ke sela2 pahaku dan menggosok nonokku yang masih dilapisi CD.

“Sin udah basah banget nonok kamu, kamu udah napsu ya, jembut kamu lebat banget Sin, nggak heran napsu kamu besar, Kamu belum pernah dientot di mobil kan Sin, kita ngentotnya dimobil aja ya”, katanya lagi.

Cerita Panas Tante girang Liburan Nikmat bersama janda Montok.

Aku bingung apakah membiarkan dia mengentoti aku atau tidak, dalam hati sih aku kepengen. Makanya aku membiarkan dia meraba seluruh tubuhku. Aku buka retsluiting celananya juga, menurunkan celananya, kemudian aku merogoh masuk CDnya, wow kontolnya ternyata besar dan panjang, ngacengnya sudah keras sekali.

“Gede amat kontolmu” kataku.

“Emangnya kamu belum pernah ngerasain kontol segede punyaku”, jawabnya bangga.

“Gak segede kontolmu”, jawabku terus terang.

“Wah kalo gitu nonok kamu masih sempit dong, cuma kelewatan kontol yang kecil, malem ini asik dong kita ya. Kamu mau kan aku entot”, katanya sambil tertawa.

kontol dia tergolong besar juga, keker, melengkung keatas dan urat-uratnya nonjol-nonjol. “

Wah!… pasti cewek kamu ngejerit kalo kamu entot dong”

“Iya, ngejerit keenakan. sebentar lagi kamu juga jerit2, cewek yang jembutnya lebat kaya kamu kan binal banget kalo lagi dientot”, jawabnya.

Singkat cerita, kami berdua pindah ke bangku belakang mobilnya. Baju dan celana ku dilepaskan dan dia langsung saja meremas2 kembali toketku. Nggak lama kemudian braku sudah dilepasnya. Dia mencium keningku, kemudian mataku. Aku terpejam menikmati ciuman dan remasannya ditoketku. Ciumannya turun ke hidungku, pipiku dan akhirnya mendarat di bibirku. Nafasku mulai agak memburu, kami berdua terbenam dalam ciuman yang hangat. Dia mengarahkan mulutnya ke leherku, ke pundak, lalu turun ke toketku yang sudah mengeras. Dia memainkan lidahnya dipentilku yang juga sudah mengeras, yang kiri dan kemudian yang kanan. Baca cerita bersambung Enny Arrow Hari Kelabu

“Aah enak”, kataku terengah karena napsuku yang sudah berkobar2.

Dia terus menciumi pentilku, kemudian turun ke perutku dan menciumi puserku, aku selalu kegelian kalo puserku dicium. Sambil mencium puserku, tangannya nyelip ke balik CD mini ku dan meraba nonokku. otomatis pahaku mengangkang supaya dia mudah mengakses nonokku.

“Sin, ni jembut, lebat amat,” katanya sambil mengelus2 jembutku.

Kemudian jarinya terbenam dinonokku dan terus mengilik2 itilku.

“Sin nonokmu udah basah banget, kamu udah napsu sekali ya”, katanya.

Aku tidak menjawab perkataannya hanya mengerang keenakan karena kilikan jarinya ke itilku makin cepat.

Mulutnya kemudian menciumi jembutku dan kemudian lidahnya menggantikan fungsi jarinya mengilik itilku. Aku semakin tidak dapat menahan napsuku dan eranganku semakin keras. Dia langsung meremas kedua toketku dan memlintir2 pentilku.

“aku udah pengen dientot nih, masukin dong kontol kamu”, kataku minta.

Lidahnya terus saja menjilati itilku sehingga kembali aku mendesah keenakan.

“Aah enak banget, padahal baru dijilat. Apalagi kalo disodok pake kontol gede kamu, lebih enak lagi, ayoo dong aku udah gak tahan nih”, aku terus merengek2 minta segera dientot.

Dia merebahkan senderan bangku mobilnya sehingga aku menjadi berbaring, kakiku agak menekuk karena panjang mobilnya tidak mencukupi. Dia segera memposisikan dirinya kedekat kepalaku

“Sin, aku pengen ngerasain dulu diemut sama kamu”, katanya sambil mendekatkan kontolnya ke mulutku.

Segera kugapai kontolnya yang sudah ngaceng dan kumasukan kontolnya yang besar dan melengkung kedalam mulutku. Langsung kuemut dengan keras. Dia mendorong kontolnya keluar masuk pelan ke mulutku sambil mendesis. Aku emut kontolnya terus.

“Sin diemut mulut kamu aja nikmatnya kaya begini, apalagi kalo diemut nonok kamu ya”, katanya sambil mempercepat enjotan kontolnya keluar masuk mulutku.

“Sin, aku ngecret dimulut kamu ya”, katanya.

“Jangan, dinonokku aja, aku udah pengen ngerasain kontol kamu keluar masuk nonokku”, jawabku.

Dia melepaskan semua pakaiannya dan kemudian menarik CDku sampe lepas, kami sudah bertelanjang bulat. Dia memposisikan tubuhnya diantara kedua pahaku dan mengarahkan kontol gedenya ke nonokku. Aku rasakan kepala kontolnya mulai masuk perlahan, ditekannya lagi sedikit sehingga kontolnya mulai menyeruak sdiakit2 ke dalam nonokku. Nikmat banget rasanya nonokku kegesek kontolnya yang besar dan keras itu. Perlahan tapi pasti kontolnya nancep makin dalam ke nonokku. Kurasakan nonokku udah mulai basah karena gesekan kontolnya yang hampir masuk semua itu. Akhirnya dia mendesakkan kontolnya dengan cepat dan tiba-tiba sehingga nancap semuanya di nonokku.

“ssshhhhh…..”, erangku sambil terpejam. Dia mulai mengenjot kontolnya keluar masuk nonokku dengan cepat dan keras.

Aku merasakan nikmat yang luar biasa. Aku mulai memundur-majukan pantatku, sebentar kuputar goyanganku kekiri, lalu kekanan, memutar, mengiringi enjotan kontolnya di nonokku. Aku meremas rambutnya, sesekali badannya kupeluk erat2. Tubuhku dan dia berkeringat karena dalam ruangan mobil mulai panas, namun aku tidak perduli karena sedang merasakan nikmat. Dia terus mengenjotkan kontolnya dengan cepat dan keras. Aku merasa sudah mau nyampe

“cepetan ngenjotnya, lebih keras lagi, enak banget kontolmu”

Kakiku kuangkat ke atas melingkari pinggangnya sehingga rasanya kontolnya nancep makin dalem di nonokku. Akhirnya

“aahhhh”

kurasakan nonokku menegang dan mengejut-ngejut menjepit kontolnya.

“Sin, nonokmu nikmat bangetnya bisa ngempot, baru kali ini aku ngerasain empotan nonok senikmat empotan kamu”, katanya sambil terus mengenjotkan kontolnya.

“Aaahhhhh…. gila…. ini nikmat sekali… “, dia menancapkan kontolnya sedalam2nya ke nonokku dan ngecretlah pejunya. Terasa pejunya muncrat beberapa kali dalam nonokku, pejunya muncrat banyak sekali. Aku terkulai lemes, kupeluk dia

“Sin, enak banget ngentot sama kamu, rasanya beda sama cewek lainnya yang pernah kuentoti”, katanya.

“Aku juga nikmat, abis kontol kamu gede banget. Aku pengen lagi deh, kita cari kamar yuk. Biasanya selain di mobil kamu ngentotnya dimana” ajakku.

Dia langsung mencabut kontolnya, mengambil tisu dan diberikannya kepadaku untuk mengelap nonok dan keringetku. Diapun menyeka keringat dan kontolnya dengan tisu. Tisu bekasnya dibuang ke luar jendela yang sudah dibuka sdikit supaya hawa didalem mobil tidak terlalu panas.

Baca cerita Dewasa Pesta Sex Tukang bubur langgananku bikin sange.

Kami memakai pakaian kembali dan dia membawaku ke motel didekat pantai. Sampe dimotel, aku langsung masuk ke kamarnya. Iseng aku hidupkan TVnya, ternyata motelnya menanyangkan film biru, perempuan dengan wajah asia sedang nungging dientot sama bule. kontol si bule yang besar dan panjang keluar masuk nonok sicewek, dan ceweknya ber ah uh, seperti lazimnya film biru.

Aku duduk di tempat tidur, napsu juga aku nonton filmnya, sementara dia sedang membereskan pembayaran sewa kamar. Kemudian dia duduk disebelahku di tempat tidur, ikut nonton. Aku merapatkan ke badannya, toketku sebelah kiri udah nempel di badannya. kontolnya kuraba, ternyata sudah ngaceng lagi dengan kerasnya. Dia membalas meremes toketku. Segera saja pakaianku dilepasnya semuanya. Langsung dia kembali meremes2 toketku sambil mencium bibirku. Aku berbaring ditempat tidur, dia mulai menciumi toketku dan menghisap pentilku. Tangan satunya menjalar kebawah dan mengkilik2 nonok dan itilku. Aku merintih2 karena napsuku sudah naik lagi. Segera dia melepas pakaiannya sendiri dan berbaring disebelahku. kontolnya yang sudah keras sekali kuremes2 dan kukocok2. Dia memutar badannya ke posisi 69 dan mulai menjilati nonok dan itilku diantara pahaku yang sudah mengangkang lebar2. Jembutku dielus2nya sambil terus mengemut itilku. Aku sudah tidak dapat menahan napsuku yang sudah berkobar2. kontolnya segera kuemut2.

Baca juga cerita Abg Montok Basah Vaginaku ML Sama Mas Angga

Akhirnya aku mengambil inisiatif menaiki badannya, menduduki kontolnya sehingga kontolnya kembali menyusup ke dalam nonokku, kutekan dengan keras sehingga sebentar saja kontolnya sudah nancep semuanya ke nonokku. Aku mulai mengenjot kontolnya dengan menaik-turunkan pantatku. kontolnya keluar masuk nonokku seirama dengan enjotan pantatku. Aku udah nggak tahan lagi, sehingga enjotanku makin cepet dan keras. Toketku diremas2nya, dan pentilku terkadang diemut2nya.

“aku mau nyampe, enak banget kontolmu deh”, erangku dan akhirnya aku ambruk diatas badannya. Terasa nonokku kedutan meremes2 kontolnya.

Dia segera berguling sehingga aku telentang dibawahnya. Dia meneruskan permainan dengan mengenjotkan kontolnya keluar masuk dengan cepat dan keras. Nikmat sekali, baru nyampe sudah dienjot dengan keras. Dia terus saja mengenjot nonokku dengan cepat dan keras,

“Sin, tadi empotan nonokmu kerasa banget deh, lebih kerasa katimbang di mobil. Nikmat banget deh Sin ngentot sama kamu”. Nggak lama lagi akhirnya dia pun hampir nyampe,

“Sin keluarin sama2 ya, aku hampir ngecret nih”.

Aku tidak menjawab, kakiku melingkari pinggangnya dan kuteken keras2 sehingga kontolnya nancep dalem sekali di nonokku, sampai akhirnya aku bergetar karena nyampe lagi “nikmat banget, teken yang keras dong”. Dia mengenjotkan kontolnya sedalam2nya di nonokku dan melenguh

“Sin, aku ngecret”.

Terasa pejunya muncrat beberapa kali didalam nonokku. Oh nikmat banget rasanya, lemes banget badanku, aku memeluk dia erat2, dan dia akhirnya berbaring disebelahku, kontolnya berlumuran peju dan cairan nonokku.

“lemes banget deh aku, ngentot sama kamu menguras tenaga ya”, kataku.

“Ya udah, tidur aja dulu, nanti bangun tidur kita ngentot lagi”, jawabnya sambil memelukku. Karena lelah, aku tertidur dipelukannya.

Aku tidak tau berapa lama tertidur dipelukannya. Ketika aku terbangun, dia sedang memandangi wajahku yang masih ngantuk itu.

“Sin, kamu cantik sekali kalo sedang tidur, sayangnya kamu bukan istriku ya”.

“Enggak jadi istri tapi kan udah melayani napsunya kamu”, jawabku tersenyum.

Dia bangun dan masuk kamar mandi, keluar dari kamar mandi, dia membawa gayung, sabun dan handuk. Dia mulai membersihkan nonokku yang belepotan pejunya dan lendirku sendiri. Setelah bersih, dia masuk ke kamar mandi lagi, terdengar suara air yang dibuang dan keran yang dibuka.

Tak lama kemudian dia keluar dari kamar mandi membawa gayung yang tadi, lengkap dengan sabun dan handuk. Rupanya dia mengganti air digayung. Dia duduk disebelahku dan mulai menyeka wajahku, terus kebawah, ke toketku, perutku, nonokku lagi, pahaku sampai ke telapak kakiku. Aku jadi merinding, apalagi ketika toket, puser, nonok dan pahaku dielus2nya dengan handuk basah.

Apalagi ruangan dingin karena AC tetap menyala. Aku hanya terpejam saja, menahan gelinya usapan handuk. Selesainya dia berkata, “Gantian dong”. Aku segera membuang air yang ada digayung dan mengisinya dengan air yang baru. Aku kembali ke tempat tidur dan mulai mengelap wajah, leher, dada dan perutnya dengan handuk basah. kontolnya kukocok2 dan kepalanya kuemut2.

“Enggak dilap malah diemut”, katanya.

Aku tidak menjawab karena kepalaku sedang mengangguk2 sehingga kontolnya keluar masuk di mulutku. Cukup lama aku mengemut kontolnya, sampe pelan2 kontolnya mulai mengeras lagi. Segera kontolnya kukocok2 dengan cepat sehingga ngaceng sempurna. “sudah siap tempur lagi nih kontolmu”. Dia tidak menjawab, tapi segera memeluk dan mencium bibirku. Tangannya segera meremas2 toketku dan kemudian kembali mengilik2 itilku. Dia tau bahwa napsuku akan cepat berkobar kalo itilku dikilik2, dia benar – nggak lama kemudian aku sudah napsu kembali dan pengen segera dientot.

“aku udah pengen ngerasain kontolmu keluar masuk nonokku lagi, masukin dong”, aku merengek2.

Dia akhirnya menaiki aku dan segera menancapkan kontolnya ke nonokku. Nikmat banget rasanya ketika kontolnya yang besar itu segera menyesaki nonokku karena sudah nancep semuanya kdealam nonokku. Dia mulai mengenjot kontolnya keluar masuk nonokku dengan cepat dan keras. Aku mulai mengerang2 keenakan. Pantatku bergerak kekiri dan kekanan mengimbangi enjotan kontolnya. Toketku diremas2nya dengan kedua tangannya, dia bertumpu dengan sikutnya, hal ini menambah rangsangan buatku.

“Akhhh… Oukkkhhh” seruku kenikmatan.

Dia memelukku erat dan mempercepat enjotan kontolnya, makin lama makin cepat dan keras. Aku tidak dapat menahan serangannya lagi, sehingga akhirnya aku melolong “aku nyampe lagi, nikmat banget ngentot sama kamu deh”. nonokku terasa berdenyut2 meremas kontolnya sehingga dia pun meringis keenakan

“Aah Sin, empotan nonok kamu kerasa banget. kontolku kaya sedang diemut dan diremes. Empotanmu hebat banget Sin”.

Dia mencabut kontolnya dari nonokku, aku ditunggingkannya dan dia menancapkan kontolnya ke nonokku dengan keras, sekali enjot kontolnya sudah masuk semua. Kemudian dia mulai lagi mengenjot nonokku dari belakang. Aku nelungkup ke bantal menahan rasa nikmat yang luar biasa ketika dienjot kontolnya. Dia memegang pantatku sambil mengenjotkan kontolnya dengan cepat dan keras. Aku nggak tahan untuk nyampe lagi, luar biasa enjotannya yang begitu merangsang aku sehingga aku cepat sekali nyampe.

“aku mau nyampe lagi, aakh”, seruku dan aku ambruk ke tempat tidur.

“Sin, kamu cepet banget nyampenya, aku belum kerasa mau ngecret”, katanya.

“Abis kontolmu enak banget, kamu pinter banget ngenjotnya. Terusin aja sampe kamu ngecret lagi dinonokku”, jawabku.

Dia menelentangkan ku dan segera dinaikinya tubuhku. kontolnya kembali ambles dinonokku dan dia mulai mengenjotkan keluar masuk dengan cepat. Kalo ditekan, kontolnya ambles semua di nonokku, ooh nikmat banget rasanya. Dia dengan perkasa terus mengenjotkan kontolnya keluar masuk. Setelah ngecret 2 kali dinonokku, ternyata dia bisa bertahan lebih lama.

Baca juga Cerita panas tante Janda cantik haus belaian

Kadang kontolnya dicabut dari nonokku, dan sebentar kemudian ditancepkannya kembali dengan keras sehingga dengan sekali sodok langsung nancep semuanya ke nonokku.

“nikmat benget enjotanmu yang barusan, terus, yang keras”, aku merintih2.

Dia meneruskan cara enjotannya. Aku kembali berteriak2 keenakan. Aku menggoyangkan pinggulku kekiri dan kekanan,.ketika kontolnya dicabut, pantatku refleks mengangkat keatas untuk mencegah kontolnya lepas dari nonokku. Dia mengubah gaya enjotannya,sehabis menjotkan kontolnya hingga masuk semua, dia menarik kontolnya separuh beberapa kali kemudian digentakkannya kembali sehingga nancep kebagian paling dalam dari nonokku.

“Aaakh, makin lama dientot kamu makin nikmat rasanya, aku lemes banget deh”, kataku kepayahan.

Dia terus mempermainkan nonokku dengan cara itu. Kemudian dia memelukku erat2, menciumi wajah dan bibirku. kontolnya tidak dienjotkan karena sudah nancep dalam sekali, tetapi digerak2kan. Lebih nikmat lagi rasanya karena seakan2 kontolnya sedang menggaruk2 nonokku.

“pinter banget sih kamu kasih kenikmatan sama aku”, teriakku.

Dia mulai lagi mengenjotkan kontolnya keluar masuk dengan keras dan cepat. Aku menggeliat2 keenakan sambil mengerang2. Aku membelitkan kakiku ke pinggangnya, supaya dia cuma bisa mengeluar-masukkan kontolnya ke nonokku tanpa bisa mencabutnya.

“Sin, aku udah mau ngecret”, akhirnya dia melenguh.

Kakiku yang melingkar dipinggangnya kuturunkan, aku mengangkang selebar2nya karena aku yakin dia akan mengenjotkan kontolnya lebih cepat dan keras lagi. Dia dengan terengah2 terus mengenjot nonokku, sampai akhirnya

“Sin, aku ngecret”.

Terasa pejunya muncrat beberapa kali dalam nonokku, dan bersamaan dengan itu akupun nyampe lagi

“aakh nikmat banget malem ini, kamu luar biasa sekali sehingga aku nyampe 3 kali baru kamu ngecret”.

nonokku terasa berdenyut2 meremas2 kontolnya. Keringatku bercampur dengan keringatnya yang membanjir walaupun AC dalam kamar menyala.Setelah denyut jantung kembali normal, kami masuk kamar mandi dan membersihkan diri.

“Kita istirahat saja ya Sin, besok baru pulang”. “iya, aku lemes banget nih, tapi besok sebelum check out aku dientot lagi ya”

Ketika aku terbangun kembali, kulihat di sudah terbangun dan turun dari ranjang ke kamar mandi.

“Sin, tidur aja lagi masih gelap diluar”.

Aku melihat arloji, jam 5 lewat.Tetapi aku merasa lapar, mungkin karena semalam kerja keras dengan dia. Dia kembali dari kamar mandi.

“aku laper nih”, kataku.

Dia tersenyum “Semalem kerja keras ya Sin”

“Iyalah, kamunya sih gak puas2 ngentotnya”, jawabku.

“Tapi suka kan”, katanya lagi.

“Suka banget, enak kok gak suka”, jawabku.

Dia menelpon room service pesan makan pagi. Tidak lama kemudian, pesanannya datang. Aku segera masuk ke kamar mandi dan dia dengan hanya balutan handuk menerima dan membayar pesanan makanan itu. Setelah itu, walaupun masih gelap segera makanan kusantap dengan lahap. Sehabis makan aku masuk kekamar mandi membersihkan diri.

“Sin, ngapain bebersih, kan sebentar lagi keringatan lagi”, katanya dari ranjang.

Ketika keluar dari kamar mandi, dia sudah berbaring di ranjang sambil mengelus2 kontolnya. Aku berbaring disebelahnya dan segera mengelus2 kontolnya juga. Dia membiarkan aku mengelus2 kontolnya, kuremas2 dan mulai kukocok2. Nggak lama kemudian kontolnya mulai mengeras.

CERITA SEX || TANTE JUDES DAN LIAR

CERITA SEX || TANTE JUDES DAN LIAR

Dia mulai mencium bibirku dengan napsu, toketku pun diremas2nya dengan gemas. Perlahan dia mulai menciumi toketku, pentilku menjadi sasaran emutannya, aku mendesah2 keenakan.

“Terus dong, enak”, erangku.

Bibirnya terus menjelajah kebawah, ke nonokku. Pahaku dikangkangkannya, sehingga belahan nonokku menganga. Dia mulai menjilati nonokku yang sudah basah. Aku tambah melenguh2 ketika itilku menjadi sasaran jilatannya yang berikut.

“enak banget, aku udah napsu nih. Dientot dong”, pintaku.

Dia tidak memperdulikan eranganku, malah itilku diemutnya, sementara tangannya terus meremas2 toketku dan memlintir2 pentilku. Rangsangan yang aku terima pagi buta itu makin besar sehingga akhirnya aku tidak dapat menahan diriku lagi,

“aku nyampe aah”.

“Cepat banget Sin, belum dientot”, jawabnya.

Aku terkulai lemas karena sudah nyampe, kontolnya segera kuremas2 lagi. Dia kembali mencium bibirku dengan ganas, aku menyambut ciumannya. Lidahku segera melilit lidahnya dan dia menghisap lidahku yang masuk kemulutnya. Toketku terus diremas2nya.

“Sin, isep kontolku dong”, pintanya,

segera saja aku merubah posisi dan mulai menjilati kontolnya yang sudah keras banget ngacengnya. Kepala kontolnya mulai kuemut dan tak lama kemudian kepalaku mulai mengangguk2, mengeluar masukkan kontolnya ke mulutku. Gilirannya yang melenguh,

“Enak banget Sin”.

nonokku yang berasa dekat mulutnya kembali menjadi sasaran, Lidahnya segera menyerbu masuk dan mulai menjilat itilku lagi. Napsuku dengan cepat berkobar kembali.

Aku direbahkannya dan tubuhnya langsung menindihku sembari menciumi bibirku. kontolnya diarahkan hingga berada tepat di depan mulut nonokku, digosok-gosokkannya kontolnya di lipatan nonokku. Sensasinya sangat mengenakkan, aku memeluknya erat sekali sambil terus mengerang nikmat. nonokku semakin basah dan perlahan kontolnya yang besar mendesak masuk ke dalam nonokku. Aku mengangkat kedua kakinya hingga selakanganku lebih terbuka lebar sehingga kontolnya dengan leluasa menerobos masuk nonokku.

Aku mengeluh, “Aduh.., enak banget deh”.

Saat itu kontolnya telah masuk semua, dia diam sejenak dan kemudian dengan perlahan mulai mengenjotkan kontolnya keluar masuk, semakin lama semakin kencang hingga memasuki nonokku sampe mentok. Dia terus mengenjotkan kontolnya dengan penuh napsu sambil melumat habis bibirku dan meremas toketku yang mengeras. Ciumannya mulai turun ke leherku, aku mendesah kenikmatan.

“aku hampir..” aku makin mendesah nggak karuan.

Dia tidak memperdulikan eranganku, kontolnya terus dienjotkan keluar masuk nonokku dengan keras dan cepat. Aku terus mendesah desah, sementara enjotan kontolnya makin cepat saja ke dalam nonokku.

“haku mau lagi.. Ahh..”, rintihku.

“Aku juga Sin..”, balasnya.

Enjotannya dipercepat dan akhirnya pejunya muncrat memenuhi nonokku. Bersamaan dengan itu, aku mengejang keenakan. Aku nyampe berbarengan dengan dia. nonokku terasa berdenyut2 meremas2 kontolnya.

“Enak banget Sin”, erangnya.

Aku dipeluknya sambil mencium keningku, kon tolnya masih tertanam di nonokku sampai mengecil dengan sendirinya. Dia akhirnya mencabut kontolnya. Ranjang telah sangat basah oleh cairan kami berdua. Lalu kami berdua kembali tidur sambil berpelukan beberapa lama. Ketika bangun, segera dia mengajakku membersihkan diri, berpakaian dan cek out.

Cerita Dewasa / Cerita Sex / Cerita ABG / Cerita Dewasa Hot / Cerita Dewasa SMA / Cerita Ngentot

Cerita Ngentot Gadis SMA Alim dan Mengairahkan

$
0
0

Cerita Ngentot Gadis SMA Alim dan Mengairahkan – Ini cerita tentang Gadis SMA Alim dan Mengairahkan , perkenalkan namaku Agus, aku masih kelas 1 SMU, saat aku bermain ke rumah temanku Rina untuk mengambil tugas Fisika disana aku bertemu temannya Rina, kami pun berkenalan dengan postur yang semampai, body yang dilihat bisa dikatakan dewasa, aku kira dia kakak kelasku ternya dia masih 3 SMP, namanya Wulan.

Wulan saat itu masih dengan pakain seragam sekolahnya yang ketat dan terlihat payudaranya yang montok, aku taksir ukurannya 34 B, kami saling diam, tapi aku kadang mengamati dadanya dan pantatnya yang semok itu, berfantasi aku jika bisa menikmati tubuh gadis mungil ini, aku rasa dengan gerak geriknya dia punya perasaan denganku.

Wah karena dfantasiku hanya hayalan akupun minta pamit kepada Rina untuk pulang karena tugas itu sudah aku bawa dan aku ingin kukerjakan dirumah, tapi Rina menahanku dan memintaku untuk mengantar Wulan kerumahnya karena rumahnya jauh dan kebetulan sudah sore hamper malam, kebetulan aku sedang bawa “Kijang Rangga” milik bapakku. Akhirnya aku menyetujuinya hitung-hitung ini kesempatan untuk mendekati Wulan.

Setelah beberapa lama terdiam aku mengawali pembicaraan dengan menanyakan, “Apa tidak ada yang marah kalau aku antar cuma berdua, entar pacar kamu marah lagi..?” pancingku. Dia cuma tertawa kecil dan berkata, “Aku belum punya pacar kok.” Secara perlahan tangan kiriku mulai menggerayang mencoba memegang tangannya yang berada di atas paha yang dibalut rok SMP-nya. Dia memindahkan tangannya dan tinggallah tanganku dengan pahanya.

Tanpa menolak tanganku mulai menjelajah, lalu tiba-tiba dia mengangkat tanganku dari pahanya, “Awas Agus, liat jalan dong! entar kecelakan lagi..” dengan nada sedikit malu aku hanya berkata, “Oh iya sorry, habis enak sih,” candaku, lalu dia tersenyum kecil seakan menyetujui tindakanku tadi. Lalu aku pun membawa mobil ke tempat yang gelap karena kebetulan sudah mulai malam, “Loh kok ke sini sih?” protes Wulan.

Sambil mematikan mesin mobil aku hanya berkata,
“Boleh tidak aku cium bibir kamu?”
Dengan nada malu dia menjawab,
“Ahh tidak tau ahh, aku belum pernah gituan.”
“Ah tenang aja, nanti aku ajari,” seraya langsung melumat bibir mungilnya.

Dia pun mulai menikmatinya, setelah hampir lima menit kami melakukan permainan lidah itu. Sambil memindahkan posisiku dari tempat duduk sopir ke samping sopir dengan posisi agak terbungkuk kami terus melakukan permainan lidah itu, sementara itu dia tetap dalam posisi duduk. Lalu sambil melumat bibirnya aku menyetel tempat duduk Wulan sehingga posisinya berbaring dan tanganku pun mulai mempermainkan payudaranya yang sudah agak besar, dia pun mendesah, “Ahh, pelan-pelan Agus sakit nih..” Kelamaan dia pun mulai menyukaiku cara mempermainkan kedua payudaranya yang masih dibungkus seragam SMP.

Mulutku pun mulai menurun mengitari lehernya yang jenjang sementara tanganku mulai membuka kancing baju seragam dan langsung menerkam dadanya yang masih terbungkus dengan “minishet” tipis serasa “minishet” bergambar beruang itu menambah gairahku dan langsung memindahkan mulutku ke dadanya.

“Lepas dulu dong ‘minishet’-nya, nanti basah?” desahnya kecil.
“Ah tidak papa kok, entar lagi,” sambil mulai membuka kancing “minishet”, dan mulai melumat puting payudara Wulan yang sekarang sedang telanjang dada.Sementara tangan kananku mulai mempermainkan lubang kegadisannya yang masih terbungkus rok dan tanganku kuselipkan di dalam rok itu dan mulai mempermainkan lubangnya yang hampir membasahi CD-nya yang tipis berwarna putih dan bergambar kartun Jepang.

Mulutku pun terus menurun menuju celana dalam bergambar kartun itu dan mulai membukanya, lalu menjilatinya dan menusuknya dengan lidahku. Wulan hanya menutup mata dan mengulum bibirnya merasakan kenikmatan. Sesekali jari tengahku pun kumasukkan dan kuputar-putarkan di lubang kewanitaannya yang hanya ditumbuhi bulu-bulu halus. Dia hanya menggenggam rambutku dan duduk di atas jok mobil menahan rasa nyeri.

Setelah itu aku kecapaian dan menyuruhnya, “Gantian dong!” kataku. Dia hanya menurut dan sekarang aku berada di jok mobil dan dia di bawah. Setelah itu aku menggenggam tangannya dan menuntunnya untuk mulai membuka celana “O’neal”-ku dan melorotkannya. Lalu aku menyuruhnya memegang batang kemaluanku yang dari tadi mulai tegang.

Dengan inisiatif-nya sendiri dia mulai mengocok batang kemaluanku.
“Kalau digini’in enak tidak Agus?” tanyanya polos.
“Oh iya enak, enak banget, tapi kamu mau nggak yang lebih enak?” tanyaku.

Tanpa berbicara lagi aku memegang kepalanya yang sejajar dengan kemaluanku dan sampailah mulutnya mencium kemaluanku. “Hisap aja! enak kok kayak banana split,” dia menurut saja dan mulai melumat batang kemaluanku dan terkadang dihisapnya. Karena merasa maniku hampir keluar aku menyuruhnya berhenti, dan Wulan pun berhenti menghisap batang kemaluanku dengan raut muka yang sedikit kecewa karena dia sudah mulai menikmati “oral seks”. Lalu kami pun berganti posisi lagi sambil menenangkan kemaluanku.

Dia pun kembali duduk di atas jok dan aku di bawah dengan agak jongkok. Kemudian aku membuka kedua belah pahanya dan telihat kembali liang gadis Wulan yang masih sempit. Aku pun mulai bersiap untuk menerobos lubang kemaluan Wulan yang sudah agak basah, lalu Wulan bertanya, “Mau dimasukin tuh Agus, mana muat memekku kecilnya segini dan punyamu segede pisang?” tanyanya polos. “Ah tenang aja, pasti bisa deh,” sambil memukul kecil kemaluannya yang memerah itu dan dia pun sendiri mulai membantu membuka pintu liang kemaluannya, mungkin dia tidak mau ambil resiko lubang kemaluannya lecet.

Secara perlahan aku pun mulai memasukan batang kemaluanku, “Aah.. ahh.. enak Andi,” desahnya dan aku berusaha memompanya pelan-pelan lalu mulai agak cepat, “Ahh.. ahh.. ahh.. terus pompa Andi.” Setelah 20 menit memompa maniku pun sudah mau keluar tapi takut dia hamil lalu aku mengeluarkan batang kemaluanku dan dia agak sedikit tersentak ketika aku mengeluarkan batang kemaluanku.

“Kok dikeluarin, Agus?” tanyanya.
“Kan belum keluar?” tanyanya lagi.
“Entar kamu hamilkan bahaya, udah nih ada permainan baru,” hiburku.
Lalu aku mengangkat badannya dan menyuruhnya telungkup membelakangiku.
“Ngapain sih Agus?” tanya Wulan.
“Udah tunggu aja!” jawabku.
Dia kembali tersentak dan mengerang ketika tanganku menusuk pantat yang montok itu.
“Aahh.. ahh.. sakit Agus.. apaan sih itu..?”
“Ah, tidak kok, entar juga enak.”
Lalu aku mengeluarkan tanganku dan memasukkan batang kemaluanku dan desahan Wulan kali ini lebih besar sehingga dia menggigit celana dalamku yang tergeletak di dekatnya.

Cerita Ngentot Goyangan Gergaji Super Hot

Cerita Ngentot Goyangan Gergaji Super Hot

“Sabar yah Sayang! entar juga enak!” hiburku sambil terus memompa pantatnya yang montok. Tanganku pun bergerilya di dadanya dan terus meremas dadanya dan terkadang meremas belahan pantatnya. Wulan mulai menikmati permainan dan mulai mengikuti irama genjotanku. “Ahh terus.. Agus.. udah enak kok..” ucapnya mendesah. Setelah beberapa menit memompa pantatnya, maniku hendak keluar lagi. “Keluarin di dalam aja yah Wulan?” tanyaku. Lalu dia menjawab, “Ah tidak usah biar aku isep aja lagi, habis enak sih,” jawabnya.

Lalu aku mengeluarkan batang kemaluanku dari pantatnya dan langsung dilumat oleh Wulan langsung dihisapnya dengan penuh gairah, “Crot.. crot.. crot..” maniku keluar di dalam mulut Wulan dan dia menelannya. Gila perasaanku seperti sudah terbang ke langit ke-7. “Gimana rasanya?” tanyaku. “Ahh asin tapi enak juga sih,” sambil masih membersihkan mani di kemaluanku dengan bibirnya.

Setelah itu kami pun berpakaian kembali, karena jam mobilku sudah pukul 19:30. Tidak terasa kami bersetubuh selama 2 jam. Lalu aku mengantarkan Wulan ke rumahnya di sekitaran Panakukang Mas. Wulan tidak turun tepat di depan karena takut dilihat bapaknya. Tapi sebelum dia turun dia terlebih dahulu langsung melumat bibirku dan menyelipkan tanganku ke CD-nya.

Mungkin kemaluannya hendak aku belai dulu sebelum dia turun. “Kapan-kapan main lagi yach Agus!” ucapnya sebelum turun dari mobilku. Tapi itu bukan pertemuan terakhir kami karena tahun berikutnya dia masuk SMU yang sama denganku dan kami bebas melakukan hal itu kapan saja, karena tampaknya dia sudah ketagihan dengan permainan itu bahkan Wulan pernah melakukan masturbasi dengan pisang di toilet sekolah. Untung aku melihat kejadian itu sehingga aku dapat memberinya “jatah” di toilet sekolah.

CERITA MESUM BIRAHI JANDA KEMBANG

$
0
0

CERITA MESUM BIRAHI JANDA KEMBANG – Sebelumnya, kuperkenalkan diriku dulu. Namaku Dina. Aku lahir dan dibesarkan di kota Bandung. Usiaku 33 tahun, aku bekerja di sebuah bank swasta di Jalan Asia Afrika, Bandung. Saat ini aku hidup sendiri. Aku pernah menikah, kurang lebih selama empat tahun. Pernikahanku tidak dikaruniai anak. Aku bercerai, karena suamiku berselingkuh dengan rekan bisnisnya.

Untuk mengusir kejenuhan dalam kesendirianku selama kurang lebih satu tahun setengah, aku selalu menghibur diriku dengan membaca. Kadang aku chatting, akan tetapi aku tidak berharaf untuk bertemu dengan teman chatting-ku. Aku masih trauma akibat perlakuan suamiku terhadapku.

Aku kenal beberapa orang teman chatting yang asyik untuk diajak bercanda ataupun berdiskusi, salah satunya adalah Irwan. Dia anak kuliahan, semester akhir di perguruan tinggi swasta di Bandung. Irwan merupakan teman chatting-ku yang pertama kali yang pernah bertemu denganku.

Pada awal perkenalannya aku kurang respek terhadapnya, karena email-nya saja menyeramkan, dapat pembaca bayangkan, cari_ce_maniax@***.** (edited). Tapi entah angin apa yang membuatku penasaran untuk bertemu dengannya, padahal aku baru sekali chatting dengannya. Cerita selanjutnya adalah pertemuan pertamaku dengan Irwan yang berakhir ke sebuah hotel di sekitar jalan Setiabudi.

Hari itu, Sabtu tanggal 16 Juni 2001, aku berjanji untuk bertemu dengan Irwan di sebuah cafe di belakang BIP pukul 16.00. Aku sengaja datang lebih awal sekitar pukul 15.45, dan memilih tempat yang agak ke pojok agar aku dapat melihat dia terlebih dahulu. Aku memesan minuman, dan mataku tertuju terus ke arah pintu masuk cafe.

Sambil menunggu Irwan datang, aku memperhatikan orang di sekelilingku. Aku merasa risih sekali, karena ada anak muda (usianya sekita 25 tahunan) yang duduk sendirian di meja sebelahku memperhatikan terus sejak pertama aku masuk cafe. Tapi aku cuek saja. Tepat pukul 16.00, anak muda itu menghampiri diriku dan memperkenalkan dirinya. Namanya Irwan.

Aku kaget sekali, karena tidak pernah kubayangkan sebelumnya bahwa Irwan itu masih muda. Dia masih sangat muda, padahal ketika chatting, dia mengaku berusia 35 tahun. Dan tentunya juga, selama aku berkomunikasi melalui telepon, suara Irwan kelihatan seperti seorang bapak-bapak dan sangat dewasa sekali. Aku sangat grogi. Untuk menghilangkan rasa grogi, kupersilakan Irwan duduk dan memesankan minuman.
cerita hot dewasa
“Maaf Bu Dina, saya berbohong kepada Ibu. Saya mengaku berusia 35 tahun, padahal usia saya tidak setua itu. Tentunya juga, saya mohon maaf tidak memakai pakaian yang saya janjikan. Saya harus panggil siapa nih? Ibu atau Mbak atau Tante atau siapa ya?”
“Dina saja deh, biar lebih akrab,” jawabku.
Selanjutnya Irwan bercerita, kenapa dia berbohong usia, juga aktifitasnya sehari-hari, begitu juga aku menceritakan aktifitasku dan kehidupan sehari-hariku. Aku tidak menyangka dari cara dia berkomunikasi sangat dewasa dan banyak dibumbui dengan kata-kata humor, sehingga aku dibuat terpingkal-pingkal olehnya.

Tidak terasa, waktu bergulir dengan cepat. Sekitar pukul 5 sore, Irwan mengajak nonton bioskop di BIP. Aku tidak sungkan-sungkan, langsung mengiyakan saja. Sepulang nonton sekitar jam 7 malam, aku mengantarkan Irwan pulang dengan Baleno-ku ke daerah Cihampelas. Ditengah perjalanan Irwan mengajakku main ke Ciater. Aku sih tidak masalah, karena di rumah pun aku hanya tinggal sendirian.

Di daerah Lembang kami beristirahat dulu dan bercengkrama sambil menghabiskan minuman dan jagung bakar. Tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul 11.30 malam. Akhirnya niat ke Ciater kubatalkan saja. Aku mengajak Irwan pulang saja. Dia pun mengiyakannya.

Sepanjang perjalanan pulang ke Bandung, Irwan mulai agak-agak nakal. Sambil bercerita, dia sudah berani mengelus-elus tanganku ketika aku sedang memindahkan perseneling. Pada awalnya kutepis, tapi bandel juga ini anak. Dia tidak pernah kapok, walau kutepis berkali-kali. Karena bosan dan tidak ada hasilnya kalau kularang, maka kubiarkan dia mengelus-elus tanganku.

Aku akui, elusannya itu membuat hatiku berdebar lebih cepat dari biasanya. Bahkan semakin lama elusannya semakin ganas, dan sudah mulai berani mengelus pahaku. Kubiarkan saja, dan aku tetap konsentrasi menyetir mobil. Entah karena suasana yang mendukung, karena kami hanya berdua-duaan, ataukah karena kesepianku selama ini, karena sudah lama tidak dielus laki-laki. Aku membiarkan tangannya beraksi lebih jauh. Aku mulai merinding, dan darahku serasa panas menjalar seluruh tubuhku. Semakin lama, Aku semakin menikmati elusan tangannya.

Sekarang Irwan sudah sangat berani! Dia sudah berani memegang payudaraku. Aku mulai terangsang. Aku sudah tidak kuat lagi merasakan elusan tangannya. Akhirnya mobil kupinggirkan. Aku tanyakan Irwan, kenapa dia berani memperlakukanku seperti itu, padahal dalam hati aku pun menginginkannya. Dia minta maaf, tapi tangannya tetap tidak mau lepas dari payudaraku. Aku tak kuasa menahan rangsangannya. Akhirnya kubalas elusan tangannya dengan sebuah ciuman di keningnya. Aku tidak menyangka dia menarik tubuhku, dan menciumi bibirku. Dia melumat bibirku, sampai-sampai aku sulit untuk bernafas.

Dia mulai berani menyelusupkan tangannya di kaos ketat unguku. Aku biarkan saja. Sungguh permainan yang indah, mulutku sudah tersumpal oleh lidah Irwan, dan tangannya pun begitu terampil mengelus-elus payudaraku. Bahkan putingku pun sudah dia elus.
Aku melenguh, “Sh.. ah.. sh.. ah.. sh.. ah..”
cerita hot dewasa
Tangan kirinya mulai turun ke arah pangkal pahaku. Aku geli sehingga menggerinjal. Tangannya mulai membuka reseletingku perlahan-lahan. Detik demi detik kurasakan tangannya mulai mengelus kemaluanku. Aku semakin keras mengeluarkan suara. Dan akhirnya aku kaget, ketika ada sebuah mobil dengan kecepatan tinggi dari arah berlawanan, menyorotkan sinar lampunya. Konsentrasiku buyar. Aku lalu membereskan reseletingku dan kaos ketat unguku. Begitu juga Irwan. Akhirnya permainan yang berlangsung sekitar setengah jam itu harus berakhir karena sorotan lampu mobil yang lewat tadi. Di sekitar selangkanganku terasa basah.

“Dina, maafin Irwan ya. Telah berlaku kurang ajar sama Dina.”
“Nggak apa-apa koq Fer. Tapi saya bingung, kenapa koq kamu berani berbuat seperti itu kepada saya. Padahal kamu kan 8 tahun lebih muda dari saya.”
“Nggak tahu deh, Yen. Mungkin saya mulai menyukaimu sejak pertemuan kita di Cafe.”
“Gombal ah..” kataku agak manja.
“Aku geli banget lho, waktu kamu elus tadi. Mungkin karena aku baru merasakan lagi sentuhan pria, ya Fer. Kalau boleh aku jujur, baru kali ini, ada cowok yang menyentuh aku lho Fer. Sejak perceraian aku dengan suami satu setengah tahun yang lalu.”
“Sudahlah Yen, jangan ngomongin perceraian, nanti kamu sedih. Mendingan kita melanjutkan perjalanan deh..”

Aku melanjutkan perjalanan dengan berbagai gejolak perasaan dan kenikmatan yang baru aku raih bersama Irwan. Sambil aku menyetir mobil, Irwan tidak lupa mengelus pahaku juga payudaraku.
“Yen, bagaimana kalau kita berhenti dulu di hotel. Biar kita bisa lebih tenang melakukannya.”
Aku bingung, antara mengiyakan dan tidak. Jujur saja, aku ingin merasakan lebih jauh lagi dari elusan lembutnya itu. Tapi aku ragu dan malu. Akhirnya kuputuskan, mengiyakan ajakkannya.

Sesampainya di kamar Hotel “S” di sekitar Setiabudi, Irwan tidak memberikan kesempatan untukku beristirahat. Dia langsung memelukku dan melumat bibirku. Aku gelapan dan tidak kuasa menolaknya ketika Irwan mulai mebuka kaos ketat unguku dan membuka celana panjangku. Aku disuruhnya duduk di atas meja. Dengan elusan tangannya, Irwan telah membuka bra-ku yang berukuran 36B dan celana dalamku. Dia semakin beringas, bagaikan macan kelaparan. Irwan mulai menciumi lubang kewanitaanku.
“Ah.. uh.. ah.. uh.. ah.. teru..s Fer.. Ah.. Enaa..k ah.. uh shh.. shh.. uh..”
Rasanya tidak terlukiskan, badanku menggeliat-geliat bagai ulat kepanasan. Lidah Irwan merojok-rojok vaginaku dan menjilat klitorisku yang sebesar kacang kedelai.

Lalu kubuka kemeja dan celana jeansnya Irwan. Kaget! Ternyata “barang”-nya Irwan sudah keluar melewati celana dalamnya. Kelihatan ujungnya memerah. Aku takut, apakah lubang kewanitaanku muat untuk “barang”-nya Irwan.

Sudah terasa satu jari dimasukkan ke dalam lubang kewanitaanku. Dikeluar-masukkannya jari itu dan diputar-putar. Digoyang ke kanan dan kiri. Satu jari dimasukkannya lagi. Terasa sakit, tapi nikmat. Mungkin masih penasaran, Irwan memasukkan jarinya yang ketiga. Dikeluar-masukkan, digoyang kiri kanan. Nikmat sekali. Sedangkan tangan kirinya membantu membuka lubang kewanitaanku untuk mempermudah memasukkan jari-jari kanannya.
“Ah.. uh.. ah.. sh.. uhh.. shh.. terus Fer.. aduh.. nggak kuat Fer.. Aku mau keluar nih..”
Akhirnya aku basah. Aku tersenyum puas.

“Sekarang gantian ya, jilatin punyaku dong Yen..” Irwan memohon kepadaku.
“Iya Fer, tapi punyamu panjang, muat nggak ya..?” jawabku.
“Coba saja dulu, Yen. Nanti juga terbiasa.”
“Auh.. aw.. jangan didorong dong Fer, malah masuk ke tenggorokkanku, pelan-pelan saja ya. Punyamu kan panjang.”

Sekitar lima belas menit kemudian erangan Irwan semakin menjadi-jadi.
“Ah.. uh.. oh.. ah.. sh.. uh.. oh.. uh.. ah.. uh..”
Kuhisap semakin kuat dan kuat, Irwan pun semakin keras erangannya. Irwan mulai ingat, tangannya bekerja lagi mengelus vaginaku yang mulai mengering, basah kembali. Mulutku masih penuh kemaluan Irwan dengan gerakan keluar masuk seperti penyanyi karaoke.

“Sudah dulu Yen, aku nggak tahan.., masukkin saja ke punyamu ya..?” pinta Irwan.
Aku hanya menganggukkan kepala saja, sambil berharaf-harap cemas apakah punyaku muat atau tidak dimasuki kepunyaannya Ferdi. Kedua kakiku diangkat ke pundak kiri dan kanannya, sehingga posisiku mengangkang. Dia dapat melihat dengan jelas kemaluanku yang kecil namun kelihatan gemuk seperti bakpau.

Kulihat dia mengelus kemaluannya, dan menyenggol-nyenggolkan pada kemaluanku, aku kegelian. Dibukanya kemaluanku dengan tangan kirinya, dan tangan kanan menuntun kemaluannya yang besar dan panjang menuju lubang kewanitaanku. Didorongnya perlahan, “Sreett..,” dia melihatku sambil tersenyum dan dicobanya sekali lagi. Mulai kurasakan ujung kemaluan Irwan masuk perlahan. Aku mulai geli, tetapi agak sakit sedikit. Mungkin karena lubang kewanitaanku tidak pernah lagi dimasuki kemaluan laki-laki. Irwan melihat aku meringis menahan sakit, dia berhenti dan bertanya.
“Sakit ya..?”
Aku tidak menjawab, hanya kupejamkan mataku ingin cepat merasakan kemaluan besarnya itu.

Digoyangnya perlahan dan, “Bleess..” digenjotnya kuat pantatnya ke depan hingga aku menjerit, “Aaauu..”
Kutahan pantat Irwan untuk tidak bergerak. Rupanya dia mengerti kemaluanku agak sakit, dan dia juga ikut diam sesaat. Kurasakan kemaluan Irwan berdenyut dan aku tidak mau ketinggalan. Aku berusaha mengejang, sehingga kemaluan Irwan merasa kupijit-pijit. Selang beberapa saat, kemaluanku rupanya sudah dapat menerima semua kemaluan Irwan dengan baik dan mulai berair, sehingga ini memudahkan Irwan untuk bergerak. Aku mulai basah dan terasa ada kenikmatan mengalir di sela pahaku. Perlahan Irwan menggerakkan pantatnya ke belakang dan ke depan. Aku mulai kegelian dan nikmat. Kubantu Irwan dengan ikut menggerakkan pantatku berputar.

“Aduuhh.., Dina..,” erang Irwan menahan laju perputaran pantatku.
Rupanya dia juga kegelian kalau aku menggerakkan pantatku. Ditahannya pantatku kuat-kuat agar tidak berputar lagi, justru dengan menahan pantatku kuat-kuat itulah aku menjadi geli dan berusaha untuk melepaskannya dengan cara bergerak berputar lagi, tapi dia semakin kuat memegangnya. Kulakukan lagi gerakan berulang dan kurasakan telur kemaluan Irwan menatap pantatku licin dan geli. Rupanya Irwan termasuk kuat juga, berkali-kali kemaluannya mengocek kemaluanku masih tetap saja tidak menunjukkan adanya kelelahan bahkan semakin meradang.

Kucoba mempercepat gerakan pantatku berputar semakin tinggi dan cepat, kulihat hasilnya Irwan mulai kewalahan, dia terpengaruh iramaku yang semakin lancar. Kuturunkan kakiku menggamit pinggangnya, dia semakin tidak bergerak berputar lagi, tapi dia semakin kuat memegangnya. Kuturunkan kakiku menggamit pinggangnya, dia semakin tidak leluasa untuk bergerak, sehingga aku dapat mengaturnya. Aku merasakan sudah 4 (empat) kali kemaluanku mengeluarkan cairan untuk membasahi kemaluan Irwan, tetapi Irwan belum keluar juga.

Kupegang batang kemaluan Irwan yang keluar masuk liang kewanitaanku, ternyata masih ada sisa sedikit yang tidak dapat masuk ke liang senggamaku.
Aku pun terus mengerang keasyikan, “Auh.. auh.. terus Fer.. auh.. Ena..k Fer.. Ugh.. ah.. lebih cepat lagi Fer.. ugh.. ah.. sshh.. uh.. oh.. uh.. ash.. sshh..”
“Kecepek.., kecepek.., kecepek..,” bunyi kemaluanku saat kemaluan Irwan mengucek habis di dalamnya.
Aku kegelian hebat, “Dina.. aku mau keluar, Tahan ya..,” pintanya menyerah.

Tanpa membuang waktu, kutarik kemaluanku dari kemaluannya, kugenggam dan dengan lincah kumasukkan bonggol kemaluan tersebut ke dalam mulutku, kukocok sambil kuhisap kuat-kuat, kuhisap lagi dan dengan cepat mulutku maju mundur untuk mencoba merangsang agar air maninya cepat keluar. Mulutku mulai payah tapi air mani yang kuharapkan tidak juga keluar. Kutarik kemaluan dari mulutku, Irwan tersenyum dan sekarang telentang. Tanpa menunggu komando, kupegang kemaluannya, kutuntun ke lubangku dengan aku mendudukinya. Aku bergerak naik turun, dan dia memegang susuku dengan erat. Tidak lama kemudian ditariknya tubuhku melekat di dadanya, dan aku juga terasa panas.

Cerita Mesum | Liburan Nikmat sama Janda Montok

Cerita Mesum | Liburan Nikmat sama Janda Montok

 

 

 

 

“Sreet.., sreett.., sreett..,” kurasakan ada semburan hangat bersamaan dengan keluarnya pelicin di kemaluanku, dia memelukku erat demikian pula aku.
Kakinya dijepitkan pada pinggangku kuat-kuat seolah tidak dapat lepas. Dia tersenyum puas.
“Dina.., aku baru merasakan kemaluan seorang wanita. Kamu adalah wanita pertama yang merenggut bujanganku. Aku selama ini paling banter hanya melakukan peting saja. Sungguh luar biasa, enak gila, kepunyaanmu memijit punyaku sampai nggak karuan rasanya, aku puas Yen..”
“Aahh kamu bohong, masa seusiamu baru pertama kali melakukan kayak beginian,” manjaku.
Dia hanya tersenyum dan kembali mengulum bibirku kuat-kuat.

“Sumpah, Yen..! Apakah kamu masih akan memberikannya lagi untukku..?” tanyanya.
“Pasti..! Tapi ada syaratnya..,” jawabku.
“Apa dong syaratnya, Yen..?” tanyanya penasaran.
“Gampang saja, asal kamu bisa kuat seperti tadi. Atau nanti saya kasih pil untuk kamu ya, biar lebih kuat lagi..!”
“Oke deh.. Mandi bareng yuk, Yen..” ajaknya.
Dan kami pun mandi bersama, dan sekali lagi Irwan memberikan kepuasan yang selama ini tidak kudapatkan selama kurang lebih satu setengah tahun.

Aku bersiap-siap pulang. Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 8 pagi. Aku langsung check out menuju Cihampelas mengantarkan Irwan pulang. Mobil keluar hotel dengan berjalan perlahan.
Sepanjang perjalanan aku berfikir, “Kok bisa-bisanya aku mmberikan sesuatu hal yang aku jaga selama ini, padahal Irwan baru pertama kali bertemu denganku. Sekaligus juga aku membayangkan kapan lagi aku dapat memperoleh kepuasan dari Irwan.”

Kini tangan Irwan menempel pada pahaku, dan tanganku menempel di celananya. Sesekali Irwan menyandarkan wajahnya ke dadaku dan jari nakal Irwan mulai beraksi dengan manja. Kurasakan gumpalan daging kemaluan Irwan mulai mengeras lagi, dia tersenyum melihatku. Akhirnya tidak terasa aku sudah sampai di Cihampelas, dan menurunkan Irwan. Selanjutnya aku pulang ke rumahku di sekitar Sukarno-Hatta.

Cerita Dewasa Berawal dari Mengintip

$
0
0

Cerita Dewasa Berawal dari Mengintip – Namaku Agus, saat ini aku berusia 25 tahun dan sedang kuliah MBA di London. Aku hampir tiap minggu berkunjung ke 17Tahun.com dan sangat tertarik untuk menceritakan pengalamanku. Pertama-tama, untuk perkenalan, aku akan menceritakan pengalamanku waktu kuliah di Bandung. Kalau banyak peminat, aku akan menceritakan pengalamanku sewaktu kerja di Jakarta, dan kuliah di London. Tapi tentunya akan panjang sekali dan aku akan menceritakannya dalam beberapa episode.

Kisah nyata ini terjadi di tahun 1993, ketika aku baru lulus dari SMA dan diterima di salah satu perguruan tinggi negeri di kota Bandung. Saat itu aku masih sangat polos dan belum berpengalaman di dunia esek-esek. Perlu pembaca ketahui, aku orangnya alim, pendiam, dan kutu buku. Tinggi badanku sekitar 175 cm dan berat badan saya 60 kg. Sedikit kurus memang, tapi mengenai tampang dijamin oke punya. Pokoknya aku tidak pernah kesulitan mendekati cewek sewaktu SMA.

Kost pertamaku berlokasi di Jln. Cihampelas yang merupakan bangunan tua (dekat BUN, sekarang sudah menjadi kompleks Perumka). Walaupun bangunan tua, namun aku sangat menyukai kost tersebut karena bentuk bangunannya yang terbuka dan tidak berbentuk rumah tinggal. Kost-nya terdiri dari kamar-kamar yang berderet. Tiap kamar mempunyai kamar mandi sendiri-sendiri. Yang istimewa di kost ini adalah kebebasannya. Pemilik kost tersebut jarang datang dan anak kost bisa melakukan apa saja di kost tersebut. Tapi berhubung Bandung adalah kota pelajar, hampir semua anak kost di sana adalah mahasiswa.

Kamarku berada di pojok, dan tetanggaku adalah seorang cewek manis yang berasal dari Jakarta. Dia adalah mahasiswi tingkat akhir di jurusan Sastra Inggris yang dulu kampusnya berada di Jln. Cihampelas. Namanya Santi. Aku ingat waktu pertama kali bertemu dengannya, dia selesai mandi dan kelihatan segar sekali. Aku sudah langsung tertarik dan ngaceng (maklum masih perjaka ting-ting dan nafsuku memang besar sekali). Tapi aku yakin tiap cowok normal pasti akan ngaceng jika melihat bentuk tubuh Santi yang sangat indah. Payudaranya tidak terlalu besar (mungkin ukurannya cuma 32) tapi mancungnya minta ampun. Dan tambahan lagi pinggulnya yang menjulang seakan menantang tiap cowok untuk menyentuh dan meremasnya. Tapi aku paling suka pada matanya, sangat bulat, polos dan begitu jernih. Dan hidungnya, bagus sekali.

Santi sebenarnya sudah mempunyai seorang pacar, yang saat itu sedang kerja di Jakarta. Rencananya sih mereka mau married tahun depan. Karena sibuk, cowoknya cuma datang tiga bulan sekali. Aku kasihan juga pada Santi, habis orangnya agak cerewet dan manja serta tidak bisa ditinggal sendirian. Maunya sih ada orang yang terus menemaninya buat main dan curhat.

Waktu itu aku masih miskin (sekarang masih miskin juga sebenarnya), jadi di kamarku tidak ada komputer maupun TV, sedangkan di kamarnya, Santi punya TV, video, komputer, kulkas, tape, dll. Kelihatannya cukup berduit juga tuh anak. Karena sering tidak ada kesibukan, aku sering nongol dan numpang nonton TV di kamarnya. Klop deh, dia ingin curhat dan aku ingin nonton TV.

Suatu hari aku baru sadar kalau kamar mandiku dan kamar mandinya letaknya bersebelahan dan di kamar mandi kita ada lubang angin di atapnya. Karena aku kuliah di jurusan Arsitektur, otakku langsung jalan. Aku mikir kalau aku manjat ke atap lewat lubang angin di kamar mandiku, tentunya aku bisa jalan ke atap kamar Santi dan ngintip dia. Langsung deh adikku berontak.

Keesokan harinya, jam 9 pagi aku mendengar ada suara air di kamar mandi Santi. Semangatku langsung bangkit dan pelan-pelan, aku menaruh kursi di kamar mandiku untuk memanjat ke atap. Dadaku berdebar kencang, sedikit takut tapi kepingin. Tanpa suara aku berhasil memanjat ke atas. Atapnya sangat berdebu dan banyak kabel listriknya. Aku harus hati-hati, pikirku kalau mati kesetrum karena ngintip cewek mandi kan nggak lucu. Dengan berjingkrat-jingkrat aku sampai juga ke atas kamar mandinya. Tetapi aku tidak berani melihat langsung lewat lubang angin, takut ada bayanganku di bawah dan mungkin saja dia melihat ke atas. Dasar lagi beruntung, aku melihat lubang kecil di atap kamar mandinya. Ukurannya cuma sekitar 1 cm, tapi buat yang sering ngintip tentu ngerti kalau ukuran ini sudah jauh dari cukup.

Dengan posisi berlutut, aku ngintip ke bawah melalui lubang tersebut. Di kamar mandi, kulihat Santi sedang menyabuni badannya. Dari atas aku bisa melihat hampir seluruh badannya. Yang pertama menangkap perhatianku adalah payudaranya dan puting susunya yang mungil dan berwarna coklat muda. Bentuknya sangat bagus, sedikit kecil namun sesuai dengan imajinasiku sebelumnya, bentuknya bagus dan kelihatannya amat kenyal dan kencang. Amboi.. aku sampai gemetar dan nafasku memburu

Sambil bernyanyi kecil, Santi menyabuni pundaknya, payudaranya, lalu turun ke bawah, pahanya, dan… Ya ampun dia mengangkangkan kakinya sedikit lalu menyabuni daerah kewanitaannya. Aku bisa melihat bulu kemaluannya dengan jelas. Tidak terlalu lebat, dan menurutku termasuk tipis, tapi siapa yang peduli.

Aku ngintip terus, sampai dia sirami badannya dengan air, lalu mengelap badan, memakai CD warna putih, celana pendek, dan kaos, tanpa BH. Saat itu, aku sudah tidak tahan lagi. Buru-buru aku turun ke kamar mandiku lalu melakukan onani. Cepat sekali aku keluarnya, habis sudah terangsang sekali.

Setelah itu dengan alasan mau meminjam koran, aku langsung ke kamar Santi. Bayangannya waktu mandi terus berada di benakku. Jadi waktu ngobrol dengannya, aku ngaceng terus (walaupun sudah ejakulasi). Waktu Santi menunduk untuk ngambilin koran, dari kaosnya yang agak longgar itu aku bisa melihat payudaranya. Ampun deh.. kali ini cuma berjarak sekitar 1 m dariku, tapi karena masih polos, aku tidak berani berbuat sesuatu. Aku cuma mengucapkan terima kasih, lalu balik ke kamarku dan melakukan onani lagi.

Hubunganku dengan Santi semakin bertambah intim. Kita selalu makan bareng dan nonton TV bareng. Kalau malam minggu dan cowoknya tidak datang, kita pasti jalan ke BIP atau nonton. Kadang ke diskotik di jalan Cihampelas. Tapi kita ke diskotik cuma untuk disco dan mendengarkan musik, tidak pernah tripping. Aku sampai sekarang masih bersih dari yang namanya drugs.

Sering aku nonton TV sampai larut malam dan kalau dia ngantuk, dia tidur duluan. Tempat tidurnya menghadap TV, dan aku duduk di atas karpet di sebelah tempat tidurnya.

Suatu ketika, saat aku nonton bola sampai larut dan dia sudah tidur, aku jalan ke tempat TV untuk mengganti channel. Waktu aku balik, aku berjalan ke arahnya. Waktu itu pahanya agak terbuka dan lewat celah-celah celana pendeknya aku bisa melihat celana dalamnya. Warnanya putih bersih, dan lewat celana dalamnya aku bisa melihat bentuk segunduk daging kemaluannya. Waktu itu aku ingin sekali meraba pahanya dan celana dalamnya, sayang keberanianku belum cukup. Aku cuma bisa membayangkan dan mengkhayal saja.

Sampai suatu hari, aku ingat itu hari Minggu, Santi baru balik dari Jakarta. Sekitar jam 10 malam aku sudah nongol di kamarnya.
“San, gimana perjalanan ke Jakarta? Capek nggak?” tanyaku.
“Iya, capek banget, abis tadi nggak dapat tempat duduk di kereta dan cuman berdiri atau duduk di lantai”, jawab Santi sambil tiduran, “Pinggangku serasa mau patah”, sambungnya.
Sambil bercanda aku bilang, “Kalau lagi pegel paling enak di pijat, gitu-gitu aku pintar pijat lho…”
Ternyaata tidak disangka-sangka Santi menjawab, “Beneran nich, tolong dong pijatin aku.. capek banget nich. Besok aku traktir makan dech..”
Dengan semangat 45 langsung kubilang, “Oke deal…” Aku tertawa dalam hati, tanpa ditraktir pun aku bersedia.

Kemudian aku memintanya telungkup dan aku mulai memijatnya. Aku sebenarnya tidak tahu caranya memijat orang, cuma aku punya pengalaman beberapa kali ke panti pijat. Jadi pura-pura berpengalaman saja. Aku mulai memijat telapak kakinya dengan jempolku. Pelan dan sedikit bertenaga.
“Sakit nggak San? kalau sakit bilang-bilang ya?” kataku.
“Nggak, enak kok”, sahut Santi.

Sekitar sepuluh menit kemudian, pijatanku naik ke paha bawahnya. Nafasku mulai cepat dan aku bisa merasakan suhu badanku mulai naik. Pahanya mulus sekali, mulus dan putih. Aku merasa tanganku agak dingin, tapi tidak tahu deh Santinya merasakan hal yang sama denganku atau tidak. Tapi aku tidak berani memijat pahanya terlalu ke atas. Sampai batas celana pendeknya saja, tapi sudah cukup oke. Aku bergantian memijat paha kiri dan kanannya. Waktu itu aku melihat Santi menikmati pijatanku dan hampir tertidur. Matanya tertutup.

Sekitar 15 menit kemudian, aku mulai memijat pinggangnya melewati pinggulnya, tapi dengan perasaan takut. Dari pinggang, aku naik ke atas untuk memijat pundaknya. Sebelum naik ke pundaknya, kupindah tangannya dari posisi di samping badan ke atas (posisinya seperti Superman ketika terbang). Sewaktu aku memijat daerah atas pinggang, aku sengaja memijat ke arah samping badannya sehinga bisa merasakan gumpalan samping payudaranya. Dia tidak memakai BH, jadi tanganku dengan leluasa merasakan gumpalan tersebut (walaupun sedikit, namun berarti sekali). Saat itu badanku sudah panas sekali dan aku bisa merasakan wajahku yang panas dan merah.

Aku melihat ke wajah Santi dan aku sangat senang ketika melihat wajahnya juga memerah. Wah, kupikir, dianya juga mulai horny nih. Pijatanku lalu kuteruskan ke pundak, leher dan kepalanya. Waktu memijat kepalanya, aku mengelus belakang telinganya (dari buku aku tahu ini merupakan daerah sensitif cewek).
“Gimana, enak nggak San?” tanyaku dengan suara yang sedikit gemetar.
“Wah, enak banget, kerja sampingan loe jadi tukang pijat kali”, jawab Santi.
“Kalau ada baby oil dan mijat ke kulit langsung, jauh lebih enak San..” Pancingku.
Ternyata umpanku langsung disambar. Dia naikkan kaosnya sampai hampir ke pundaknya lalu dia bilang, “Sayang aku kagak ada baby oil, tapi coba sekarang…”
Saat itu aku sudah terangsang sekali melihat kulitnya yang putih bersih. Dari samping aku bisa melihat gumpalan payudaranya. Seperti yang kulihat sebelumnya, tidak terlalu besar, tapi putih sekali.

Perlahan-lahan aku mulai memijat pinggangnya yang kali ini tanpa kaos. Pijatanku kali ini kuarahkan ke bawah sedikit dan menyentuh batas celana pendeknya. Keberanianku mulai timbul, dengan perlahan aku menurunkan celana pendeknya, sehingga aku bisa melihat belahan atas pantatnya. Putih…, dan Santi cuma diam. Aku memijatnya terus dan sedikit turun ke bawah, kali ini aku memijat pantatnya yang masih tertutup celana pendek. Amboi.. kencang sekali. Setelah itu tanganku mulai naik ke atas, dan memijat bagian samping lagi. Kali ini aku bisa menyentuh pinggiran payudaranya secara langsung. Nafasku mulai memburu dan aku semakin berani saja karena Santi cuma diam dan memejamkan matanya yang bagus.

Entah setan mana yang masuk ke dalam kepalaku, pijatanku turun lagi ke daerah pinggulnya dan kali ini kuturunkan celana pendek berikut celana dalamnya sampai aku bisa melihat seluruh pantatnya. Dari atas aku sudah bisa sedikit melihat bagian kemaluannya yang berwarna merah.

Cerita Dewasa | Kenikmatan Gadis 12 Tahun

Cerita Dewasa | Kenikmatan Gadis 12 Tahun

“Ahhh.. loe bandel amat sich..” kata Santi perlahan.
“Tenang aja San.. loe tiduran aja, pasti enak kok..” padahal aku sendiri sudah gemetar tidak karuan, masih memintanya tenang. Aku menatap pantatnya yang putih bersih, di pantat kanannya ada tahi lalat yang cukup besar. Aku masih ingat karena tahi lalat tersebut sangat kontras dengan kulitnya yang putih bersih. Aku meremas pantatnya, secara perlahan lalu naik ke atas memijat pinggangnya.

“San, celana loe mengganggu banget, aku buka ya?” aku memberanikan diri untuk maju s*****kah lagi.
“Jangan Gus..”, kata Santi, “Aku masih perawan..”
“Oke.. oke..” Kataku, sedikit kecewa, “Aku cuma pingin loe releks dan menikmati.”
Santi cuma diam, kutafsir sikapnya sebagai undangan untuk melanjutkan pijatanku.

Sekarang aku ganti strategi, aku mulai memijat payudaranya dari samping. Pertama aku cuma bisa menyentuh sedikit buah dadanya, tapi lama-lama tanganku menyusup ke bawah dan mulai mencari puting susunya. Kuremas payudaranya perlahan, dan ketika jariku menyentuh puting susunya, aku merasakan puting susunya sudah keras sekali. Saat itu posisi badannya tidak telungkup lagi. Badannya sedikit miring untuk memberikan tempat bagi tanganku meremas susu kirinya. Jariku bermain di putingnya, memutar-mutar putingnya seperti sedang mencari frekwensi radio. Saat itu aku mulai mendengar desahan Santi, “Ahhh.. ahhhh..”

Dengan sedikit memaksa, aku membalikkan posisi badannya. Sekarang dia berbaring menghadap ke atas, dan untuk pertama kalinya aku melihat payudaranya langsung dari depan. Mancung dan putih. Puting susunya berwarna coklat muda. Kudekatkan mulutku dan mulai menjilat puting susunya sambil terus meremas payudaranya. Santi sendiri sudah terangsang berat, tangannya mengusap dan kadang menarik rambutku. Aku yang sudah terangsang hebat langsung menggerakkan tanganku ke daerah kemaluannya yang masih tertutup sebagian oleh celana dalamnya. Mungkin terlalu cepat aku menyentuh daerah jembutnya, tiba-tiba dia menangkap tanganku.

“Jangan Gus, aku mau married bulan depan…” kata Santi dengan wajah memelas. Kasian juga aku melihat raut mukanya. Setelah itu aku cuma kiss dia dan menaikkan celananya lagi. Lalu aku balik ke kamarku untuk melakukan onani.

Sayang memang, namun aku tidak menyesal kok, ini cuma langkah kecil buat yang sudah berpengalaman, tapi buatku yang masih polos, ini merupakan loncatan besar dan akan membawaku dan Santi ke petualangan selanjutnya yang tidak akan terlupakan oleh kita berdua.


Cerita Sex Terbaru Ngentot Memek Kakak

$
0
0

Cerita Sex Terbaru Ngentot Memek Kakak – Cerita Sex. Malam jumat pukul 22.00 gue asyik membaca buku stensilan di tempat tidur, plus buku bergambar porno yang telah beberapa kali gue pelototin bolak balik. . Maklumlah saat itu lagi musim-musimnya buku –buku begituan. Sebagai anak dalam masa puber, gue Lagi doyan membaca hal berbau porno. Buku-buku porno itu gue pinjam dari teman sekolah. Biasanya buku itu secara bergantian berputar tiap hari diantara teman-teman.

Lagi asyik-asyiknya membaca, tiba-tiba pintu kamar terbuka. Kemudian muncul kakak kandung gue satu-satunya. Namanya indah. Kak indah begitu gue memanggilnya. usia kak indah terpaut 4 tahun. Sekarang dia sedang kuliah di semester 3.

Gue buru-buru menyembunyikan buku porno di bawah bantal. Sambil berharap kak indah tidak mengetahui apa yang gue baca tadi.

“fan., anterin kakak beli nasi goreng”

‘males ah”

Beginilah kebiasaan kak indah. Sering banget ngerasa lapar kalo uda malem. Ujung-ujungnya gue suruh nganterin ke depan buat beli nasi goring, atau kadang beli sate, pecel lele atau yang lainnya..

“ayo dong fan. Kakak Lapar nih”

“sendirian aja kenapa. Lagi males nih”

“jangan gitu dong fan. Beneran lapar nih.”

“makanya jangan biasain makan malam. Body udah gemuk juga masih makan malam-malam. Lama-lama juga kayak si atun”

“ini bukan gemuk tahu. Ini namanya seksi. Sok tahu lu anak kecil”

Hehehe…kak indah memang tidak gemuk, Meskipun dia juga tidak langsing. Kak indah terbilang montok.. wajar aja sih kalo dia mengatakan dirinya seksi. Karena memang sangat menarik di pandang.

“ayo ah…” kak indah menarik lengan gue. karena gue memang lagi males. Gue bertahan aja di kasur. Tapi apa daya tarikan kak indah membuat posisi tubuh gue bergerak. Dan yang gue takutkan dari tadi ternyata menjadi kenyataan.

“wah, apaan tuh fan” mata kak indah tertuju ke buku porno yang tadi gue baca. Ketika dia akan mengambilnya. Gue buru-buru mengamankan

“wah parah lu fan…coba lihat”

“apaan sih kakak nih”

“gue bilangin mama lu”

“bilang aja mama. Emang buku apaan ini. Orang komik kura-kura ninja” gue berkilah

:”jangan ngibul lu fan orang gambar telanjang gitu”

“kura-kura ninja tahu…”

“bener ye kura-kura ninja. Gue bilangin mama nih.. mah……”

Oppss….. gue buru-buru membekap mulut kak indah. “jahat banget sih” semprot gue

Kak indah berusaha membuka dekapan telapak tangan gue, hingga ia terdengar eghhhh…eghhhh

“jangan bilang mama”pintaku,

Setelah dia menggangguk. Baru gue buka lengan dari mulutnya.

“janji lu kak”

sebagai upah tutup mulut. Saat itu gue pun bersedia mengantarkannya membeli nasi goreng kedepan.

Eh Dasar sial, setelah beli nasi goreng. Kak indah malah menyantap nasi gorengnya di kamarku. Memang ada untungnya, Gue jadi ikut nimbrung makan nasi goreng. Tapi kan lebih baik kalo gak indah buru-buru pergi. Dan yang bikin keki.lagi, selagi makan Kak indah terus menginterogasi gue tentang buku itu. setelah acara makan selesai kak indah malah ingin melihatnya “coba lihat dong buku yang tadi.”

“anak cewek nggak boleh”

“siapa bilang”

Dengan modal ancaman akan melaporkannya ke nyokap, gue pun terpaksa memberikannya. Kak indah sendiri lebih tertarik dengan buku bergambar porno. Kami pin membuka buku itu bersama-sama di tempat tidur.

“gila kontolnya gede banget nih negro”cetus kak indah.

“ceweknya juga seksi kak. Lihat aja toket nya bagus banget” aku menimpali

Kak indah berlama-lama ketika ada gambar ngentot bareng-bareng. Satu cewek di keroyok lima cowok bule. Kontol kontol bule itu masing-masing masuh ke memek, dubur, dan mulut. Sementara dua kontol lagi di pegang oleh tangan kanan dan kiri. Entahlah apa yang sedang ada di pikiran kak indah. Aku yang juga ikut menikmati gambar itu bersama. Sesekali melirik kak indah. Tidak hanya wajahnya. Tapi juga bokong, body dan toket.

“kontol lu berapa senti fan”

“gak pernah di ukur”

gue bangkit dari tempat tidur. Turun ke lantai dan mengambil penggaris di dalam tas sekolah yang tergatung di dinding. Setelah itu aku pelorot tkan celana kolor dan mengukur kontolku dengan penggaris.

“gila lu yeh……” kak indah kaget dengan aksi gue yang mengukur kontol di hadapannya.

“16 senti” sambil cengengesan gue melaporkan. Setelah itu gue kembali ke pembaringan, tapi dengan penampilan beda, yaitu celana pendek dan celana dalam tidak gue pakai lagi.

“pake celananya”

Aku tidak menuruti. Bahkan kontol yang tidak juga turun itu gue tempelin di bokong ka indah. Kini posisi gue sudah menindih kak indah yang sedang tengkureb.

“fan gila lu fan. Lepasin –lepasin…”

Gue tidak mempedulikan omongannya. Ku gesek gesekan kontolku ke bokongnya yang memakai celana short. Sementara tangan gue meremas remas toket kak indah dari belakang. Mulut gue bergerilya ke selitaran leher dan kepala kak indah.

Kak indah meronta-ronta. Tapi gue berhasil menguasainya. Tanganya gue pengan erat, sambil kontol terus mengesek bokong nungging kakak gue.

“fan….lepasin…lepasin….”

“kak indah… please “

“fan …., jangan entot kakak. Jangan fan…”

Gue yakinkan kak indah, bahwa gue tidak akan ngentot memeknya. Gue Cuma ingin mengesek-gesekan kontol supaya orgasme. Rupanya kak indah mengerti. Dia pun membiarkan tubuhnya jadi obyek birahi gue. bahkan ketika gue menggankat t shirt dan membongkar bhnya ia tidak menolak lagi. Penolakan terjadi ketika gue berusaha membuka celananya.

“jangan. Ntar ketahuan”

“mama papa paling tidur kecapean habis maen”

“sok tahu lu”

“mama sama papa kalo maen hot banget”

“emang lu tahu”

“pernah liat sekali. Waktu siang siang. Pintu kamarnya ke buka sedikit. Yah udah gue nonton sampe kelar”

Kak indah mencubit dikit “kakak juga pernah dengar waktu mereka maen di kamar mandi. Suara mama sampe ngegerit-jerit. Tapi udah itu udah lama. Waktu kak indah smp”

Kami pun tertawa bersama tapi pelan. Akhirnya kak indah mau membuka celananya. Kemudian kaos dan bh, sehingga menyisakan cd warna putih doang. Tapi kak indah meminta gue untuk mengunci pintu kamar dulu.

“janji lu fan, jangan entot kakak. Nggak boleh”

Aku mengangguk. Maka mulailah aku beraksi menikmat tubuh kakak gue sendiri. Mulai dari menindih. Menciumi leher sampe menjilati teteknya, sementara kontolku terus bergerak menggesekan ke bagian-bagian tubuhnya supaya gue orgasme.

Hal yang paling menggagetkan adalah ketika gue terus menggsek dan menggisap teteknya, kak indah mendesis sambil menyebut nama pacarnya. Gue sempat terhenti sesaat, namun tidak lama, karena birahi gue terus bergolak. Dan pada akhirnya sperma gue muncat juga. Croott….crott…..crot……oghh…oghhhh……jadilah sperma gue berceeran di celana dalam dan perut kak indah dan menempel di perut gue juga.

:”sudah keluar kak”kata gue senyum senang.

Untuk membersihkan sperma yang tumpah dimana-mana, terpaksalah kaos gue yang jadi tumbalnya.

“gila lu fan, banyak banget” kak indah memperhatikan celana dalamnya yang di lumuri sperma. Akhirnya iapun membuka sang cd. Wow……….kak indah akhirnya telanjang bulat di hadapanku. Aku sempat terpada melihat memek di tumbuhi jembut tebal. Memang tebal banget jembut kak indah. Luar biasa. Tubuh polos kak indah sangat seksi. Lebih seksi dari pada cewek cewek bule pemeran film bokep atau gambar cewek telanjang yang pernah gue lihat.

“gara-gara lu nih. Bikin repot aja” gumamnya . setelah itu ia membantingkan tubuhnya telentang di kasur. lalu tangannya meraih tangan gue. membimbing jari jemari gue meraih memeknya. kemudian memainkan jari tengahku di bibir memeknya serta sesekali memasukan ke klitoris. Ketika gerakan jari gue berjalan sendiri, kak indah melepaskan pegangannya. Kedua tanganya meremas payudaranya sendiri, sementara gue bekerja dengan jari-jemari di memek.

Ogghhhh……..terus….fan……terus,,,,,,,iya..begitu………oww….ow…

lagi….fan…..oghhh….enak…..gatel….gatel….enakkkkk…….

Benar-benar pemandangan hot yang tidak pernah gue perkirakan sebelumnya. Apalagi ketika kak indah memainkan lidahnya seakan memberi tanda agar gue menjilat. Tanpa pikir panjang gue pun menjilat memeknya. namun sebelum itu gue sedikit kaget ketika jari yang baru saja menari-nari di memek kak indah berubah bentuknya, jari gue melepuh, seperti habis kena sabut cuci, atau seperti kedingininan. Misteri jari yang di masukan ke memek hingga melepuh itu sampai kini membuat tanda Tanya besar sampai kini; zat apa yang terkandung di lubang memek hingga membuat jari melepuh begini. Ternyata bukan hanya memek kakak gue, di lain waktu ketika gue lakuin kepada memekk cewek gue juga terjadi sama.

Oghhhh….fan….oghhhh………enak…….oghhhh….

Kak indah akhirnya bisa mencapai orgsme dengan lidah gue. Oghhh…..ooooooooooghhh……egh… egh….. kakak sampe fan………desahnya

Gue yang sudah sejak tadi tadi terangsang lagi langsung menindihnya. Kemudian menggesek-gesekan konto gue ke memeknya. kak indah sempat mengingatkan kembali agar gue tidak memasukan kontol gue ke memeknya. tidak masalah . toh yang beginian juga sudah lebih dari enak. Namun kadang-kadang memang kurang kendali. Hingga hampir saja masuk ketika gue melakukan gerakan maju atau dorong..

Pengalaman birahi semakin panas ketika kak indah menyepong kontol dengan posisi gue duduk sambil tangan gue bekerja di toket. Nikmat sekali ternyata kontol gue di isep kaya gini.

Ketika mau muncat, gue sempat memberi tanda. Kak indah melepaskan isapan, lalu ia tetelang ngangkang dan mejembreng memeknya. Belahan memek warna merah menganga siap menerima rudal gue. Tapi tidak karena kak indah kemudian berkata “tumpahin di sini fan, jangan di masukin”

Gue paham maksudnya. Maka ketika gue orgasme, gue semprotkan sperma ke memeknya . Crot…..crot…..crot……

Tumpahlah sperma gue. sebagian masuk belepotan di dalam daging merah, dan sebagian lagi belepotan di sekitar jembut kak indah.

Aku dan kak indah berperlukan. Kak indah tidur di kamar gue tanpa ada kecurigaan dari bokap nyokap. Begitulah malam panas dengan kak indah.

Aku dan kak indah jadi semakin abrab. Bahkan kak indah secara terus terang bahwa dirinya sudah sering ngentot dengan pacarnya. Gue sendiri sering minta acara mesum seperti malam itu.. terutama ketika kak indah minta bantuan, gue minta syarat agar upahnya service birahi. Tapi gue tetap tidak sampe memasukan kontol ke memeknya. hingga pada suatu saat **

Pada malam sabtu ketika bokap nyokap tidak ada dirumah untuk acara jalan-jalan berdua. Katanya sih bulan madu kedua. Gue dapat merasakan yang namanya ngentot. Memek.

Ceitanya begini.

Malam itu gue berniat banget akan melakukan mesum dengan kak indah. Tapi gue dongkol banget karena Ketika kak indah pulang ke rumah malah membawa temannya, bahkan dia akan menginap disini. namanya santi, teman kuliarhnya. Santi adalah teman baik kak indah, sudah sering dia maen kerumah, makanya gue sudah cukup akrab dengan santi.

Sambil cemberut gue nonton tv. Jika kak indah dan santi bertanya, gue males-malesan menjawabnya. Martabak telor yang di bawah kak indah pun tidah selera ku santap. Kak indah malah senyum-senyum aja melihat kelakuan gue begini sambil melahap martabak bawaanya

“adek lu jutek banget sih” kata santi.

“tahu, salah makan kali”

“apa mungkin sakit , lihat aja tuh wajahnya pucat gitu”

“burungnya kali yang sakit hehehe…..”

Jadilah dua cewek cantik itu menggoda terus menerus. Saling melempar kata dengan obyek penderitanya adalah gue yang lagi sange.

“mau pipis duluah” kata santi ngeloyor ke belakang. Santi sudah tidak asing lagi dengan rumah ini. Jadi tidak perlu minta di antar seperti layaknya tamu baru.

“kakak ngapain sih bawa santi nginep segala”

“lah, emang kenapa” jawab kak indah enteng

Gue terus marahin kak indah. Sementara kakak gue tidak begitu peduli. Dia malah cengar –cengir saja menanggapiya.

Bener juga memang, tidak ada salahnya teman teman nya pada nginep. Tapi masalahnya kan gue pengen berbuat mesum sama kak indah.

“iNDah pinjem kaos buat tidur dong. Sekalian celana pendeknya” ujar santi dari belakang. gue kaget karena ketika santi berjalan tidak mengenakan sehelani benangpun alias telanjang. Pakaian yang dia kenakan semula kini dalam genggaman tanganya. Busyet deh, tubuh santi bagus banget. Langsing.. Payudara besar menggantung. Kulit putih. Warna hitam terlihat ketika melihat ke bagian bawah. Yah jembutnya.

“udah lu tidur telanjang aja gitu” kata kak indah “tuh, irfan aja doyann ngeliatin terus”

Gue yang masih tidak percaya dengan pemandangan di depan segera mengalihkan pandangan ketika mendengar ucapan kak indah begitu.

Lagi kedua cewek itu cekikian menggoda. Gue yang lagi jaim pura-pura nonton tv saja. Dan tiba-tiba santi mendekat

“gue tidur di kamar lu ya fan” bisik santi di telinga. Santi lalu duduk di pangkuan gue. dia menciumi wajah dan leher gue. toketnya di gesek-gesekan ke dada gue. gue terangsang banget. Tapi tetap saja berlaga jual mahal.

Terus santi mendekati gue “gue udah tahu semua kelakuan lu sama indah. Makanya gue juga mau ikutan” lagi santi berbisik. Gue lirik kak indah, dia Cuma senyum-senyum. santi Kemudian dia membuka kaos oblong gue. di bangunkan gue dari kursi. Kemudian dia membuka celana gue hingga bugil.

“kontol adek lu keras banget nih” santi langsung mengulum kontol gue.

Aggghh… aghh… gue mendesis nikmat. Dan akhirnya gue pun larut dalam permainan santi.

“ajak gue ke kamar . Gue pengen banget ngentot” bisik santi.

Gue menggirjng santi ke kamar. Sesampainya disana gue terus di serang bertubu-tubi oleh birahi santi di atas kasur. Ketika santi ingin memasukan kontol gue ke memeknya, tiba-tiba kak indah.

“eh…tunggu…tunggu…dasar udah pada gatel lu pada…”

“gila luh san, gue udah berapa bulam gak ngentot. Lah kalo lu, baru juga berapa jam yang lalu ngentot”

Kak indah nyengir kuda. Dasar memang nih gue punya kakak kayak gini.

“ok ok. Gue paham deh.. …gini loh fan.” Kak indah lalu mengultimatum gue agar tidak lagi minta berbuat mesum dengannya. Katanya sengaja di bawain santi biar gue dapat saluran buat ngentot. Tapi kalo gue sekarang nggak bisa janji. Acara ngentot ini akan di batalkan. Dengan berat hati gue menyetujui. Tak apalah. Gue kan pengen ngerasaain yang namanya ngentot memek. Karena kak indah tidak pernah memberikan memeknya di masukin kontol gue.

Cerita Sex ~ Mantan Pacar bikin Aku Nikmat

Cerita Sex ~ Mantan Pacar bikin Aku Nikmat

Begitulah ahirnya gue dan santi ngentot di kamar. Sementara kak indah jadi penonton saja.

Santi sangat berpengalaman. Entah sudah berapa banyak jam terbangya hingga ia begitu mahir memuaskan nafsu gue.. Dalam permainan itu gue dan santi bisa orgasme dua kali. Sebelum akhirnya istirahat nonton tv lagi.

Jam satu malam kak indah sudah nguap. Dia pun pergi tidur ke kamarnya. Beberapa saat kemudian Gue yang sudah datang lagi hornynya mengajak santi untuk menutup malam dengan satu permainan lagi. Tapi ternyata santi punya rencana lain. Dia ingin melakukan bertiga bersama kak indah. Bla…bla…bla…ia menyatakan maksudnya. Gue pun setuju.

Santi mengeluarkan selembar dasi almamater dari dalam tas. Kami pun masuk dalam keadaan bugil. Di dalam kamar kak indah ternyata sudah tidur pulas.

“lihat kakak lu tuh kecapean. Berapa ronde tadi dia ngentot”

Gue diarahkan santi untuk memegang tangan kak indah. Dengan beberapa gerakan saja tangan kak indah sudah teringat ke atas dengan dasi. Kak indah terbangun dan kaget melihat tangannya sudah terikat.

“hei Apa-apan sih. Santi… Irfan… lepasin”.

“tenang aja ndah….gue pengen buat lu orgasme….”jawab santi pelan.“Ayo fan kita kerja”

Santi melepas bagian bawah pakaian kak indah. Celana short dan cd di lemparkan jauh. Sementara gue kebagian melepas kaos dan bh nya. Hingga kak indah sudah telanjang bulat dalam keadaan terikat.

“waw memek lu bagus banget. Pantesan cowok lu doyan”

Santi langsung menjilati memek kak indah. Sementara gue dapat bagian toket. Sesekali kami bergantian. Menggarap kak indah. Kak indah ternyata juga bisa menikmati. Ketika santi memberikan memeknya. kak indah sangat rakus menjilati. Begitu juga ketika gue sodorin kontol. Kak indah juga tidak menolak. Kak indah akhirnya orgasme dengan jilatan lidah santi dengan tangan terikat.. ikatan dasi kak santi di lepas ketika permainan semakin panas bertiga. Santi orgasme dengan jilatan lidah kak indah. Sementara gue orgasme di dalam memek santi.

Cerita Bugil | Tanteku yang Menawan Bahenol

$
0
0

Cerita Bugil | Tanteku yang Menawan Bahenol – Singkat cerita, aku balik ke Jakarta dan aku janjian sama Tante Wiwi buat mencari rumah. Kujemput dia di rumah salah satu tanteku, dan kami jalan.
“Kemana nih kita Tante?” tanyaku.
“Enaknya kemana ya De, Tante dan Oom pengen yang suasananya tidak terlalu rame, yang tenang gitu, dan kalau bisa udaranya masih bersih dan aksesnya gampang.”
“Wah kalau gitu di deket tempat Iwan saja Tante, di Cibubur kan banyak perumahan, apalagi di seberang toll.”
“Ya sudah, kita kesana saja.”
Kuarahkan mobilku ke arah toll menuju lokasi. Cari-cari seharian akhirnya Tante Wiwi menaksir di salah satu kompleknya Ciputra Group.
“Gimana De menurut kamu?”
“Ya terserah Tante dong, bagusnya Tante tanya Oom dulu.”
“Iya deh nanti malem Tante tanyaain.” Kuantarkan Tante Wiwi pulang.
“Entar Tante hubungi kamu ya De, soalnya kalau jadi rumah yang mau over kredit tadi, kita kayaknya kudu nyari furnitur dan kelengkapan rumah, tidak ganggu kamu kan?”
“Enggaklah Tante, lagian kuliah juga masih kosong.
“Makasih ya”, jawab si tante sambil sun pipiku, serr.

Pagi jam 7 telepon berdering dan Tante Wiwi mengabarkan kalau suaminya setuju dengan rumah pilihan kemarin, dan dia mengajak cari peralatan rumah tangga, karena akad jual beli baru dilaksanakan Senin minggu depan. Kami jalan ke arah Jl. Fatmawati, karena di sana memang banyak toko dan show room meubel. Siangnya kami makan siang sambil ngobrol-ngobrol.
“Gimana Tante menurut penilaian Tante?” tanyaku.
“Gimana ya, bagus-bagus semua sih, tapi kan Tante sudah pegang referensinya, jadi kalau nanti Tante mutusin pilih, Tante tinggal telepon.”
“O..”, jawabku singkat.
“De, Jum’at besok kamu ikut week-end ya, soalnya Tante Een ngajakin, refreshing katanya, ajak Iwan juga.”
“Boleh juga tuh Tante, tapi kalau Iwan diajak di rumah kelamaan kosong Tante, khawatir!”
“Terserah deh kamu atur saja.”

Besoknya kami berangkat ke Puncak buat week-end. Iwan ditinggal. Di villa yang cukup gede dengan 4 kamar, halaman luas. Kolam renang, plus tempatnya yang masuk ke dalam dan di bukit itu membuat suasana asyik banget. Jam 10 malam selesai makan di simpang raya kami langsung kembali ke villa. Aku pakai jacket, sambil merokok, aku duduk di teras belakang. Tidak lama muncul Tante Wiwi pakai kimono handuk, habis mandi kelihatannya.
“Dingin-dingin gini kok mandi sih Tan?” tanyaku.
“Iya, habis lengket sih, lagian kan ada water heater.” katanya sambil mengeringkan rambutnya, dia angkat satu kakinya dan dinaikan ke kakinya yang lain. Ala mak, aku bisa melihat paha mulusnya. Setelah kering rambutnya, Tante Wiwi masuk, aku mengikuti di belakangnya. Aku ke dapur buat bikin kopi. Setelah bikin kopi kubawa kopi ke ruang tengah. Pas lewat depan kamar Tante Wiwi aku melihat pemandangan yang sangat aduhai. Pintunya yang terbuka sedikit bikin aku bisa mengintip, benar-benar yang kuceritakan tadi di atas, dia yang lagi siap-siap pakai baju, baru pakai CD sementara dadanya masih terbuka membuat payudaranya yang gede bebas terpampang. Buru-buru aku berlalu, dan bergabung sama Tante Een dan Oom Bambang serta anak-anaknya yang lagi menonton TV. Ngobrol sebentar Tante Een minta izin buat ngelonin anak-anaknya, sementara Oom Bambang minta izin buat istirahat. Wal hasil tinggal aku yang menonton TV, aku pindah duduk ke kursi panjang yang tadi diduduki sama Oom Bambang dan Tante Een biar aku nontonnya tidak miring.

Kira-kira 5 menit aku nonton sendiri, Tante Wiwi keluar sambil bawa segelas jeruk panas dan duduk di sampingku. Mhh, aroma wangi Tante Wiwi segera menyeruak memenuhi seisi ruangan. Tante Wiwi saat itu pakai kimono sutra warna merah cerah, yang bikin aku horny adalah dadanya nampak tidak pakai apa-apa di dalamnya. Kira-kira jam 12 malam aku pamit istirahat. “Ya sudah, di matiin saja TV-nya, Tante juga mau istirahat.” Kami jalan beriringan menuju kamar masing-masing, kamarku depan-depanan sama kamar Tante Wiwi di bagian belakang, kamarku di belakang kamar anak-anaknya Tante Een sementara Tante Wiwi di belakang kamar Tante Een. Pas melewati kamar Tante Een terdengar suara-suara aneh. Aku menoleh ke arah Tante Wiwi, dan Tante Wiwi menaruh telunjuknya di depan bibirnya. “Ssstt, jangan berisik, kamu ambil kursi organ kesini, kita intip.” Katanya sambil senyum. Aku menganggukan kepala. Kuambil kursi itu dan kutaruh perlahan-lahan di depan pintu kamar. Tante Wiwi di luar dugaan segera naik untuk menyaksikan adegan apa yang tengah berlangsung, dan aku yang di bawah dengan jelas dan gamblang menyaksikan kemulusan betis Tante Wiwi plus bulu-bulu halusnya yang lebat. Kemaluanku tidak kuat dan pelan tapi pasti mulai tegang. Tante Wiwi tidak lama mulai meletakkan tangannya di depan permukaan selangkangannya dan mengusap-usapkan telapak tangannya di sana. Melihat gelagat begitu aku tidak buang-buang kesempatan, kuraba betis indahnya, dan di luar dugaan Tante Wiwi tidak bereaksi, malahan dia merenggangkan kakinya dan kulihat tangannya mulai dengan agak kasar mengusap permukaan selangkangannya sambil mulutnya mengeluarkan suara desisan, “Ssshh”.

Melihat Tante Wiwi mulai naik tidak cuma tanganku yang mengusap betis indahnya, tapi juga bibir dan lidahku. Kutelusuri betisnya turun ke bawah, sampai punggung kakinya, kupindahkan ke kakinya yang lain dan aku jelajahi juga. Desisan Tante Wiwi mulai berubah jadi erangan, dan tangannya nggak cuma beraksi di permukaan selangkangannya, tapi juga tangannya yang lain mulia meremas payudaranya sendiri. Sementara aksiku tidak cuma di betis, kepalaku sudah mulai menyusup ke balik kimononya, jadilah aksiku sekarang menelusuri daerah pahanya. Setelah aksi bibir dan lidahku mendekati daerah selangkangannya, tangan Tante Wiwi yang tadi dipakai menggosok selangkangannya sekarang pindah ke kepalaku. Dia tekan kepalaku dan mengusap-usap rambutku, sesekali dia jambak rambutku sambil merapatkan kakinya. Kujilati buah pantatnya yang ranum sambil kedua tanganku beraksi meremas buah pantatnya yang lain sementara tanganku satunya lagi kupakai buat membelai daerah selangkangannya. Kupindahkan aksiku buat menggarap buah pantatnya yang lain. Kusibakan CD mini Tante Wiwi, kurenggangkan kakinya, dan kunikmati belahan pantatnya.

Setelah kumulai sesak napas dan kegerahan kukeluarkan kepalaku dari balik kimononya. Kugeserkan kaki Tante Wiwi supaya dia bisa geser, dan aku naik. Sejurus kemudian terpampang di depan mataku pemandangan yang membikinku semakin horny. Tante Wiwi di bawah lagi megap-megap sambil menarik-narik rambutnya sendiri, dia angkat kedua kakinya di pundak Oom Bambang, sementara Oom Bambang asyik memompa Tante Een dari atas sambil mulutnya menikmati payudara Tante Een yang lumayan bagus, meskipun sudah punya anak dua. Aku tidak mau tinggal diam, kulingkarkan tanganku ke pundak Tante Wiwi, dan langsung kuusap-usap bagian dadanya. Tidak lama tanganku yang kiri menyusul, kususupi ke balik kimononya dan segera kudapatkan segunduk daging yang teramat kenyal rasanya di tanganku, dan Tante Wiwi balas dengan menggigit-gigit kupingku. Lagi asyik men-‘tune’ puting payudara kiri Tante Wiwi, Tante Wiwi beranjak turun. Dan ternyata yang dilakukan Tante Wiwi adalah melepaskan ikat pinggangku, melapas kancing celana jeans-ku dan menurunkan zipper-nya. Dia tarik jeans-ku selutut, tapi cuma jeansnya doang. Tidak lama terasa hangat permukaan CD-ku, dan terasa juga lidah bermain di permukaan CD-ku naik turun, terasa juga kemaluanku digigiti naik turun, kayak Oppi Andaresta main harmonika. Sudah itu terasa CD-ku diturunkan juga, sementara di dalam kamar posisi sudah berganti, Tante Een memegang kendali naik turun sambil kedua tangannya memegang tangan Oom Bambang yang lagi asyik meremas payudara Tante Een.

Hangat dan lembab terasa di kepala penisku, pas pandanganku diturunkan ternyata Tante Wiwi lagi asyik menjilati kepala penisku, terus turun ke batang penisku naik turun, dan akhirnya biji kemaluanku dikulumnya juga. Dikemotnya kedua biji kemaluanku. Ada perasaan mulas sewaktu kedua biji kemaluanku diemut sama Tante Wiwi, habis mulut Tante Wiwi itu mungil banget, jadi kalau disekaligusi jadi beradu satu sama lainnya. Bosan mengulum biji kemaluanku, Tante Wiwi memasukkan batang kemaluanku ke mulutnya, diemutnya, disedotnya kencang banget. Lalu Tante Wiwi maju munduri mulutnya, sambil tangan kirinya memainkan biji kemaluanku, sementara tangan kanannya meremas buah pinggulku. Tante Wiwi melepaskan hisapannya, tapi kepala penisku langsung jadi sasaran, kali ini kepala penisku digaruk-garuk pakai gigi atasnya. Waduh, rasanya sangat luar biasa! geli, gatal, dan lain-lain rasa nikmat semuanya campur jadi satu. Dari dalam kamar Tante Een dan Oom Bambang mengerang sangat keras, dan rupanya mereka baru saja mencapai puncak gunung bersama-sama.

Tidak kuat aku kelamaan berdiri, kuangkat kepala Tante Wiwi, aku turun dan kubenarkan posisi celanaku, kutarik Tante Wiwi, kudekap dia di pelukanku dan langsung kuserbu bibir mungilnya yang sudah merekah menantang buat digasak. Tante Wiwi membalas serbuanku dengan tidak kalah semangatnya. Lidah kami menjelajah rongga mulut masing-masing lawan. Waktu lidah Tante Wiwi menjelajah rongga mulutku, lidahnya kugigit, begitu juga sebaliknya.

Ternyata Tante Wiwi sudah kecapaian dari tadi, “De, kita pindah ke kamar yo!” ajaknya. Aku sih menurut saja. Kuserbu lagi bibirnya, kuangkat tubuhnya kugotong ke kamarnya. Kutaruh dia di atas kasur, dan tanpa buang waktu kulucuti pakaianku sendiri. Selanjutnya setelah aku bugil, aku naik ke ranjang dan bibir Tante Wiwi kembali kunikmati. Tangan Tante Wiwi tidak tinggal diam, digenggamnya penisku sambil diusap dan dikocok perlahan dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya memelukku. Begitu juga aku tidak mau kalah, sementara tangan kiriku menyanggah beban tubuhku, tangan yang kanan kuajak buat jalan-jalan di atas dada Tante Wiwi. Di dalam kamar baru kutahu bahwa Tante Wiwi adalah jenis manusia yang senang melepaskan perasaan horny-nya dengan sebebas-bebasnya. Buktinya sewaktu payudaranya kuremas dan putingnya kupilin dari mulut yang masih kukulum, gumamannya terdengar sangat keras. “mmhh.. mmhhgg.” Apalagi sewaktu lidahku bermain di belakang telinganya, erangannya semakin menjadi.

Tante Wiwi dengan tangannya membimbingku untuk menikmati permukaan lehernya yang jenjang dan ada sedikit lipatan lemaknya. Kujilat dan kukecup bagian leher Tante Wiwi sampai tidak ada jengkal yang tersisa, “Uuhh .. sshh.. mmhh.” Sekarang gantian. Tangan kananku dipakai menyangga tubuhku sementara tangan kiriku kupakai untuk membelai, meremas dan memilin bukit Tante Wiwi yang munjung dan sudah keras dari tadi. Sekarang sasaranku adalah pundak Tante Wiwi, dan kedua sikuku kupakai buat menahan berat badanku, supaya kedua payudara Tante Wiwi bisa kuremas bareng. Pada saat jelajah lidahku sudah sampai di ujung selepetan bima-nya, aku sibak kimono Tante Wiwi bagian dadanya, dan.. eng-ing-eng, jelaslah sekarang di depan mataku sepasang payudara terindah yang pernah kulihat, karena sebelumnya buah dada pacar-pacarku kalah bagus sama payudara Tante Wiwi. Aku tidak sabar, aku langsung gigit putingnya yang sebelah kanan dan Tante Wiwi berteriak, “aahhkk.. sshh.. aadduuhh.. eenhaakhh.” Kusedot pentil itu dengan keras, semakin keras kusedot semakin menjadi erangan dan teriakan Tante Wiwi. Habis sudah kedua permukaan payudara Tante Wiwi kugarap, Tante Wiwi mendekap kepalaku di belahan payudaranya, sementara kedua lengannya menyanggah payudaranya, hal ini membuat mukaku tenggelam disela-sela payudaranya yang indah. Yang paling mengesankan adalah sewaktu aku bikin cupang di bawah puting kiri Tante Wiwi, Tante Wiwi berteriak sambil menjewer kedua kupingku. “Hah.. oohh.. gghh.. uss.. aahh.” sehabis itu jelaslah bekas cupanganku di payudaranya.

Setelah puas kugarap kedua buah payudaranya, Tante Wiwi menurunkan kepalaku, kujilati permukaan perutnya, pas sampai pusar kukecup dan kujilat pusarnya sementara kedua tanganku kususupi di belakang pinggulnya dan segera kuremas habis kedua bongkah pantatnya. “Adduuhh Dee.. kamu kok kayaknya uudaahh peengalamann banget ssiihh”, begitu erangan Tante Wiwi kira-kira sewaktu kukecup dan kujilati pusarnya. Jilatanku terus turun ke bawah, sebelum mulutku sampai di selangkangannya, CD mini Tante Wiwi kuturunkan pakai kedua tanganku, kutarik lepas CD itu. Ya ampun, rumput yang tumbuh di situ begitu lebatnya, sehingga aku nyaris tidak bisa melihat belahan vaginanya.

Yang pertama kali adalah aku merumput di situ, kujilati rambut kemaluan itu sampai rapi, karena dari fakta yang kulihat sepertinya Tante Wiwi adalah salah satu jenis manusia yang senang membiarkan rambut kemaluannya tumbuh dengan sendirinya tanpa adanya campur tangan dari luar. Setelah rambut kemaluan itu rapi, aku kuakkan rambut kemaluan yang berada di sekitar bibir vagina Tante Wiwi, barulah sekarang kulihat belahan bibir vagina Tante Wiwi. Bibir vagina itu ternyata masih bersih, belum menghitam. Melihat pemandangan kayak begitu, kontan tangan dan bibirku kompakan buat mengerubuti Tante Wiwi punya vagina.
“Aahh.. adduuhh.. sshh.. aagghh.. yyeess.. ttruusshhgghh.” Tante Wiwi teriak-teriak sewaktu kumasukan jari tengahku ke vaginanya dan ibu jariku menggesek clitorisnya dan lidahku menjilati permukaan bibir vaginanya. “Uuhh.. uuhh.. yyaa.. sshh..” desahan dan erangan Tante Wiwi semakin menjadi ketika dengan ganas kugigit-gigit clitorisnya. Dan dengan tidak kalah ganas Tante Wiwi menjambak rambutku, dia desaki ke selangkangannya, sementara pinggulnya diangkat tinggi-tinggi sambil membuat gerakan memutar. “mmhhyymm.. sshh.. yyaa..” begitu terus dan terus Tante Wiwi berputar dan berteriak. “De.. hh.. sini titit kamu kasih Tante..” pintanya dan terjadilah pertempuran 69 yang sangat seru, karena Tante Wiwi dan aku sama-sama rakus. Setelah 8 menitan bertempur 69 Tante Wiwi mengejan dan berteriak dengan sangat keras, “Dee.. aahh.. aadduuhh.. Tantee.. tidak.. kuatth..” jeritan Tante Wiwi disertai dengan merapatnya kedua paha, serta dicakar-cakarnya buah pantatku. 1 1/2 menit Tante Wiwi menjepit kepalaku, sampai akhirnya dia terkulai, sementara aku terus dengan aksiku menjilati setiap tetes air yang mengalir dari lubuk vagina Tante Wiwi. “De sudah sayangghh.. Adduhh.. gelii..”

Tante Wiwi manjatuhkan diri dan telentang pasrah sambil menarik nafas panjang, pandangan matanya menerawang ke langit-langit kamar.
“De, kamu sudah sering melakukan yang kayak begini ya?” tanyanya sambil melirikku.
“Ah, nggak juga Tante, mungkin sudah dari sononya kali”, jawabku sekenanya.
“Tidak mungkin, buktinya penis kamu Tante sedot kenceng banget koq penis kamu tenang-tenang saja”, sanggahnya.
“Oh jadi Tante pengen saya cepet nyampe klimaks?”
“Ya nggak juga sih, Ih kamu nakal ya!” katanya sambil memiringkan badan dan menggelitikiku. Lama kami bercanda sambil bergumul kayak anak kucing, capai, kita berdua masing-masing diam sambil tarik nafas dalam-dalam.

Melihat Tante Wiwi telentang dengan kedua lengan dan paha terbuka, aku yang memang sudah kesetanan tidak tahan, kukangkangi dia dan langsung kuarahkan rudalku ke lubang vaginanya, kumasukkan penisku, kuselipkan disela-sela bibir vaginanya, perlahan-lahan kutusuk dan.. “Oohhgg.. ehh..” penisku perlahan tapi pasti mulai amblas. Setelah amblas seluruhnya kutarik nafas dalam-dalam dan kembali bibir Tante Wiwi kulumat, sambil ku-grepe kedua payudaranya. Setelah tenang kumulai angkat perlahan-lahan batang penisku, pas tinggal kepalanya doang yang tersisa kutekan lagi, “Uuhh..” kembali Tante Wiwi mendesah. Lama-lama kayuhanku semakin lancar, maju mundur, kadang-kadang kuputar seperti orang lagi mengebor, dan Tante Wiwi mengerang keras, “Hhmm.. oouughh”, rupanya dia menyukainya.

Cerita Bugil || 4 Memek Teman Wanitaku

Cerita Bugil || 4 Memek Teman Wanitaku

Aku terus bergoyang, pas aku capai, Tante Wiwi ambil inisiatif. Dia peluk aku erat-erat dan berguling ke sisi kanan. Sekarang dia naik turun di atasku, “Oohh.. adduuhh Tanntthh.. teerruuss”, erangku sambil tanganku meremas payudaranya keras banget. “Uhh.. uuhh.. uhh.. yyeess.. yyess”, jeritnya sambil kedua tangannya menjambak-jambak rambutnya sendiri. Lelah naik turun Tante Wiwi memelukku sambil menciumku, kulingkarkan tanganku ke belakang, kujamah bongkahan pantatnya dan aku mulai tusuk dia dari bawah. “mmhh.. mmhh”, kutusuk terus. Tidak lama Tante Wiwi bangkit dan kembali naik turun. Dia cengkeram lenganku kencang sekali, melihat keadaan seperti begitu, aku langsung pro-aktif, aku juga tidak mau kalah, tusukanku dari bawah kutambah frekuensinya, dan hasilnya.. tidak lama Tante Wiwi menggenjot pantatnya dengan gila sambil teriak-teriak, “aahh.. oohh.. oohh.. Tante mau ssaammpp..” belum selesai ngomong begitu Tante Wiwi tekan keras-keras pantatnya ke bawah, terasa otot-otot vaginanya berkontraksi dengan sangat keras, dia jatuhkan diri di atas badanku.

Dengan nafas masih memburu dia kecup dan lumat bibirku,
“Huuhh, kamu hebat banget sih De, sama cewek kamu atau sama perek kamu biasanya hah?”
“Enggak koq Tante, ya baru sama Tante saja sekarang.”
“Alah, sama setiap cewek yang kamu tidurin juga jawabannya pasti sama”, katanya sambil ngeloyor ke kamar mandi, setelah selesai bersih-bersih Tante Wiwi masuk lagi ke kamar.

Di depan pintu kamar mandi kusergap dia, kuangkat satu pahanya dan kutusuk sambil berdiri. “Aduh kok ganas banget sih kamu!” katanya setengah membentak. Aku tidak mau tahu, kudorong dia ke dinding kuhajar terus vaginanya dengan rudalku. Mulutnya kusumbat, kulumat dalam-dalam. Setelah Tante Wiwi mulai terdengar lenguhannya, kugendong dia sambil pautan penisku tetap dipertahankan. Kubawa dia ke meja rias yang berbentuk Consol, kuletakkan pantatnya di atas meja itu. Sekarang aku bisa lebih bebas bersenggama dengan dia sambil menikmati payudaranya. Sambil kuayun, mulutku dengan sistematis menjelajah bukit di dadanya, dan seperti biasanya (dan ini juga yang biasanya dilakukan wanita) dia tekan belakang kepalaku ke dadanya, dan aku turuti, habis emang nikmat dan nikmat banget. “aahh.. sshh.. oohh.. uugghh.. mmhh”, Tante Wiwi terus meracau.

Bosen dengan posisi begitu kucabut penisku dan kusuruh Tante Wiwi menungging. Sambil kedua tangannya memegang bibir meja. Dalam keadaan menungging begitu Tante Wiwi kelihatan lebih aduhai! Bongkahan pantatnya yang kuning dan mulus itu yang bikin aku tidak tahan. Kupegang penisku dan langsung kuarahkan ke vaginanya. Kugesekkan ke clitorisnya, dan dia mulai mengerang nikmat. Tidak sabar kutusukkan sekaligus. Langsung kukayuh, dan dalam posisi ini Tante Wiwi bisa lebih aktif memberikan perlawanan, bahkan sangat sengit. “Aahh Dee Taanntee mmoo.. kkeelluuarr laggi..” racaunya. Tante Wiwi goyangannya menggila dan tidak lama tangan kanannya menggapai ke belakang, dia tarik pantatku supaya menusuk lebih keras lagi. Kulayani dia, sementara aku sendiri memang terasa sudah dekat. Tante Wiwi mengerang dengan sangat keras sambil menjepit penisku dengan kedua pahanya. Aku tetap dengan aksiku. Kuraih badannya yang kelihatan sudah mulai mengendur. Kupeluk dari belakang, kutaruh tanganku di bawah payudaranya, dengan agak kasar kuurut payudaranya dari bawah ke atas dan kuremas dengan keras. “Eengghh.. oohh.. ohh.. aahh”, tidak lama setelah itu bendunganku jebol, kutusuk keras banget, dan spermaku menyemprot lima kali di dalam.

Dengan gontai kuiring Tante Wiwi kembali ke ranjang, sambil kukasih cumbuan-cumbuan kecil sambil kami tiduran. Dan ketika kulihat jam di dinding menunjukan jam 02.07. Wah lumayan, masih ada waktu buat satu babak lagi, kupikir. “Tante, Tante, vagina dan permainan Tante ok banget!” pujiku. “Makasih juga ya De, kamu juga hebat”, suatu pujian yang biasa kuterima!

Selanjutnya bisa ditebak, sampai sekarang aku masih suka berbagi kenikmatan setiap ada kesempatan.

Tamat

Cerita Bokep || Sex Dengan Baby Sitter Mulus

$
0
0

Cerita Bokep || Sex Dengan Baby Sitter Mulus – Aku adalah seorang anak yang dilahirkan dari keluarga yang mampu di mana papaku sibuk dengan urusan kantornya dan mamaku sibuk dengan arisan dan belanja-belanja. Sementara aku dibesarkan oleh seorang baby sitter yang bernama Marni. Aku panggil dengan Mbak Marni.

Peristiwa ini terjadi pada tahun 1996 saat aku lulus SMP Swasta di Jakarta. Pada waktu itu aku dan kawan-kawanku main ke rumahku, sementara papa dan mama tidak ada di rumah. Adi, Dadang, Abe dan Aponk main ke rumahku, kami berlima sepakat untuk menonton VCD porno yang dibawa oleh Aponk, yang memang kakak iparnya mempunyai usaha penyewaan VCD di rumahnya. Aponk membawa 4 film porno dan kami serius menontonnya. Tanpa diduga Mbak Marni mengintip kami berlima yang sedang menonton, waktu itu usia Mbak Marni 28 tahun dan belum menikah, karena Mbak Marni sejak berumur 20 tahun telah menjadi baby sitterku.

Tanpa disadari aku ingin sekali melihat dan melakukan hal-hal seperti di dalam VCD porno yang kutonton bersama dengan teman-teman. Mbak Marni mengintip dari celah pintu yang tidak tertutup rapat dan tidak ketahuan oleh keempat temanku.
“Maaf yah, gue mau ke belakang dulu…”
“Ya… ya.. tapi tolong ditutup pintunya yah”, jawab keempat temanku.
“Ya, nanti kututup rapat”, jawabku.
Aku keluar kamarku dan mendapati Mbak Marni di samping pintuku dengan nafas yang tersengal-sengal.
“Hmm.. hmmm, Mas Ton”, Mbak Marni menegurku seraya membetulkan posisi berdirinya.
“Ada apa Mbak ngintip-ngintip Tonny dan kawan-kawan?” tanyaku keheranan.
Hatiku berbicara bahwa ini kesempatan untuk dapat melakukan segala hal yang tadi kutonton di VCD porno.

Perlahan-lahan kukunci kamarku dari luar kamar dan aku berpura-pura marah terhadap Mbak Marni.
“Mbak, apa-apaan sih ngintip-ngintip segala.”
“Hmm.. hmmm, Mbak mau kasih minum untuk teman-teman Mas Tonny”, jawabnya.
“Nanti aku bilangin papa dan mama loh, kalo Mbak Marni ngintipin Tonny”, ancamku, sembari aku pergi turun ke bawah dan untungnya kamarku berada di lantai atas.
Mbak Marni mengikutiku ke bawah, sesampainya di bawah, “Mbak Marni, kamu ngintipin saya dan teman-teman itu maksudnya apa?” tanyaku.
“Mbak, ingin kasih minum teman-teman Mas Tonny.”
“Kok, Mbak nggak membawa minuman ke atas”, tanyaku dan memang Mbak Marni ke atas tanpa membawa minuman.
“Hmmm.. Hmmm..” ucap Mbak Marni mencari alasan yang lain.

Dengan kebingungan Mbak Marni mencari alasan yang lain dan tidak disadari olehnya, aku melihat dan membayangkan bentuk tubuh dan payudara Mbak Marni yang ranum dan seksi sekali. Dan aku memberanikan diri untuk melakukan permainan yang telah kutonton tadi.

“Sini Mbak”
“Lebih dekat lagi”
“Lebih dekat lagi dong..”
Mbak Marni mengikuti perintahku dan dirinya sudah dekat sekali denganku, terasa payudaranya yang ranum telah menyentuh dadaku yang naik turun oleh deruan nafsu. Aku duduk di meja makan sehingga Mbak Marni berada di selangkanganku.

“Mas Tonny mau apa”, tanyanya.
“Mas, mau diapain Mbak”, tanyanya, ketika aku memegang bahunya untuk didekatkan ke selangkanganku.
“Udah, jangan banyak tanya”, jawabku sembari aku melingkari kakiku ke pinggulnya yang seksi.
“Jangan Mas.. jangan Mas Tonny”, pintanya untuk menghentikanku membuka kancing baju baby sitterku.
“Jangan Mas Ton, jangan.. jangan..” tolaknya tanpa menampik tanganku yang membuka satu persatu kancing bajunya.

Sudah empat kancing kubuka dan aku melihat bukit kembar di hadapanku, putih mulus dan mancung terbungkus oleh BH yang berenda. Tanpa kuberi kesempatan lagi untuk mengelak, kupegang payudara Mbak Marni dengan kedua tanganku dan kupermainkan puting susunya yang berwarna coklat muda dan kemerah-merahan.

“Jangan.. jangaaan Mas Tonny”
“Akh.. akh… jangaaan, jangan Mas”
“Akh.. akh.. akh”
“Jangan.. Mas Tonnn”

Aku mendengar Mbak Marni mendesah-desah, aku langsung mengulum puting susunya yang belum pernah dipegang dan di kulum oleh seorang pria pun. Aku memasukkan seluruh buah dadanya yang ranum ke dalam mulutku sehingga terasa sesak dan penuh mulutku. “Okh.. okh.. Mas.. Mas Ton.. tangan ber..” tanpa mendengarkan kelanjutan dari desahan itu kumainkan puting susunya dengan gigiku, kugigit pelan-pelan. “Ohk.. ohk.. ohk..” desahan nafas Mbak Marni seperti lari 12 kilo meter. Kupegang tangan Mbak Marni untuk membuka celana dalamku dan memegang kemaluanku. Tanpa diberi aba-aba, Mbak Marni memegang kemaluanku dan melakukan gerakan mengocok dari ujung kemaluanku sampai pangkal kemaluan.

“Okh.. okh.. Mbak.. Mbaaak”
“Terusss.. sss.. Mbak”
“Masss.. Masss.. Tonnny, saya tidak kuat lagi”
Mendengar itu lalu aku turun dari meja makan dan kubawa Mbak Marni tiduran di bawah meja makan. Mbak Marni telentang di lantai dengan payudara yang menantang, tanpa kusia-siakan lagi kuberanikan untuk meraba selangkangan Mbak Marni. Aku singkapkan pakaiannya ke atas dan kuraba-raba, aku merasakan bahwa celana dalamnya sudah basah. Tanganku mulai kumasukkan ke dalam CD-nya dan aku merasakan adanya bulu-bulu halus yang basah oleh cairan liang kewanitaannya.

“Mbak, dibuka yah celananya.” Mbak Marni hanya mengangguk dua kali. Sebelum kubuka, aku mencoba memasukkan telunjukku ke dalam liang kewanitaannya. Jari telunjukku telah masuk separuhnya dan kugerakkan telunjukku seperti aku memanggil ******ku.

“Shs.. shss.. sh”
“Cepat dibuka”, pinta Mbak Marni.
Kubuka celananya dan kulempar ke atas kursi makan, aku melihat kemaluannya yang masih orisinil dan belum terjamah serta bulu-bulu yang teratur rapi. Aku mulai teringat akan film VCD porno yang kutonton dan kudekatkan mulutku ke liang kewanitaannya. Perlahan-lahan kumainkan lidahnku di sekitar liang surganya, ada rasa asem-asem gurih di lidahku dan kuberanikan lidahku untuk memainkan bagian dalam liang kewanitaannya. Kutemukan adanya daging tumbuh seperti kutil di dalam liang kenikmatannya, kumainkan daging itu dengan lidahku.

“Masssh.. Masss..”
“Mbak mau kellluaaar…”
Aku tidak tahu apa yang dimaksud dengan “keluar”, tetapi aku semakin giat memainkan daging tumbuh tersebut, tanpa kusadari ada cairan yang keluar dari liang kewanitaannya yang kurasakan di lidahku, kulihat liang kewanitaan Mbak Marni telah basah dengan campuran air liurku dan cairan liang kewanitaannya. Lalu aku merubah posisiku dengan berlutut dan kuarahkan batang kemaluanku ke lubang senggamanya, karena sejak tadi kemaluanku tegang. “Slepp.. slepp” Aku merasakan kehangatan luar biasa di kepala kemaluanku.

“Mass.. Masss pellannn donggg..” Kutekan lagi kemaluanku ke dalam liang surganya. “Sleep.. sleep” dan, “Heck.. heck”, suara Mbak Marni tertahan saat kemaluanku masuk seluruhnya ke dalam liang kewanitaannya. “Mass.. Masss.. pelaaan..” Nafsu birahiku telah sampai ke ubun-ubun dan aku tidak mendengar ucapan Mbak Marni. Maka kupercepat gerakanku. “Heck.. heck.. heck.. tolong.. tolllong Mass pelan-pelan” tak lama kemudian, “Mas Tonnny, Mbaaak keluaaar laaagi” Bersamaan dengan itu kurasakan desakan yang hebat dalam kepala kemaluanku yang telah disemprot oleh cairan kewanitaan Mbak Marni. Maka kutekan sekuat-kuatnya kemaluanku untuk masuk seluruhnya ke dalam liang kewanitaan Mbak Marni. Kudekap erat tubuh Mbak Marni sehingga agak tersengal-sengal, tak lama kemudian, “Croot.. crooot” spermaku masuk ke dalam liang kewanitaan Mbak Marni.

Cerita Panas – Setelah Mbak Marni tiga kali keluar dan aku sudah keluar, Mbak Marni lemas di sampingku. Dalam keadaan lemas aku naik ke dadanya dan aku minta untuk dibersihkan kemaluanku dengan mulutnya. Dengan sigap Mbak Marni menuruti permintaanku. Sisa spermaku disedot oleh Mbak Marni sampai habis ke dalam mulutnya. Kami melakukan kira-kira selama tiga jam, tanpa kusadari teman-temanku teriak-teriak karena kunci pintu kamarku sewaktu aku keluar tadi. “Tonnny.. tolong bukain dong, pintunya” Maka cepat-cepat kuminta Mbak Marni menuju ke kamarnya untuk berpura-pura tidur dan aku naik ke atas membukakan pintu kamarku. Bertepatan dengan aku ke atas mamaku pulang naik taksi. Dan kuminta teman-temanku untuk makan oleh-oleh mamaku lalu kusuruh pulang.

Setelah seluruh temanku pulang dan mamaku istirahat di kamar menunggu papa pulang. Aku ke kamar Mbak Marni untuk meminta maaf, atas perlakuanku yang telah merenggut keperawanannya.
“Mbak, maafin Tonny yah!”
“Nggak apa-apa Mas Tonny, Mbak juga rela kok”
“Keperawanan Mbak lebih baik diambil sama kamu dari pada sama supir tetangga”, jawab Mbak Marni. Dengan kerelaannya tersebut maka, kelakuanku makin hari makin manja terhadap baby sitterku yang merawatku semenjak usiaku sembilan tahun. Sejak kejadian itu kuminta Mbak Marni main berdiri, main di taman, main di tangga dan mandi bersama, Mbak Marni bersedia melakukannya.

Hingga suatu saat terjadi, bahwa Mbak Marni mengandung akibat perbuatanku dan aku ingat waktu itu aku kelas dua SMA. Papa dan mamaku memarahiku, karena hubunganku dengan Mbak Marni yang cantik wajahnya dan putih kulitnya. Aku dipisahkan dengan Mbak Marni, Mbak Marni dicarikan suami untuk menjadi bapak dari anakku tersebut.

Sekarang aku merindukan kebersamaanku dengan Mbak Marni, karena aku belum mendapatkan wanita yang cocok untukku. Itulah kisahku para pembaca, sekarang aku sudah bekerja di perusahaan ayahku sebagai salah satu pimpinan dan aku sedang mencari tahu ke mana Mbak Marni, baby sitterku tersayang dan bagaimana kabarnya Tonny kecilku.

Cerita Bokep Terbaru Perawat Mesum

Cerita Bokep Terbaru Perawat Mesum

Cerita Dewasa – Kenikmatan Tunangan Temanku

$
0
0

Cerita Dewasa – Kenikmatan Tunangan Temanku | Cerita Seks Bugil ini merupakan hal baru buak saya, kenikmatan ini terjadi 2 tahun yang lalu. Aku punya teman yang sejak dulu memang sangat akrab, panggil saja teman aku iru Edi. Cerita seks ini  Edi memiliki seorang tunangan yang samapai sekarang tapi gara-gara yang seorang tidak suka cerita sex, sehingga aku pernah mengalami kenikmatan tunangan temanku edi itu. kumpulan cerita dewasa ini terjadi secara tidak aku senganja. Ini sedikit cerita dewasa yang pernah aku alami dulu…!!!!

 

Kalau tidak salah, malam itu adalah malam minggu, kebetulan pada waktu itu aku lagi bersiap-siap untuk keluar. Tiba-tiba telpon di rumahku berbunyi, ternyata dari Deni yang mau pinjam motorku untuk menjemput temannya di stasiun kereta api. Dia juga bilang nitip sebentar tunangan kakaknya, karena di rumah lagi tidak ada siapa-siapa. Aku tidak bisa menolak, lagi pula aku ingin tahu tunangan temanku itu seperti bagaimana rupanya.
Tidak lama kemudian Deni datang, karena rumahnya memang tidak begitu jauh dari rumahku dan langsung menuju ke kamarku.
“Hei Rick..! Aku langsung pergi nih.. mana kuncinya..?” kata Deni.
“Tuh.., di atas meja belajar.” kataku, padahal dalam hati aku kesal juga bisa batal deh acaraku.
“Oh ya Rick.., kenalin nih tunangan kakakku. Aku nitip sebentar ya, soalnya tadi di rumah nggak ada siapa-siapa, jadinya aku ajak dulu kesini. Bentar kok Rick..,” kata Deni sambil tertawa kecil.
“Erick..,” kataku sambil menyodorkan tanganku.
“Indi..,” katanya sambil tersenyum.
“Busyeett..! Senyumannya..!” kataku dalam hati.
Jantungku langsung berdebar-debar ketika berjabatan tangan dengannya. Bibirnya sensual sekali, kulitnya putih, payudaranya lumayan besar, matanya, hidungnya, pokoknya, wahh..! Akibatnya pikiran kotorku mulai keluar.
“Heh..! Kok malah bengong Rick..!” kata Deni sambil menepuk pundakku.
“Eh.. oh.. kenapa Den..?” kaget juga aku.
“Rick, aku pergi dulu ya..! Ooh ya Ndi.., kalo si Erick macem-macem, teriak aja..!” ucap Deni sambil langsung pergi.
Indi hanya tersenyum saja.
“Sialan lu Den..!” gerutuku dalam hati.
Seperginya Deni, aku jadi seperti orang bingung saja, serba salah dan aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Memang pada dasarnya aku ini sifatnya agak pemalu, tapi kupaksakan juga akhirnya.
“Mo minum apa Ndi..?” kataku melepas rasa maluku.
“Apa aja deh Rick. Asal jangan ngasih racun.” katanya sambil tersenyum.
“Bisa juga bercanda nih cewek, aku kasih obat perangsang baru tau..!” kataku dalam hati sambil pergi untuk mengambil beberapa minuman kaleng di dalam kulkas.
Akhirnya kami mengobrol tidak menentu, sampai dia menceritakan kalau dia lagi kesal sekali sama Edi tunangannya itu, pasalnya dia itu sama sekali tidak tahu kalau Edi pergi keluar kota. Sudah jauh-jauh datang ke Bandung, nyatanya orang yang dituju lagi pergi, padahal sebelumnya Edi bilang bahwa dia tidak akan kemana-mana.
“Udah deh Ndi.., mungkin rencananya itu diluar dugaan.., jadi Kamu harus ngerti dong..!” kataku sok bijaksana.
“Kalo sekali sih nggak apa Rick, tapi ini udah yang keberapa kalinya, Aku kadang suka curiga, jangan-jangan Dia punya cewek lain..!” ucap Indi dengan nada kesal.
“Heh.., jangan nuduh dulu Ndi, siapa tau dugaan Kamu salah,” kataku.
“Tau ah.., jadi bingung Aku Rick, udah deh, nggak usah ngomongin Dia lagi..!” potong Indi.
“Terus mau ngomong apa nih..?” kataku polos.
Indi tersenyum mendengar ucapanku.
“Kamu udah punya pacar Rick..?” tanya Indi.
“Eh, belom.. nggak laku Ndi.. mana ada yang mau sama Aku..?” jawabku sedikit berbohong.
“Ah bohong Kamu Rick..!” ucap Indi sambil mencubit lenganku.
Seerr..! Tiba-tiba aliran darahku seperti melaju dengan cepat, otomatis adikku berdiri perlahan- lahan, aku jadi salah tingkah. Sepertinya si Indi melihat perubahan yang terjadi pada diriku, aku langsung pura-pura mau mengambil minum lagi, karena memang minumanku sudah habis, tetapi dia langsung menarik tanganku.
“Ada apa Ndi..? Minumannya sudah habis juga..?” kataku pura-pura bodoh.
“Rick, Kamu mau nolongin Aku..?” ucap Indi seperti memelas.
“Iyaa.., ada apa Ndi..?” jawabku.
“Aku.., Aku.. pengen bercinta Rick..?” pinta Indi.
“Hah..!” kaget juga aku mendengarnya, bagai petir di siang hari, bayangkan saja, baru juga satu jam yang lalu kami berkenalan, tetapi dia sudah mengucapkan hal seperti itu kepadaku.
“Ka.., Kamu..?” ujarku terbata-bata.
Belum juga kusempat meneruskan kata- kataku, telunjuknya langsung ditempelkan ke bibirku, kemudian dia membelai pipiku, kemudian dengan lembut dia juga mencium bibirku. Aku hanya bisa diam saja mendapat perlakuan seperti itu. Walaupun ini mungkin bukan yang pertama kalinya bagiku, namun kalau yang seperti ini aku baru yang pertama kalinya merasakan dengan orang yang baru kukenal.
Begitu lembut dia mencium bibirku, kemudian dia berbisik kepadaku, “Aku pengen bercinta sama Kamu, Rick..! Puasin Aku Rick..!”
Lalu dia mulai mencium telinganku, kemudian leherku, “Aahh..!” aku mendesah.
Mendapat perlakuan seperti itu, gejolakku akhirnya bangkit juga. Begitu lembut sekali dia mencium sekitar leherku, kemudian dia kembali mencium bibirku, dijulurkan lidahnya menjalari rongga mulutku. Akhirnya ciumannya kubalas juga, gelombang nafasnya mulai tidak beraturan. Cukup lama juga kami berciuman, kemudian kulepaskan ciumannya, kemudian kujilat telinganya, dan menelusuri lehernya yang putih bak pualam.
Ia mendesah kenikmatan, “Aahh Rick..!”
Mendengar desahannya, aku semakin bernafsu, tanganku mulai menjalar ke belakang, ke dalam t- shirt-nya. Kemudian kuarahkan menuju ke pengait BH-nya, dengan sekali sentakan, pengait itu terlepas.
Kemudian aku mencium bibirnya lagi, kali ini ciumannya sudah mulai agak beringas, mungkin karena nafsu yang sudah mencapai ubun- ubun, lidahku disedotnya sampai terasa sakit, tetapi sakitnya sakit nikmat.
“Rick.., buka dong bajunya..!” katanya manja.
“Bukain dong Ndi..,” kataku.
Sambil menciumiku, Indi membuka satu persatu kancing kemeja, kemudian kaos dalamku, kemudian dia lemparkan ke samping tempat tidur. Dia langsung mencium leherku, terus ke arah puting susuku.
Aku hanya bisa mendesah karena nikmatnya, “Akhh.., Ndi.”
Kemudian Indi mulai membuka sabukku dan celanaku dibukanya juga. Akhirnya tinggal celana dalam saja. Dia tersenyum ketika melihat kepala kemaluanku off set alias menyembul ke atas.Indi melihat wajahku sebentar, kemudian dia cium kepala kemaluanku yang menyembul keluar itu. Dengan perlahan dia turunkan celana dalamku, kemudian dia lemparkan seenaknya. Dengan penuh nafsu dia mulai menjilati cairang bening yang keluar dari kemaluanku, rasanya nikmat sekali. Setelah puas menjilati, kemudian dia mulai memasukkan kemaluanku ke dalam mulutnya.
“Okhh.. nikmat sekali,” kataku dalam hati, sepertinya kemaluanku terasa disedot-sedot.
Indi sangat menikmatinya, sekali- sekali dia gigit kemaluanku.
“Auwww.., sakit dong Ndi..!” kataku sambil agak meringis.
Indi seperti tidak mendengar ucapanku, dia masih tetap saja memaju-mundurkan kepalanya.
Mendapat perlakuannya, akhirnya aku tidak kuat juga, aku sudah tidak kuat lagi menahannya,”Ndi, Aku mau keluar.. akhh..!”
Indi cuek saja, dia malah menyedot batang kemaluanku lebih keras lagi, hingga akhirnya, “Croott.. croott..!”
Aku menyemburkan lahar panasku ke dalam mulut Indi. Dia menelan semua cairan spermaku, terasa agak ngilu juga tetapi nikmat.
Setelah cairannya benar-benar bersih, Indi kemudian berdiri, kemudian dia membuka semua pakaiannya sendiri, sampai akhirnya dia telanjang bulat. Kemudian dia menghampiriku, menciumi bibirku.
“Puasin Aku Rick..!” katanya sambil memeluk tubuhku, kemudian dia menuju tempat tidur.
Sampai disana dia tidur telentang. Aku lalu mendekatinya, kutindih tubuhnya yang elok, kuciumi bibirnya, kemudian kujilati belakang telinga kirinya.
Dia mendesah keenakan, “Aahh..!”
Mendengar desahannya, aku tambah bernafsu, kemudian lidahku mulai menjalar ke payudaranya. Kujilati putingnya yang sebelah kiri, sedangkan tangan kananku meremas payudaranya yang sebelah kiri, sambil kadang kupelintir putingnya.
“Okkhh..! Erick sayang, terus Rick..! Okhh..!” desahnya mulai tidak menentu.
Puas dengan bukit kembarnya, badanku kugeser, kemudian kujilati pusarnya, jilatanku makin turun ke bawah. Kujilati sekitar pangkal pahanya, Indi mulai melenguh hebat, tangan kananku mulai mengelus bukit kemaluannya, lalu kumasukkan, mencari sesuatu yang mungkin kata orang itu adalah klitoris. Indi semakin melenguh hebat, dia menggelinjang bak ikan yang kehabisan air. Kemudian aku mulai menjilati bibir kemaluannya, kukuakkan sedikit bibir kemaluannya, terlihat jelas sekali apa yang namanya klitoris, dengan agak sedikit menahan nafas, kusedot klitorisnya.
“Aakkhh.. Rick..,” Indi menjerit agak keras, rupanya dia sudah orgasme, karena aku merasakan cairan yang menyemprot hidungku, kaget juga aku.
Mungkin ini pengalaman pertamaku menjilati kemaluan wanita, karena sebelumnya aku tidak pernah. Aku masih saja menjilati dan menyedot klitorisnya.
“Rick..! Masukin Rick..! Masukin..!” pinta dia dengan wajah memerah menahan nafsu.
Aku yang dari tadi memang sudah menahan nafsu, lalu bangkit dan mengarahkan senjataku ke mulut kemaluannya, kugesek-gesekkan dulu di sekitar bibir kemaluannya.
“Udah dong Rick..! Cepet masukin..!” katanya manja.
“Hmm.., rupanya ni cewek nggak sabaran banget.” kataku dalam hati.
Kemudian kutarik tubuhnya ke bawah, sehingga kakinya menjuntai ke lantai, terlihat kemaluannya yang menyembul. Pahanya kulebarkan sedikit, kemudian kuarahkan kemaluanku ke arah liang senggama yang merah merekah. Perlahan tapi pasti kudorong tubuhku.
“Bless..!” akhirnya kemaluanku terbenam di dalam liang kemaluan Indri.
“Aaakkhh Rick..!” desah Indi.
Kaget juga dia karena sentakan kemaluanku yang langsung menerobos kemaluan Indi.
Aku mulai mengerakkan tubuhku, makin lama makin cepat, kadang- kadang sambil meremas- remas kedua bukit kembarnya. Kemudian kubungkukkan badanku, lalu kuhisap puting susunya.
“Aakkhh.., teruss.., Sayangg..! Teruss..!” erang Indi sambil tangannya memegang kedua pipiku.
Aku masih saja menggejot tubuhku, tiba- tiba tubuh Indi mengejang, “Aaakkhh.. Eriicckk..!”
Ternyata Indi sudah mencapai puncaknya duluan.
“Aku udah keluar duluan Sayang..!” kata Indi.
“Aku masih lama Ndi..,” kataku sambil masih menggenjot tubuhku.
Kemudian kuangkat tubuh Indi ke tengah tempat tidur, secara spontan, kaki Indi melingkar di pinggangku. Aku menggenjot tubuhku, diikuti goyangan pantat Indi.
“Aakkhh Ndi.., punya Kamu enak sekali.” kataku memuji, Indi hanya tersenyum saja.
Aku juga heran, kenapa aku bisa lama juga keluarnya. Tubuh kami berdua sudah basah oleh keringat, kami masih mengayuh bersama menuju puncak kenikmatan. Akhirnya aku tidak kuat juga menahan kenikmatan ini.
“Aahh Ndi.., Aku hampir keluar..,” kataku agak terbata-bata.
“Aku juga Rick..! Kita keluarin sama-sama ya Sayang..!” kata Indi sambil menggoyang pantatnya yang bahenol itu.
Goyangan pantat Indi semakin liar. Aku pun tidak kalah sama halnya dengan Indi, frekuensi genjotanku makin kupercepat, sampai pada akhirnya, “Aaakkhh.., Ericckk..!” jerit Indi sambil menancapkan kukunya ke pundakku.
“Aakhh, Indii.., Aku sayang Kamuu..!” erangku sambil mendekap tubuh Indi.
Kami terdiam beberap saat, dengan nafas yang tersenggal-senggal seperti pelari marathon.
“Kamu hebat sekali Rick..!” puji Indi.
“Kamu juga Ndi..!” pujiku juga setelah agak lama kami berpelukan.
Kemudian kami cepat- cepat memakai pakain kami kembali karena takut adik tunangannya Indi keburu datang.

Cerita Mesum Nafsu yang Terpendam

$
0
0

Cerita Mesum Nafsu yang Terpendam – Disebuah desa di Jawa Barat. Katanya, sekalian mau nengok istrinya. Aku tertarik omongan Mas Iwan bahwa gadis-gadis di kampungnya cantik-cantik dan mulus- mulus. Aku ingin buktikan omongannya. Dengan mobil pinjaman dari ayahku, kami berangkat ke sana. Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, akhirnya sekitar jam 17.00 WIB kami tiba di kampungnya. Rumah Mas Iwan berada cukup jauh dari rumah tetangganya. Rumahnya cukup bagus, untuk ukuran di kampung, bentuknya memanjang.

di rumah Mas Iwan kami disambut oleh Mbak Irma, istrinya dan Tante Sari mertuanya. Ternyata Mbak Irma, istri Mas Iwan, seorang perempuan yang sangat cantik. Kulitnya putih bersih dan bodynya sangat sexy. Sedangkan Tante Sari tak kalah cantiknya dengan Mbak Irma. Meskipun sudah berumur empat puluhan, kecantikannya belum pudar. Bodynya tak kalah dengan gadis remaja. Oh ya, Tante Sari bukanlah ibu kandung Mbak Irma. Tante Sari kimpoi dengan Bapak Mbak Irma, setelah ibu kandung Mbak Irma meninggal.
Tapi setelah lima tahun menikah, bapak Mbak Irma yang meninggal, karena sakit. Jadi sudah sepuluh tahun Tante Sari menjanda. Sekitar jam 20.00 WIB, Mas Iwan mengajakku makan malam ditemani Mbak Irma dan Tante Sari. Sambil makan kami ngobrol diselingi gelak tawa. Walaupun kami baru kenal, tapi karena keramahan mereka kami serasa sudah lama kenal. Selesai makan malam Mas Iwan dan Mbak Irma permisi mau tidur. Mungkin mereka sudah tak sabar melepaskan hasrat yang sudah lama tak tersalurkan. Tinggal aku dan Tante Sari yang melanjutkan obrolan. Tante Sari mengajakku pindah ke ruang tamu. Pas di depan kamar Mas Iwan. Saat itu Tante Sari hanya mengenakan baju tidur transparan tanpa lengan. Hingga samar-samar aku dapat melihat lekuk-lekuk tubuhnya yang sexy. Tante Sari duduk seenaknya hingga gaunnya sedikit tersingkap. Aku yang duduk dihadapannya dapat melihat paha mulusnya, membangkitkan nafsu birahiku. Penisku menegang dari balik celanaku. Tante Sari membiarkan saja aku memelototi paha mulusnya. Bahkan dia semakin lebar saja membuka pahanya. Semakin malam obrolan kami semakin hangat. Tante Sari menceritakan, semenjak suaminya meninggal, dia merasa sangat kesepian.
Dan aku semakin bernafsu mendengar ceritanya, bahwa untuk menyalurkan hasrat birahinya, dia melakukan onani. Kata-katanya semakin memancing nafsu birahiku. Aku tak tahan, nafsu birahiku minta dituntaskan. Akupun pergi kekamar mandi. Sampai di kamar mandi, kukeluarkan penisku dari balik celanaku. Kukocok-kocok sekitar lima belas menit. Dan crot! crot! crot! Spermaku muncrat kelantai kamar mandi. Lega sekali rasanya. Setelah menuntaskan hasratku, aku balik lagi ke ruang tamu. Alangkah terkejutnya aku. Disana di depan jendela kamar Mas Iwan yang kordennya sedikit terbuka kulihat Tante Sari sedang mengintip ke dalam kamar, Mas Iwan yang sedang bersetubuh dengan istrinya. Nafas Tante Sari naik turun, tangannya sedang meraba-raba buah dadanya. Nafsu birahiku yang tadi telah kutuntaskan kini bangkit lagi melihat pemandangan di depanku. Tanpa berpikir panjang, kudekap tubuh Tante Sari dari belakang, hingga penisku yang sudah menegang menempel hangat pada pantatnya, hanya dibatasi celanaku dan gaun tidurnya.
Tanganku mendekap erat pinggang rampingnya. Dia hanya menoleh sekilas, kemudian tersenyum padaku. Merasa mendapat persetujuan, aku semakin berani. Kupindahkan tanganku dan kususupkan kebalik celana dalamnya. Kuraba-raba bibir vaginanya. “Ohh… Don… Enakk,” desahnya, ketika kumasukkan jari-jariku ke dalam lubang vaginanya yang telah basah. Setelah puas memainkan jari-jariku dilubang vaginanya, kulepaskan dekapan dari tubuhnya. Kemudian aku berjongkok di belakangnya. Kusingkapkan gaun tidurnya dan kutarik celana dalamnya hingga terlepas. Kudekatkan wajahku ke lubang vaginanya. Kusibakkan bibir vaginanya lalu kujulurkan lidahku dan mulai menjilati lubang vaginanya dari belakang, sambil kuremas-remas pantatnya. Tante Sari membuka kedua pahanya menerima jilatan lidahku. Inilah vagina terindah yang pernah kurasakan. “Oohh… Don… Nik… mat,” suara Tante Sari tertahan merasakan nikmat ketika lidahku mencucuk-cucuk kelentitnya.
Dan kusedot-sedot bibir vaginanya yang merah. “Ohh… Don… Luarr… Biasaa… Enakk… Sedott… terus,” pekiknya semakin keras. Cairan kelamin mulai mengalir dari vagina Tante Sari. Hampir setiap jengkal vaginanya kujilati tanpa tersisa. Tante Sari menarik vaginanya dari bibirku, kemudian membalikkan tubuhnya sambil memintaku berdiri. Dia mendorong tubuhku ke dinding. Dengan cekatan ditariknya celanaku hingga terlepas, maka penisku yang sudah tegang, mengacung tegak dengan bebasnya. “Ohh… Luar biaassaa… Don… Besar sekali,” serunya kagum. “Isepp… Tante, jangan dipandang aja,” pintaku. Tante Sari mengabulkan permintaanku. Sambil melepaskan gaun tidurnya, dia lalu berjongkok dihadapanku. Wajahnya pas di depan selangkanganku.
Tangan kirinya mulai mengusap-usap dan meremas-remas buah pelirku. Sedangkan tangan kanannya mengocok-ngocok pangkal penisku dengan irama pelan tapi pasti. Mulutnya didekatkan kepenisku dan dia mulai menjilati kepala penisku. Lidahnya berputar-putar dikepala penisku. Aku meringis merasakan geli yang membuat batang penisku semakin tegang. “Ohh… Akhh… Tan… Te… Nikk.. matt,” seruku tertahan, ketika Tante Sari mulai memasukkan penisku kemulutnya. Mulutnya penuh sesak oleh batang penisku yang besar dan panjang. penisku keluar masuk di mulutnya.
Tante Sari sungguh lihai memainkan lidahnya. Aku dibuatnya seolah-olah terbang keawang- awang. Tante Sari melepaskan penisku dari kulumannya setelah sekitar lima belas menit. Kemudian dia memintaku duduk dilantai. Dia lalu naik kepangkuanku dengan posisi berhadapan. Diraihnya batang penisku, dituntunnya ke lubang vaginanya. Perlahan-lahan dia mulai menurunkan pantatnya. Kurasakan kepala penisku mulai memasuki lubang yang sempit. Penisku serasa dijepit dan dipijit-pijit.
Mungkin karena sudah sepuluh tahun tidak pernah terjamah laki- laki. Meski agak susah, akhirnya amblas juga seluruh batang penisku ke dalam lubang vaginanya. Tante Sari mulai menaik-turunkan pantatnya, dengan irama pelan. Diiringi desahan-desahan lembut penuh birahi. Sesekali dia memutar-mutar pantatnya, penisku serasa diaduk-aduk dilubang vaginanya. Aku tak mau kalah, kuimbangi gerakkannya dengan menyodok-nyodokkan pantatku ke atas. Seirama gerakkan pantatnya. Oh, senangnya melihat penisku sedang keluar masuk vaginanya. Bibirku menjilati buah dadanya secara bergantian, sedangkan tanganku mendekap erat pinggangnya. Semakin lama semakin cepat Tante Sari menaik turunkan pantatnya. Nafasnya tersengal- sengal. Dan kurasakan vaginanya berkedut-kedut semakin keras. “Ohh… Don… Aku… Mau… Keluarr,” pekiknya. “Tahan… Tan… Te… Akuu… Belumm… Mauu,”sahutku. “Akuu… Tak… Tahann… Sayang,” teriaknya keras. Tangannya mencengkeram keras punggungku. “Akuu… Ke… Ke… Luarr… Sayangg,” jeritnya panjang.
Tante Sari tak dapat menahan orgasmenya, dari vaginanya mengalir cairan yang membasahi seluruh dinding vaginanya. Tante sari turun dari pangkuanku lalu merebahkan tubuhnya dipangkuan. Kepalanya berada pas diselangkanganku. Tangannya mengocok-ngocok pangkal penisku. Dan mulutnya mengulum kepala penisku dengan lahapnya. Perlakuannya pada penisku membuat penisku berkedut-kedut. Seakan-akan ada yang mendesak dari dalam mau keluar. Dan kurasakan orgasmeku sudah dekat.
Kujambak rambutnya dan kubenamkan kepalanya keselangkanganku. Hingga penisku semakin dalam masuk kemulutnya. “Akhh… Tante… Akuu… Mau keluarr,” teriakku. “Keluarin… Dimulutku sayang,” sahutnya. Tante sari semakin cepat mengocok dan mengulum batang penisku. Diiringi jeritan panjang, spermaku muncrat ke dalam mulutnya. “Ohh… Kamu… Hebatt… Don, aku puas,” pujinya, tersenyum ke arahku. Tanpa rasa jijik sedikitpun dia menjilati dan menelan sisa-sisa spermaku. Suara ranjang berderit di dalam kamar, membuat kami bergegas memakai pakaian dan pergi ke kamar mandi membersihkan badan. Kemudian masuk ke kamar Masing-masing. Beberapa menit kemudian kudengar langkah kaki Mbak Irma ke kamar mandi. Dari balik jendela kamarku dapat kulihat Mbak Irma hanya mengenakan handuk yang yang dililitkan ditubuhnya.
Memperlihatkan paha mulus dan tubuh sexynya. Membuatku mengkhayal, alangkah senangnya bisa bersetubuh dengan Mbak Irma. Sekitar jam 02.00 dinihari, aku terbangun ketika kurasakan ada yang bergerak- gerak di selangkanganku. Rupanya Tante Sari sedang asyik mengelus-elus buah pelirku dan menjilati batang penisku. “Akhh… terus… Tante… terus,” gumanku tanpa sadar, ketika dia mulai mengulum batang penisku. Dengan rakus dia melahap penisku. Sekitar sepuluh menit berlalu kutarik penisku dari mulutnya. Kusuruh dia menungging, dari belakang kujilati lubang vaginanya, bergantian dengan lubang anusnya. Setelah kurasa cukup, kuarahkan penisku ke lubang vaginanya yang basah dan memerah. Sedikit demi sedikit penisku memasuki lubang vaginanya. Semakin lama semakin dalam, hingga seluruh batang penisku amblas tertelan lubang vaginanya.
Aku mulai memaju mundurkan pantatku, hingga penisku keluar masuk lubang vaginanya. Sambil kuremas-remas pantatnya. “Ooh… Don… Nikk… Matt… Bangett,” rintihnya. Aku semakin bernafsu memaju mundurkan pantatku. Tante sari mengimbangi gerakkanku dengan memaju mundurkan juga pantatnya, seirama gerakkan pantatku. Membuat buah dadanya bergoyang-goyang. Semakin lama semakin cepat gerakkan pantatnya. “Don… Donnii… Akuu… Tak… Tahann,” jeritnya. “Akuu… Mauu… Ke… Keluarr,” imbuhnya. Kurasakan vaginanya berkedut-kedut dan menjepit penisku. Tangannya mencengkeram dengan keras diranjang. “Ooh… Oo… Aku… Keluarr,” lolongnya panjang. Dan kurasakan ada cairan yang merembes membasahi dinding-dinding vaginanya. Tante Sari terlalu cepat orgasme, sedangkan aku belum apa-apa. Aku tak mau rugi, aku harus puas, pikirku.
Kucabut penisku dari lubang vaginanya dan kuarahkan ke lubang anusnya. “Akhh… Donn… Jangann… Sakitt,” teriaknya, ketika kepala penisku mulai memasuki lubang anusnya. Aku tak memperdulikannya. Kudorong pantatku lebih keras hingga seluruh batang penisku masuk ke lubang anusnya. Dan kurasakan nikmatnya jepitan lubang anusnya yang sempit. Perlahan-lahan aku mulai menarik dan mendorong pantatku, sambil memasukkan jari-jariku ke lubang vaginanya. Tante sari menjerit-jerit merasakan nikmat dikedua lubang bawahnya. “Enak khan Tante?” tanyaku. “Hemm… Enakk… Banget… Sayang,” sahutnya sedikit tersipu malu. Semakin lama semakin cepat kusodok lubang anusnya. Sambil kutepuk-tepuk pantatnya. Kurasakan penisku berkedut- kedut ketika orgasmeku akan tiba dan crott! crott! crott! Kutumpahkan spermaku dilubang anusnya. “Penismu yang pertama sayang, memasuki lubang anusku,” katanya sambil membalikkan tubuhnya dan tersenyum padaku.
“Kamu luar biasa Don, belum pernah kurasakan nikmatnya bersetubuh seperti ini,” imbuhnya. “Tante mau khan, setiap malam kusetubuhi?” tanyaku. “Siapa yang menolak diajak enak,” sahutnya seenaknya. Sejak saat itu, hampir setiap malam kusetubuhi Tante sari. Ibu tiri Mbak Irma yang haus sex, yang hampir sepuluh tahun tidak dinikmatinya, sejak kematian suaminya. Tak terasa sudah lima hari aku berada di rumah Mas Iwan. Selama lima hari pula aku menikmati tubuh Tante Sari, mertuanya yang haus sex. Tante Sari yang sepuluh tahun menjanda, betul- betul puas dan ketagihan bersetubuh denganku. Meski telah berusia setengah baya, tapi nafsu birahinya masih meletup- letup, tak kalah dengan gadis remaja. Sore itu, sehabis mandi dan berpakaian, Mas Iwan mengajakku jalan-jalan.
Katanya mau ketemu seorang teman yang sudah lama dirindukannya. Setelah menempuh perjalanan sekitar satu jam, sampailah kami di rumah teman Mas Iwan. Sebuah rumah yang berada dikawasan yang cukup elite. Kedatangan kami disambut dua orang wanita kakak beradik, Mbak Rina dan Mbak Vira. Keduanya sama-sama cantik dan sexy. Mas Iwan memperkenalkanku pada kedua teman wanitanya. “Mas Iwan, aku kangen banget,” katanya sambil memeluk Mas Iwan. “Aku juga Rin,” sahut Mas Iwan. Sambil meminum kopi susu yang disuguhkan Mbak Rina, kami bercakap- cakap.
Mbak Rina duduk dipangkuan Mas Iwan. Dan Mas Iwan merangkulnya dengan mesra. Mbak Rina tanpa malu- malu menceritakan, kalau Mas Iwan adalah pacar pertamanya dan Mas Iwanlah yang membobol perawannya. Mbak Vira hanya tersenyum mendengar cerita kakaknya yang blak-blakan. Makin lama kelakuan Mbak Rina makin mesra saja. Tanpa malu-malu, dia mengecup dan melumat bibir Mas Iwan dan Mas Iwan menyambutnya dengan sangat bernafsu. Aku jadi risih menyaksikan kelakuan mereka. Sekitar sepuluh menit mereka bercumbu di depan kami.
“Kita lanjutin di kamar aja say,” kata Mbak Rina pada Mas Iwan. Mas Iwan mengangguk tanda setuju, sambil membopong tubuh Mbak Rina ke dalam kamar. “Kalian jangan ngintip ya,” kata Mas Iwan pada kami sambil tersenyum. Aku dan Mbak Vira hanya bengong melihat kemesraan mereka. Tanpa menghiraukan larangan Mas Iwan, Mbak Vira beranjak dari tempat duduknya sambil meraih tanganku menuju kamar Mbak Rina. Kami kemudian berdiri di depan pintu kamar Mbak Rina yang terbuka lebar. Dari situ aku dan Mbak Vira melihat Mas Iwan merebahkan tubuh Mbak Rina diatas ranjang dan mulai melepaskan gaun Mbak Rina. Aku terkesima melihat mulusnya dan sexynya tubuh Mbak Rina, ketika seluruh pakaiannya dibuka Mas Iwan. Nafsu birahiku tak tertahankan lagi, penisku menegang dibalik celanaku. Tanpa sadar kupeluk tubuh Mbak Vira yang berdiri di depanku.
Mbak Vira diam saja dan membiarkanku memeluknya. Malah tangan dibawa ke belakang dan disusupkan ke balik celanaku. Mendapat perlakuan seperti itu, nafsuku semakin memuncak dan penisku semakin menegang. Apalagi saat Mbak Vira menggerak-gerakkan tangannya mengocok-ngocok batang penisku. Sementara di dalam kamar, Mas Iwan menarik tubuh Mbak Rina ketepi Ranjang. Kedua paha Mbak Rina dibukanya lebar- lebar. Maka terpampanglah vagina Mbak Rina yang indah, dihiasi bulu-bulu yang dicukur rapi. Mas Iwan kemudian berjongkok dan mendekatkan mulutnya kebibir vagina Mbak Rina. “Ohh… Say… Yang… Nikk… Mat,” desah Mbak Rina tertahan, ketika Mas Iwan mulai menjilati vaginanya. Lidah Mas Iwan menari-nari dan mencucuk-cucuk vagina Mbak Rina.
Pantat Mbak Rina terangkat-angkat menyambut jilatan Mas Iwan. Kedua pahanya terangkat dan menjepit kepala Mas Iwan. “Sudah… Say… Aku… nggak tahan… Masukin punyamu say,” pinta Mbak Rina penuh nafsu. Mas Iwan kemudian berdiri dan melepaskan semua pakaiannya. Dengan sedikit membungkukkan badannya, Mas Iwan memegang penisnya dan mengarahkannya ke lubang vagina Mbak Rina yang telah basah dan merah merekah. Slepp! Kepala penis Mas Iwan mulai memasuki vagina Mbak Rina. “Aow… terus… Say… terus… Genjot,” seru Mbak Rina, ketika Mas Iwan mulai mendorong pantatnya naik turun. Penisnya keluar masuk dari vagina Mbak Rina. Melihat Mas Iwan dan Mbak Vira sedang bersetubuh di depanku, membuat nafsu birahiku semakin tinggi. Kususupkan tanganku ke balik celana dalamnya. Dapat kurasakan vaginanya yang telah basah, pertanda Mbak Vira juga bangkit nafsu birahinya. Kucucuk-cucuk vaginanya dengan jari-jariku. Dia mendesah penuh nafsu. Mbak Vira mengimbangi dengan semakin cepat mengocok-ngocok penisku. Sekitar sepuluh menit Mbak Vira mengocok penisku. Mbak Vira kemudian menyudahi kocokkannya dan membalikkan badannya, menghadap ke arahku.
Ditariknya celanaku hingga terlepas. Setelah celanaku terlepas, keluarlah penisku yang tegang penuh dan mengacung-acung dengan bebasnya. Mbak Vira terpukau melihat penisku yang besar dan panjang. Mbak Vira kemudian berjongkok dikakiku, wajahnya berada pas di depan selangkanganku. Mbak Vira mendekatkan mulutnya kebatang penisku. Mula-mula dia menjilati penisku dari kepala hingga pangkalnya. Terus dia mulai mengulum dan menghisap kepala penisku. Kemudian sedikit demi sedikit batang penisku dimasukkannya ke dalam mulutnya sampai kepala penisku menyodok ujung mulutnya. Dan mulutnya penuh sesak oleh batang penisku. Dengan lihainya, Mbak vira mulai memaju-mundurkan mulutnya, membuat penisku keluar-masuk dari dalam mulutnya. Mataku merem-melek merasakan nikmat dan badanku serasa panas dingin merasakan kulumannya.
Mbak Vira sangat lihai mengulum penisku. Kudorong maju pantatku dan kujambak rambutnya, membenamkan kepalanya ke selangkanganku. Sekitar lima belas menit berlalu Mbak Vira menyudahi kulumannya, dan melepaskan seluruh pakaiannya. Kemudian dia berdiri menghadap ke dinding. “Oohh… Akhh… Akuu… nggak tahann… Don,” serunya tertahan. “Entot aku… Entott… Don,” imbuhnya. Kutarik sedikit tubuhnya dari belakang, hingga dia menungging. Kuraih batang penisku dan kuarahkan pas ke lubang vaginanya. Dan aku mulai mendorong maju pantatku, hingga kepala penisku masuk ke lubang vaginanya. “Aow… Pelan-pelan Don,” pekiknya, ketika seluruh batang penisku masuk ke lubang vaginanya yang masih sempit. Pekikkan yang keluar dari mulutnya membuatku semakin bernafsu dan pelan- pelan kumaju-mundurkan pantatku. “Akhh… Enakk… Don… Enakk… Banget,” desahnya sambil menoleh ke belakang sambil tersenyum padaku.
“Akhh… Akuu… Ke… luarr, Rin,” teriakkan Mas Iwan dari dalam kamar mengejutkanku, namun tak menghentikan sodokkanku pada Mbak Vira. “Aku… jugaa… Sayang,” sahut Mbak Rina pada Mas Iwan. Sedetik kemudian Mas Iwan dan Mbak Rina mencapai orgasme bersamaan. Mas Iwan menumpahkan spermanya di dalam vagina Mbak Rina. Kemudian Mas Iwan merebahkan tubuhnya disamping tubuh Mbak Rina, dan tertidur pulas. Sementara itu, aku semakin cepat memaju-mundurkan pantatku, membuat Mbak Vira berteriak-teriak saking nikmatnya. Kurasakan vaginanya berkedut-kedut semakin lama semakin cepat dan menjepit penisku. “Donn… Donii… Akuu… Mauu… Keluarr,” teriaknya panjang. “Tahann… Mbak… Aku… Belum… Apa- apa,” sahutku. “Akhh… Akuu… Tak… Tahan… Don… Akuu,” jawabnya terputus dan vaginanya semakin keras menjepit penisku. Tak lama kemudian Mbak Vira mencapai orgasme. Kurasakan ada cairan-cairan yang merembes didinding vaginanya. Kucabut penisku dari lubang vaginanya dan kusuruh dia berjongkok dihadapanku.
Kujambak rambutnya dan kubenamkan kepalanya keselangkangku. Mbak Vira mengerti maksudku. Dia mulai menjilati dan menghisap-isap penisku lalu mengulumnya. Sambil tangan kirinya mengusap-usap buah pelirku. Sedetik kemudian Mbak Rina datang membantu, dan langsung berjongkok dihadapanku. Lidahnya dijulurkan untuk menjilati buah pelirku. Tangan kanannya mengocok-ngocok pangkal penisku. Secara bergantian, kakak beradik, Mbak Rina dan Mbak Vira, mengocok-ngocok, menjilati dan mengulum penisku. Penisku keluar dari mulut Mbak Vira kemudiam masuk ke mulut Mbak Rina, kemudian keluar dari mulut Mbak Rina lalu masuk kemulut Mbak Vira, begitulah seterusnya. Hingga kurasakan penisku berkedut- kedut. “Mbakk… Akuu… Mauu… Ke… Keluarr,” jeritku. “Keluarin di mulutku Don,” sahut mereka hampir bersamaan.
Dan crott! crott! crott! Spermaku muntah dimulut Mbak Vira yang sedang kebagian mengulum. Mbak Vira menelan spermaku tanpa rasa jijik sedikitpun. Kemudian Mbak Rina merebut penisku dari Mbak Vira dan memasukkan ke mulutnya. Dan tak mau kalah dengan adiknya, sisa-sisa spermaku dihisap dan dijilatinya sampai bersih. “Kamu puas Don,” kata Mbak Vira. “Puas sekali Mbak, Mbak berdua luar biasa,” sahutku. “Kamu mau yang lebih seru nggak,”kata Mbak Rina. “Mau, mau Mbak,”sahutku. Mereka kemudian mengajakku ke kamarnya, dimana Mas Iwan sedang tertidur pulas sehabis bersetubuh dengan Mbak Rina. Mbak Rina menyuruhku tidur terlentang diranjang. Mbak Rina kemudian menarik kakiku, hingga pantatku berada ditepi ranjang dan kakiku menjuntai kelantai. Lalu Mbak Rina berjongkok dilantai dengan wajah berada pas di depan selangkanganku.
Mbak Rina mulai mengusap-usap dan mengocok-ngocok batang penisku yang masih layu, sehabis orgasme. Kurasakan sedikit ngilu tetapi kutahan. Mbak Rina menyudahi usapan dan kocokannya. Dan mulai menjilati dan menghisap-isap penisku dimulai dari kepala hingga pangkal penisku dijilatinya. Lidahnya berputar-putar dan menari-nari diatas batang penisku. Puas menjilati penisku, Mbak Rina kemudian memasukkan penisku ke mulutnya. Hampir seluruh batang penisku masuk kemulutnya. Dan kurasakan sedikit demi sedikit penisku mulai menegang didalam mulutnya, hingga mulutnya penuh sesak oleh batang penisku yang sudah tegang penuh. Mbak Rina sangat pintar membangkitkan birahiku. Mulutnya maju mundur mengulum penisku. Pipinya sampai kempot, saking semangatnya mengulum penisku.
Melihat kakaknya yang sedang menjilati dan mengulum batang penisku, Mbak Vira nafsunya bangkit lagi. Dia meraba- raba dan memasukkan jari-jari tangan kirinya ke dalam vaginanya sendiri, sedangkan tangan kanannya meremas- remas buah dadanya hingga mengeras dan padat. Diiringi desahan-desahan penuh birahi. Puas bermain-main dengan vagina dan buah dadanya sendiri, Mbak Vira kemudian naik ke atas tubuhku. Dan mengangkangi wajahku. Lubang vaginanya berada pas diatas wajahku. Dia menurunkan pantatnya, hingga bibir vaginanya menyentuh mulutku. Kujulurkan lidahku untuk menjilati vaginanya yang telah basah. Kucucuk- cucuk dan kusedot-sedot klitorisnya, dia mengerang-erang merasakan nikmat. Mbak Vira menarik rambutku, membenamkan wajahku diselangkangannya. Kepalaku dijepit dengan kedua paha mulusnya. Kini kami bertiga, aku dan kakak beradik sedang berlomba mencari kepuasan.
Mbak Vira sedang kujilati vaginanya, sedangkan pada bagian bawah tubuhku Mbak Rina dengan asiknya mengulum batang penisku. Beberapa waktu berlalu Mbak Rina melepaskan kulumannya, dan berjongkok diatas selangkanganku. Dengan tangannya, diraihnya batang penisku dan diarahkannya ke lubang vaginanya. Bless! Dengan sekali dorongan pantatnya, masuklah seluruh batang penisku ke dalam vaginanya yang basah tapi hangat. Lalu Mbak Rina menaik turunkan pantatnya, sambil mengeluarkan desahan-desahan nikmat dari mulutnya. Sesekali pantatnya diputar-putar hingga penisku serasa dipelintir. Saat menikmati goyangan Mbak Rina, aku terus menjilati vagina Mbak vira sambil memasukkan jari-jariku ke lubang anusnya. Sedang asiknya aku menjilati vagina Mbak Vira, kurasakan vaginanya berkedut-kedut. Beberapa detik kemudian ada cairan yang keluar dari dalam vaginanya.
Mbak Vira mencapai orgasme. Pahanya makin keras menjepit kepalaku. Tanpa rasa jijik kusedot dan kutelan cairan vaginanya. Dan dalam waktu yang hampir bersamaan, Vagina Mbak Rina juga berkedut-kedut, otot-otot vaginanya menegang. “Ohh… Don… Aku… Keluar,” teriak Mbak Rina. Air maninya mengaliri deras dan membasahi batang penisku. Kemudian dia terkulai lemas sampingku. Membuat penisku yang masih tegang terlepas dan mengacung-acung. Mbak vira yang kondisi sudah pulih sehabis orgasme, kemudian berjongkok diatas selangkanganku, menggantikan kakaknya. diraihnya penisku dan diarahkannya ke lubang anusnya. Mbak Vira menurunkan pantatnya sedikit demi sedikit hingga seluruh batang penisku masuk ke lubang anusnya. Kurasakan penisku seperti dijepit dan dipijit-pijit oleh sempitnya lubang snusnya.
“Oohh… Mbak… Nikk… Matt… Enakk,”teriakku, ketika Mbak Vira mulai menaik turunkan pantatnya, membuat penisku keluar masuk dari lubang anusnya. Sesekali dia menggoyang- goyangkan pantatnya ke kiri dan ke kanan, membuatku merasakan nikmat yang luar biasa. Sekitar tiga puluh menit Mbak Vira menggenjot tubuhku. “Mbakk… Akuu… Ke… Keluarr,” jeritku. Kurasakan penisku berkedut-kedut dan crott! crott! crott! kutumpahkan seluruh spermaku di dalam lubang anusnya. Mbak Vira kemudian merebahkan tubuhnya diatas tubuhku. Sambil menindihku dia tersenyum puas. Malam itu, aku dan Mas Iwan menginap disana. Dan berpesta sampai pagi, sampai kami sama-sama puas dan kelelahan. Panasnya sinar matahari yang menerobos jendela kamarku, membangunkanku dari tidurku yang lelap. Setelah hampir semalam penuh aku merasakan nikmatnya bersetubuh dengan Mbak Rina dan Mbak Vera. Dan aku baru pulang dari rumahnya kerumah Mas iwan jam 05.00 dinihari. Dengan sedikit bermalas-malasan, aku pergi ke kamar mandi membersihkan badan. Selesai mandi badan rasanya segar sekali. Siang itu kurasakan lain dari biasanya, rumah Mas Iwan tampak sepi sekali.
Oh ya, aku baru ingat kalau hari ini, Mas Iwan mengantar Tante Sari kondangan ke kampung sebelah. Jadi yang ada di rumah hanya Mbak Erna dan Aku. Dengan hanya mengenakan handuk yang kulilitkan dipinggangku, aku pergi ke dapur. Membuat secangkir kopi. Sampai didapur kudapati Mbak Erna sedang mencuci piring. “Pagi Mbak,” sapaku. Mbak Erna tak menjawab sapaanku. Mukanya cemberut. Aku heran, tumben Mbak Erna begitu, biasanya dia sangat ramah padaku. “Ada apa sih Mbak, kok cemberut begitu,” tanyaku lagi. “Mbak marah sama aku? atau Mbak nggak senang ya, aku disini,” imbuhku. Mbak erna masih diam saja, membuatku tak enak hati dan bertanya-tanya dalam hati. “Ok, Mbak. Kalau Mbak nggak senang, aku pulang aja deh,” “Jangan-jangan pulang Don, aku nggak marah sama kamu,” sahutnya sambil menarik tanganku.
“Habis Mbak marah sama siapa? Boleh tahu kan Mbak ?” tanyaku lagi. “Ok, Mbak akan kasih tahu, tapi jangan bilang sama siapa-siapa ya!,” jawabnya. “Aku janji Mbak,” kataku meyakinkannya. “Don, aku lagi kesal sama Mas Iwan,” kata Mbak sari. “Kesal kenapa Mbak,” selaku. “Belakangan ini, Mas Iwan dingin sekali padaku Don,” katanya sambil merebahkan kepalanya didadaku. “Setiap aku pingin begituan, dia selalu menolak,” imbuhnya sambil tersipu malu. “Mungkin Mas Iwan lagi lelah Mbak,” hiburku sambil kuusap-usap rambutnya. “Ah, masak setiap malam lelah,” sahutnya. “Mungkin ada yang bisa aku bantu, untuk menghilangkan kekesalan Mbak,” pancingku. Mbak Erna tak menjawab pertanyaanku. Sebagai orang yang cukup berpengalaman soal sex, aku tahu Mbak Erna sangat kesepian dan menginginkan hubungan sexsual. Maka dengan memberanikan diri, kukecup lembut keningnya. Dan kurasakan remasan halus tangannya yang masih memegang tanganku. Merasa mendapat respon positif, kugerakkan bibirku menciumi kedua pipinya dan berhenti dibelahan bibir mungilnya.
Mbak Ernapun membalas kecupanku pada bibirnya dengan kuluman yang hangat, penuh gairah. kukeluarkan lidahku, mencari lidahnya. Kuhisap-hisap dan kusedot-sedot. Kulepaskan tanganku dari genggamannya dan kugerakkan menggerayangi tubuh Mbak Erna. Dan perlahan-lahan kususupkan tangan kananku kebalik gaun tidurnya. Dan kurasakan halusnya punggung Mbak Erna. Sementara tangan kiriku meremas- remas pantatnya yang padat. Mbak Erna melepaskan seluruh pakaiannya. Agar aku lebih leluasa menggerayangi tubuhnya. Setelah semua terlepas maka terpampanglah pemandangan yang luar biasa. Dengan jelas aku bisa melihat buah dadanya yang montok, perutnya yang ramping dan vaginanya yang dicukur bersih. Membuat nafsu birahiku semakin menjadi-jadi dan kurasakan penisku menegang. Akupun melepaskan kulumanku pada bibirnya dan dengan sedikit membungkukkan badanku.
Aku mulai menjilati buah dadanya yang mulai mengeras, secara bergantian. Puas menjilati buah dadanya, jilatanku kupindahkan ke perutnya. Dan kurasakan halusnya kulit perut Mbak Erna. Mbak Erna tak mau ketinggalan, ditariknya handuk yang melilit dipinggangku. Dengan sekali sentakan saja, handukku terlepas. “Aow, besar sekali don penismu,” decaknya kagum, sambil memandangi penisku yang telah menegang dan mengacung-ngacung setelah handukku terlepas. Mbak Erna menggerakkan tangannya, meraih batang penisku. Diusap-usapnya dengan lembut kemudian dikocok-kocoknya, membuat batang penisku semakin mengeras. Tak terasa sudah dua puluh menit berlalu, Kusudahi jilatanku pada perutnya. Kuangkat tubuhnya dan kududukkan diatas meja dapur. Kedua pahanya kubuka lebar-lebar. Dan terpampanglah di depanku bukit kecil yang dicukur bersih. Bibir vagina yang memerah dengan sebuah daging kecil yang tersembul diatasnya.
Kubungkukkan tubuhku dan kudekatkan wajahku ke selangkangannya. Dan aku mulai menjilati pahanya yang putih mulus, dihiasi bulu-bulu halus. Sambil tanganku meraba-raba vaginanya. Beberapa menit berlalu, kupindahkan jilatanku dari pahanya ke vaginanya. Mula-mula kujilati bibir vaginanya, terus kebagian dalam vaginanya. Lidahku menari-nari didalam lubang vaginanya yang basah. “Ohh… terus… Don… terus… Nik… Matt,” serunya tertahan. Membuatku semakin bersemangat menjilati lubang vaginanya. Kusedot-sedot klitorisnya. Pantat Mbak Erna terangkat-angkat menerima jilatanku. Ditariknya kepalaku, dibenamkannya pada selangkangannya. “Ohh… Don… Aku… Tak… Tahan… Masukin Don… Masukin penismu,” pintanya menghiba. Kuturuti kemauannya. Aku kemudian berdiri. Kuangkat kedua kakinya tinggi- tinggi, hingga ujung jari kakinya berada diatas bahuku. Kudekatkan penisku keselangkangannya. Mbak Erna meraih penisku dan menuntunnya ke lubang vaginanya. Kudorong maju pantatku hingga kepala penisku masuk ke lubang vaginanya.
Aku diam sejenak mengatur posisi supaya lebih nyaman, lalu kudorong pantatku lebih keras, membuat seluruh batang penisku masuk ke lubang vaginanya. Kurasakan penisku dijepit dan dipijit-pijit lubang vaginanya yang sempit. Vaginanya penuh sesak karena besarnya batang penisku. “Aow… Pelan-pelan… Don… penismu gede sekali,” pekiknya, ketika aku mulai memaju mundurkan pantatku, membuat penisku keluar masuk dari lubang vaginanya. Tak terasa sudah tiga puluh menit aku memaju mundurkan pantatku. Dan kurasakan vagina Mbak Erna berkedut- kedut. Dan otot-otot vaginanya menegang. “Ohh… Don… Aku… Keluarr… Sayang,” teriaknya lantang. Sedetik kemudian kurasakan cairan hangat keluar dari vaginanya. Dan Mbak Erna mencapai orgasmenya. Mbak Erna tahu kalau aku belum mencapai puncak kenikmatan. Dia turun dari atas meja dapur.
Kemudian berjongkok dihadapanku. Diraihnya penisku dan dikocok-kocok dengan tangan kanannya sedangkan tangan kirinya meremas-remas buah pelirku. “Akhh… Mbak… Enak… Nikk… Mat… terus,” seruku, ketika Mbak Erna mulai menjilati batang penisku. Dari kepala hingga pangkal penisku dijilatinya. Mataku merem melek merasakan nikmatnya jilatan Mbak Erna. Aku semakin merasa nikmat ketika Mbak Erna memasukkan penisku ke mulutnya yang mungil. Dan mulai mengulum batang penisku. Mbak Erna memaju mundurkan mulutnya, membuat penisku keluar masuk dari mulutnya. Sementara tangannya mengocok-ngocok pangkal penisku. “Oohh… Mbak… Akuu… Tak… Tahan,” teriakku. Dan kurasakan penisku berkedut-kedut semakin lama semakin cepat. Kujambak rambutnya dan kubenamkan kepalanya diselangkanganku. “Mbak… Akuu… Ke… Luarr,” teriakku lagi lebih keras. Mbak Erna semakin cepat memaju mundurkan mulutnya. Dan crott! crott! crott! penisku memuntahkan sperma yang sangat banyak di mulutnya. Mbak Ernapun menelannya tanpa ragu- ragu.
Dan tanpa rasa jijik sedikitpun dia menjilati sisa-sisa spermaku sampai bersih. “Terimakasih Don, kamu telah memberiku kepuasan,” pujinya sambil tersenyum. “Sama-sama Mbak, aku juga sangat puas,” sahutku. “Mbak masih mau lagi kan,” tanyaku. “Mau dong, tapi kita mandi dulu yuk,” ajaknya. Kemudian kami meraih pakaian masing- masing untuk selanjutnya bersama-sama pergi ke kamar mandi membersihkan badan. Sehabis mandi, masih sama-sama telanjang, kubopong tubuhnya menuju taman disamping rumah. Aku ingin melaksanakan impianku selama ini, yaitu bersetubuh ditempat terbuka. “Don… Jangan disini sayang, nanti dilihat orang,” protesnya. “Kan nggak ada siapa-siapa di rumah Mbak,” sahutku. Mbak Ernapun tidak protes lagi, mendengar jawabanku. Sambil berdiri kupeluk erat tubuhnya. Kulumat bibirnya. Mbak Erna membalas lumatan bibirku dengan pagutan-pagutan hangat. Cukup lama kami bercumbu, kemudian aku duduk dikursi taman.
Dan kusuruh Mbak Erna berjongkok dihadapanku. Mbak Erna tahu maksudku. Diraihnya batang penisku yang masih layu. Dielus- elusnya lembut kemudian dikocok-kocok dengan tangannya. Setelah penisku mengeras Mbak Erna menyudahi kocokkannya, dia mendekatkan wajahnya ke selangkanganku. Lidahnya dijulurkan dan mulai menjilati kepala penisku. Lidahnya berputar-putar dikepala penisku, kemudian turun kepangkalnya. “Oohh… terus… Mbak… Nikmat banget,” desahku. “Isepp… Mbak… Isep,” pintaku. Mbak Erna menuruti kemauanku. Dimasukkannya penisku kemulutnya. Hampir sepertiga batang penisku masuk ke mulutnya. Sambil tersenyum padaku, dia mulai memaju mundurkan mulutnya, membuat penisku maju keluar masuk dimulutnya.
“Mbak… Aku… Tak… Tahan,” seruku. Mbak Erna kemudian naik ke pangkuanku. Vaginanya pas berada diatas selangkanganku. Diraihnya penisku dan dibimbingnya ke lubang vaginanya. Mbak Erna mulai menurunkan pantatnya, sedikit demi sedikit batang penisku masuk ke lubang vaginanya semakin lama semakin dalam. Hingga seluruh batang penisku masuk ke lubang vaginanya. Sesaat kemudian Mbak Erna mulai menaik turunkan pantatnya. Sesekali digoyang-goyangkan pantatnya kekiri-kekanan. Aku tak mau kalah, kusodok-sodokkan pantatku ke atas seirama dengan goyangan pantatnya. “Ohh… Don… Aku… Mauu… Ke… luarr,” teriaknya setelah hampir tiga puluh menit menggoyang tubuhku. Dan kurasakan otot-otot vaginanya menegang. Tangannya mencengkeram dadaku dengan keras. Sesaat kemudian kurasakan cairan hangat merembes dilubang vaginanya. “Aku tak ingin mengecewakanmu Don,” katanya sambil tersenyum. Dia menarik penisku keluar dari lubang vaginanya, kemudian memasukkannya ke lubang anusnya. Mbak Erna rupanya tahu kesenanganku. Meski agak susah, akhirnya bisa juga seluruh batang penisku masuk ke lubang anusnya.
Perlahan tapi pasti Mbak Erna mulai menaik turunkan pantatnya. Membuatku merasakan nikmat yang tiada taranya. Cukup lama Mbak Erna menggoyang- goyangkan pantatnya, kemudian kami berganti posisi. Kusuruh dia menungging, membelakangiku dengan tangan bertumpu pada kursi taman. Kugenggam penisku dan kuarahkan tepat ke lubang anusnya. Kudorong sedikit demi sedikit, sampai seluruhnya amblas tertelan lubang anusnya. Lalu kudorong pantatku maju mundur. Kurasakan nikmatnya lubang anus Mbak Erna. Sambil kucucuk- cucuk lubang vaginanya dengan jari- jariku. Membuat nafsu birahi Mbak Erna bangkit lagi. Mbak Erna mengimbangi gerakkanku dengan mendorong-dorong pantatnya seirama gerakkan pantatku. Aku semakin mempercepat gerakkan pantatku, ketika kurasakan akan mencapai orgasme. Demikian juga jari- jariku semakin cepat mencucuk vaginanya. “Mbak… Mbak… Akuu… Mau… Keluar,” seruku. “Akuu… Juga… Don,” sahutnya.
Dan dalam waktu yang hampir bersamaan, kami mencapai orgasme. Kutarik penisku dari lubang anusnya, dan kutumpahkan spermaku dipunggungnya. Mbak Erna kemudian membalikkan badannya dan berdiri, sambil memintaku duduk kursi taman. Didekatkannya selangkangannya kewajahku. Ditariknya rambutku dan dibenamkannya kepalaku keselangkangannya. Dan akupun mulai menjilati vaginanya sambil duduk. Kuhisap dan kusedot-sedot cairan hangat yang keluar dari lubang vaginanya. Mbak Erna sangat puas dengan perlakuanku. Hari itu kami melakukan persetubuhan sampai puas, dengan berbagai macam gaya. Sungguh luar biasa Mbak Erna, meskipun tinggal dikampung. Tapi dalam soal bersetubuh dia tak kalah dengan orang kota. Memang sungguh nikmat istri Mas Iwan. Vagina dan lubang anusnya sama nikmatnya. Membuatku ketagihan menyetubuhinya.
Tak terasa sudah satu bulan aku berlibur dikampung Mas Iwan. Malam-malam yang kulewati bersama Mbak Erna dan Tante Sari membuat waktu satu bulan terasa cepat sekali. Sudah saatnya aku kembali kekotaku, karena tiga hari lagi aku harus ke sekolah. Saat berangkat dari kampung Mas Iwan, aku tidak sendirian. Ada Vivi, anak kandung Tante Sari menemaniku. Gadis cantik berkulit putih dan bertubuh langsing ini, baru tamat SMP dan akan melanjutkan SMU di kota. Tante sari meminta tolong padaku agar mengantarkan Vivi, mencari rumah kost di dekat sekolah. Dengan menempuh dua jam perjalanan, sampailah kami di kota. Dan setelah berpuar-putar cukup lama, akhirnya kudapatkan rumah kost untuk Vivi. Pemilik rumah adalah seorang janda cantik berusia sekitar 32 tahun, namanya Yeni. Setelah memberikan kunci kamar pada Vivi, Tante Yeni meninggalkan kami berdua.
Sehabis membantu Vivi mengangkat barang-barangnya ke dalam kamar, aku merasa haus. Kusuruh Vivi ke warung untuk membeli minuman. Sambil duduk menunggu kedatangan Vivi, iseng-iseng kunyalakan VCD. Ngawur aja kusetel salah satu film. Aku terkejut, ternyata isinya film porno. Adegan-adegan difilm itu, membangkitkan nafsu birahiku. Kurasakan batang penisku mengeras dan berdiri tegak di balik celanaku. Kuturunkan celanaku, dan kukeluarkan batang penisku. Kuelus-elus dan kukocok-kocok batang penisku. Saking asiknya aku mengocok-ngocok batang penisku, sampai kedatangan Vivi tak kurasakan. “Mas, Doni lagi ngapain,” suara Vivi mengejutkanku. “Akh, nggak ngapa-ngapain,” sahutku. “Itu apa?” tanyanya lagi sambil memandangi celanaku. Astaga! Aku lupa menaikkan celanaku. Sehingga Vivi dengan jelas melihat penisku yang sedang berdiri tegak. Merasa sudah kepalang basah, kulanjutkan saja mengocok penisku.
“Kamu bisa membantuku Vi?,” tanyaku. “Bantu apa Mas?,” katanya balik bertanya. “Kocokkin penisku Vi,” pintaku. Vivi menganggukkan kepalanya tanda setuju. Kutarik tangannya dan kuletakkan diatas penisku. Vivi yang juga sudah terangsang akibat ikut nonton film porno, menggenggam batang penisku. Dengan lembut dia mengelus-elus dari kepala sampai kepangkal penisku. Aku merasa seperti melayang. Aku melepaskan seluruh pakaianku sambil memeluk tubuh Vivi yang sedang mengocok penisku. Kutarik kaosnya dan kususupkan tanganku kebalik BHnya. Kuraba-raba buah dadanya. Perlahan- lahan buah dadanya mengeras. Cukup lama aku meraba-raba buah dadanya, kemudian kutarik Bhnya hingga terlepas. Setelah terlepas, terlihatlah buah dadanya yang padat dan mengeras.
Aku melanjutkan lagi meremas-remas buah dadanya. Vivi mendesah-desah merasakan nikmat, tangannya semakin cepat mengocok penisku. Sekitar lima belas menit berlalu kami berganti posisi. Sambil menarik rok mininya, kodorong tubuhnya hingga terlentang diranjang. Hanya celana dalamnya saja yang melekat menutupi selangkangannya. Kutindih tubuhnya dari atas lalu kukecup bibirnya, kujulurkan lidahku mengisi rongga mulutnya yang terbuka. Vivi menyambutnya dengan hisapan yang tak kalah hebatnya. Setelah cukup lama berpagutan, kuputar tubuhku. Membentuk posisi 69. Selangkanganku berada diatas wajahnya, sedangkan selangkangannya berada dibawah wajahku. Kujulurkan lidahku menjilati bagian bawah perutnya, sambil tanganku melepas celana dalam Vivi. Vivi mengangkat pantatnya memudahkan aku melepaskan celana dalamnya dan meleparkannya ke lantai kamar. Lidahku bergerak turun menyapu bibir vaginanya yang ditumbuhi bulu-bulu tipis.
“Ohh… Mas don… Enakk,” desahnya ketika aku mulai menjilati vaginanya yang basah, membuatku semakin bersemangat menjilati vaginanya. Kucucuk-cucuk dan kusedot-sedot klitorisnya yang sebesar biji kacang. Saat aku menjilati lubang vaginanya, Vivi juga sedang asyik menjilati penisku. Sambil tangan kirinya mengocok-ngocok pangkal penisku sedangkan tangan kanannya mengelus-elus buah pelirku dengan lembut. Sesaat kemudian Vivi memasukkan penisku ke mulutnya. Hampir seluruh batang penisku masuk ke mulutnya. Kudorong pantatku ke atas dan ke bawah, sehingga penisku keluar masuk dimulutnya. Tak terasa sudah dua puluh menit berlalu. Aku bangkit dan berdiri dilantai kamar. Kutarik tubuhnya, hingga pantatnya berada ditepi ranjang. Kedua pahanya kubuka lebar-lebar. Kuarahkan penisku tepat ke lubang vaginanya. “Ja… Jangan… Mas, aku masih perawan,” katanya. Aku tak memperdulikan kata-katanya. Kudorong maju pantatku hingga kepala penisku menyeruak masuk. Vivi berteriak lebih keras ketika aku mendorong lebih keras dan penisku menembus selaput daranya. Akupun lebih bersemangat mendorong pantatku dan amblaslah seluruh batang penisku ke lubang vaginanya yang sangat sempit. Penisku serasa dijepit sempitnya lubang vaginanya. Beberapa detik kubiarkan penisku di dalam vaginanya.
Kupandangi wajahnya yang meringis menahan sakit. Dengan perlahan-lahan kuangkat pantatku lalu kuturunkan lagi. Membuat penisku keluar masuk dilubang vaginanya. Aku merasakan nikmat yang luar biasa. Beginikah rasanya menyetubuhi seorang perawan. “Ohh… Mas… Enakk,” desahnya yang mulai merasakan Nikmatnya disetubuhi. Pantatnya digerakkan naik turun seirama gerakkan pantatku. Rasa sakitnya telah hilang berganti dengan rasa nikmat. Sekitar tiga puluh menit berlalu, kurasakan vaginanya berkedut-kedut dan otot-otot vaginanya menegang. Tangannya mencengkeram seprei dengan keras. “Ohh… Mas… Akuu… Mauu,” desahnya terputus. “Mau keluar sayang,” sahutku. Vivi mengangguk sambil tersenyum. “Aku juga Vi,” imbuhku.
Semakin cepat kudorong-dorong pantatku. “A… Akuu… Ke… Luarr,” teriaknya lantang. Kurasakan cairan hangat merembes didinding vaginanya. Sedetik kemudian kurasakan penisku berkedut-kedut. Dan Crott! crott! crott! Kutumpahkan sperma yang sangat banyak dilubang vaginanya. Dan tubuhku ambruk menindih tubuhnya. “Kamu menyesal Vi,” tanyaku sambil tersenyum puas, karena baru kali ini aku menyetubhi seorang perawan. “Nggak Mas, semua sudah terjadi,” sahutnya. “Kamu mau lagi khan,” godaku. Vivi tersenyum padaku, senyum penuh arti. Kira-kira satu jam kami tertidur. Akupun terbangun dan bergegas ke kamar mandi membersihkan badan. Mengingat kejadian tadi, bersetubuh dengan Vivi, membuat nafsu birahiku bangkit lagi. penisku yang tadi telah layu, kini tegang dan mengeras. Setelah mengelap tubuhku dengan handuk akupun bergegas ke kamar, dimana Vivi sedang tertidur pulas. Dan ia terbangun ketika aku lagi asyik menjilati lubang vaginanya. “Oh… Mas… Apa yang kamu lakukan,” tanyanya. “Aku pingin setubuhi kamu lagi sayang,” sahutku sambil tersenyum. Vivi membuka kedua pahanya lebar- lebar, sehingga aku lebih leluasa menjilati vaginanya.
Beberapa menit berlalu kusuruh dia menungging. Aku mengambil posisi dibelakangnya. Dari belakang, aku menjilati lubang anusnya, sambil tanganku mencucuk-cucuk lubang vaginanya. Setelah kurasa cukup, kuarahkan penisku ke lubang vaginanya. Dan aku mulai mendorong maju pantatku. Sedikit demi sedikit penisku masuk ke lubang vaginanya. Semakin lama semakin dalam penisku memasukinya, sampai seluruhnya amblas, tertelan lubang vaginanya. Akupun mendorong pantatku maju mundur, membuat penisku keluar masuk dari lubang vaginanya. “Ohh… Nikk… Matt… Mas… Enakk,” jeritnya tertahan. Sekitar tiga puluh menit berlalu, kutarik penisku dari lubang vaginanya hingga terlepas. Kemudian kugenggam penisku dan kuarahkan ke lubang anusnya. “Jangan, Mass sakitt, ja… “jeritnya sambil meringis. Belum habis dia bicara, kudorong pantatku dengan keras.

Cerita Dewasa Berawal dari Mengintip

Cerita Dewasa Berawal dari Mengintip

Dan Bless! Seluruh batang penisku masuk ke lubang anusnya. Kukocok lubang anusnya dengan irama pelan semakin lama semakin cepat, sambil tanganku mencucuk-cucuk lubang vaginanya. Dan Vivipun merasakan sensasi yang luar biasa dikedua lubangnya. Jeritan- jeritannya berganti dengan desahan- desahan nikmat penuh nafsu. Aku semakin bersemangat mendorong- dorong pantatku, ketika kurasakan akan mencapai orgasme. Sepuluh menit kemudian penisku menyemburkan sperma didalam anusnya. Dan tak lama berselang Vivi menyusul, tubuhnya mengejang hebat. Kemudian Vivi terkulai lemas dan tertidur. Aku kemudian berdiri dan mengenakan celanaku. Saat aku akan mengambil handuk ke dalam almari, tanpa sengaja aku menoleh keluar jendela. Samar- samar aku melihat sesosok bayangan wanita yang sedang berdiri dibalik jendela kamar. Rupanya orang itu sedang mengitip aku dan Vivi yang sedang bersetubuh dari balik korden yang lupa aku tutup. Saat aku keluar mencarinya, wanita itu bergegas pergi. Aku membuntuti wanita itu. Melihat potongan tubuhnya dari belakang aku yakin kalau wanita itu adalah Tante Yeni, ibu kostnya Vivi.

Dan aku keyakinanku semakin kuat, saat wanita itu masuk kekamar tidur Tante Yeni dan langsung menutup pintu. Aku berjalan mendekat dan berdiri di depan pintu kamarnya. Aku mengintip dari lubang kunci. Dan memang benar, wanita yang tadi mengintipku adalah Tante Yeni. Sampai didalam kamar Tante Yeni melepaskan seluruh pakaiannya. Aku terkesima melihat tubuh Tante Yeni yang putih mulus dan sexy, meski sudah berumur sebaya ibuku. Membuat jantungku berdetak kencang. Nafsu birahiku yang baru saja tersalurkan bersama Vivi, perlahan-lahan bangkit lagi. Pemandangan selanjutnya lebih seru lagi. Tante Yeni merebahkan tubuhnya diatas ranjang dengan kedua kaki terbuka lebar-lebar, memperlihatkan indahnya bentuk vaginanya. Tante Yeni meremas- remas buah dadanya sendiri dengan tangan kirinya. Perlahan buah dadanya mulai mengeras. Sedangkan tangan kanannya meraba-raba selangkangannya. Desahan-desahan nikmat keluar dari bibirnya, membuatku semakin tak tahan. Batang kemaluanku sudah berdiri tegak. Dengan sangat hati-hati, aku membuka pintu kamarnya.

Dan ternyata tidak terkunci. Sambil melepaskan celanaku, aku berjalan mengendap-endap mendekatinya. Tante Yeni yang sedang asyik meraba-raba tubuhnya sendiri, tidak tahu kalau aku masuk ke kamarnya. Tanpa pikir panjang lagi, aku segera menindihnya. Tante Yeni sangat terkejut melihat kehadiranku. Aku segera menyumpal mulutnya yang sedang Terbuka saat dia hendak berteriak dengan mulutku. Dan aku langsung melumatnya. Tante Yeni yang sedang dirasuki nafsu birahi, membalas lumatanku dengan pagutan-pagutan yang tak kalah hebatnya. Cukup lama aku melumat bibirnya, kemudian aku menjilati lehernya, terus turun ke buah dadanya yang sudah mengeras. Kedua buah dadanya aku jilati secara bergantian, membuat desahannya semakin keras.

Aku menyudahi jilatanku pada kedua buah dadanya, kemudia aku berlutut ditepi ranjang, diantara kedua kakinya. Tanganku yang nakal mulai meraba-raba bibir vaginanya yang dicukur bersih. Tanpa berfikir lama, aku menjulurkan lidahku, menjilati, menghisap dan sesekali kumasukkan lidahku ke lubang vagina Tante Yeni dan lidahku menari-nari di dalam lubang vaginanya. Tante Yeni mengangkat-angkat pantatnya, menyambut jilatanku. Rintihan-rintihan kecil keluar dari mulutnya setiap kali lidahku menghujam lubang vaginanya. Disaat dia sedang menikmati jilatanku, aku memasukkan jari-jariku ke dalam lubang vaginanya. Sambil sesekali aku menjilati lubang anusnya. Tante Yeni sangat menikmati perlakuanku, dia menekan kepalaku dan membenamkannya diselangkangannya. Sepuluh menit berlalu, aku menyudahi jilatanku. Aku kemudian berdiri, sambil menarik pinggulnya ketepi ranjang, kedua kakinya kubuka lebar-lebar. Tanpa membuang waktu lagi, batang kemaluanku yang sudah tegang dari tadi langsung kuhujamkan ke lubang vaginanya. Tante Yeni menjerit saat batang kemaluanku yang besar dan panjang menerobos masuk ke lubang vaginanya.

Aku merasakan jepitan bibir vaginanya yang begitu seret. Aku mulai menggerakkan pantatku maju mundur. Tante Yeni sangat menikmati setiap gerakkan pantatku, dia menggeliat dan mendesah disetiap gerakan kemaluanku keluar masuk dari lubang vaginanya. Aku semakin mempercepat memaju mundurkan pantatku saat Tante Yeni memperlihatkan tanda-tanda orang yang mau orgasme. “Ohh.., Don.., akuu.., mau.., keluarr,” jeritnya cukup keras. Tante Yeni menggelinjang hebat, kedua pahanya menjepit pinggangku. Rintihan panjang keluar dari mulutnya saat klitorisnya memuntahkan cairan kenikmatan. Aku merasakan cairan hangat yang meleleh disepanjang batang kemaluanku. Aku membiarkan Tante Yeni beristirahat sambil menikmati orgasmenya. Setelah Tante Yeni berhasil menguasai dirinya, tanpa membuang waktu lagi aku membalikkan tubuhnya dalam posisi menungging.

Lalu aku menciumi pantatnya. Tante Yeni mengeliat menahan geli saat lidahku menelusuri vagina dan anusnya. Kemudian aku meludahi lubang anusnya beberapa kali. Setelah kurasakan daerah itu benar-benar licin, aku membimbing batang kemaluanku dengan tangan kiriku sementara tangan kananku membuka lubang anusnya. Tante tak bereaksi apa-apa dan membiarkan saja apa yang kulakukan. Perlahan kudorong pantatku. Tante Yeni merintih sambil menggigit bibirnya menahan rasa perih akibat tusukan kemaluanku pada lubang anusnya yang sempit. Setelah beberapa kali mendorong dan menarik akhirnya seluruh batang kemaluanku masuk ke lubang anusnya.

Sambil menikmati jepitan lubang anusnya, aku mendiamkan sebentar batang kemaluanku disana untuk beradaptasi.
Tante Yeni menjerit saat aku mulai menghujamkan kemaluanku. Tubuhnya terhentak-hentak ketika sodokkanku bertambah kencang dan kasar. Sambil terus meningkatkan irama sodokkan, tanganku dengan kasar mencucuk-cucuk lubang vaginanya. Akibat menahan sensasi nikmat ditengah- tengah rasa ngilu dan perih pada kedua lubang bawah tubuhnya, Tante Yeni sampai menangis. Setiap kali aku menyodokkan kemaluanku ke lubang anusnya, dia mengaduh namun dia tak mau aku menyudahinya. Sampai akhirnya kurasakan suatu perasaan yang sangat nikmat mengaliri sekujur tubuhku. Aku mengerang panjang, saat mengalami orgasme yang pertama. Tanganku mencengkeram keras pantatnya.

Aku menumpahkan seluruh spermaku didalam lubang anusnya. Tubuhku menegang beberapa saat, kemudian terkulai lemas. Tak lama kemudian Tante Yeni menyusul, dia mengeram sambil tangannya mencengkeram bantal kuat- kuat. Cairan hangat dan kental meleleh dari lubang vaginanya. Dengan nafas yang masih memburu dan tubuh yang masih lemas, Tante Yeni bangkit kemudian duduk ditepi ranjang. Dia meraih batang kemaluanku lalu memasukkan ke mulutnya. Tante Yeni menjilati sisa-sisa sperma yang masih blepotan dibatang kemaluanku sampai bersih tanpa tersisa setetespun.

Tante Yeni tersenyum puas merasakan nikmat yang sudah cukup lama tidak dirasakannya, sejak dia bercerai dengan suaminya. Tanpa malu-malu dia meminta aku agar menyutubuhinya lagi. Aku menuruti permintaannya, kami bersetubuh sampai pagi. Sampai kami benar-benar kelelahan. Pagi-pagi sekali aku meninggalkan Tante Yeni yang masih tidur tanpa busana dan masuk kekamar Vivi. Dimana Vivi juga sedang tidur pulas. Aku mengenakan seluruh pakaianku, kemudian pergi tanpa pamit. Meninggalkan kenangan- kenangan nikmat untuk mereka berdua. Sekali waktu aku mengunjungi Tante Yeni dan Vivi untuk menikmati lagi tubuh mereka.

Viewing all 256 articles
Browse latest View live