Quantcast
Channel: Cerita Sex Dewasa
Viewing all 256 articles
Browse latest View live

Cerita Sex Bersetubuh Dengan Dokter Cantik

$
0
0

Cerita Sex Bersetubuh Dengan Dokter Cantik – Bersetubuh Dengan Dokter Cantik – San… hei aku jaga nich malam ini, elu jangan kirim pasien yang aneh-aneh ya, aku mau bobo, begitu pesanku ketika terdengar telepon di ujung sana diangkat. “Udah makan belum?” suara merdu di seberang sana menyahut. “Cie… illeee, perhatian nich”, aku menyambung dan, “Bodo ach”, lalu terdengar tuutt… tuuuttt… tuuut, rupanya telepon di sana sudah ditutup.

Malam ini aku dapat giliran jaga di bangsal bedah sedangkan di UGD alias Unit Gawat Darurat ada dr. Sandra yang jaga. Nah, UGD kalau sudah malam begini jadi pintu gerbang, jadi seluruh pasien akan masuk via UGD, nanti baru dibagi-bagi atau diputuskan oleh dokter jaga akan dikirim ke bagian mana para pasien yang perlu dirawat itu. Syukur-syukur sih bisa ditangani langsung di UGD, jadi tidak perlu merepotkan dokter bangsal. dr. Sandra sendiri harus aku akui dia cukup terampil dan pandai juga, masih sangat muda sekitar 28 tahun, cantik menurutku, tidak terlalu tinggi sekitar 165 cm dengan bodi sedang ideal, kulitnya putih dengan rambut sebahu. Sifatnya cukup pendiam, kalau bicara tenang seakan memberikan kesan sabar tapi yang sering rekan sejawat jumpai yaitu ketus dan judes apalagi kalau lagi moodnya jelek sekali. Celakanya yang sering ditunjukkan, ya seperti itu. Gara-gara itu barangkali, sampai sekarang dia masih single. Cuma dengar-dengar saja belakangan ini dia lagi punya hubungan khusus dengan dr. Anton tapi aku juga tidak pasti.

Kira-kira jam 2 pagi, kamar jaga aku diketuk dengan cukup keras juga.
“Siapa?” tanyaku masih agak malas untuk bangun, sepet benar nih mata.
“Dok, ditunggu di UGD ada pasien konsul”, suara dibalik pintu itu menyahut, oh suster Lena rupanya.
“Ya”, sahutku sejurus kemudian.
Sampe di UGD kulihat ada beberapa pria di dalam ruang UGD dan sayup-sayup terdengar suara rintihan halus dari ranjang periksa di ujung sana, sempat kulihat sepintas seorang pria tergeletak di sana tapi belum sempat kulihat lebih jelas ketika dr. Sandra menyongsongku, “Fran, pasien ini jari telunjuk kanannya masuk ke mesin, parah, baru setengah jam sih, tensi oke, menurutku sih amputasi (dipotong, gitu maksudnya), gimana menurut elu?” demikian resume singkat yang diberikan olehnya.

“San, elu makin cantik aja”, pujiku sebelum meraih status pasien yang diberikannya padaku dan ketika aku berjalan menuju ke tempat pasien itu, sebuah cubitan keras mampir di pinggangku, sambil dr. Sandra mengiringi langkahku sehingga tidak terlalu lihat apa yang dia lakukan. Sakit juga nih.
Saat kulihat, pasien itu memang parah sekali, boleh dibilang hampir putus dan yang tertinggal cuma sedikit daging dan kulit saja.
“Dok, tolong dok… jangan dipotong”, pintanya kepadaku memelas.
Akhirnya aku panggil itu si Om gendut, bosnya barangkali dan seorang rekan kerjanya untuk mendekat dan aku berikan pengertian ke mereka semua.
“Siapa nama Bapak?” begitu aku memulai percakapan sambil melirik ke status untuk memastikan bahwa status yang kupegang memang punya pasien ini.
“Praptono”, sahutnya lemah.
“Begini Pak Prap, saya mengerti keadaan Bapak dan saya akan berusaha untuk mempertahankan jari Bapak, namun hal ini tidak mungkin dilakukan karena yang tersisa hanya sedikit daging dan kulit saja sehingga tidak ada lagi pembuluh darah yang mengalir sampai ke ujung jari. Bila saya jahit dan sambungkan, itu hanya untuk sementara mungkin sekitar 2 – 4 hari setelah itu jari ini akan membusuk dan mau tidak mau pada akhirnya harus dibuang juga, jadi dikerjakan 2 kali. Kalau sekarang kita lakukan hanya butuh 1 kali pengerjaan dengan hasil akhir yang lebih baik, saya akan berusaha untuk seminimal mungkin membuang jaringannya dan pada penyembuhannya nanti diharapkan lebih cepat karena lukanya rapih dan tidak compang-camping seperti ini”, begitu penjelasan aku pada mereka.
Kira – kira seperempat jam kubutuhkan waktu untuk meyakinkan mereka akan tindakan yang akan kita lakukan. Setelah semuanya oke, aku minta dr. Sandra untuk menyiapkan dokumennya termasuk surat persetujuan tindakan medik dan pengurusan untuk rawat inapnya, sementara aku siapkan peralatannya dibantu oleh suster-suster dinas di UGD.
“San, elu mau jadi operatornya?” tanyaku setelah semuanya siap.
“Ehm… aku jadi asisten elu aja deh”, jawabnya setelah terdiam sejenak.
Entah kenapa ruangan UGD ini walaupun ber-AC tetap saja aku merasa panas sehingga butir-butir keringat yang sebesar jagung bercucuran keluar terutama dari dahi dan hidung yang mengalir hingga ke leher saat aku kerja itu. Untung Sandra mengamati hal ini dan sebagai asisten dia cepat tanggap dan berulang kali dia menyeka keringatku. Huh… aku suka sekali waktu dia menyeka keringatku, soalnya wajahku dan wajahnya begitu dekat sehingga aku juga bisa mencium wangi tubuhnya yang begitu menggoda, lebih-lebih rambutnya yang sebahu dia gelung ke atas sehingga tampak lehernya yang putih berjenjang dan tengkuknya yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Benar-benar menggoda iman dan harapan.
Setengah jam kemudian selesai sudah tugasku, tinggal jahit untuk menutup luka yang kuserahkan pada dr. Sandra. Setelah itu kulepaskan sarung tangan sedikit terburu-buru, terus cuci tangan di wastafel yang ada dan segera masuk ke kamar jaga UGD untuk pipis. Ini yang membuat aku tidak tahan dari tadi ingin pipis. Daripada aku mesti lari ke bangsal bedah yang cukup jauh atau keluar UGD di ujung lorong sana juga ada toilet, lebih baik aku pilih di kamar dokter jaga UGD ini, lagi pula rasanya lebih bersih.
Saat kubuka pintu toilet (hendak keluar toilet), “Ooopsss…” terdengar jeritan kecil halus dan kulihat dr. Sandra masih sibuk berusaha menutupi tubuh bagian atasnya dengan kaos yang dipegangnya.
“Ngapain lu di sini?” tanyanya ketus.
“Aku habis pipis nih, elu juga kok nggak periksa-periksa dulu terus ngapain elu buka baju?” tanyaku tak mau disalahkan begitu saja.
“Ya, udah keluar sana”, suaranya sudah lebih lembut seraya bergerak ke balik pintu biar tidak kelihatan dari luar saat kubuka pintu nanti.
Ketika aku sampai di pintu, kulihat dr. Sandra tertunduk dan… ya ampun…. pundaknya yang putih halus terlihat sampai dengan ke pangkal lengannya, “San, pundak elu bagus”, bisikku dekat telinganya dan semburat merah muda segera menjalar di wajahnya dan ia masih tertunduk yang menimbulkan keberanianku untuk mengecup pundaknya perlahan. Ia tetap terdiam dan segera kulanjutkan dengan menjilat sepanjang pundaknya hingga ke pangkal leher dekat tengkuknya. Kupegang lengannya, sempat tersentuh kaos yang dipegangnya untuk menutupi bagian depan tubuhnya dan terasa agak lembab. Rupanya itu alasannya dia membuka kaosnya untuk menggantinya dengan yang baru. Berkeringat juga rupanya tadi.
Perlahan kubalikkan tubuhnya dan segera tampak punggungnya yang putih mulus, halus dan kurengkuh tubuhnya dan kembali lidahku bermain lincah di pundak dan punggungnya hingga ke tengkuknya yang ditumbuhi bulu-bulu halus dan kusapu dengan lidahku yang basah. “Aaaccch… ach…” desahnya yang pertama dan disusul dengan jeritan kecil tertahan dilontarkannya ketika kugigit urat lehernya dengan gemas dan tubuhnya sedikit mengejang kaku. Kuraba pangkal lengannya hingga ke siku dan dengan sedikit tekanan kuusahakan untuk meluruskannya sikunya yang secara otomatis menarik kaos yang dipegangnya ikut turun ke bawah dan dari belakang pundaknya itu.
Kulihat dua buah gundukan bukit yang tidak terlalu besar tapi sangat menantang dan pada bukit yang sebelah kanan tampak tonjolannya yang masih berwarna merah dadu sedangkan yang sebelah kiri tak terlihat. Kusedot kembali urat lehernya dan ia menjerit tertahan, “Aach… ach… ssshhh”, tubuhnya pun kurasakan semakin lemas oleh karena semakin berat aku menahannya.
Dengan tetap dalam dekapan, kubimbing dr. Sandra menuju ke ranjang yang ada dan perlahan kurebahkan dia, matanya masih terpejam dengan guratan nikmat terhias di senyum tipisnya, dan secara refleks tangannya bergerak menutupi buah dadanya. Kubaringkan tubuhku sendiri di sampingnya dengan tangan kiri menyangga beban tubuh, sedangkan tangan kanan mengusap lembut alis matanya terus turun ke pangkal hidung, mengitari bibir terus turun ke bawah dagu dan berakhir di ujung liang telinganya.

Senyum tipis terus menghias wajahnya dan berakhir dengan desahan halus disertai terbukanya bibir ranum itu. “Ssshhh… acchh…” Kusentuhkan bibirku sendiri ke bibirnya dan segera kami saling berpagutan penuh nafsu. Kuteroboskan lidahku memasuki mulut dan mencari lidahnya untuk saling bergesekan kemudian kugesekan lidahku ke langit-langit mulutnya, sementara tangan kananku kembali menelusuri lekuk wajahnya, leher dan terus turun menyusuri lembah bukit, kudorong tangan kanannya ke bawah dan kukitari putingnya yang menonjol itu. Lima sampai tujuh kali putaran dan putingnya semakin mengeras. Kulepaskan ciumanku dan kualihkan ke dagunya. Sandra memberikan leher bagian depannya dan kusapu lehernya dengan lidahku terus turun dan menyusuri tulang dadanya perlahan kutarik tangannya yang kiri yang masih menutupi bukitnya. Tampak kini dengan jelas kedua puting susunya masih berwarna merah dadu tapi yang kiri masih tenggelam dalam gundukan bukit. Feeling-ku, belum pernah ada yang menyentuh itu sebelumnya.
Kujilat tepat di area puting kirinya yang masih terpendam malu itu pada jilatan yang kelima atau keenam, aku lupa. Puting itu mulai menampakkan dirinya dengan malu-malu dan segera kutangkap dengan lidah dan kutekankan di gigi bagian atas, “Ach… ach… ach…” suara desisnya semakin menjadi dan kali ini tangannya juga mulai aktif memberikan perlawanan dengan mengusap rambut dan punggungku. Sambil terus memainkan kedua buah payudaranya tanganku mulai menjelajah area yang baru turun ke bawah melalui jalur tengah terus dan terus menembus batas atas celana panjangnya sedikit tekanan dan kembali meluncur ke bawah menerobos karet celana dalamnya perlahan turun sedikit dan segera tersentuh bulu-bulu yang sedikit lebih kasar. “Eeehhhm… ech…” tidak diteruskan tapi bergerak kembali naik menyusuri lipatan celana panjangnya dan sampai pada area pinggulnya dan segera kutekan dengan agak keras dan mantap, “Ach…” pekiknya kecil pendek seraya bergerak sedikit liar dan mengangkat pantat dan pinggulnya.

Segera kutekan kembali lagi pinggul ini tapi kali ini kulakukan keduanya kanan dan kiri dan, “Fran… ugh…” teriaknya tertahan. Aku kaget juga, itu kan artinya Sandra sadar siapa yang mencumbunya dan itu juga berarti dia memang memberikan kesempatan itu untukku. Matanya masih terpejam hanya-hanya kadang terbuka. Kutarik restleting celananya dan kutarik celana itu turun. Mudah, oleh karena Sandra memang menginginkannya juga, sehingga gerakan yang dilakukannya sangat membantu. Tungkainya sangat proporsional, kencang, putih mulus, tentu dia merawatnya dengan baik juga oleh karena dia juga kan berasal dari keluarga kaya, kalau tidak salah bapaknya salah satu pejabat tinggi di bea cukai. Kuraba paha bagian dalamnya turun ke bawah betis, terus turun hingga punggung kaki dan secara tak terduga Sandra meronta dan terduduk, dengan nafas memburu dan tersengal-sengal, “Fran…” desisnya tertelan oleh nafasnya yang masih memburu.

Kemudian ia mulai membuka kancing bajuku sedikit tergesa dan kubantunya lalu ia mulai mengecup dadaku yang bidang seraya tangannya bergerak aktif menarik retsleting celanaku dan menariknya lepas. Langsung saja aku berdiri dan melepaskan seluruh bajuku dan kuterjang Sandra sehingga ia rebah kembali dan kujilat mulai dari perutnya. Sementara tangannya ikut mengimbangi dengan mengusap rambutku, ketika aku sampai di selangkangannya kulihat ia memakai celana berwarna dadu dan terlihat belahan tengahnya yang sedikit cekung sementara pinggirnya menonjol keluar mirip pematang sawah dan ada sedikit noda basah di tengahnya tidak terlalu luas, ada sedikit bulu hitam yang mengintip keluar dari balik celananya. Kurapatkan tungkainya lalu kutarik celana dalamnya dan kembali kurentangkan kakinya seraya aku juga melepas celanaku. Kini kami sama berbugil, kemaluanku tegang sekali dan cukup besar untuk ukuranku. Sementara Sandra sudah mengangkang lebar tapi labia mayoranya masih tertutup rapat. Kucoba membukanya dengan jari-jari tangan kiriku dan tampak sebuah lubang kecil sebesar kancing di tengahnya diliputi oleh semacam daging yang berwarna pucat demikian juga dindingnya tampak berwarna pucat walau lebih merah dibandingkan dengan bagian tengahnya. Gila, rupanya masih perawan.

Tak lama kulihat segera keluar cairan bening yang mengalir dari lubang itu oleh karena sudah tidak ada lagi hambatan mekanik yang menghalanginya untuk keluar dan banjir disertai baunya yang khas makin terasa tajam. Baru saat itu kujulurkan lidahku untuk mengusapnya perlahan dengan sedikit tekanan. “Eehhh… ach… ach… ehhh”, desahnya berkepanjangan. Sementara lidahku mencoba untuk membersihkannya namun banjir itu datang tak tertahankan. Aku kembali naik dan menindih tubuh Sandra, sementara kemaluanku menempel di selangkangannya dan aku sudah tidak tahan lagi kemudian aku mulai meremas payudara kanannya yang kenyal itu dengan kekuatan lemah yang makin lama makin kuat.

“Fran… ambilah…” bisiknya tertahan seraya menggoyangkan kepalanya ke kanan dan ke kiri sementara kakinya diangkat tinggi-tinggi. Dengan tangan kanan kuarahkan torpedoku untuk menembak dengan tepat. Satu kali gagal rasanya melejit ke atas oleh karena licinnya cairan yang membanjir itu, dua kali masih gagal juga namun yang ketiga rasanya aku berhasil ketika tangan Sandra tiba-tiba memegang erat kedua pergelangan tanganku dengan erat dan desisnya seperti menahan sakit dengan bibir bawah yang ia gigit sendiri. Sementara batang kejantananku rasanya mulai memasuki liang yang sempit dan membuka sesuatu lembaran, sesaat kemudian seluruh batang kemaluanku sudah tertanam dalam liang surganya dan kaki Sandra pun sudah melingkari pinggangku dengan erat dan menahanku untuk bergerak. “Tunggu”, pintanya ketika aku ingin bergerak.

Beberapa saat kemudian aku mulai bergerak mengocoknya perlahan dan kaki Sandra pun sudah turun, mulanya biasa saja dan respon yang diberikan juga masih minimal, sesaat kemudian nafasnya kembali mulai memburu dan butir-butir keringat mulai tampak di dadanya, rambutnya sudah kusut basah makin mempesona dan gerakan mengocokku mulai kutingkatkan frekuensinya dan Sandra pun mulai dapat mengimbanginya.

Lihat Juga :  Cerita Sex Dewasa Terbaru 2016

Makin lama gerakan kami semakin seirama. Tangannya yang pada mulanya diletakkan di dadaku kini bergerak naik dan akhirnya mengusap kepala dan punggungku. “Yach… ach… eeehmm”, desisnya berirama dan sesaat kemudian aku makin merasakan liang senggamanya makin sempit dan terasa makin menjempit kuat, gerakan tubuhnya makin liar. Tangannya sudah meremas bantal dan menarik kain sprei, sementara keringatku mulai menetes membasahi tubuhnya namun yang kunikmati saat ini adalah kenikmatan yang makin meningkat dan luar biasa, lain dari yang kurasakan selama ini melalui masturbasi. Makin cepat, cepat, cepat dan akhirnya kaki Sandra kembali mengunci punggungku dan menariknya lebih ke dalam bersamaan dengan pompaanku yang terakhir dan kami terdiam, sedetik kemudian.. “Eeeggghhh…” jeritannya tertahan bersamaan dengan mengalirnya cairan nikmat itu menjalar di sepanjang kemaluanku dan, “Crooot… crooot”, memberikannya kenikmatan yang luar biasa. Sebaliknya bagi Sandra terasa ada semprotan kuat di dalam sana dan memberikan rasa hangat yang mengalir dan berputar serasa terus menembus ke dalam tiada berujung. Selesai sudah pertempuran namun kekakuan tubuhnya masih kurasakan, demikian juga tubuhku masih kaku.

Sesaat kemudian kuraih bantal yang tersisa, kulipat jadi dua dan kuletakkan kepalaku di situ setelah sebelumnya bergeser sedikit untuk memberinya nafas agar beban tubuhku tidak menindih paru-parunya namun tetap tubuhku menindih tubuhnya. Kulihat senyum puasnya masih mengembang di bibir mungilnya dan tubuhnya terlihat mengkilap licin karena keringat kami berdua.

“Fran… thank you”, sesaat kemudian, “Ehmmm… Fran aku boleh tanya?” bisiknya perlahan.
“Ya”, sahutku sambil tersenyum dan menyeka keringat yang menempel di ujung hidungnya.
“Aku… gadis keberapa yang elu tidurin?” tanyanya setelah sempat terdiam sejenak. “Yang pertama”, kataku meyakinkannya, namun Sandra mengerenyitkan alisnya. “Sungguh?” tanyanya untuk meyakinkan.
“Betul… keperawanan elu aku ambil tapi perjakaku juga elu yang ambil”, bisikku di telinganya. Sandra tersenyum manis.
“San, thank you juga”, itu kata-kata terakhirku sebelum ia tidur terlelap kelelahan dengan senyum puas masih tersungging di bibir mungilnya dan batang kemaluanku juga masih belum keluar tapi aku juga ikut terlelap.

Tamat


Cerita Bokep Gairah Ibu Rumah Tangga

$
0
0

Cerita Bokep Gairah Ibu Rumah Tangga – Saya baru saja tinggal di sebuah daerah perumahan yang relatif baru di daerah pinggiran kota-maaf, nama daerah tersebut tidak saya sebutkan mengingat untuk menjaga nama baik dan harga diri keluarga terutama suami dan kedua anak saya. Saya tinggal di situ baru sekitar 6 bulanan.

Cerita Bokep – Karena daerah perumahan tersebut masih baru maka jumlah keluarga yang menempati rumah di situ masih relatif sedikit tetapi khusus untuk blok daerah rumah saya sudah lumayan banyak dan ramai. Rata-rata keluarga kecil seperti keluarga saya juga yaitu yang sudah masuk generasi Keluarga Berencana, rata-rata hanya mempunyai dua anak tetapi ada juga yang hanya satu anak saja.

Sudah seperti biasanya bila kita menempati daerah perumahan baru, saya dengan sengaja berusaha untuk banyak bergaul dengan para tetangga bahkan juga dengan tetangga-tetangga di blok yang lain. Dari hasil bergaul tersebut timbul kesepakatan di antara ibu-ibu di blok daerah rumahku untuk mengadakan arisan sekali dalam sebulan dan diadakan bergiliran di setiap rumah pesertanya.Download Bokep Disini

Suatu ketika sedang berlangsung acara arisan tersebut di sebuah rumah yang berada di deretan depan rumahku, pemilik rumah tersebut biasa dipanggil Bu Soni (bukan nama sebenarnya) dan sudah lebih dulu satu tahun tinggal di daerah perumahan ini daripada saya. Bu Soni bisa dibilang ramah, banyak ngomongnya dan senang bercanda dan sampai saat tulisan ini aku buat dia baru mempunyai satu anak, perempuan, berusia 8 tahun walaupun usia rumah tangganya sudah 10 tahun sedangkan aku sudah 30 tahun. Aku menikah ketika masih berusia 22 tahun. Suaminya bekerja di sebuah perusahaan swasta dan kehidupannya juga bisa dibilang kecukupan.

Setelah acara arisan selesai saya masih tetap asyik ngobrol dengan Bu Soni karena tertarik dengan keramahan dan banyak omongnya itu sekalipun ibu-ibu yang lain sudah pulang semua. Dia kemudian bertanya tentang keluargaku, “Jeng Mar. Putra-putranya itu sudah umur berapa, sih, kok sudah dewasa-dewasa, ya?” (Jeng Mar adalah nama panggilanku tetapi bukan sebenarnya) tanya Bu Soni kepadaku.

“Kalau yang pertama 18 tahun dan yang paling ragil itu 14 tahun. Cuma yaitu Bu, nakalnya wah, wah, waa.. Aah benar-benar, deh. Saya, tuh, suka capek marahinnya.”
“Lho, ya, namanya juga anak laki-laki. Ya, biasalah, Jeng.”
“Lebih nikmat situ, ya. Anak cuma satu dan perempuan lagi. Nggak bengal.”
“Ah, siapa bilang Jeng Mar. Sama kok. Cuma yaitu, saya dari dulu, ya, cuma satu saja. Sebetulnya saya ingin punya satu lagi, deh. Ya, seperti situ.”
“Lho, mbok ya bilang saja sama suaminya. ee.. siapa tahu ada rejeki, si putri tunggalnya itu bisa punya adik. Situ juga sama suaminya kan masih sama-sama muda.”

“Ya, itulah Jeng. Papanya itu lho, suka susah. Dulu, ya, waktu kami mau mulai berumah tangga sepakat untuk punya dua saja. Ya, itung-itung mengikuti program pemerintah, toh, Jeng. Tapi nggak tahu lah papanya tuh. Kayaknya sekarang malah tambah asik saja sama kerjaannya. Terlalu sering capek.”
“O, itu toh. Ya, mbok diberi tahu saja kalau sewaktu-waktu punya perhatian sama keluarga. ‘Kan yang namanya kerja itu juga butuh istirahat. Mbok dirayu lah gitu.”
“Wah, sudah dari dulu Jeng. Tapi, ya, tetap susah saja, tuh. Sebenernya ini, lho, Jeng Mar. Eh, maaf, ya, Jeng kalo’ saya omongin. Tapi Jeng Mar tentunya juga tau dong masalah suami-istri ‘kan.”
“Ya, memang. Ya, orang-orang yang sudah seperti kita ini masalahnya sudah macem-macem, toh, Bu. Sebenarnya Bu Soni ini ada masalah apa, toh?”Download Bokep Disini
“Ya, begini Jeng, suami saya itu kalo’ bergaul sama saya suka cepet-cepet mau rampung saja, lho. Padahal yang namanya istri seperti kita-kita ini ‘kan juga ingin membutuhkan kenikmatan yang lebih lama, toh, Jeng.”

“O, itu, toh. Mungkin situ kurang lama merayunya. Mungkin suaminya butuh variasi atau model yang agak macem-macem, gitu.”
“Ya, seperti apa ya, Jeng. Dia itu kalo’ lagi mau, yang langsung saja. Saya seringnya nggak dirangsang apa-apa. Kalo’ Jeng Mar, gimana, toh? Eh, maaf lho, Jeng.”
“Kalo’ saya dan suami saya itu saling rayu-merayu dulu. Kalo’ suami saya yang mulai duluan, ya, dia biasanya ngajak bercanda dulu dan akhirnya menjurus yang ke porno-porno gitulah. Sama seperti saya juga kalau misalnya saya yang mau duluan.””Terus apa cuma gitu saja, Jeng.”
“O, ya tidak. Kalo’ saya yang merayu, biasanya punya suami saya itu saya pegang-pegang. Ukurannya besar dan panjang, lho. Terus untuk lebih menggairahkannya, ya, punyanya itu saya enyot dengan mulut saya. Saya isep-isep.”Download Bokep Disini

“ii.. Iih. Jeng Mar, ih. Apa nggak jijik, tuh? Saya saja membayangkannya juga sudah geli. Hii..”
“Ya, dulu waktu pertama kali, ya, jijik juga, sih. Tetapi suami saya itu selalu rajin, kok, membersihkan gituannya, jadi ya lama-lama buat saya nikmat juga. Soalnya ukurannya itu, sih, yang lumayan besar. Saya sendiri suka gampang terangsang kalo’ lagi ngeliat. Mungkin situ juga kalo’ ngeliat, wah pasti kepengen, deh.”Download Bokep Disini

“Ih, saya belon pernah, tuh, Jeng. Lalu kalo’ suaminya duluan yang mulai begimana?”
“Saya ditelanjangi sampai polos sama sekali. Dia paling suka merema-remas payudara saya dan juga menjilati putingnya dan kadang lagaknya seperti bayi yang sedang mengenyot susu.”, kataku sambil ketawa dan tampak Bu Soni juga tertawa.
“Habis itu badan saya dijilati dan dia juga paling suka menjilati kepunyaan saya. Rasanya buat saya, ya, nikmat juga dan biasanya saya semakin terangsang untuk begituan. Dia juga pernah bilang sama saya kalo’ punya saya itu semakin nikmat dan saya disuruh meliara baik-baik.”

“Ah, tapi untuk yang begituan itu saya dan suami saya sama sekali belum pernah, lho, Jeng. Tapi mungkin ada baiknya untuk dicoba juga, ya, Jeng. Tapi tadi itu masalah yang situ dijilatin punyanya. Rasa enaknya seperti apa, sih, Jeng.”
“Wah, Bu Soni ini, kok, seperti kurang pergaulan saja, toh.”
“Lho, terus terang Jeng. Memang saya belon pernah, kok.”
“Ya, geli-geli begitulah. Susah juga untuk dijelasin kalo’ belum pernah merasakan sendiri.” Lalu kami berdua tertawa.Download Bokep Disini

Setelah berhenti tertawa, aku bertanya, “Bu Soni mau tau rasanya kalau gituannya dijilati?”
“Yah, nanti saya rayu, deh, suami saya. Mungkin nikmat juga ya.” Ucapnya sambil tersenyum.
“Apa perlu saya dulu yang coba?”, tanyaku sambil bercanda dan tersenyum.
“Hush!! Jeng Mar ini ada-ada saja, ah”, sambil tertawa.
“Ya, biar tidak kaget ketika dengan suaminya nanti. Kita ‘kan juga sama-sama wanita.”
“Wah, kayak lesbian saja. Nanti saya jadi ketagihan, lho. Malah takutnya lebih senang sama situ daripada sama suami saya sendiri. Ih! Malu’ akh.”, sambil tertawa.
“Atau kalo’ nggak mau gitu, nanti saya kasih tau gimana membuat penampilan bulu gituannya biar suaminya situ tertarik. Kadang-kadang bentuk dan penataannya juga mempengaruhi rangsangan suami, lho, Bu Soni.”

“Ah, Jeng ini.”
“Ee! Betul, lho. Mungkin bentuk bulu-bulu gituannya Bu Soni penampilannya kurang merangsang. Kalo’ boleh saya lihat sebentar gimana?”
“Wah, ya, gimana ya. Tapii.. ya boleh, deh. Eh, tapi saya juga boleh liat donk punyanya situ. Sama-sama donk, ‘kan kata Jeng tadi kita ini sama-sama wanita.””Ya, ‘kan saya cuma mau bantu situ supaya bisa usaha untuk punya anak lagi.””Kalo’ gitu kita ke kamar saja, deh. Suami saya juga biasanya pulang malam. Yuk, Jeng.”

Langsung kita berdua ke kamar Bu Soni. Kamarnya cukup tertata rapi, tempat tidurnya cukup besar dan dengan kasur busa. Di dindingnya ada tergantung beberapa foto Bu Soni dan suaminya dan ada juga foto sekeluarga dengan anaknya yang masih semata wayang. Saya kemudian ke luar sebentar untuk telepon ke rumah kalau pulangnya agak telat karena ada urusan dengan perkumpulan ibu-ibu dan kebetulan yang menerima suamiku sendiri dan ternyata dia setuju saja.

Setelah kita berdua di kamar, Bu Soni bertanya kepadaku, “Bagaimana Jeng? Kira-kira siap?”
“Ayolah. Apa sebaiknya kita langsung telanjang bulat saja?”
“OK, deh.”, jawab Bu Soni dengan agak tersenyum malu.

Akhirnya kita berdua mulai melepas pakaian satu-persatu dan akhirnya polos lah semua. Bulu kemaluan Bu Soni cukup lebat juga hanya bentuknya keriting dan menyebar, tidak seperti miliku yang lurus dan tertata dengan bentuk segitiga ke arah bawah. Lalu aku menyentuh payudaranya yang agak bulat tetapi tidak terlalu besar, “Lumayan juga, lho, Bu.” Lalu Bu Soni pun langsung memegang payudaraku juga sambil berkata, “Sama juga seperti punya Jeng.” Aku pun minta ijin untuk mengulum kedua payudaranya dan dia langsung menyanggupi.Download Bokep Disini

Kujilati kedua putingnya yang berwarna agak kecoklat-coklatan tetapi lumayan nikmat juga. Lalu kujilati secara keseluruhan payudaranya. Bu Soni nampak terangsang dan napasnya mulai memburu. “Enak juga, ya, Jeng. Boleh punya Jeng saya coba juga?””Silakan saja.”, ijinku. Lalu Bu Soni pun melakukannya dan tampak sekali kalau dia masih sangat kaku dalam soal seks, jilatan dan kulumannya masih terasa kaku dan kurang begitu merangsang. Tetapi lumayanlah, dengan cara seperti ini aku secara tidak langsung sudah menolong dia untuk bisa mendapatkan anak lagi.

Cerita Dewasa – Setelah selesai saling menjilati payudara, kami berdua duduk-duduk di atas tempat tidur berkasur busa yang cukup empuk. Aku kemudian memohon Bu Soni untuk melihat liang kewanitaannya lebih jelas, “Bu Soni. Boleh nggak saya liat gituannya? Kok bulu-bulunya agak keriting. Tidak seperti milik saya, lurus-lurus dan lembut.” Dengan agak malu Bu Soni membolehkan, “Yaa.. silakan saja, deh, Jeng.” Aku menyuruh dia, “Rebahin saja badannya terus tolong kangkangin kakinya yang lebar.” Begitu dia lakukan semuanya terlihatlah daging kemaluannya yang memerah segar dengan bibirnya yang sudah agak keluar dikelilingi oleh bulu yang cukup lebat dan keriting. mm.. Cukup merangsang juga penampilannya.

Kudekatkan wajahku ke liang kewanitaannya lalu kukatakan kepada Bu Soni bahwa bentuk kemaluannya sudah cukup merangsang hanya saja akan lebih indah pemandangannya bila bulunya sering disisir agar semakin lurus dan rapi seperti milikku. Lalu kusentuh-sentuh daging kemaluannya dengan tanganku, empuk dan tampak cukup terpelihara baik, bersih dan tidak ada bau apa-apa. Nampak dia agak kegelian ketika sentuhan tanganku mendarat di permukaan alat kelaminnya dan dia mengeluh lirih, “Aduh, geli, lho, Jeng.”

“Apa lagi kalo’ dijilat, Bu Soni. Nikmat, deh. Boleh saya coba?”
“Aduh, gimana, ya, Jeng. Saya masih jijik, sih.”
“Makanya dicoba.”, kataku sambil kuelus salah satu pahanya.
“mm.. Ya, silakan, deh, Jeng. Tapi saya tutup mata saja, ah.”Download Bokep Disini

Lalu kucium bibir kemaluannya sekali, chuph!! “aa.. Aah.”, Bu Soni mengerang dan agak mengangkat badannya. Lalu kutanya, “Kenapa? Sakit, ya?” Dia menjawab, “Geli sekali.” “Saya teruskan, ya?” Bu Soni pun hanya mengangguk sambil tersenyum. Kuciumi lagi bibir kemaluannya berkali-kali dan rasa geli yang dia rasakan membuat kedua kakinya bergerak-gerak tetapi kupegangi kedua pangkal pahanya erat-erat. Badannya bergerinjal-gerinjal, pantatnya naik turun. Uh! Pemandangan yang lucu sekali, aku pun sempat ketawa melihatnya. Saya keluarkan lidah dan saya sentuhkan ujungnya ke bibir kemaluannya berkali-kali. Oh! Aku semakin terbawa napsu. Kujilati keseluruhan permukaan memeknya, gerakanku semakin cepat dan ganas. Oh, Bu Soni, memekmu nikmaa..aat sekali.

Aku sudah tak ingat apa-apa lagi. Semua terkonsentrasi pada pekerjaan menjilati liang kewanitaan Bu Soni. Emm.., Enak sekali. Terus kujilati dengan penuh napsu. Pinggir ke tengah dan gerakan melingkar. Kumasukan lidahku ke dalam celah bibir kemaluannya yang sudah mulai membuka. Ouw! Hangat sekali dan cairannya mulai keluar dan terasa agak asin dan baunya yang khas mulai menyengat ke dalam lubang hidungku. Tapi aku tak peduli, yang penting rasa kemaluan Bu Soni semakin lezat apalagi dibumbui dengan cairan yang keluar semakin banyak. Kuoleskan ke seluruh permukaan kemaluannya dengan lidahku.

Jilatanku semakin licin dan seolah-olah semua makanan yang ku makan pada saat acara arisan tadi rasanya tidak ada apa-apanya. Badan Bu Soni bergerinjal semakin hebat begitu juga pantatnya naik-turun dengan drastis. Dia mengerang lirih, “aa.. Ah, ee.. Eekh, ee.. Eekh, Jee.. Eeng, auw, oo.. Ooh. Emm.. Mmh. Hah, hah, hah,.. Hah.” Dan saat mencapai klimaks dia merintih, “aa.., aa.., aa.., aa.., aah”, Cairan kewanitaannya keluar agak banyak dan deras. OK, nampaknya Bu Soni sudah mencapai titik puncaknya.
Tampak Bu Soni telentang lemas dan aku tanya, “Bagaimana? Enak? Ada rasa puas?” “Lumayan nikmat, Jeng. Situ nggak jijik, ya.”Download Bokep Disini

“Kan sudah biasa juga sama suami.” Kemudian aku bertanya sembari bercanda, “Situ mau coba punya saya juga“Ah, Jeng ini. Jijik ‘kan.”, sembari ketawa.

“Yaa.. Mungkin belon dicoba. Punya saya selalu bersih, kok. ‘Kan suami saya selalu mengingatkan saya untuk memeliharanya.” Kemudian Bu Soni agak berpikir, mungkin ragu-ragu antara mau atau tidak. Lalu, “Boleh, deh, Jeng. Tapi saya pelan-pelan saja, ah. Nggak berani lama-lama.”

“Ya, ndak apa-apa. ‘Kan katanya situ belum biasa. Betul? Mau coba?” tantangku sembari senyum. Lalu dia cuma mengangguk. Kemudian aku menelentangkan badanku dan langsung kukangkangkan kedua kakiku agar terlihat liang kewanitaanku yang masih indah bentuknya. Tampak Bu Soni mulai mendekatkan wajahnya ke liang kewanitaanku lalu berkata, “Wah, Jeng bulu-bulunya lurus, lemas dan teratur. Pantes suaminya selalu bergairah.” Aku hanya tertawa.Download Bokep Disini

Tak lama kemudian aku rasakan sesuatu yang agak basah menyentuh kemaluanku. Kepalaku aku angkat dan terlihat Bu Soni mulai berani menyentuh-nyentuhkan ujung lidahnya ke liang kewanitaanku. Kuberi dia semangat, “Terus, terus, Bu. Saya merasa nikmat, kok”. Dia hanya memandangku dan tersenyum. Kurebahkan lagi seluruh tubuhku dan kurasakan semakin luas penampang lidah Bu Soni menjilati liang kewanitaan saya. Oh! Aku mulai terangsang. Emm.. Mmh. Bu Soni sudah mulai berani. oo.. Ooh nikmat sekali. Sedaa.. Aap. Terasa semakin lincah gerakan lidahnya, aku angkat kepalaku dan kulihat Bu Soni sudah mulai tenggelam dalam kenikmatan, rupanya rasa jijik sudah mulai sirna. Gerakan lidahnya masih terasa kaku, tetapi ini sudah merupakan perkembangan. Syukurlah. Mudah-mudahan dia bisa bercumbu lebih hebat dengan suaminya nanti.Download Bokep Disini

Lama-kelamaan semakin nikmat. Aku merintih nikmat, “Emm.. Mmh. Ouw. aa.. Aah, aa.. Aah. uu.. uuh. te.. te.. Rus teruu..uus.” Bibir kemaluanku terasa dikulum oleh bibir mulut Bu Soni. Terasa dia menciumi kemaluanku dengan bernafsu. Emm.. Mmh, enaknya. Untuk lebih nikmat Bu Soni kusuruh, “Pegang dan elus-elus paha saya. Enak sekali Bu.” Dengan spontan kedua tangannya langsung mengayunkan elusannya di pahaku. Dia mainkan sampai pangkal paha. Bukan main! Sudah sama layaknya aku main dengan suamiku sendiri. Terlihat Bu Soni sudah betul-betul asyik dan sibuk menjilati liang kewanitaanku. Gerakan ke atas ke bawah melingkar ke seluruh liang kewanitaanku. Seolah-olah dia sudah mulai terlatih.

Kemudian aku suruh dia untuk menyisipkan lidahnya ke dalam liang kewanitaanku. Dahinya agak berkerut tetapi dicobanya juga dengan menekan lidahnya ke lubang di antara bibir kemaluan saya. “Aaa.. Aakh! Nikmat sekali. Aku mulai naik untuk mencapai klimaks. Kedua tangannya terus mengelus kedua pahaku tanpa henti. Aku mulai naik dan terasa lubang kemaluanku semakin hangat, mungkin lendir kemaluanku sudah banyak yang keluar. Akhirnya aku pun mencapai klimaks dan aku merintih, “aa.. Aah, uuh”.

Lihat Juga :  Cerita Bokep Nikmatnya Kawin Dengan Penis Bengkok

Sialan Bu Soni tampaknya masih asyik menjilati sedangkan badanku sudah mulai lemas dan lelah. Bu Soni pun bertanya karena gerak kaki dan badanku berhenti, “Gimana, Jeng?” Aku berkata lirih sambil senyum kepadanya, “Jempolan. Sekarang Bu Soni sudah mulai pinter.” Dia hanya tersenyum. Aku tanya kembali, “Bagaimana? Situ masih jijik nggak?”

“Sedikit, kok.”, jawabnya sembari tertawa, dan akupun ikut tertawa geli.
“Begitulah Bu Soni. Mudah-mudahan bisa dilanjutkan lebih mesra lagi dengan suaminya, tetapi jangan bilang, lho, dari saya.”
“oo.., ya, ndak, toh, Jeng. Saya ‘kan juga malu. Nanti semua orang tahu bagaimana?””Sekarang yang penting berusaha agar putrinya bisa punya adik. Kasihan, lho, mungkin sejak dulu dia mengharapkan seorang adik.

“Ya, mudah-mudahan lah, Jeng. Rejeki akan segera datang. Eh! Ngomong-ngomong, Jeng mau nggak kalo’ kapan-kapan kita bersama kayak tadi lagi?”
“Naa.., ya, sudah mulai ketagihan, deh. Yaa, itu terserah situ saja. Tapi saya nggak tanggung jawab, lho, kalo’ situ lantas bisa jadi lesbian juga. Saya ‘kan cuma kasih contoh saja.”, jawabku sembari mengangkat bahu dan Bu Soni hanya tersenyum.

Cerita Dewasa – Kemudian aku cepat-cepat berpakaian karena ingin segera sampai di rumah, khawatir suamiku curiga dan berprasangka yang tidak-tidak. Waktu aku pamit, Bu Soni masih dalam keadaan telanjang bulat berdiri di depan kaca menyisir rambut. Untung kejadian ini tak pernah sampai terbuka sampai aku tulis cerita yang aneh dan lucu ini. Soal bagaimana kemesraan Bu Soni dan suaminya selanjutnya, itu bukan urusan saya tetapi yang penting kelezatan liang kewanitaan Bu Soni sudah pernah aku rasakan.

Tamat

Cerita Dewasa Berebut Memek Perawan

$
0
0

Cerita Dewasa Berebut Memek Perawan – Tempat berbagi Cerita & Foto Sex, Dewasa, ABG, HOT, Tips Bercinta : Cerita Seks Beberbut Memek Perawan. Saat aku masih umur 17 tahun dan duduk di kelas SMA kelas 2 aku mempunyai wajah keturunan Chinese tinggiku 160 cm berat badan 47 kg, dengan rambut panjang hampir sebahu semua orang bilang kalau aku cantik dan seksi taoi dibalik semua itu aku dapat musibah tepatya hari Minggu 15 Juli, seminggu habis scara ulang tahunku yang ke 17 tahun ini.

Di hari itu aku dapat hadiah dari bapakku sebuah mobil dan mendapatkan SIM maka dari itu aku mengendarai mobilku menuju ke sekolah, karena sekolahku berangkatny siang pukul 13.00 wib pulangnya 18.30 Wib, saat jam pulang sekolah aku merasa perutku sakit terus, jadi aku ke WC dulu dan santai karena hari itu aku bawa mobilku sendir tanpa di temani oleh supirku.

Tapi yang mengherankan dan sekaligus menjengkelkan, aku harus bolak balik ke wc sampai 5 kali, mungkin setelah tak ada lagi yang bisa dikeluarkan, baru akhirnya aku berhenti buang air. Namun perutku masih terasa mulas. Maka aku memutuskan untuk mampir ke UKS sebentar dan mencari minyak putih.

Sebuah keputusan fatal yang harus kubayar dengan kesucianku. Aku masuk ke ruang UKS, menyalakan lampunya dan menaruh tas sekolahku di meja yang ada di sana, lalu mencari cari minyak putih di kotak obat.

Setelah ketemu, aku membuka kancing baju seragamku di bagian perut ke bawah, dan mulai mengoleskan minyak putih itu untuk meredakan rasa sakit perutku. Aku amat terkejut ketika tiba tiba tukang sapu di sekolahku yang bernama Hadi membuka pintu ruang UKS ini.

Cerita Dewasa. Aku yang sedang mengolesi perutku dengan minyak putih, terkesiap melihat dia menyeringai, tanpa menyadari 3 kancing baju seragamku dari bawah yang terbuka dan memperlihatkan perutku yang rata dan putih mulus ini. dan belum sempat aku sadar apa yang harus aku lakukan, ia sudah mendekatiku, menyergapku, menelikung tangan kananku ke belakang dengan tangan kanannya, dan membekap mulutku erat erat dengan tangan kirinya.

Aku meronta ronta, dan berusaha menjerit, tapi yang terdengar cuma ?eeemph? eeemph??. Dengan panik aku berusaha melepaskan bekapan pada mulutku dengan tangan kiriku yang masih bebas.

Namun apa arti tenaga seorang gadis yang mungil sepertiku menghadapi seorang lelaki yang tinggi besar seperti Hadi ini? Aku sungguh merasa tak berdaya. ?Halo non Yanti? kok masih ada di sekolah malam malam begini?? tanya Hadi dengan menjemukan. Mataku terbelalak ketika masuk lagi tukang sapu yang lain yang bernama bernama Yoyok. ?Hanungoo?, ia melongok keluar pintu dan berteriak memanggil satpam di sekolahku.

Aku sempat merasa lega, kukira aku akan selamat dari cengkeraman Hadi, tapi ternyata Yoyok yang mendekati kami bukannya menolongku, malah memegang pergelangan tangan kiriku dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinya mulai meremasi payudaraku. ?Wah baru kali ini ada kesempatan pegang susu amoy.. ini non Yanti yang sering kamu bilang itu kan Had?? tanya Yoyok pada Hadi, yang menjawab ?iya Yok, amoy tercantik di sekolah ini. Betul gak?? tanya Hadi. Sambil tertawa Yoyok meremas payudaraku makin keras.

Aku menggeliat kesakitan dan terus meronta berusaha melepaskan diri sambil berharap semoga Hanung yang sering kuberi tips untuk mengantrikan aku bakso kesukaanku tiap istirahat sekolah, tidak setega mereka berdua yang sudah seperti kerasukan iblis ini.

Tapi aku langsung sadar aku dalam bahaya besar. Yang memanggil Hanung tadi itu kan Yoyok. Jadi sungguh bodoh bila aku berharap banyak pada Hanung yang kalau tidak salah memang pernah aku temukan sedang mencuri pandang padaku.

Ataukah? Beberapa saat kemudian Hanung datang, dan melihatku diperlakukan seperti itu, Hanung menyeringai dan berkata, Dengar! Kalian jangan gegabah.. non Yanti ini kita ikat dulu di ranjang UKS ini. Setelah jam 8 malam, gedung sekolah ini pasti sudah kosong, dan itu saatnya kita berpesta kawan kawan!.

Maka lemaslah tubuhku setelah dugaanku terbukti, dan dengan mudah mereka membaringkan tubuhku di atas ranjang UKS. Kedua tangan dan kakiku diikat erat pada sudut sudut ranjang itu, dan dua kancing bajuku yang belum lepas dilepaskan oleh Hadi, hingga terlihat kulit tubuhku yang putih mulus, serta bra warna pink yang menutupi payudaraku.

Aku mulai putus asa dan memohon Pak Hanung.. tolong jangan begini pak… Ratapanku ini dibalas ciuman Hanung pada bibirku. Ia melumat bibirku dengan penuh nafsu, sampai aku megap megap kehabisan nafas, lalu ia menyumpal mulutku supaya aku tak bisa berteriak minta tolong. Non Yanti, tenang saja.

Nanti juga non bakalan merasakan surga dunia kok, kata Hanung sambil tersenyum memuakkan. Kemudian Hanung memerintahkan mereka semua untuk kembali melanjutkan pekerjaannya, dan mereka meninggalkanku sendirian di ruang UKS sialan ini. Hanung kembali ke posnya, Hadi dan Yoyok meneruskan pekerjaannya menyapu beberapa ruangan kelas yang belum disapu.

Dan aku kini hanya bisa pasrah menunggu nasib. Aku bergidik membayangkan apa yang akan mereka lakukan terhadapku. Dari berbagai macam cerita kejahatan yang aku dengar, aku mengerti mereka pasti akan memperkosaku ramai ramai.

Sakit perutku sudah hilang berkat khasiat minyak putih tadi. Detik demi detik berlalu begitu cepat, tak terasa setengah jam sudah berlalu. Jam di ruang UKS sudah menunjukkan pukul 20:00. tibalah saatnya aku dibantai oleh mereka. Hadi masuk, diikuti Yoyok, Hanung, dan celakanya ternyata mereka mengajak 2 satpam yang lain, Urip dan Soleh. Hai amoy cantik.. sudah nggak sabar menunggu kami ya?, kata Hadi.

Dengan mulut yang tersumpal sementara tangan dan kakiku terikat, aku hanya bisa menggeleng nggelengkan kepala, dengan air mata yang mengalir deras aku memandang mereka memohon belas kasihan, walaupun aku tahu pasti hal ini tak ada gunanya.

Mereka hanya tertawa dan dengan santai melepaskan baju seragam sekolahku, hingga aku tinggal mengenakan bra dan celana dalam yang warnanya pink. Mereka bersorak gembira, mengerubutiku dan mulai menggerayangi tubuhku, tanpa aku bisa melawan sama sekali.

Aku masih sempat memperhatikan, betapa kulit mereka itu hitam legam dan kasar dibandingkan kulitku yang putih mulus, membuatku sedikit banyak merasa jijik juga ketika memikirkan tubuhku dikerubuti mereka, untuk kemudian digangbang tanpa ampun.

Aku terus meronta, tapi tiba tiba perasaanku tersengat ketika jari-jari Hanung menyentuh selangkanganku, menekan nekan klitorisku yang masih terbungkus celana dalam. Aku tak tau sejak kapan, tapi bra yang aku pakai sudah lenyap entah kemana, dan payudaraku diremas remas dengan brutal oleh Hadi dan Yoyok, membuat tubuhku panas dingin tak karuan.

Selagi aku masih kebingungan merasakan sensasi aneh yang melanda tubuhku, Urip mendekatiku, melepas sumpalan pada mulutku, dan melumat bibirku habis habisan. Ya ampun.. aku semakin gelagapan, apalagi kemudian Soleh meraba dan membelai kedua pahaku.

Dikerubuti dan dirangsang sedemikan rupa oleh 5 orang sekaligus, aku merasakan gejolak luar biasa melanda tubuhku yang tanpa bisa kukendalikan, berkelojotan dan mengejang hebat, berulang kali aku terlonjak lonjak, ada beberapa saat lamanya tubuhku tersentak sentak, kakiku melejang lejang, rasanya seluruh tubuhku bergetar.

oh.. oh augh.. ngggg.. aaaaaaagh aku mengerang dan menjerit keenakan dan keringatku membanjir deras. Lalu aku merasa kelelahan dan lemas sekali, dan mereka menertawakanku yang sedang dilanda orgasme hebat. Enak ya non? Hahaha nanti Non pasti minta tambah.

Aku tak melihat siapa yang bicara, tapi aku tahu itu suara Yoyok, dan aku malas menanggapi ucapan yang amat kurang ajar dan merendahkanku itu. Kemudian Hanung berkata padaku, Non Yanti, kami akan melepaskan ikatanmu. Jika nona tidak macam macam, kami akan melepaskan nona setelah kami puas. Tapi jika nona macam macam, nona akan kami bawa ke rumah kosong di sebelah mess kami.

Dan nona tahu kan apa akibatnya? Di situ nona tidak hanya harus melayani kami berlima, tapi seluruh penghuni mess kami. Mengerti ya non?. Mendengar hal itu, aku hanya bisa mengangguk pasrah, dan berharap aku cukup kuat untuk melalui ini semu. Iya pak. Jangan bawa saya ke sana pak. Saya akan menuruti kemauan bapak bapak.

Tapi tolong, jangan lukai saya dan jangan hamili saya. Dan lagi, saya masih perawan pak. Tolong jangan kasar. Tolong jangan keluarkan di dalam ya? pintaku sungguh sungguh, dan merasa ngeri jika aku harus dibawa ke mess mereka.

Aku tahu penghuni mess itu ada sekitar 60 orang, yang merupakan gabungan satpam, tukang sapu dan tukang kebun dari SMA tempat aku sekolah ini, ditambah dari SMP dan SD yang memang masih sekomplek, maklum satu yayasan. Daripada aku lebih menderita digangbang oleh 60 orang, lebih baik aku menuruti apa mau mereka yang cuma berlima ini.

Dan aku benar benar berharap agar tak ada yang melukaiku, berharap mereka tidak segila itu untuk menindik tubuhku, trend yang kudengar sering dilakukan oleh pemerkosanya menindik puting susu korbannya. Aku benar benar takut. Hahaha, non Yanti, sudah kami duga non memang masih perawan.

Nona masih polos, dan tidak mengerti kalo kami suka memandangi tubuh nona yang sexy, dan selalu memimpikan memperawani non Yanti yang cantik ini sejak non masih kelas 1 SMA. Minggu lalu, ketika non ulang tahun ke 17 dan merayakannya di kelas, bahkan memberi kami makanan, kami sepakat untuk menghadiahi non kenikmatan surga dunia. Tenang saja non.

Kami memang menginginkan tubuh non, tapi kami tak sekejam itu untuk melukai tubuh non yang indah ini. Dan kalo tentang itu tenang non, kami sudah mempersiapkan semua itu. Seminggu terakhir ini, aqua botol yang non titip ke saya, saya campurin obat anti hamil. Sedangkan yang tadi, saya campurin obat anti hamil sekaligus obat cuci perut.

Non Yanti tadi sakit perut kan? Hahaha jelas Hanung sambil tertawa, tertawa yang memuakkan. Jadi ini semua sudah direncanakannya! Kurang ajar betul mereka ini. Aku memberi mereka makanan hanya karena ingin berbagi, tanpa memandang status mereka. Tapi kini balasannya aku harus melayani mereka berlima.

Aku akan digangbang mereka, dan mereka akan mengeluarkan sperma mereka di dalam rahimku sepuasnya tanpa kuatir menghamiliku. Lebih tepatnya, tanpa aku kuatir harus hamil oleh mereka. Membayangkan hal ini, entah kenapa tiba tiba aku terangsang hebat, dan birahiku naik tak terkendali.

Mereka semua mulai melepas semua pakaian mereka, dan ternyata penis penis mereka sudah ereksi dengan gagahnya, membuat jantungku berdegup semakin kencang melihat penis penis itu begitu besar. Hanung mengambil posisi di tengah selangkanganku, sementara yang lain melepaskan ikatan pada kedua pergelangan tangan dan kakiku. Hanung menarik lepas celana dalamku, kini aku sudah telanjang bulat.

Tubuhku yang putih mulus terpampang di depan mereka yang terlihat semakin bernafsu. Indah sekali non Yanti, mem*knya non. Rambutnya jarang, halus, tapi indah sekali, puji Hanung. Memang rambut yang tumbuh di atas vaginaku amat jarang dan halus. Semakin jelas aku melihat penis Hanung, yang ternyata paling besar di antara mereka semua, dengan diameter sekitar 6 cm dan panjang yang sekitar 25 cm. Aku menatap sayu pada Hanung.

Pak, pelan pelan pak ya.. aku mencoba mengingatkan Hanung, yang hanya menganguk sambil tersenyum. Kini kepala penis Hanung sudah dalam posisi siap tempur, dan Hanung menggesek gesekkannya ke mulut vaginaku.

Aku semakin terangsang, dan mereka tanpa memegangi pergelangan tangan dan kakiku yang sudah tidak terikat, mungkin karena sudah yakin aku yang telah mereka taklukkan ini tak akan melawan atau mencoba melarikan diri, mulai mengerubutiku kembali.

Kedua payudaraku kembali diremas remas oleh Hadi dan Yoyok, sementara Urip dan Soleh bergantian melumat bibirku. Rangsangan demi rangsangan yang kuterima ini, membuat aku orgasme yang ke dua kalinya.

Kembali tubuhku berkelojotan dan kakiku melejang lejang, bahkan kali ini cairan cintaku muncrat menyembur membasahi penis Hanung yang memang sedang berada persis di depan mulut vaginaku. Eh.. non Yanti ini.. belum apa apa sudah keluar 2 kali, pake muncrat lagi. Sabar non, kenikmatan yang sesungguhnya akan segera non rasakan.

Tapi ada bagusnya juga lho, mem*k non pasti jadi lebih licin, nanti pasti lebih gampang ditembus ya, ejeknya sambil mulai melesakkan penisnya ke vaginaku. Aduh.. sakit pak erangku, dan Hanung berkata Tenang non, nanti juga enak. Kemudian ia menarik penisnya sedikit, dan melesakkannya sedikit lebih dalam dari yang tadi.

Rasa pedih yang amat sangat melanda vaginaku yang sudah begitu licin, tapi tetap saja karena penis itu terlalu besar, Hanung kesulitan untuk menancapkan penisnya ke vaginaku, namun dengan penuh kesabaran, Hanung terus memompa dengan lembut hingga tak terlalu menyakitiku. Lambat laun, ternyata memang rasa sakit di vaginaku mulai bercampur rasa nikmat yang luar biasa.

Dan Hanung terus melakukannya, menarik sedikit, dan menusukkan lebih dalam lagi, sementara yang lain terus melanjutkan aktivitasnya sambil menikmati tontonan proses penetrasi penis Hanung ke dalam vaginaku. Hadi dan Yoyok mulai menyusu pada kedua puting payudaraku yang sudah mengeras karena terus menerus dirangsang sejak tadi.

Tak lama kemudian, aku merasakan selangkanganku sakit sekali, rupanya akhirnya selaput daraku robek. Ooooooh aaaauuuugggh hngggkk aaaaaaagh Aku menjerit kesakitan, seluruh tubuhku mengejang, dan air mataku mengalir, dan kembali aku merasakan keringatku mengucur deras.

Aku ingin meronta, tapi rasa sesak di vaginaku membatalkan niatku. Aku hanya bisa mengerang, dan gairahku pun padam dihempas rasa sakit yang nyaris tak tertahankan ini. Aduh.. sakit pak Hanung.. ampun, erangku, namun Hanung hanya tertawa tawa puas karena berhasil memperawaniku, dan yang lain malah bersorak, terus.. terus… Aku menggeleng gelengkan kepalaku ke kanan dan ke kiri menahan sakit, sementara bagian bawah tubuhku mengejang hebat, tapi aku tak berani terlalu banyak bergerak, dan berusaha menahan lejangan tubuhku supaya vaginaku penuh sesak itu tak semakin terasa sakit.

Namun lumatan penuh nafsu pada bibirku oleh Urip ditambah belaian pada rambutku serta dua orang tukang sapu yang menyusu seperti anak kecil di payudaraku ini membuat gairahku yang sempat padam kembali menyala. Tanpa sadar, dalam kepasrahan aku mulai membalas lumatan itu.

Hanung terus memperdalam tusukannya penisnya yang sudah menancap setengahnya pada vaginaku. Dan Hanung memang pandai memainkan vaginaku, kini rasa sakit itu sudah tak begitu kurasakan lagi, yang lebih kurasakan adalah nikmat yang melanda selangkanganku.

Penis itu begitu sesaknya walaupun baru menancap setengahnya, dan urat urat yang berdenyut di penis itu menambah sensasi yang luar biasa. Sementara itu Hanung mulai meracau, Oh sempitnya non. Enaknya.. ah.. sambil terus memompa penisnya sampai akhirnya amblas sepenuhnya, terasa menyodok bagian terdalam dari vaginaku, mungkin itu rahimku.

Aku hanya bisa mengerang tanpa berani menggeliat, walaupun aku merasakan sakit yang bercampur nikmat. Mulutku ternganga, kedua tanganku mencengkeram sprei berusaha mencari sesuatu yang bisa kupegang, sementara kakiku terasa mengejang tapi kutahan. Aku benar benar tak berani banyak bergerak dengan penis raksasa yang sedang menancap begitu dalam di vaginaku.

Dan setelah diam untuk memberiku kesempatan beradaptasi, akhirnya Hanung memulai pompaanya. Aku mengerang dan mengerang, mengikuti irama pompaan si Hanung. Dan erangangku kembali tertahan ketika kali ini dengan gemas Urip memasukkan penisnya ke dalam mulutku yang sedang ternganga ini.

Aku gelagapan, dan Urip berkata Isep non. Awas, jangan digigit ya! Aku hanya pasrah, dan mulai mengulum penis yang baunya tidak enak ini, tapi lama kelamaan aku jadi terbiasa juga dengan bau itu. Penis itu panjang juga, tapi diameternya tak terlalu besar disbanding dengan penisnya Hanung.

Tapi mulutku terasa penuh, dan ketika aku mengulum ngulum penis itu, Urip memompa penisnya dalam mulutku, sampai berulang kali melesak ke dalam tenggorokanku. Aku berusaha supaya tidak muntah, meskupun berulang kali aku tersedak.

Selagi aku bejruang beradaptasi terhadap sodokan penis si Urip ini, Soleh meraih tangan kananku, menggengamkan tanganku ke penisnya. Non, ayo dikocok!, perintahnya. Penis itu tak hampir tak muat di genggaman telapak tanganku yang mungil, dan aku tak sempat memperhatikan seberapa panjang penis itu, walaupun dari kocokan tanganku, aku sadar penis itu panjang.

Aku menuruti semuanya dengan pasrah, ketika tiba tiba pintu terbuka, dan pak Edy, guru wali kelasku masuk, dan semua yang mengerubutiku menghentikan aktivitasnya, tentu saja penis Hanung masih tetap bersemayam dalam vaginaku.

Melihat semuanya ini, pak Edy membentak, Apa apaan ini? Apa yang kalian lakukan pada Yanti?. Aku merasa ada harapan, segera melepaskan kulumanku pada penis Urip, dan sedikit berteriak Pak Edy, tolong saya pak. Lepaskan saya dari mereka.

Pak Edy seolah tak mendengarku, dan berkata pada Hanung, Kalian ini.. ada pesta kok tidak ngajak saya? Untung saya mau mencari bon pembelian kotak P3K tadi. Kalo begini sih, itu bon gak ketemu juga tidak apa apa hahaha.

Aku yang sempat kembali merasa ada harapan untuk keluar dari acara gangbang ini, dengan kesal melanjutkan kocokan tanganku pada penis Soleh juga kulumanku pada penis Urip. Memang aku harus mengakui, aku menikmati perlakuan mereka, tapi kalau bisa aku juga ingin semua ini berakhir.

Setelah sadar bahwa pak Edy juga sebejat mereka, semuanya tertawa lega, dan sambil mulai melanjutkan pompaan penisnya pada vaginaku, Hanung berkata, Pak Edy tenang saja, masih kebagian kok. Itu tangan kiri non Yanti masih nganggur, kan bisa buat ngocok punya pak Edy dulu.

Tapi kalo soal mem*knya, ngantri yo pak. Abisnya, salome sih. Pak Edy tertawa. Yah gak masalah lah. Ini kan malam minggu, pulang malam juga wajar kan? katanya mengiyakan sambil melepas pakaiannya dan ternyata (untungnya) penisnya tidak terlalu besar, bahkan ternyata paling pendek di antara mereka.

Tapi aku sudah tak perduli lagi. Vaginaku yang serasa diaduk aduk mengantarku orgasme yang ke tiga kalinya. aaaaagh.. paaak sayaaa keluaaaar, erangku yang tanpa sadar mulai menggenggam penis pak Edy yang disodorkan di dekat tangan kiriku yang memang menganggur.

Pinggangku terangkat sedikit ke atas, kembali tubuhku terlonjak lonjak, entah ada berapa lamanya tersentak sentak, namun kini cairanku tak keluar karena vaginaku yang masih sangat sempit ini seolah dibuntu oleh penis Hanung yang berukuran raksasa.

Dalam kelelahan ini, aku harus melayani 6 orang sekaligus. Sodokan sodokan yang dilakukan Hanung membuat gairahku cepat naik walaupun aku baru saja orgasme hebat. Tapi aku tak tahu, kapan Hanung akan orgasme, ia begitu perkasa. Sudah 15 menit berlalu, dan ia masih memompaku dengan garangnya.

Desahan kami bersahut sahutan memenuhi ruangan yang kecil ini. Kedua tanganku mengocok penis dari Soleh dan pak Edy, wali kelasku yang ternyata bejat, membuatku bingung memikirkan apa yang harus kulakukan jika bertemu dengannya mulai senin besok dan seterusnya saat dia mengajar.

Urip mengingatkanku untuk kembali mengulum penisnya yang kembali disodokkannya ke kerongkonganku, membuat aku tak sempat terlalu lama memikirkan hal itu.. Kini aku sudah mulai terbiasa, bahkan sejujurnya mulai menikmati saat saat tenggorokanku diterjang penis si Urip ini.

Kepasrahanku ini membuat mereka semua semakin bernafsu. Tiba tiba Hanung menarikku hingga aku terduduk, lalu dia tiduran di ranjang, hingga sekarang aku berada dalam posisi woman on top, dan penis itu terasa semakin dalam menancap dalam vaginaku. Aku masih tak tahu apa yang ia inginkan, tiba tiba aku ditariknya lagi hingga rebah dan payudaraku menindih tubuhnya.

Urat penisnya terasa mengorek ngorek dinding vaginaku. Eh, daripada satu lubang rame rame, kan lebih nikmat kalo dua, eh, tiga sekalian, tiga lubang rame rame?tanya Hanung pada yang lain, yang segera menyetujui sambil tertawa. Akuuur, seru mereka, dan Urip segera ke belakangku, kemudian meludahi anusku. Oh Tuhan aku akan disandwich.. bagaimana ini.., kataku dalam hati. Jangaaaan. Jangan di situuu!! teriakku ketakutan. Namun seperti yang aku duga, Urip sama sekali tidak perduli.

Aku memejamkan mata ketika Urip menempelkan kepala penisnya ke anusku, dan yang lain bersorak kegirangan, memuji ide Hanung. aaaaaagh erangku ketika penis Urip mulai melesak ke liang anusku. Mataku terbeliak, tanganku menggenggam erat sprei kasur tempat aku aku dibantai ramai ramai, tubuhku terutama pahaku bergetar hebat menahan sakit yang luar biasa.

Ludah Urip yang bercampur dengan air liurku di penis Urip yang baru kukulum tadi, tak membantu sama sekali. Rasa pedih yang menjadi jadi mendera anusku, dan aku kembali mengerang panjang. aaaaaaaaaaaaagh. sakiiiiiit. Jangaaaaan, erangku tanpa daya ketika akhirnya penis itu amblas seluruhnya dalam anusku.

Selagi aku mengerang dan mulutku ternganga, Soleh mengambil kesempatan itu untuk membenamkan penisnya dalam mulutku, hingga eranganku teredam. Sial, ternyata penis Soleh ini agak mirip punya Urip yang sedang menyodomiku.

Begitu panjang, walaupun diameternya tidak terlalu besar, tapi penis itu cukup panjang untuk menyodok nyodok tenggorokanku. Kini tubuhku benar benar bukan milikku lagi. Rasa sakit yang hampir tak tertahankan melandaku saat Urip mulai memompa anusku.

Setiap ia mendorongkan penisnya, penis Soleh menancap semakin dalam ke tenggorokanku, sementara penis Hanung sedikit tertarik keluar, tapi sebaliknya, saat Urip memundurkan penisnya, penis Soleh juga sedikit tertarik keluar dari kerongkonganku, tapi akibatnya tubuhku yang turun membuat penis Hanung kembali menancap dalam dalam di vaginaku, ditambah lagi Hanung sedikit menambah tenaga tusukannnya, hingga rasanya penisnya seperti menggedor rahimku.

Sedikit sakit memang, tapi perlahan rasa sakit pada anusku sudah berkurang banyak, dan ketika rasa sakit itu reda, aku sudah melayang dalam kenikmatan. Hanya 2 menit dalam posisi ini, aku sudah orgasme hebat, namun aku hanya bisa pasrah. Tubuhku hanya bisa bergetar, aku tak bisa bergerak banyak karena semuanya seolah olah terkunci.

Dalam keadaan orgasme, mereka tanpa ampun terus bergantian memompaku, membuat orgasmeku tak kunjung reda bahkan akhirnya aku mengalami multi orgasme! Tanpa terkendali lagi, aku mengejang hebat susul menyusul, dan cairan cintaku keluar berulang ulang, sangat banyak mengiringi multi orgasmeku yang sampai lebih dari 3 menit. namun semua cairan cintaku yang aku yakin sudah bercampur darah perawanku tak bisa mengalir keluar, terhambat oleh penis Hanung. Tanganku yang menumpu pada genggaman tangan Hanung bergetar getar. Sementara Soleh membelai rambutku dan Urip meremas remas payudaraku dari belakang. Sungguh, aku tak kuasa menyangkal.

Kenikmatan yang aku alami sekarang ini benar benar dahsyat, belum pernah sebelumnya aku merasakan yang seperti ini. Aku memang pernah bermasturbasi, namun yang ini benar benar membuatku melayang. Mereka terus menggenjot tubuhku. Desahan yang terdengar hanya desahan mereka, karena aku tak mampu mengeluarkan suara selama penis Soleh mengorek ngorek tenggorokanku.

Entah sudah berapa kali aku mengalami orgasme, sampai akhirnya, hegh.. hu huoooooooh.., Hanung melenguh, penisnya berkedut, kemudian spermanya yang hangat menyemprot berulang ulang dalam liang vaginaku, diiringi dengan keluarnya cairan cintaku untuk yang ke sekian kalinya.

Akhirnya Hanung orgasme juga bersamaan denganku, dan penisnya sedikit melembek, dan terus melembek sampai akhirnya cukup untuk membuat cairan merah muda meluber keluar dengan deras dari sela sela mulut vaginaku, yang merupakan campuran darah perawanku, cairan cintaku dan sperma Hanung. Oh.. enake rek, mem*k amoy seng sek perawan kata Hanung, yang tampak amat puas. Nafasku sudah tersengal sengal. Untungnya, Urip dan Soleh cukup pengertian.

Urip mencabut penisnya dari anusku, dan Soleh tak memaksaku mengulum penisnya yang terlepas ketika aku yang sudah begitu lemas karena kelelahan, ambruk menindih Hanung yang masih belum juga melepaskan penisnya yang masih terasa begitu besar untukku. Kini aku mulai sadar dari gairah nafsu birahi yang menghantamku selama hampir satu jam ini.

Namun aku tidak menangis. Tak ada keinginan untuk itu, karena sejujurnya aku tadi amat menikmati perlakuan mereka, bahkan gilanya, aku menginginkan diriku digangbang lagi seperti tadi. Apalagi mereka cukup lembut dan pengertian, tidak sekasar yang aku bayangkan. Mereka benar benar menepati janji untuk tidak melukaiku dan menyakitiku seperti menampar ataupun menjambak rambutku.

Bahkan Hanung memelukku dan membelai rambutku dengan mesra dan penuh kasih saying, setidaknya menurut perasaanku, sehingga membuatku semakin pasrah dan hanyut dalam pelukannya. Apalagi yang lain kembali mengerubutiku, membelai sekujur tubuhku seolah ingin menikmati tiap senti kulit tubuhku yang putih mulis ini.

Entah kenapa aku merasa aku rela melayani mereka berenam ini untuk seterusnya, membuatku terkejut dalam hati. Hah? Apa yang baru saja aku pikirkan? Aku ini kan diperkosa, kok aku malah berpikir seperti itu? pikirku dalam hati. Tapi tak bisa kupungkiri, tadi itu benar benar nikmat, belum pernah aku merasakan yang seperti itu ketika aku bermasturbasi. Lagian, apakah ini masih bisa disebut perkosaan? Selain aku pasrah melayani apa mau mereka, aku juga menikmatinya, bahkan sampai orgasme berkali kali.

Lamunanku terputus saat Hanung mengangkat tubuhku hingga penisnya yang sudah mengecil terlepas dari vaginaku. Non, kita lanjutin ya, kata Soleh yang sudah tiduran di bawahku yang sedikit mengkangkang. Aku hanya menurut saja dan mengarahkan vaginaku ke penisnya yang tegak mengacung. Aku memegang dan membimbing penis itu untuk menembus vaginaku yang sudah tidak perawan lagi ini.

Ooh aaah, erang Soleh ketika penisnya mulai melesak ke dalam vaginaku. Lebih mudah dari punya Hanung tadi, karena diameter penis si Soleh memang lebih kecil. Namun tetap saja, panjangnya membuat aku sedikit banyak kelabakan. Ooh.. aduuuuh, erangku panjang seiring makin menancapnya penis Soleh hingga amblas sepenuhnya dalam vaginaku.

Penisnya terasa hangat, lebih hangat dari punya si Hanung yang kini duduk di kursi tengah ruang ini sambil merokok. Mereka memberiku kesempatan untuk bernafas sejenak, kemudian Urip mendorongku hingga aku kembali telungkup, kali ini menindih Soleh yang langsung mengambil kesempatan itu untuk melumat bibirku.

Baru aku sadar, Soleh ini pasti tinggi sekali. Dan rupanya si Urip belum puas dan ingin melanjutkan anal seks denganku. Kembali aku disandwich seperti tadi. Namun kali ini aku lebih siap. Aku melebarkan kakiku hingga semakin mengkangkang seperti kodok, dan… perlahan tapi pasti, anusku kembali ditembus penis Urip yang amat keras ini, membuat bagian bawah tubuhku kembali terasa sesak.

Walaupun memang tidak sesesak tadi, namun cukup untuk membuatku merintih mengerang antara pedih dan nikmat. Kini Hadi dan Yoyok ikut mengepungku. Mereka masing masing memegang tangan kiri dan kananku, mengarahkanku untuk menggenggam penis mereka dan mengocoknya.

Selagi aku mulai mengocok dua buah penis itu, wali kelasku yang ternyata bejat ini mengambil posisi di depanku, memintaku mengoral penisnya. Dioral sekalian El, daripada nganggur nih, katanya dengan senyum yang memuakkan. Tapi aku terpaksa menurutinya daripada nanti ia berbuat atau mengancam yang macam macam.

Kubuka mulutku walaupun dengan setengah hati, membiarkan penis pak Edy yang berukuran kecil ini masuk dalam kulumanku. Jadi kini aku digempur 5 orang sekaligus, yang mana justru membuat gairahku naik tak karuan. Apalagi Soleh dan Urip makin bersemangat menggenjot selangkanganku, benar benar dengan cepat membawaku orgasme lagi. Eeeeeemmmmph erangku keenakan.

Tubuhku mengejang, dan kurasakan cairan cintaku keluar, melumasi vaginaku yang terus dipompa Soleh yang juga merem melek keenakan. Tiba tiba penis pak Edy berkedut dalam mulutku, dan tanpa ampun spermanya muncrat membasahi kerongkonganku.

Baru kali ini aku merasakan sperma dalam mulutku, rasanya aneh, asin dan asam. Mungkin karena sudah beberapa kali melihat film bokep, tanpa disuruh aku sudah tahu tugasku. Kubersihkan penis pak Edy dengan kukulum, kujilati, dan kusedot sedot sampai tidak ada sperma yang tertinggal di penis yang kecil itu.

Soleh mengejek pak Edy, Lho pak, kok sudah keluar? Masa kalah sama sepongannya non Yanti? Bagaimana nanti sama mem*knya? Seret banget lho pak, kata Soleh, yang disambung tawa yang lain. Pak Edy terlihat tersenyum malu, dan tak berkata apa apa, hanya duduk di sebelah si Hanung.

Aku tertawa dalam hati, namun ada bagusnya juga, kini tugasku menjadi sedikit lebih ringan. Hadi yang juga ingin merasakan penisnya kuoral, pindah posisi ke depanku, dan mengarahkan penisnya ke mulutku.

Aku mengulum penis itu tanpa penolakan, dan kocokan tangan kananku pada penis Yoyok kupercepat, mengimbangi cepatnya sodokan demi sodokan penis Soleh dan Urip yang semakin gencar menghajar vagina dan anusku. Urip tiba tiba mendengus dengus dan melolong panjang oooooooouuuuggghh. , seiring berkedutnya penisnya dalam anusku, dan menyemprotkan maninya berulang ulang.

Terasa hangat sekali anusku di bagian terdalam. Kini aku tinggal melayani 3 orang saja, namun entah aku sudah orgasme berapa kali. Aku amat lelah untuk menghitungnya. Dan Yoyok menggantikan Urip membobol anusku. Baru aku sadar, dari genggaman tanganku tadi pada penis Yoyok, aku tahu penis Yoyok tidak panjang, tapi diameternya itu.. rasanya seimbang dengan punya si Hanung.

Oh celaka penis itu akan segera menghajar anusku. ooooh oooooogh sakiiiit, erangku ketika Yoyok memaksakan penisnya sampai akhirnya masuk. Namun seperti yang tadi tadi, rasa sakit yang menderaku hanya berlangsung sebentar, dan berganti rasa nikmat luar biasa yang tak bisa dilukiskan dengan kata kata.

Aku semakin tersengat birahi ketika Soleh yang ada di bawahku meremas remas payudaraku yang tergantung di depan matanya, sementara Hadi menekan nekankan kepalaku untuk lebih melesakkan penisnya ke kerongkonganku. Di sini aku juga sadar, ternyata penis si Hadi ini setipe dengan punya Urip atau Soleh. Dengan pasrah aku terus melayani mereka satu per satu sampai akhirnya mereka orgasme bersamaan.

Dimulai dari kedutan penis Soleh dalam vaginaku, tapi tiba tiba penis Hadi berkedut lebih keras dan langsung menyemburkan spermanya yang amat banyak dalam rongga mulutku. Aku gelagapan dan nyaris tersedak, namun aku usahakan semuanya tertelan masuk dalam kerongkonganku.

Selagi aku berusaha menelan semuanya, tiba tiba dari belakang Yoyok menggeram, penisnya juga berkedut, kemudian menyemprotkan sperma berulang ulang dalam anusku, diikuti Soleh yang menghunjamkan penisnya dalam dalam sambil berteriak penuh kenikmatan. Oooooooohh aaaaaaargh, seolah tak mau kalah, aku juga mengerang panjang.

Bersamaan dengan berulang kali menyemprotnya sperma Soleh di dalam vaginaku, aku juga mengalami orgasme hebat. Hadi jatuh terduduk lemas setelah penisnya kubersihkan tuntas seperti punya pak Edy tadi.

Lalu Soleh yang penisnya masih menancap di dalam vaginaku memeluk dan lembali melumat bibirku dengan ganas, sampai aku tersengal sengal kehabisan nafas. Yoyok yang penisnya tak terlalu panjang hingga sudah terlepas dari anusku, juga duduk bersandar di dinding. Kini tinggal aku dan Soleh yang ada di atas ranjang, dan kami bergumul dengan panas.

Soleh membalik posisi kami hingga aku telentang di ranjang ditindihnya, dan penisnya tetap masih menancap dalam vaginaku meskipun mulai lembek, mungkin dikarenakan penis Soleh yang panjang.

Tanpa sadar, kakiku melingkari pinggangnya Soleh, seakan tak ingin penisnya terlepas, dan aku balas melumat bibir si Soleh ini. Pergumulan kami yang panas, menyebabkan Hanung terbakar birahi. Tenaganya yang sudah pulih seolah ditandai dengan mengacungnya penisnya, yang tadi sudah berejakulasi. Namun ia dengan sabar membiarkan aku dan Soleh yang bergumul dengan penuh nafsu.

Namun penis Soleh yang semakin mengecil itu akhirnya tidak lagi tertahan erat dalam vaginaku, dan Soleh pun tampaknya tahu diri untuk memberikanku kepada yang lain yang sudah siap kembali untuk menggenjotku. Hanung segera menyergap dan menindihku, tanpa memberiku kesempatan bernafas, dengan penuh nafsu Hanung segera menjejalkan penisnya yang amat besar itu ke dalam vaginaku.

Aku terbeliak, merasakan kembali sesaknya vaginaku. Hanung yang sudah terbakar nafsu ini mulai memompa vaginaku dengan ganas, membuat tubuhku kembali bergetar getar sementara aku mendesah dan merintih merasakan nikmat berkepanjangan ini.

Gilanya, aku mulai berani mencoba lebih merangsang Hanung dengan pura pura ingin menahan sodokan penisnya dengan cara menahan bagian bawah tubuhnya. Benar saja, dengan tatapan garang ia mencengkram kedua pergelangan tanganku dan menelentangkannya, membuatku tak berdaya. Dan sodokan dem sodokan yang menghajar vaginaku terasa semakin keras. Aku menatap Hanung dengan pandangan sayu memelas untuk lebih merangsangnya lagi, dan berhasil.

Dengan nafas memburu, Hanung melumat bibirku sambil terus memompa vaginaku. Kini aku yang gelagapan. Orgasme yang menderaku membuat tubuhku bergetar hebat, tapi aku tak berdaya melepaskannya karena seluruh gerakan tubuhku terkunci, hingga akhirnya Hanung menggeram nggeram, semprotan sperma yang cukup banyak kembali membasahi liang vaginaku.

Hanung melepaskan cengkramannya pada kedua pergelangan tanganku, namun aku sudah terlalu lelah dan lemas untuk menggerakkannya. Ia turun dari ranjang, setelah melumat bibirku dengan ganas, lalu memberi kesempatan pada pak Edy yang sudah ereksi kembali. Kali ini, ia terlihat lebih gembira, karena mendapatkan jatah liang vaginaku, yang kelihatannya sudah ditunggunya sejak tadi.

Dengan tersenyum senang, yang bagiku memuakkan, ia mulai menggesekkan kepala penisnya ke vaginaku yang sudah banjir cairan sperma bercampur cairan cintaku. Tanpa kesulitan yang berarti, ia sudah melesakkan penisnya seluruhnya. Aku sedikit mendesah ketika ia mulai memompa vaginaku.

Namun lagi lagi seperti tadi, belum ada 3 menit, pak Edy sudah mulai menggeram, kemudian tanpa mampu menahan lagi ia menyemprotkan spermanya ke dalam liang vaginaku. Yang lain kembali tertawa, sedangkan aku yang belum terpuaskan dalam sesi ini, memandang yang lain, terutama Hadi yang belum sempat merasakan selangkanganku.

Hadi yang seolah mengerti, segera mendekatiku. Terlebih dulu ia mencium bibirku dengan dimesra mesrakan, membuatku sedikit geli namun cukup terangsang juga. Tak lama kemudian, Hadi sudah siap dengan kepala penis yang menempel di vaginaku, lalu mulai melesakkan penisnya dalam dalam. Ia terlihat menikmati hal ini, sementara aku sedikit mengejang menahan sakit karena Hadi cukup terburu buru dalam proses penetrasi ini.

Selagi kami dalam proses menyatu, yang lain sedang mengejek pak Edy yang terlalu cepat keluar. Ingin aku menambahkan, penisnya agak sedikit lembek. Tapi aku menahan diri dan diam saja, karena aku tak ingin terlihat murahan di depan mereka.

Hadi mulai memompa vaginaku. Rasa nikmat kembali menjalari tubuhku. Pinggangku bergerak gerak dan pantatku sedikit terangkat, seolah menggambarkan aku yang sedang mencari kenikmatan. Selagi aku dan Hadi sudah mulai menemukan ritme yang pas, aku melihat yang lain yaitu Yoyok dan Urip akan pergi ke wc, katanya untuk mencuci penis mereka yang tadi sempat terbenam dalam anusku.

Sambil keluar Urip berkata, nanti kasihan non Yanti, kalo mem*knya yang bersih jadi kotor kalo kont*lku tidak aku cuci. iya, juga, kan kasihan, amoy cakep cakep gini harus ngemut ****** yang kotor seperti ini, sambung Yoyok. Oh.. ternyata mereka begitu pengertian padaku. Aku jadi semakin senang, dan menyerahkan tubuhku ini seutuhnya pada mereka.

Kulayani Hadi dengan sepenuh hati, setiap tusukan penisnya kusambut dengan menaikkan pantatku hingga penis itu bersarang semakin dalam. Tanpa ampun lagi, tak 5 menit kemudian aku orgasme disusul Hadi yang menembakkan spermanya dalam liang vaginaku, bersamaan dengan kembalinya Yoyok dan Urip.

Namun mereka berdua ini tak langsung menggarapku. Setelah Hadi kembali terduduk lemas di bawah, mereka berdua mengerubutiku, tapi hanya membelai sekujur tubuhku, memberiku kesempatan untuk beristirahat setelah orgasme barusan.

Mereka berdua menyusu pada payudaraku, sambil meremas kecil, membuatku mendesah tak karuan. Kini jam sudah menunjukkan pukul 21:00 malam. Tak terasa sudah satu jam aku melayani mereka semua. Dalam keadaan lelah, aku minta waktu sebentar pada Urip dan Yoyok untuk minum.

Keringat yang mengucur deras sejak tadi membuatku haus. Sebentar bapak bapak, saya mau minum dulu ya, kataku. Kebetulan di tasku ada sekitar setengah botol air Aqua, sisa minuman yang tadi sore, tapi aku langsung teringat, minuman itu dicampur obat cuci perut yang mengantarku ke horor di ruang UKS ini.

Pak Hanung. Itu air sudah bapak campurin obat cuci perut kan? Tolong pak, belikan saya minuman dulu. Tapi jangan dicampurin apa apa lagi ya pak, kataku sambil akan turun dari ranjang untuk mencari uang dalam dompet yang ada di dalam tas sekolahku.

Tapi Hanung berkata, Gak usah non. Saya belikan saja. Hanung pergi ke wc sebentar untuk mencuci penisnya, kemudian kembali dan mengenakan celana dalam dan celana panjangnya saja. Lalu ia keluar untuk membeli air minum untukku.

Sambil menunggu, yang lain menggodaku, merayuku betapa cantiknya aku, betapa putih mulusnya kulit tiubuhku yang indah dan sebagainya. Aku hanya tersenyum kecil menanggapi itu semua. Tak lama kemudian, Hanung kembali sambil membawa sebotol Aqua, yang segelnya sudah terbuka. Aku menatapnya curiga, dan bertanya dengan ketus.

Pak, masa bapak tega mencampuri air minum ini lagi? Nanti kan saya mulas mulas lagi?. Hanung dengan tersenyum menjawab, nggak non. Masa lagi enak enak gini saya pingin non bolak balik ke WC lagi. Ini cuma supaya non Yanti gak terlalu capek. Buat tambah tenaga non. Yah.. pokoknya bukan obat cuci perut, aku akhirnya meminumnya sampai setengahnya, karena aku sudah semakin kehausan.

Tak lupa aku mengambil botol sisa air minum yang tadi di dalam tasku, dan membuangnya ke tong sampah. Kemudian aku kembali ke ranjang, menuntaskan tugasku melayani Urip dan Yoyok. Tiba tiba aku merasa aneh, tubuhku terasa panas terutama wajahku, keringat kembali bercucuran di sekujur tubuhku.

Padahal mereka belum menyentuhku. Aku langsung mengerti, ini pasti ada obat perangsang yang dicampurkan dalam minuman tadi. Sialan deh, aku kini semakin terperangkap dalam cengkeraman mereka. Urip dan Yoyok bergantian memompa vagina dan mulutku. Awalnya Urip melesakkan penisnya dalam vaginaku, sementara Yoyok memintaku mengoral penisnya.

Karena obat perangsang itu, sebentar sebentar aku mengalami orgasme, dan tiap aku orgasme mereka bertukar posisi. Rasa sperma dari banyak orang, bercampur cairan cintaku kurasakan ketika mengoral penis mereka, dan membuatku semakin bergairah.

Mereka akhirnya berorgasme bersamaan, Yoyok di vaginaku dan Urip di tenggorokanku. Sedangkan aku sendiri sampai pada titik dimana aku kembali mengalami multi orgasme. Ada 3 sampai 4 menit lamanya, tubuhku terlonjak lonjak hingga pantatku terangkat angkat, kakiku melejang lejang sementara tanganku menggengam sprei yang sudah semakin basah dan awut awutan.

Aku melenguh panjang, kemudian roboh telentang pasrah, dalam keadaan masih terbakar nafsu birahi, tapi kelelahan dan nafasku yang tersengal sengal membuatku hanya bisa memejamkan mata menikmati sisa getaran pada sekujur tubuhku. Kemudian bergantian mereka terus menikmati tubuhku.

Aku sudah setengah tak sadar kerena terbakar nafsu birahi yang amat hebat, melayani dan melayani mereka semua tanpa bisa mengontrol diriku. Akhirnya mereka sudah selesai menikmati tubuhku ketika jam menunjukan pukul 21:45. Mereka membiarkanku istirahat hingga staminaku sedikit pulih.

Aku bangkit berdiri lalu melap tubuhku yang basah kuyup oleh keringat dengan handuk dan membersihkan selangkangan dan pahaku yang belepotan sperma. Dan dengan nakal Hanung melesakkan roti hot dog ke dalam vaginaku. Aku mendesah dan memandangnya penuh tanda tanya, tapi Hanung hanya cengengesan sambil memakaikan celana dalamku, hingga roti itu semakin tertekan oleh celana dalamku yang cukup ketat.

Aku melenguh nikmat, dan mereka berebut memakaikan braku. Tanganku direntangkan, dan mereka menutup kedua payudaraku dengan cup bra-ku, memasang kaitannya di belakang punggungku. Lalu setelah memakaikan seragam sekolah dan rokku, mereka melingkariku yang duduk di atas ranjang dan sedang mengenakan kaus kaki dan sepatu sekolahku.

Kemudian aku menatap mereka semua, siap mendengarkan ancaman kalo tidak boleh bilang siapa siapa lah.. ah, kalo itu sih nggak usah mereka mengancam, memangnya aku sampai tak punya malu sehingga menceritakan bagaimana aku yang asalnya diperkosa kemudian melayani mereka sepenuh hati seperti yang tadi aku lakukan?? Dan tentang kalo mereka ingin memperkosaku lagi di lain waktu, aku juga sudah pasrah. Non Yanti, kami puas dengan pelayanan non barusan. Tapi tentu saja kami masih menginginkan non melayani kami untuk berikut berikutnya, kata Hanung.

Aku tak terlalu terkejut mendengar hal ini, tapi aku berpura pura tidak mengerti dan bertanya, maksud bapak?. Non tentu sudah mengerti, kami masih inginkan servis non di lain hari. Kebetulan, minggu depan hari kamis tu kan hari terima rapor semester 3. Dua hari sebelum hari Natal. Tanggal 24 kan libur, kami ingin non Yanti datang ke sini jam 7 malam untuk melayani kami lagi. Seperti hari ini, non cukup melayani kami 2 jam saja.

Soal pertemuan berikutnya, kita bisa atur lagi nanti tanggal 24 itu. Non harus datang, karena kalo tidak wali kelas non bisa memberikan sanksi tegas. Iya kan pak Edy? jelas Hanung panjang lebar. Pak Edy mengiyakan dan berkata, benar Yanti. Saya bisa membuatmu tidak naik kelas, dengan alasan yang bisa saya cari cari.

Jadi sebaiknya kamu jangan macam macam, apalagi sampai melaporkan hal ini ke orang lain. Lagipula, saya yakin kamu cukup cerdas untuk tidak melakukan hal bodoh seperti itu. Mendengar semuanya ini, aku hanya bisa mengangguk pasrah.

Oh Tuhan.. di malam Natal minggu depan, aku harus bermain sex dengan enam laki laki yang ada di sekitarku ini Dan aku tak bisa menolak sama sekali.. Setelah semua beres, aku diijinkan pulang.

Dalam keadaan loyo, aku berjalan tertatih tatih ke mobilku, selain sakit yang mendera selangkanganku akibat baru saja diperawani dan disetubuhi ramai ramai, roti yang menancap pada vaginaku sekarang ini membuat aku tak bisa berjalan dengan normal dan lancar. Untungnya tak ada yang melihatku dan menghadangku, akhirnya aku sampai ke dalam mobil, dan menyetir sampai ke rumah dengan selamat.

Lihat Juga :  Cerita Dewasa Istriku di Tukar dengan Istri Bos

Sampai di rumah, sekitar pukul 22:30, aku memencet remote pintu pagar untuk membuka, lalu aku memasukkan mobilku halaman rumah. Setelah memencet remote untuk menutup pintu pagar, aku masuk ke dalam rumah, langsung menuju kamarku.

Roti ini benar benar mengganggu sejak aku menyetir tadi. Rasa nikmat terus mendera vaginaku tak henti hentinya, karena setiap kaki kiriku menginjak kopling, roti ini rasanya tertanam makin dalam. Kini hal yang sama juga terjadi setiap aku melangkahkan kakiku agak lebar.

Rasanya kamarku begitu jauh, apalagi aku harus naik tangga, kamarku memang ada di lantai 2. Akhirnya aku sampai ke kamarku. Di sana aku buka semua bajuku, lalu pergi ke kamar mandi yang ada di dalam kamarku, mencabut roti yang sudah sedikit hancur terkena campuran sperma dan cairan cintaku.

Aku menyemprotkan air shower ke vaginaku untuk membersihkan sisa roti yang tertinggal di dalamnya, sambil sedikit mengorek ngorek vaginaku untuk lebih cepat membersihkan semuanya. Rasa nikmat kembali menjalari tubuhku, namun aku tahu aku harus segera beristirahat.

Maka aku segera mandi keramas sebersih bersihnya, kemudian setelah mengeringkan tubuhku aku memakai daster tidur satin yang nyaman, dan merebahkan tubuhku yang sudah amat kelelahan ini di ranjangku yang empuk. Tak lama kemudian aku sudah tertidur pulas, setelah berhasil mengusir bayangan wajah puas orang orang yang tadi menggangbang aku.

Tamat

Incoming search terms:

Cerita Mesum Perawanku Digilir Dua Cowok

$
0
0

Cerita Mesum Perawanku Digilir Dua Cowok – Sekian lama aku berteman tak disangka dan diduga diapun mengutarakan maksud dan tujuannya mengajak berteman aku dahalulu karena dia ingin mengenal aku lebih jauh, Bila aku tak jawab,mungkin aku dikira sombong, setelah aku berpikir panjang dengan berbagai pertimbangan keputusan akhirnya aku pilih’Aku menerima jadi pacarnya’ singkat dan penuh malu aku kirim Sms’untuk kata ”IYA AKU MAU JADI CEWEKMU’, dia gembira bukan kepalang tentu saja orang lain aja belum tentu bisa meraih hatiku, dengan uletnya dan gigihnya akupun luluh karena aku yakin dia tulus sayang sama aku sikap-sikap yang ditunjukin kepadaku telah jadi buktnya.

Namaku Rima. Kata orang aku cantik, kulitku kuning, hidungku bangir, sepintas aku mirip Indo. Tinggiku 160cm, ukuran Bhku 34, cukup besar untuk seorang gadis seusiaku. Aku punya pacar, Dino namanya. Dia kakak kelasku, kami sering ketemu di sekolah. Dino seorang siswa yang biasa-biasa saja, dia tidak menonjol di sekolahku. Prestasibelajarnyapun biasa saja. Aku tertarik karena dia baik padaku. Entah kebaikan yang tulus atau memang ada maunya. Dia juga mencoba mendekatiku. Di sekolah, aku tergolong populer. Banyak siswa cowok mencari perhatian padaku.

Tapi entah mengapa aku memilih Dino. Singkatnya, aku pacaran dengan Dino. Banyak teman-teman cewekku menyayangkannya, padahal masih ada si Anto yang bapaknya pejabat, Si Danu yang juara kelas, Si Andi yang jago basket, dan lainnya. Entah mengapa aku tidak menaruh perhatian pada mereka-mereka itu.Aku dan Dino telah berjalan kurang lebih 6 bulan. Pacaran kami sembunyi-sembunyi, ya karena kami masih SMP jadi kami masih takut untuk pacaran secara terang-terangan. Orang tuaku sebenarnya melarangku untuk berpacaran, masih kecil katanya. Tetapi apabila cinta telah melekat, apapun jadi nikmat. Hari Sabtu sepulang sekolah aku janjian sama Dino. Aku mau nemanin dia ke rumah temannya. Aku bilang ke orang tua bahwa hari Sabtu aku pulang telat karena ada les tambahan. Aku berbohong. Di tasku. telah kusiapkan kaos dan celana panjang dari rumah. Sepulang sekolah, aku ke wc dan mengganti seragamku dengan baju yang kubawa dari rumah. Dinopun begitu.

Dari sekolah kami yang berada di perbatasan Jakarta Timur dan Selatan, kami naik bis kearah Cipinang, Jakarta Timur, rumah teman Dino. Sesampai disana, aku diperkenalkan dengan teman Dino, Agus namanya. Rumahnya sepi, karena orang tua Agus sedang ke luar kota. Agus juga bersama pacarnya, Anggi. Pembantunya pun pulang kampung, sesekali kakak Agus yang telah menikah, datang ke rumah sekalian menengok Agus dan membawakannya makanan. Kakaknya hari ini sudah datang tadi pagi dan akan datang lagi besok, demikian kataAgus. Jadi hanya kami berempat di rumah itu. Kami ngobrol bersama ngalor ngidul. Tak lama kemudian, Agus dan Dino pergi ke dapur dan menyiapkan minuman untuk kami. Aku ngobrol dengan Anggi. Dari Anggi, aku tahu bahwa Agus telah berhubungan selama kurang lebih 1 tahun. Keduanya satu sekolah, juga di SMP hanya berlainan dengan sekolahku.

10 menit kemudian, Agus dan Dino kembali dengan membawa 4 gelas sirup dan dua toples makanan kecil. Setelah memberikan minuman dan makanan itu, Agus berdiri dan memutar VCD.Film baru katanya. Aku enggak ngerti, aku pikir film bioskop biasa. Agus menyilakan kami minum. Aku minum sirup yang diberikannya. 10 menit berlalu, kepalaku pusing sekali, bersamaan dengan itu ada rasa aneh menyelimuti tubuhku.

Rasa..hangat merinding di tv tampak adegan seorang wanita bule yang sedang dientot oleh 2 laki-laki, satu negro dan satu lagi bule juga. Aku berniat untuk pulang, tetapi entah mengapa dorongan hatiku untuk tetap menyaksikan film itu. Mungkin karena aku baru pertama kali ini nonton blue film. Badanku makin enggak karuan rasanya kepalaku serasa berat dan ah rangsangan di badanku semakin menggila.

Aku lihat Agus dan Anggi sudah saling melepaskan baju mereka telanjang bulat di hadapan aku dan Dino.Mereka saling berpelukan, berpagutan tampak Agus menciumi tetek Anggi yang mungil Agus lalu mengisep-isep pentilnya tampaknya keduanya sudah sering melakukannya . Mereka tampak tidak canggung lagi Anggi mengisep-isep peler Agus persis seperti kejadian di film blue itu . Anggi juga sepertinya telah terbiasa Kontol Agus bak permen, diisep, dikulum oleh Anggi Dino merapatkan tubuhnya kepadaku.

“Rim .kamu sayang aku enggak?”tanyanya padaku. “Eh..emang kenapa, Din ?”kataku kaget karena aku masih asyik menyaksikan Agus dan Anggi “Aku pengen kayak gitu .”kata Agus sambil menunjuk pada Agus dan Anggi yang semakin hot. Tampak Agus mulai menindih Anggi, dan memasukkan batang kontolnya ke nonok Anggi. Dengan diikuti teriakan kecil Anggi, batang kontol itu masuk seluruhnya ke nonok Anggi. Gairahku melonjak-lonjak entah kenapa?Seluruh badanku merinding .”Rima?”kata Dino lagi. “Eh enggak ah enggak mau malu .”kataku. “Malu sama siapa?”kata Dino.

Tangannya mulai merayapi dadaku. Kutepis pelan tangannya. “Malu sama Agus dan Anggi tuh “kataku. “Ah mereka aja cuek ayo dong Rima aku sudah enggak tahan nih “kata Dino. “Ah..jangan ah “kataku. Gairahku makin tidak keruan mendengar erangan dan rintihan Agus dan Anggi. Tak terasa tangan Dino mulai membuka kancing bajuku. Entah kenapa aku membiarkannya sehingga bajuku terbuka. Aku hanya mengenakan BH dan celanapanjang jeans.

Adegan di TV makin hot tampak sekarang seorang wanita asia di entot tiga orang bule dua orang memasukkan kontolnya ke memek dan pantatnya sedangkan yang satunya kontolnya lagi diisep oleh si wanita. Keempatnya terlihat sedang merasakan kenikmatan Tangan Dino mulai merayapi dan meremas-remas buah dadaku yang masih kencang dan belum pernah disentuh oleh siapapun. Aku menggelinjang, geli nikmat ah..baru pertama kali aku merasakan ini. ”Buka Bhnya, ya sayang “pinta Dino. Aku mengangguk, aku jadi inginmerasakan lebih nikmat lagi Dengan cekatan Dino membuka Bhku.. aku sekarang benar-benar telanjang dada.

Dino mengisepi pentilku memencet-memencet buah dadaku yang masih kenyal dan bagus “Tetekmu enak bener, sayang belum pernah ada yang pegang yaa”kata Dino sambil terus meremas tetekku dan mengisepi pentilku “Belum Din ahhh enak Din terus terus..jangan berhenti .”kataku. Kenikmatan itu baru kali ini aku rasakan. Kulirik Agus dan Anggi, mereka sekarang bermain doggy style.

Anggi berposisi nungging dan Agus menusuknya dari belakang terdengar erangan dan eluhan mereka Gairahku makin menggila “Buka celanamu ya sayang aku udah pengen nih “pinta Dino. “Jangan Din takut .”kataku. “Takut apa sayang?”kata Dino. “Takut hamil “kataku. “Enggak Din, aku nanti keluarnya di luar memekmu sayang kalo hamilpun aku akan tanggung jawab, percayalah “katanya.

Cerita Dewasa Pecah Wanita Perawan Aku diam saja Dino mulai membuka ristleting celanaku, aku diamkan saja .tak lama kemudian, dia memerosotkan celanaku tampak memekku yang menggumpal dengan jembut yang lumayan tebal. Dino pun memerosotkan celana dalamku Aku benar-benar polos bugil. Dinopun membukaseluruh bajunya, kami berdua telanjang bulat.

Tangan Dino tetap meremas-remas tetekku Kulirik Agus dan Anggi, eh mereka bersodomi Anggi sudah biasa bersodomi rupanya kulihat kontol Agus maju mundur di pantat Anggi sedangkan tangan kiri Anggi mengucek-ucek memeknya sendiri yang sudah basah Erangan mereka terdengar makin sering .Dino terus mengerjaiku, tangannya mulai merayapi jembutku. Salah satu jarinya dimasukkan ke nonokku”Ah..sakit, pelan-pelan, Din..”teriakku ketika jari itu memasuki nonokku. Dino agak sedikit mengeluarkan jari itu dan bermain di bibir kemaluanku tak lama kemudian nonokku basah . “Din, isep dong punyaku “pinta Dino sambil menyodorkan kontolnya ke mukaku.

“Ah..enggak ah “kataku menolak. “Jijik ya? Punyaku bersih kok ayo dong Anggi saja berani tuh “pinta Dino memelas.
Dengan ragu aku pegang kontol Dino. Baru sekali ini aku memegang punya laki-laki. Ternyata liat dan keras. Kontol Dino sudah berdiri tegang rupanya. “Ayo dong Rima sayang “pinta Dino lagi. Dengan ragu kumasukkan kontol itu ke mulutku, aku diamkan kontol itu sambil kurasa-rasa. Ih, kenyal “Hisap dong sayang seperti kamu makan permen “Dino mengajariku. Pelan-pelankuisap-isap, kujilati bolong kontol itu dengan lidahku lama kelamaan aku merasa senang mengisapnya kuisep keras-keras..kusedot-sedot, kujilati .kumaju mundurkan kontol itu di dalam mulutku terdengar berulang kali erangan Dino. “Ah ah. uuuhhh enak sayang teruskan ..” erang Dino. Tangan Dino terus mengucek-ucek nonokku.

Sudah tidak sakit lagi sekarang, mungkin sudah basah Aku jadi senang mengisap kontol Dino terus kulomoh kuisap..kujilati kusedot-sedot ih..enak juga, pikirku Tiba-tiba Dino menarik kontolnya dan mengarahkannya ke nonokku Aku pasrah, dimasukkannya kontolnya ternyata meleset, Dino melumuri tangannya dengan ludahnya kemudian tangannya itu diusapkan ke kontolnya dan mencoba lagi memasukkan kontolnya ke liang nonokku, ketika kepalanya masuk ke nonokku, aku berteriak”Aduuh sakit Din pelan-pelan dong ” Gairah semakin meninggi .aku ingin merasakan kenikmatan lebih.

Dino melesakkan kontolnya ke nonokku pelan kurasakan sesak nonokku ketika kepala kontol itu masuk ke dalamnya Dino lagi menghentakkan kontolnya sehingga amblas semuanya ke dalam nonokku .”Ahhh perih Din “kataku. Dino diam sebentar memberikan waktu kepadaku untuk menenangkan diri. “Tenang Din, sebentar lagi kamu akan terbiasa kok “katanya. Pelan-pelan Dino mengocokkontolnya di nonokku.

Masih terasa perih sedikit kocokkan Dino semakin kencang Aneh, perih itu sudah tidak terasa lagi, yang ada hanya rasa nikmat nikmat sekali “Terus Din Terus ahhhh ah .enak .”kataku. Sempat kulirik Agus dan Anggi masih terus bersodomi. Gimana rasanya disodomi ya, pikirku Agus semakin menggencarkan kocokkanyya Aku semakin menggelinjang .ah ternyata ngentot itu nikmat .surga dunia coba dari dulu.. kataku dalam hati .”Din ah.ah .aku aku .”entah apa yang aku ingin ucapkan. Ada sesuatu yang ingin kukeluarkan dari nonokku entah apa “Keluarkan saja sayang kamu mau keluar .”kata Dino. “Ahh iya Din aku mau keluar ..”tak lama kemudian terasa cairan hangat dari nonokku .

Dino terus mengocok kontolnya kuat juga pacarku ini, pikirku. “Satu nol, sayang”kata Dino tersenyum. Dino mencopot kontolnya, aku sedikit kecewa “Kenapa dicopot Din..”tanyaku. “Kita coba doggy style, sayang “jawabnya sambil membimbingku berposisi seperti anjing. Dino menusukan kontolnya lagi sekarang badanku terguncang-guncang keras terdengar erangankeras dari Anggi dan Agus, mereka ternyata telah mencapai puncaknya kulihat peluh bercucuran dari kedua tubuh mereka, dan akhirnya mereka terkapar kenikmatan tampak wajah puas dari mereka berdua Aku sudah hampir tiga kali keluar Dino tampak belum apa-apa dia terus mengocok kontolnya di memekku.

Sudah hampir ¾ jam aku dientot Dino, tapi tampaknya Dino belum menunjukkan akan selesai. Kuat juga aku lemes sekali lalu Dino mencopot lagi kontolnya dan mengambil baby oil yang tersedia dekat kakinya. Aku ingat baby oil itudipakai untuk melumuri pantat Anggi ketika mau disodomi .eh apakah aku mau disodomi Dino? “Mau ngapain Din “tanyaku penasaran .”Seperti Anggi dan Agus lakukan, Rima aku ingin menyodomimu sayang “jawabnya. Sebenarnya aku takut, tapi terdorong rasa gairahku yang melonjak-lonjak dan keingin tahuanku rasanya disodomi, maka aku mendiamkannya ketika Dino mulai mengolesi lubang pantatku dengan baby oil.

Tak lama kemudian, kontol Dino yang masih keras itu diarahkan ke pantatku meleset dicoba lagi kepala kontol Dino tampak mulai merayapi lubang pantatku “Aduuuh sakit Din “kataku ketika kontol itu mulai masuk pantatku. “Tenang sayang nanti juga enggak sakit “jawab Dino sambil melesakkan bagian kontolnya kepalanya sudah seluruhnya masuk ke pantatku “Aduuuhh sakiiiitt “kataku lagi.

“Tenang Rim, nanti enak deh..aku jadi ketagihan sekarang “kata Anggi sambil mengelus rambutku dan menenangkanku. “Kamu sudah sering disodomi, Nggi?”tanyaku. “Wah bukan sering lagi hampir tiap hari kadang aku yang minta abis enak sih udah tenang saja ayo Dino coba lagi nanti pacarmu pasti ketagihan ayo..”kata Anggi sambil menyuruh Dino mencoba lagi.

Dino mendesakkan lagi kontolnya sehingga seluruhnya amblas ke pantatku. Terasa perih di pantatku .”Tuuh kan sudah masuk tuh enak kan nanti pantatmu juga terbiasa kok kayak pantatku ini enak kan jadi enggak ada hari libur, kalo lagi mens-pun tetap bisa dientot hi hihi “kata Anggi. Aku diam saja. Ternyata sakit kalo disodomi .Dino mulai mengocok kontolnya di pantatku. “Pelan-pelan, Din masih sakit “pintaku pada Dino.

“Iya sayang enak nih sempit”katanya. Anggi ke belakang pantatku dan mengucek-ucek nonokku dengan tangannya aku semakin menggelinjang nikmat “Anggi ah .enak “kataku. “Ayo Din, kocok terus, biar aku mengucek nonoknya, biar rasa sakit itu bercampur rasa nikmat”kata Anggi pada Dino. Benarsekarang rasa sakit itu tidak muncul lagi hanya nikmat .”Hai sayang ini ada lobang nganggur mau pake? Boleh kan Dino? Lubang yang satu ini dipake pacarku Agus “kata Anggi.

“Tanya Rima saja deh, aku lagi asyik nih”jawab Agus sambil terus mengocok kontolnya di pantatku. “Gimana Rima? Bolehkan? Enak lo di dobelin aku sering kok “pinta Anggi. “Ah..jangan deh “kataku.”Sudahlah Rima, kasih saja aku rela kok”kata Dino. Tiba-tiba Agus merayap di bawahku dan menciumi tetekku. Kontolnya dipegang oleh Anggi dan diarahkan ke nonokku.

Dengan sekali hentakan, kontol itu masuk ke nonokku. “Jaang “kataku hendak berteriak jangan tetapi terlambat, kontol itu sudah masuk ke nonokku. Jadilah aku dientot dan disodomi. ½ jam Agus dan Dino mengocok kontolku. Aku lemes sekali baru sekali dientot sudah diduain tanganku sudah tidak kuat menopang badanku. Kakiku lemes sekali. Kenikmatan itu sendiri tidak adaduanya .aku sebenarnya jadi senang dientot berdua begini tapi mungkin kali ini kurang siap.

Aku keluar 2 kali sebelum Agus mencopot kontolnya dan memasukkan kontol nya ke mulut Anggi. Anggi menghirup peju yang keluar dari kontol Agus dengan nikmat. Kemudian Dino melakukan hal yang sama, tadinya aku ragu untuk menghirupnya, tapi lagi-lagi rasa penarasan pada diriku membuatku ingin rasanya menikmati pejunya Dino. Dino memuntahkan pejunya dimulutku akupun menelannya. Ah..rasanya asin dan agak amis setelah kontolnya bersih, Dino mencopot kontolnya dan menciumku yang sudah KO di kasur. “Terima kasih sayang aku puas dan sayang sama kamu “katanya lembut. Aku diam saja sambil merasakan kenikmatan yang baru pertama kali aku rasakan. Badanku lemes sekali Kulihat di seprai ada bercak merah..darah keperawananku dan mungkin bercampur dengan sedikit darah dari pantatku yang mungkin juga sobek karena dirasuki kontol Dino.

Aku mencoba duduk, ah masih terasa sakit di kedua lubangku itu, lalu aku menangis di pelukan Dino .”Din, aku sudah enggak perawan lagi sekarang jangan tinggalkan aku yaa .”kataku pada Dino. Kulihat Anggi dan Agus sudah tidur berpelukan dalam keadaan telanjang bulat. “Iya sayang aku makin cinta sama kamu aku janji enggak akan meninggalkanmu tapi kamu harus janji yaa “katanya. “Bener Din? Kamu enggak ninggalin aku? Tapi janji apa ?”kataku balik bertanya. “Janji, kita akan mengulangi ini lagi aku bener-bener ketagihan sekarang sama nonokmu dan juga pantatmu, sayang “kata Dino sambil mengelus rambutku. Aku diam saja, aku juga ingin lagi..aku juga ketagihan kataku dalam hati. “Janji ya sayang “katanya lagi mendesakku. Aku hanya mengangguk. “Sudah jangan nangis sekarang kamu mau langsung pulang atau mau istirahat dulu?”tawar Dino.

Lihat Juga :  Cerita Mesum Ngentot Tante Jablay Montok

Tamat

Cerita Bugil ML dengan Diah Anak Tukang Pijat

$
0
0

Cerita Bugil ML dengan Diah Anak Tukang Pijat – Suatu malam yang dingin… aku sendiri… Bang Johnny dan Kak wenda sedang berlibur ke Batu ( Malang ) bersama dengan Deasy dan Santi, sedang Winny adik Kak Wenda sedang tidur di rumah temannya, hari itu Sabtu malam Minggu, jam menunjukkan pukul 6.45 aku ke depan cari pak Pardi tukang becak yang biasa mangkal di dekat warung rokok. ” Pak, tolong panggilin Bik Suti tukang pijit donk… badan saya lagi pada pegel… ” kataku minta tolong.

Jam 7.20 kira-kira pintu depan diketok orang dan bergegas aku keluar… ternyata yang dateng Pak Pardi dengan cewec muda lumayan cakep bersih orangnya… bengong aku jadinya. ” Dik Joss… ini anaknya Bik Suti… terpaksa saya bawa karena ibunya sedang pulang kampung beberapa hari… tapi dia bisa mijit kok… walaupun ngga’ sepinter ibunya. ” kata pak Pardi cepat sebelum aku tanya dan ngomel karena tidak sesuai dengan perintahku. ” Ya udah langsung masuk aja ” kataku mempersilahkan. ” Saya balik dulu kepangkalan Dik ” pamit pak Pardi.

Seperginya pak Pardi langsung tanpa banyak bicara aku berjalan ke kamarku dan anak Bik Surti langsung mengekor dari belakang. ” Siapa nama kamu ? ” tanyaku memecah keheningan. ” Diah Mas ” sahutnya pendek. Sampai di kamar aku langsung buka kaos… dengan bertelanjang dada seperti biasa kalo dipijit sama Bik Suti… namun biasanya aku buka sarung tinggal CD saja… kali ini aku biarkan sarung tetep nempel pada posisinya karena tengsin aku sama cewec muda ini. ” Massage creamnya ada di meja belajar ” kataku sambil langsung tiduran tengkurap.

Tangannya mulai memegang telapak kakiku… terus kebetis… memijat sambil megurut… sama persis dengan apa yang dilakukan ibunya padaku. Bik Surti emang sudah langganan sama keluarga Bang Johnny… jadi aku juga sudah sering mijit sama dia. Tapi walaupun cara mijitnya sama, namun serasa berbeda… tangan ini lebih halus dan hangat rasanya. ” Permisi Mas ” katanya membuyarkan lamunanku yang baru mulai berkembang… sambil benyingkap sarungku lebih tinggi, hingga ke pangkal pahaku. Pijitannya sudah sampai pada paha… sesekali agak tinggi menyentuh pangkal pantatku… agak ke tengah… seerrrrr… rasanya ada ngreng… akupun terus saja memejamkan mata sambil menikmati pijatan danmembayangkan kalau terjadi hal-hal yang diinginkan. ” Aduh… ” aku setengah menahan sakit ( pada hal pura-pura ), soalnya biasanya Bik Suti kalo aku kesakitan malah dicari yang sakit dan dipijat lebih lama sehingga enakan… eh… betul juga dia melakukan hal yang sama… tapi karena test tadi aku ucapkan pada saat dia memijit belakang lututku… maka dia sekarang memijit lebih lama di sana. Wah bisa kalo gitu pikirku… lalu aku merancang yang lebih dari pilot project ini. ” Jangan dipijit gitu… sakit diurut saja pake cream ” kataku sambil tak lupa berpura-pura sakit.

Dia ambil cream dan mulai mengurut serius di situ. Lama cukup dia mengurut di situ terus sekarang sudah mulai menjalar lagi… paha… betis… sampe telapak kaki… pas kembali ke paha dan kali ini agak terlalu dalem… aku langsung teriak tertahan… seakan kena bagian sakit lagi… ” Mananya Mas ? ” tanyanya. ” Agak daleman dikit ” kataku sambil memegang tangannya dan membimbing pada posisi yang aku mau… letaknya persis di pangkal paha tengah pas jadi kalo dipijit-pijit yang kena bijiku… sengaja aku mengarahkan ke depanan… biar makin pas… lama dia di situ… ” Kasih cream donk… ” pintaku… pada saat dia ambil cream… satu tanganku dengan cepat menyingkap CDku supaya meramku keluar dari CD dan bebas… benar juga pada saat tangannya mengoleskan crean sudah langsung ke bijiku… aku agak sedikit supaya bijiku mangkin leluasa dan makin mudah dipijit… ” Ati-ati jangan kena celananya… nanti kena cream semua… ” kataku pura-pura bingung kalo CDku kena cream padahal mauku supaya dia membuka lebih lebar CDku… dengan tangannya… beberapa jenak kemudian dia bilang ” Maaf Mas… CDnya dibuka aja… soalnya nanti kena cream… saya sudah coba menghindari tapi susah… Masnya pake sarung aja… ” kata dia mengagetkanku… kaget karena ngga’ nyangka dia bilang gitu. Akupun berdiri dan melepas CDku… kembali pada posisi semula aku tengkurap… lalu Diah menyingkap kembali sarungku… hingga ke pantat… aku menahan pada posisi agak nunging supaya makin luas bidang yang bisa dicapai tangan Diah.

Benar juga lama dia mengurut… meemas bjiku… sampe aku sendiri sudah ngga’ karuan rasanya konak banget… ” Agak bawahan dikit… ” pintaku… dia rogoh makin dalem sampe pangkal batangku kena pegang… diurutnya dengan agak susah karena dari pangkal batang sampe setengah diurut semua… ” Mas kalo bisa balik badan… soalnya susah kalo gini ” pintanya… dengan senang hati aku turuti. Aku berbalik badan dan meriamku masih tertutup kain sarung… dengan merogoh dia pegang lagi posisi yang sama. Diurut-urut… sepertinya aku merasa gayanya seperti setengah ngocok… tapi pikiran dia kayaknya lagi mijit… dengan matanya melihat sekeliling kamar… ngelamun kali… aku goyangkan pinggul sedikit supaya tanganya terpeleset ke atas… ternyata berhasil… dia lebih banyak ngurut meriamku… tiga empat menit berlalu dia kaya’nya ngga’ sadar… tapi lama-lama aku merasa dia bukan mijit atau ngurut… melainkan benar-benar ngocok meriamku… walau tidak digenggam… tapi cukup mantap… Aku sengaja bergerak sambil sedikit menarik ke atas posisi sarungku… sehingga dapat terlihat sekarang tangannya yang sedang ngocok meriamku… merasa tangannya tidak lagi tertutup sarung… dia lihat posisi tangannya dan saat itu seakan baru sadar dia melihat apa yang selama beberapa menit ini dipijitnya… tapi dia tidak berhenti… matanya mulai ngelirik ke aku.

Denan tanpa expresi… dia teruskan mengocok… kali ini tangannya lebih mengenggam… jadi aku pastikan dia memang sengaja… jadi dengan sedikit ragu… aku letakkan pada pundaknya… saat memijit tadi… posisi dia berlutut di samping ranjang jadi kalo aku taruh tangan ke samping langsung jatuh di pundaknya dan langsung aku geser turun ke dadanya dan dia diam saja… aku remas dadanya… jadi aksi remas dan kocok berjalan terus beberapa menit… sampai tiba-tiba kepalanya ditundukkan rpanya tanpa basa basi lagi dia cium Kabagku… terus dilanjutkan dengan mengulumnya. Dia sadar bahwa dia dan aku telah sama-sama dikuasai nafsu…. maka tanpa perlu meminta ijin lebih jauh… aku coba untuk membuka baju atasnya… malah dia mambantunya… sehingga dia telah terbuka dadanya… BHnyapun telah dia lepas dan dadanya yang besar disorongkan kearah mulutku… langsung aja aku hisap putingnya…. wow… hangat…. kelapanya lalu direbahkan pada pundakku… sehingga kami seperti setengah bergumul karena kakinya masih di bawah… kamipun berciuman hangat… lalu aku bangkt dan mengangkat tubuhnya menaiki ranjang…. ” Kamu mijitnya lebih enak dari ibu kamu ya ” kataku ngaco… setelah tau dia seperti itu. ” Ngga’ tau Mas… terlanjur kebawa…. ” dia tak melanjutkan kata-katanya. Aku asyik menciumi sekitar belakang telinga… samping leher… kadang mendenguskan nafas hangat ke telinganya.

Dia sudah tampak merancu dengan desah dan erangannya yang makin membuatku di awang… Aku bangit dan memiringkan tubuhnya… kaki kirinya aku letakkan pada pundak kananku… denganposisi yang agak miring itu aku gesek Kabagku pada gerbang DuFannya ( Dunia Fantasi )… beberapa saat aku gesek dia mulai mengerang pelan… kemudian aku tata kepala meriamku pada gerbang DuFan… yang jelas sekali sudah sangat lembab dan sedikit basar… aku coba tekan… wah… kok sempit… tapi beberapa kali coba… akirnya berhasil juga mencapai setengah badan meriam amblas dalam lorong kegelapan… tampaknya di dalam agak kering… maklum tumitnya kurus kecil… tandanya kalu barangnya cenderung kering… Erangannya walau perlahan masih terus tanpa henti sedari tadi… menambah hangat suasana dan seakan irama lautan teduh… terus aja aku goyang sampe cukup lama sebelum aku akhirnya minta pindah posisi…

Sekarang kedua kakinya aku pangul di kedua sisi pundakku… ayunan makin ganas karena posisi yang lebih leluasa… dan lorong kegelapan makin licin… rupanya dia telah beberapa kali mengeluarkan pelumas… walau bukan orgasme… ” Kamu sekarang nungging… ” perintahku. Saat Diah nungging… aku tekan pundaknya ke kasur dan sisa pantatnya aja yang nungging… dengan sedikit rubah gerak… aku masukkan lagi meriam jagurku… kali ini lebih sensasional… aku pegangan pada pinggulnya yang cukup gede… dan ayunan makin bebas terkendali… beberapa kali hampir terlepas… tapi karena besarnya si Kabagku maka agak sulit juga terlepas secara keseluruhannya…

lelah dengan gaya *****… aku rebahan dan aku suruh dia menaikiku… dia naik dengan membelakangi aku… pada saat amblasnya batangku kali ini diiringi dengan nafas tertahannya… kali ini mentok abis… Diah diam sesaat sambil merenungi nikmat yang terasa. Aku mulai ambil inisiatif untuk menggoyang… lalu Diahpun ikut bergoyang…. kali ini putarannya melingkar… enak sekali… yang aku rasakan… lobang yang sempit… hangat… dan cenderung kering… tiap kali dia berputar pinggul aku merasa ada sesuatu nabrak kepala meriamku… pasti mentok dan dia pasti ngga’ akan lama untu mencapai titik orgasme demikian pikirku. Benar saja dugaanku…

Diah tampak kejang keras sambil mengucapkan kata-kata yang tidak jelas apa maksudnya… cukup lama juga seperti itu… ” Aaaa…duuuuuuu…….uuuuhhh Mas… lemes kakiku rasanya… aku ngga’ kuat lagi gerak… ” demikian katanya. Aku coba untuk bangun dan menunggingkannya… lalu aku hajar lobangnya dengan lebih keras… sampai panas rasanya meriamku… dan akhirnya aku sudah hampir nga’ bisa lagi menahan…. lalu aku cabut dan bilang pada Diah ” Diah… kamu menghadap ke sini… buka mulut kamu…. ” dan rupanya Diah mengerti yang aku mau… dengan lemas dia berbalik badan dan membuka mulutnya. Karena ketakutan akan tidak keburu… maka aku segera saja memasukkan meriamku dalam mulutnya yang mungil itu dan aku goyang maju mundur… beberapa kali dan keluarlah… creeetttt…. creeeee.tttt…. creettt….

Aku jatuh kecapaian… di sampingnya… ” Diah… gimana barusan ? ” tanyaku memecah keheningan. ” Enak sekali Mas… sampe lemes kaki saya… udah ngga’ tau berapa kali keluar… kayaknya berendeng keluarnya ” jawab Diah sambil males-malesan dalam pelukanku. Dan kamipun tiduran sejenak dalam penat nikmat yang tersisa. Sampai pada…

Aku terjaga saat merasakan paha kananku ada sesuatu yang merayap… aku coba walau males… ‘tuk membuka mataku dan… benar-benar terbelalak jadinya… saat tau apa yang menyentuh pahaku. Dia Winny… adik ipar kakakku… Johnny… aku sangka dia ada di rumah temennya… dan yang lebih mengagetkan adalah… dia lihat aku mendekap cewec dan dalam keadaan bugil berdua.

” Joss… loe gila ya… beraninya ngga’ ada orang masukin cewec… gue bilangin Bang John… ” katanya dengan mata melotot. ” Hei… Win… denger dulu… ” kataku sambil mencoba bangkit dari tidurku… saat itu pula Diah bangun karena dengar suara orang lain di kamar itu… dia berusaha meraih kain seadanya untuk emutupi tubuh bugilnya sambil bertanya ” Dia siapa Mas ? “

Lihat Juga :  Cerita Hot Bugil Abg Kombinasi Sex Party

” Dia ini Winny… adik ipar kakakku ” jawabku pendek. ” Jangan gitu donk… masa loe ngga’ kompak ama gue ” jawabku mohon pengertiannya. ” Iya boleh aja gue ngga’ bilang Abang asal gue boleh lihat loe berdua main sekali lagi… gimana ? tanyanya. Ach ni anak pikirku pasti gampang dech kalo udah gini… paling banter ntar dia pasti ngga’ kuat nahan nafsunya sendiri…. demikian pikirku.” Okey… Diah… yuk kita tunjukkan pada Winny… apa yang kita baru kerjakan tadi… kita ulang lagi yuk ” ajakku… ” Mas malu saya nggak bisa… ” aku rada bangun untuk mencium Diah… ” Udah kamu merem aja dan anggap hanya kita berdua dalam kamar ini ” kataku menenangkan. Dan akupun mulai merangsang Diah dengan ciuman lembut… sambil tanganku berusaha meraba bagian-bagian sensitifnya… beberapa saat berlalu Diah mulai terbawa… dan mendesar halus…. aku rasakan tangan Winny mencoba meraih batangku dan meremas-remasnya, sesekali mengocoknya hingga siap tempur.

Setelah segalanya siap… akupun mulai ambil ancang-ancang untuk memasuki Diah untuk sesi kedua… pada saat batangku amblas… Diah dan Winnypun seakan menahan nafas… rupanya Winny telah terlarut dalam pemandangan depan matanya. Permainanku dengan Diah berlangsung beberapa gaya… dan tanpa terasa waktu telah menunjukkan pukul 9.47, saat itu Winny telah telanjang di samping tubuh Diah yang sedang aku tindih… lalu tangan kirikupun mulai bergerilya ke dada Winny… wah enak sekali… aku pilin putingnya dan diapun mengerang. Sambil terus menggenjot Diah… aku cium juga bibir Winny dan pendek kata… pinggangku ke bawah menghabisi Diah sedang pinggangku ke atas menyerang Winny…. keduanyapun mengerang seru malam itu… makin keras erangan mereka berdua bersahutan makin nafsu aku dibuatnya… terakhir sudah tidak kuat lagi menahan gejolak… aku genjot makin keras si Diah dan diapun mengerang panjang sambil kejang mendekapku. Saat itu kami orgasme bersamaan… sedang Winny masih belum mencapai walau hampir… erangan kami berdua membakar nafsunya… segera saja Winny memerintahku untuk menghisap memeknya sampai keluar… demikian perintahnya. Akupun langsung memutar badanku untuk mencapai lobang Winny yang sudah sangat basah tadi…. tapi meriamku tetap tertanam dalam Diah. Kumainkan lidahku pada gua vertikalnya dan sesekali pada tombol di atas lobang tersebut sampe Winny mengejang kejang dan…. lemas puas.

Lima sepuluh menit kami masih rebahan tumpang tindih sampe aku bangkit dan mencuci peralatanku… lalu kukenakan pakaianku dan kusulut sebatang rokok sambil ngeloyor kejalanan… mencari pak Pardi. ” Pak… anaknya Bik Suti ngga’ usah ditunggu pulangnya… dan tolong bilangin orang rumahnya kalo dia nngga’ pulang karena disuruh nemenin Winny ” alasanku sengaja aku tidak sebut nama Diah supaya terkesan masih asing buatku. Setelah itu aku balik lagi ke rumah dan cuci kaki lalu join bobok bertiga… ntar malem coba aku gerayangi Winny ach… kali-kali aja dapet nyobain rasanya… pasti asyik dan berarti pula dalam rumah ini ada beberapa stok lobang yang bisa dipake bergantian… khan asyik kalo butuh ngga’ nunggu lama-lama.

Tamat

Cerita Seks Selingkuh “Sensasi selingkuh”

$
0
0

Cerita Seks Selingkuh “Sensasi selingkuh” – Sebagai pasangan suami istri muda yang baru setahun berumah tangga, kehidupan keluarga kami berjalan dengan tenang, apa adanya dan tanpa masalah. Saya, sebut saja Ratna (23), seorang sarjana ekonomi. Usai tamat kuliah, saya bekerja pada salah satu perusahaan jasa keuangan di Solo. Sebagai wanita, terus terang, saya juga tidak bisa dikatakan tidak menarik. Kulit tubuh saya putih bersih, tinggi 163 cm dan berat 49 kg. Sementara ukuran bra 34B. Cukup bahenol, kata rekan pria di kantor. Sementara, suami saya juga ganteng. Rio namanya. Umurnya tiga tahun diatas saya atau 26 tahun. Bergelar insinyur, ia berkerja pada perusahaan jasa konstruksi. Rio orangnya pengertian dan sabar.

Karena sama-sama bekerja, otomatis pertemuan kami lebih banyak setelah sepulang atau sebelum berangkat kerja. Meski begitu, hari-hari kami lalui dengan baik-baik saja. Setiap akhir pekan–bila tidak ada kerja di luar kota–seringkali kami habiskan dengan makan malam di salah satu resto ternama di kota ini. Dan tidak jarang pula, kami menghabiskannya pada sebuah villa di Tawangmangu.

Soal hubungan kami, terutama yang berkaitan dengan ‘malam-malam di ranjang’ juga tidak ada masalah yang berarti. Memang tidak setiap malam. Paling tidak dua kali sepekan, Rio menunaikan tugasnya sebagai suami. Hanya saja, karena suami saya itu sering pulang tengah malam, tentu saja ia tampak capek bila sudah berada di rumah. Bila sudah begitu, saya juga tidak mau terlalu rewel. Juga soal ranjang itu.

Bila Rio sudah berkata, “Kita tidur ya,” maka saya pun menganggukkan kepala meski saat itu mata saya masih belum mengantuk. Akibatnya, tergolek disamping tubuh suami–yang tidak terlalu kekar itu-dengan mata yang masih nyalang itu, saya sering-entah mengapa-menghayal. Menghayalkan banyak hal. Tentang jabatan di kantor, tentang anak, tentang hari esok dan juga tentang ranjang.

Bila sudah sampai tentang ranjang itu, seringkali pula saya membayangkan saya bergumulan habis-habisan di tempat tidur. Seperti cerita Ani atau Indah di kantor, yang setiap pagi selalu punya cerita menarik tentang apa yang mereka perbuat dengan suami mereka pada malamnya. Tapi sesungguhnya itu hanyalah khayalan menjelang tidur yang menurut saya wajar-wajar saja. Dan saya juga tidak punya pikiran lebih dari itu. Dan mungkin pikiran seperti itu akan terus berjalan bila saja saya tidak bertemu dengan Karyo. Pria itu sehari-hari bekerja sebagai polisi dengan pangkat Briptu. Usianya mungkin sudah 50 tahun. Gemuk, perut buncit dan hitam.

Begini ceritanya saya bertemu dengan pria itu. Suatu malam sepulang makan malam di salah satu resto favorit kami, entah mengapa, mobil yang disopiri suami saya menabrak sebuah sepeda motor. Untung tidak terlalu parah betul. Pria yang membawa sepeda motor itu hanya mengalami lecet di siku tangannya. Namun, pria itu marah-marah.
“Anda tidak lihat jalan atau bagaimana. Masak menabrak motor saya. Mana surat-surat mobil Anda? Saya ini polisi!” bentak pria berkulit hitam itu pada suami saya.

Mungkin karena merasa bersalah atau takut dengan gertakan pria yang mengaku sebagai polisi itu, suami saya segera menyerahkan surat kendaraan dan SIM-nya. Kemudian dicapai kesepakatan, suami saya akan memperbaiki semua kerusakan motor itu esok harinya. Sementara motor itu dititipkan pada sebuah bengkel. Pria itu sepertinya masih marah. Ketika Rio menawari untuk mengantar ke rumahnya, ia menolak.

“Tidak usah. Saya pakai becak saja,” katanya.

Esoknya, Rio sengaja pulang kerja cepat. Setelah menjemput saya di kantor, kami pun pergi ke rumah pria gemuk itu. Rumah pria yang kemudian kami ketahui bernama Karyo itu, berada pada sebuah gang kecil yang tidak memungkinkan mobil Opel Blazer suami saya masuk. Terpaksalah kami berjalan dan menitipkan mobil di pinggir jalan.

Cerita Sex. Rumah kontrakan Pak Karyo hanyalah rumah papan. Kecil. Di ruang tamu, kursinya sudah banyak terkelupas, sementara kertas dan koran berserakan di lantai yang tidak pakai karpet.

“Ya beginilah rumah saya. Saya sendiri tinggal di sini. Jadi, tidak ada yang membersihkan,” kata Karyo yang hanya pakai singlet dan kain sarung.

Setelah berbasa basi dan minta maaf, Rio mengatakan kalau sepedamotor Pak Karyo sudah diserahkan anak buahnya ke salah satu bengkel besar. Dan akan siap dalam dua atau tiga hari mendatang. Sepanjang Rio bercerita, Pak Karyo tampak cuek saja. Ia menaikkan satu kaki ke atas kursi. Sesekali ia menyeruput secangkir kopi yang ada di atas meja.

“Oh begitu ya. Tidak masalah,” katanya.

Saya tahu, beberapa kali ia melirikkan matanya ke saya yang duduk di sebelah kiri. Tapi saya pura-pura tidak tahu. Memandang Pak Karyo, saya bergidik juga. Badannya besar meski ia juga tidak terlalu tinggi. Lengan tangannya tampak kokoh berisi. Sementara dadanya yang hitam membusung. Dari balik kaosnya yang sudah kusam itu tampak dadanya yang berbulu. Jari tangannya seperti besi yang bengkok-bengkok, kasar.

Karyo kemudian bercerita kalau ia sudah puluhan tahun bertugas dan tiga tahun lagi akan pensiun. Sudah hampir tujuh tahun bercerai dengan istrinya. Dua orang anaknya sudah berumah tangga, sedangkan yang bungsu sekolah di Bandung. Ia tidak bercerita mengapa pisah dengan istrinya.

Pertemuan kedua, di kantor polisi. Setelah beberapa hari sebelumnya saya habis ditodong saat berhenti di sebuah perempatan lampu merah, saya diminta datang ke kantor polisi. Saya kemudian diberi tahu anggota polisi kalau penodong saya itu sudah tertangkap, tetapi barang-barang berharga dan HP saya sudah tidak ada lagi. Sudah dijual si penodong.

Saat mau pulang, saya hampir bertabrakan dengan Pak Karyo di koridor kantor Polsek itu. Tiba-tiba saja ada orang di depan saya. Saya pun kaget dan berusaha mengelak. Karena buru-buru saya menginjak pinggiran jalan beton dan terpeleset. Pria yang kemudian saya ketahui Pak Karyo itu segera menyambar lengan saya. Akibatnya, tubuh saya yang hampir jatuh, menjadi terpuruk dalam pagutan Pak Karyo. Saya merasa berada dalam dekapan tubuh yang kuat dan besar. Dada saya terasa lengket dengan dadanya. Sesaat saya merasakan getaran itu. Tapi tak lama.

“Makanya, jalannya itu hati-hati. Bisa-bisa jatuh masuk got itu,” katanya seraya melepaskan saya dari pelukannya. Saya hanya bisa tersenyum masam sambil bilang terimakasih.

Ketika Pak Karyo kemudian menawari minum di kantin, saya pun tidak punya alasan untuk menolaknya. Sambil minum ia banyak bercerita. Tentang motornya yang sudah baik, tentang istri yang minta cerai, tentang dirinya yang disebut orang-orang suka menanggu istri orang. Saya hanya diam mendengarkan ceritanya.

Mungkin karena seringkali diam bila bertemu dan ia pun makin punya keberanian, Pak Karyo itu kemudian malah sering datang ke rumah. Datang hanya untuk bercerita. Atau menanyai soal rumah kami yang tidak punya penjaga. Atau tentang hal lain yang semua itu, saya rasakan, hanya sekesar untuk bisa bertemu dengan berdekatan dengan saya. Tapi semua itu setahu suami saya lho. Bahkan, tidak jarang pula Rio terlibat permainan catur yang mengasyikkan dengan Pak Karyo bila ia datang pas ada Rio di rumah.

Ketika suatu kali, suami saya ke Jakarta karena ada urusan pekerjaan, Pak Karyo malah menawarkan diri untuk menjaga rumah. Rio, yang paling tidak selama sepakan di Jakarta, tentu saja gembira dengan tawaran itu. Dan saya pun merasa tidak punya alasan untuk menolak.

Meski sedikit kasar, tapi Pak Karyo itu suka sekali bercerita dan juga nanya-nanya. Dan karena kemudian sudah menganggapnya sebagai keluarga sendiri, saya pun tidak pula sungkan untuk berceritanya dengannya. Apalagi, keluarga saya tidak ada yang berada di Solo. Sekali waktu, saya keceplosan. Saya ceritakan soal desakan ibu mertua agar saya segera punya anak. Dan ini mendapat perhatian besar Pak Karyo. Ia antusias sekali. Matanya tampak berkilau.

“Oh ya. Ah, kalau yang itu mungkin saya bisa bantu,” katanya. Ia makin mendekat.
“Bagaimana caranya?” tanya saya bingung.
“Mudah-mudahan saya bisa bantu. Datanglah ke rumah. Saya beri obat dan sedikit diurut,” kata Pak Karyo pula.

Dengan pikiran lurus, setelah sebelumnya saya memberitahu Rio, saya pun pergi ke rumah Pak Karyo. Sore hari saya datang. Saat saya datang, ia juga masih pakai kain sarung dan singlet. Saya lihat matanya berkilat. Pak Karyo kemudian mengatakan bahwa pengobatan yang didapatkannya melalui kakeknya, dilakukan dengan pemijatan di bagian perut. Paling tidak tujuh kali pemijatan, katanya. Setelah itu baru diberi obat. Saya hanya diam.

“Sekarang saja kita mulai pengobatannya,” ujarnya seraya membawa saya masuk kamarnya. Kamarnya kecil dan pengap. Jendela kecil di samping ranjang tidak terbuka. Sementara ranjang kayu hanya beralaskan kasur yang sudah menipis.

Pak Karyo kemudian memberikan kain sarung. Ia menyuruh saya untuk membuka kulot biru tua yang saya pakai. Risih juga membuka pakaian di depan pria tua itu.

“Gantilah,” katanya ketika melihat saya masih bengong.

Inilah pertama kali saya ganti pakaian di dekat pria yang bukan suami saya. Di atas ranjang kayu itu saya disuruh berbaring.

“Maaf ya,” katanya ketika tangannya mulai menekan perut saya.

Terasa sekali jari-jari tangan yang kasar dan keras itu di perut saya. Ia menyibak bagian bawah baju. Jari tangannya menari-nari di seputar perut saya. Sesekali jari tangannya menyentuh pinggir lipatan paha saya. Saya melihat gerakannya dengan nafas tertahan. Saya berasa bersalah dengan Rio.

“Ini dilepas saja,” katanya sambil menarik CD saya. Oops! Saya kaget.
“Ya, mengganggu kalau tidak dilepas,” katanya pula.

Tanpa menunggu persetujuan saya, Par Karyo menggeser bagian atasnya. Saya merasakan bulu-bulu vagina saya tersentuh tangannya. CD saya pun merosot. Meski ingin menolak, tapi suara saya tidak keluar. Tangan saya pun terasa berat untuk menahan tangannya.

Tanpa bicara, Pak Karyo kembali melanjutkan pijatannya. Jari tangan yang kasar kembali bergerilya di bagian perut. Kedua paha saya yang masih rapat dipisahkannya. Tangannya kemudian memijati pinggiran daerah sensitif saya. Tangan itu bolak balik di sana. Sesekali tangan kasar itu menyentuh daerah klitoris saya. Saya rasa ada getaran yang menghentak-hentak. Dari mulut saya yang tertutup, terdengar hembusan nafas yang berat, Pak Karyo makin bersemangat.

“Ada yang tidak beres di bagian peranakan kamu,” katanya.

Satu tangannya berada di perut, sementara yang lainnya mengusap gundukan yang ditumbuhi sedikit bulu. Tangannya berputar-putar di selangkang saya itu. Saya merasakan ada kenikmatan di sana. Saya merasakan bibir vagina saya pun sudah basah. Kepala saya miring ke kiri dan ke kanan menahan gejolak yang tidak tertahankan.

Tangan kanan Pak Karyo makin berani. Jari-jari mulai memasuki pinggir liang vagina saya. Ia mengocok-ngocok. Kaki saya menerjang menahan gairah yang melanda. Tangan saya yang mencoba menahan tangannya malah dibawanya untuk meremas payudara saya. Meski tidak membuka BH, namun remasan tangannya mampu membuat panyudara saya mengeras. Uh, saya tidak tahu kalau kain sarung yang saya pakai sudah merosot hingga ujung kaki. CD juga sudah tanggal. Yang saya tahu hanyalah lidah Pak Karyo sudah menjilati selangkang saya yang sudah membanjir. Terdengar suara kecipak becek yang diselingi nafas memburu Pak Karyo.

Ini permainan yang baru yang pertama kali saya rasaran. Rio, suami saya, bahkan tidak pernah menyentuh daerah pribadiku dengan mulutnya. Tapi, jilatan Pak Karyo benar-benar membuat dada saya turun naik. Kaki saya yang menerjang kemudian digumulnya dengan kuat, lalu dibawanya ke atas. Sementara kepalanya masih terbenam di selangkangan saya.

Benar-benar sensasi yang sangat mengasyikan. Dan saya pun tidak sadar kalau kemudian, tubuh saya mengeras, mengejang, lalu ada yang panas mengalir di vagina saya. Aduh, saya orgasme! Tubuh saya melemas, tulang-tulang ini terasa terlepas. Saya lihat Pak Karyo menjilati rembesan yang mengalir dari vagina. Lalu ditelannya. Bibirnya belepotan air kenikmatan itu. Singletnya pun basah oleh keringat. Saya memejamkan mata, sambil meredakan nafas. Sungguh, permainan yang belum pernah saya alami. Pak Karyo naik ke atas ranjang.

Lihat Juga :  Cerita Sex Bersetubuh Dengan Dokter Cantik

“Kita lanjutkan,” katanya.

Saya disuruhnya telungkup. Tangannya kembali merabai punggung saya. Mulai dari pundah. Lalu terus ke bagian pinggang. Dan ketika tangan itu berada di atas pantat saya, Pak Karyo mulai melenguh. Jari tangannya turun naik di antara anus dan vagina. Berjalan dengan lambat. Ketika pas di lubang anus, jarinya berhenti dengan sedikit menekan. Wow, sangat mengasyikan. Tulang-tulang terasa mengejang. Terus terang, saya menikmatinya dengan mata terpejam.

Bila kemudian, terasa benda bulat hangat yang menusuk-nusuk di antara lipatan pantat, saya hanya bisa melenguh. Itu yang saya tunggu-tunggu. Saya rasakan benda itu sangat keras. Benar. Saat saya berbalik, saya lihat kontol Pak Karyo itu. Besar dan hitam. Tampak jelas urat-uratnya. Bulunya pun menghitam lebat.

Mulut saya sampai ternganga ketika ujung kontol Pak Karyo mulai menyentuh bibir vagina saya. Perlahan ujungnya masuk. Terasa sempit di vagina saya. Pak Karyo pun menekan dengan perlahan. Ia mengoyangnya. Bibir vagina saya seperti ikut bergoyang keluar masuk mengikuti goyangan kontol Pak Karyo. Hampir sepuluh menit Pak Karyo asik dengan goyangannya. Saya pun meladeni dengan goyangan. Tubuh kami yang sudah sama-sama telanjang, basah dengan keringat. Kuat juga stamina Pak Karyo. Belum tampak tanda-tanda itunya akan ‘menembak’.

Padahal, saya sudah kembali merasakan ujung vagina saya memanas. Tubuh saya mengejang. Dengan sedikit sentakan, maka muncratlah. Berkali-kali. Orgasme yang kedua ini benar-benar terasa memabukkan. Liang vagina saya makin membanjir. Tubuh saya kehilangan tenaga. Saya terkapar.

Saya hanya bisa diam saja ketika Pak Karyo masih menggoyang. Beberapa saat kemudian, baru itu sampai pada puncaknya. Ia menghentak dengan kuat. Kakinya menegang. Dengan makin menekan, ia pun memuntahkan seluruh spermanya di dalam vagina saya. Saya tidak kuasa menolaknya. Tubuh besar hitam itu pun ambruk diatas tubuh saya. Luar biasa permainan polisi yang hampir pensiun itu. Apalagi dibandingkan dengan permainan Rio.

Sejak saat itu, saya pun ketagihan dengan permainan Pak Karyo. Kami masih sering melakukannya. Kalau tidak di rumahnya, kami juga nginap di Tawangmangu. Meski, kemudian Pak Karyo juga sering minta duit, saya tidak merasa membeli kepuasan syahwat kepadanya. Semua itu saya lakukan, tanpa setahu Rio. Dan saya yakin Rio juga tidak tahu samasekali. Saya merasa berdosa padanya. Tapi, entah mengapa, saya juga butuh belaian keras Pak Karyo itu. Entah sampai kapan.

TAMAT

Cerita Sex Terbaru Untuk 17 Tahun Keatas

$
0
0

Cerita Sex Terbaru Untuk 17 Tahun Keatas – Penyakit Aneh ini sudah lama kuderita sejak aku mulai berpacaran dengan Istriku di kala SMU dulu.Sudah 8 tahun aku menjalin asmara dengan istriku hingga akhirnya kini resmi kunikahi dan memberiku 1 orang anak yang lucu dan cakep seperti bapaknya. Mungkin bisa dibilang aku memiliki sifat ekshibisionisme atau suka memamerkan tubuh kepada orang lain tetapi ekshibisionis yang aku rasakan sedikit berbeda karena yang aku ingin pamerkan adalah tubuh indah istriku sendiri.

Cerita Sex – Sedikit gambaran istriku orangnya putih seperti orang chinese dengan tinggi 162 cm berat 55 tentunya terlihat begitu seksi dan berisi. Bibirnya yang mungil dan payudaranya yang berukuran 34-D tentu menambah sempurna penampilannya bagi para pria pada umumnya. Sejak berpacaran aku suka sekali jika saat jalan-jalan dia hanya memakai Tank Top atau juga baju yang memiliki belahan rendah di bagian dada.

Perasaan bangga sekaligus cemburu menjad satu tatkala istriku menjadi perhatian oleh para pria yang kebetulan jalan berpapasan dengan kami. Sorot mata para pria yang selalu mengarah kebagian dadanya adalah hal yang sangat membuatku bangga karena aku memiliki istri yang bisa menggoda pria manapun dan akupun semakin merasa puas karena keindahan itu hanya milikku seorang. Sore itu selepas memandikan putra kami, aku dan istriku Jeng Yati, berencana menitipkan putra kami ke rumah neneknya karena kami berencana akan berbelanja ke sebuah mall. aEsMah pakai Tank Top coklatnya dunkaEtpintaku kepada istriku aEsNgga ah pah malu ntar diliat mama ngga enak?aEtprotes istriku kepadaku aEsUdah ntar ditutupin pakai cardigan coklat mama kan beres.aEtjawabku aEsYakin nich pahaE|?gak papa mama pakai Tank Top ke mall?aEttanya istriku lagi. Akhirnya kusampaikan dengan perlahan kepadanya bahwa hari ini aku ingin membuat sensasi dan istriku yang sudah mengerti benar akan penyakit sekaligus kesenanganku akhirnya menyetujuinya.

Dalam hatiku dia pasti melakukan ini hanya karena ingin membuatku bahagia. Setelah menitipkan putra kami kerumah neneknya kamipun segera menuju ke Mall[dalam hal ini mall yang kami pilih adalah yang memiliki departement store yang sepi pengunjung/kurang diminati agar rencana kami bisa berhasil terlaksana] untuk berjalan-jalan memilih baju dan melakukan something crazy yang memang sudah aku rencanakan dan diskusikan dengan istriku didalam mobil. Sesampainya di mall kamipun segera memasuki Departement Store tempat baju wanita. Dan begitu sampai didalam akupun memberi kode kepada istriku untuk melepaskan cardigannya sehingga kini dirinya hanya memakai Atasan Tank Top coklat dipadu dengan Blue Jeans ketat A? benar-benar membuat setiap lekuk tubuh istriku tampak begitu menggoda.

Kami berjalan berputar sampai kemudian kami melihat ada sepasang suami istri yang sedang memilih pakaian kerja wanita. Akupun berbisik kepada istriku untuk memulai aksinya ditempat itu. Istriku pun segera memilih baju didekat mereka sambil kutemani, saat ini aku melihat sang suami tadi sibuk membantu istrinya memilih baju kini mulai melirik keistriku yang ada disebelahnya persis. Aku tahu betul apa yang sedang dilihatnya dan dipikirkan saat ini karena Tank Top yang dikenakan istriku memiliki potongan rendah dibagian dadanya sehingga bisa terlihat dengan jelas belahan payudaranya yang putih dan menggoda. Istriku kemudian menjatuhkan baju yang dipegangnya tepat dikaki sang suami itu. aEsOhaE|Maaf Mas permisi aEskata istriku kepada sang suami sambil menunduk mengambil Mata lelaki itupun tak menyia-nyiakan kesempatan untuk melihat payudara istriku yang terlihat dengan jelas saat istriku menunduk mengambil pakaian.

Tanpa kuduga tiba-tiba sang istri dari lelaki itu segera mengajak pergi sambil meletakkan baju yang tadi sudah dipilihnya. Mungkin sang istri kesal karena istrinya memperhatikan wanita lain. Kamipun segera berlanjut berkeliling untuk mencari tempat dan ide yang lebih gila lagi untuk dilakukan.Tak sengaja mataku pun tertuju kearah ruang ganti pakaian yang letaknya ada dibelakang kasir, akupu segera bergegas menuju keruangan itu dan melihat keadaan di sekitarnya. Ada dua ruang ganti di ruang 1 ada seorang wanita yang sedang menunggu pasangannya yang sedang berganti pakaian dan disebelahnya ada 2 orang lelaki yang sedang menunggu temannya yang sedang didalam. Dua orang lelaki itu aku rasa sedang menunggu temannya yang juga lelaki,ini aku tahu karena melihat dari cara mereka berbicara dengan yang ada didalam menggunakan bahasa yang boleh dibilang sedikit kasar/mungkin bahasa kaum lelaki. Bagiku ini kesempatan emas yang memang sudah kuimpikan dan kubayangkan sebelumnya.

Tanpa menunggu lama akupun mendatangi istriku yang sedang memilih baju untuk segera mencobanya diruang ganti dan menjalankan rencana yang tadi sudah kami sepakati berdua. aEsPah, Papa yakin orang itu ngga berbuat macam-macam ke mama? aEttanya istriku ragu aEsSudahlah sayank aku tidak akan jauh dari tempatmu kokaEtjawabku meyakinkan Sesuai dengan rencana aku memang tidak mengikuti isriku ke ruang ganti tapi tetap mengawasi dari tempat yang tidak terlalu jauh untuk menghindari hal-hal yang tidak dinginkan. Tepat disaat istriku sampai orang yang ada diruang 1 keluar dari ruang ganti dan kini giliran istriku yang masuk ke ruang ganti tersebut dan kini kulihat orang yang ada di ruang 2 memperhatikan istriku dengan seksama dari atas ke bawah.

Ruang Ganti itu hanya tertutup oleh sebuah kain yang ditarik dari ujung kir ke ujung kanan untuk menutu orang yang sedang ganti didalamnya.Dari posisi yang tidak terlalu dekat aku bisa melihat dengan jelas bahwa istriku sengaja menarik kain itu dengan keras sehingga meskipun kain itu sampai ujung bagian kanan tetapi dibagian kirinya menjadi sedikit terbuka karena tarikannya yang terlalu keras.Celah yang sekitar 10 cm itu sudah cukup membuat orang yang sedang berada di luar ruang 2 bisa melihat apa yang sedang terjadi didalam ruang 1. Tampak kini posisi istriku sedang menghadap kearah cermin dan mulailah dia menurunkan tali Tank Top coklat yang dikenakannya kebawah satu persatu terlihatlah bra krem yang dikenakannya. Kedua lelaki yang ada disebelah juga tampak menolehkan mukanya kearah celah itu melihat istriku sedang melepas pakaiannya. Tanpa menunggu lama istriku dengan sengaja melepas juga bra krem yang dikenakannya dan terlihatlah dari pantulan cermin kedua payudaranya terbebas keluar dan menggantung dengan indahnya.

Baju yang dibawanyapun tidak segera dikenakannya tetapi hanya digantungkan saja karena kini istriku sibuk bergaya didepan cermin sambil melihat tubuhnya sendiri yang saat ini memang sedang Topless.Badannya yang begiu putih dihiasi kalung permata yang melingkar dilehernya dan indahnya kedua payudaranya tampak begitu menggoda. Kulihat keanehan terjadi karena kedua lelaki tadi tiba-tiba membuka kain penutup ruang 2 untuk menarik temannya keluar dan memberitahukan keindahan yang dilihatnya. Rasa marah,cemburu mulai menggelayuti Otakku disamping gairah dan kepuasan yang juga timbul karenanya.

Aku sedikit bergeser dari tempatku karena untuk tetap bisa melihat celah itu karena kini ke tiga orang itu berdiri bergerombol dan menutupi pandanganku. Kini akupun mendekat keruang ganti untuk bisa melihat dengan dekat apa yang sedang terjadi dan ternyata ketiga lelaki itu tak menyadari bahwa aku adalah suami dari wanita yang sedang mereka lihat. Tampak di cermin istriku mulai meremas payudaranya sendiri dan mulai bermain dengan putingnya yang merah. Ekspresi wajah istriku benar- benar terlihat merasakan kenikmatan dari sentuhannya sendiri. Aku sengaja tidak masuk ke ruang 2 dahulu karena ingin melihat dahulu apa yang sedang terjadi dan ketiga orang lelaki itupun juga tidak perduli akan kehadiranku yang berada disampingnya,kulihat kini salah seorang dari mereka yang bermabut cepak memasukkan tangannya kedalam celananya mungkin melakukan masturbasi karena tidak kuat melihat istriku pikirku.

Entah merasa terganggu atau bagaimana tiba-tiba salah seorang dari mereka berkata aEsMasuk aja Mas kami tidak pakai kokaEtkatanya kepadaku sambil menunjuk ruang 2 aEsoh iya terimakasih masaEtjawabku sembari langsung masuk kedalam Ruang 2 Terdengar bsik-bisk pelan mereka dari luar ruang ganti. aEsDon , Bram jogoen yo aku tak mlebu aeaE|gak kuat akuaEtujarnya ke kedua temannya aEsyo wis ndangaE|tapi ngkuk lek bengok yak opo?aEtjawab temannya dengan bahasa jawa [sedikit kuartikan jika ada yang tidak mengerti,kira-kira begini artinya] aEsDon , Bram jagain ya aku mau masuk sajaaEt aEsya udah cepat tapi nanti kalo teriak bagaimana?aEt [begitulah kira-kira artinya] tanpa menjawab temannya tiba-tiba aku mendengar suara kain ruang dibuka dan akupun langsung keluar untuk melihat yang terjadi. Baru saja aku keluar salah seorang dari mereka menghadangku dan berkata aEsheh masaE|sampeyan lek kate ndelok gak popo tapi ojo macem-macem, meneng wae yoaEt [aE~hei mas kalo anda mau lihat tidak apa tapi jangan macam-macam, diam saja yaaEt] Aku menyadari mereka tidak mengerti bahwa aku suaminya dan melihat tampang ketiga orang itu akupun jadi sedikit berpikir ulang untuk membuat keributan dengan mereka aEshahaE|.aEtistriku yang akan teriak langsung ditutu mulutny oleh si cepak aEsjangan teriak manisaE|aku tidak akan memperkosamu tapi tolong bantu akuaEt jawab si cepak pelan dengan membuka resleting celananya.

Istriku sempat melihat keluar kearahku dan akupun segera mengangguk kepadanya Kini Tangan istriku dibimbing si cepak menuju ke celananya dan bibirnya yang mungil segera dicium dan dilumatnya dengan penuh nafsu. Tangan kanan si cepak kini merayap ke payudara kanan istriku dan mulai meremasnya dengan perlahan serta mulai memilin payudaranya. Istriku yang merasakan gairahnya naik oleh remasan si cepak kini mulai menurunkan celana dalam si cepak dan mengeluarkan penisnya dengan tangan kanannya.Tangan yang lembut dan penuh kasih itu kini tampak memegang penis besar milik lelaki lain dihadapanku, benar-benar membuatku semakin cemburu dan bernafsu.

Puas melumat bibir istriku si cepakpun menyandarkan tubuh istriku ke dinding dan kini mulunya pun bergerilya menyusuri leher Istriku dan terus turun kebagian payudaranya sebelah kiri. Sambil tangan kanannya terus meremas payudara kanan Istriku, mulut si cepak kini sudah berada tepat di putting indah milik istriku dan mulai mencium serta menghisapnya. Payudara yang indah biasanya digunakan untuk menyusui anak kami kini dinikmati oleh bibir tebal milik lelaki lain. Benar- benar kontras jika biasanya aku melihat anakku yang lucu menghisap payudara istriku kini aku melihat kepala hitam besar dengan rambut seperti tentara terbenam didalam payudara istriku yang indah. Istriku tampak memejamkan mata sambil bersandar di dinding dan kedua tangannya memegang kepala si cepak yang sedang menhisap dan mempermainkan lidahnya tepat diputingnya. Puas menghisap Payudara istriku si cepak segera memegang kepala istriku dan membimbingnya untuk berjongkok tepat dihdapan penisnya. Tangan kanan istriku kini mulai membelai dengan lembut penis si cepak dan dengan ragu didekatkan ke bibirnya. Terlihat keraguan dari istriku disaat mencium ujung kepala penis si cepak, matanya terpejam dengan alis yang sedikit turun ekspresi dari ketakutannya. Tanpa membuang waktu lagi si cepak segera mendorong kepala istriku ke penisnya sehingga kini separuh bagian dari Penis si cepak yang ukurannya A? kali lebih besar dari milikku masuk kedalam mulutnya. aEsoughaE|..mmmhhaE|aEtterdengar pelan erangan istriku saat mengulumnya aEsayo terusin manisaE|aE|ohh yessaE|..terusin sayankaEtkomentar si cepak Penis itu kini keluar masuk dengan cepat kedalam mulut Istriku dan tidak lagi separuh tapi hampir sepenuhnya sehingga tampak mulut istriku benar- benar penuh terisi.

Mata si cepak tampak terpejam menahan nikmat dan tangan kanannya turun kebawah untuk meremas payudara istriku yang menggantung dengan indah. Tanpa kusadari ternyata kulihat kedua teman cepak yang juga menyaksikan ikut mengeluarkan penisnya dan melakukan masturbasi sambil melihat si cepak di oral oleh istriku. aEsOhhaE|Ohh..terusin sayankaE|.OhhaE| AghhhaEterangan si cepak saat merasakan klimaks dan kini terlihat penis si cepak berdenyut didalam mulut istriku memuntahkan air maninya yang begitu kental dan putih.Seteleh beberapa detik dan penisnya berhenti berdenyut si cepak pun mencabut penisnya dari didalam mulut istriku.

Terlihat mulut istriku penuh dengan sperma si cepak dan sebagian menetes ke lantai. Belum sempat istriku berdiri dan membersihkan mulutnya kedua teman si cepak yang tadi melakukan masturbasi kini mendekat dan secara bersamaan memuntahkan air maninya ke tubuh istriku yang masih jongkok di bawah. aEsAchhaE|sshhhaE|ouchaE|panas bangetaE|.achchhaEterang istriku merasakan semprotan sperma kedua lelaki itu di tubuhnya. aEsOhhaE|yaaaaE|yaaaaE|terimakasih manisaEtkomentar salah seorang dari lelaki itu sambil tersenyum kepada istriku penuh kepuasan aEsyaaaE|.ohhhaE|yaaaE|I love u ManisaEtkomentar yang lain sambil meremas payudara istriku Kini terlihat kedua payudara istriku dan di bagian leher serta rambutnya dihiasi cairan putih sperma dari kedua lelaki teman si cepak. Kedua lelaki dan si cepak segera membenarkan celana mereka dan bergegas pergi meninggalkan kami.

Merasa keadaan sudah aman akupun segera masuk kedalam ruang ganti tersebut dan segera menutup kain penutup ruang ganti 1. aEsBagaimana mah?mama suka yang barusan?aEttanyaku kepada istriku aEs Istriku berdiri dengan tetap membiarkan dan mengusap-usapkan air mani yang ada ditubuhnya dan berkataaE| aEsOhh papa maafin mama yaaE|.sshhaE| papa juga mau?aEttanya istriku menggoda sambil tetap membelai dan mengusap payudaranya yang basah oleh air mani lelaki-lelaki tadi Tanpa menunggu lama segera kubalikkan tubuh istriku menghadap dinding dan segera kutrunkan celana jeansnya dan kusibakkan G-String yang dikenakannya. Sejenak sempat kuusap vaginanya dan bagian klitorisnya yang ternyata sudah sangat basah. Aku tak menyangka ternyata istriku yang terlihat terpaksa akhirnya bisa menikmati juga cumbuan dan rangsangan dari lelaki lain. Hal ini semakin membuatku bernafsu dan dengan segera kubuka reselting celanaku untuk mengeluarkan Penisku yang memang sudah membesar sejak melihat istriku dicumbui oleh si cepak.

Lihat Juga :  Cerita Bokep Gairah Ibu Rumah Tangga

Dan dengan sekali dorongan penisku pun dengan mudahnya masuk menembus kedalam liang vagina istriku yang sudah basah dan licin. Gesekan gesekan hangat bercampur dengan rasa cemburu dan amarahku membuat gairahku semakin memuncak. aEsOughaE|.yachaE|.katakan apa kamu ingin merasakan penisnya berada didalam vaginamu sayank?aEttanyaku dengan terus menghujamkan penisku kedalam vaginanya aEsiya pah penisnya besar pahaE|mama pengen merasakan tusukannya..aEtjawab istriku aEsOughh bitch u make me jealousaE|U are so naughty bitchaEtumpatku kepadanya aEsMaaf pah..tapi penisnya benar-benar membuat Istriku horneyaE| agghhaEtjawabnya sambil memekik tertahan menahan nikmatnya tusukan penisku aEsDenyutannya di mulutku masih terasa, Istriku pengen itu terjadi didalam vaginanyaaEtujarnya terus memanasiku.

Semakin dia berkomentar yang membuatku cemburu semakin aku cepat dan keras menghujamkan penisku ke dasar vaginanya.Dan tak berapa lama sekitar 10 menit penisku bermain keluar dan masuk di dalam liang vagina istriku dan tanganku yang tak pernah berhenti meremas dan memilin payudara istriku yang menggantung bebas. Tiba=tiba aku merasakan puncak dari kenikmatan yang aku harapkan aEsOhh sayankaE|.Sayang aku keluaraE|.aku keluar sayangaE| aghhhaEterangku aEsYaahhaE|Yahh..pah mama pengen merasakannya sekarang pahaE| oughhhaE|sshhaEt dan akhirnya kuhujamkan begitu dalam penisku di tusukan terakhir dan kumuntahkan seluruh air maniku didalam vagina Istriku.

aEsAhhhaE|ssshhhaE|panas pahaE|.aahhh ugghhaE|aEtistrikupun mengejang menahan nikmat Kami berdua pun sampai pada puncak klimaks yang benar-benar dahsyat dan sudah lama kami impikan.Kami seakan tak perduli apakah di ruang ganti sebelah ada orang lain juga yang sedang mencoba pakaian ataukah tidak. Yang jelas apa yang terjadi malam itu di dalam ruang ganti di Ruang 1 benar-benar tak terlupakan dan begitu indah. Sekitar 5 menit setelah make love kamipun segera membenahi diri dan berkemas,akupun membantu istriku membersihkan tubuhnya yang basah dan lengket terkena keringat dan air mani dari ketiga lelaki tadi dengan tissue basah yang ada didalam tas istriku.

Di saat kami keluar kami lega karena kondisi ruang ganti memang sedang sepi dan kondisi departement store itu memang sepi pengunjung, hanya satpam dan karyawan yang tampak sibuk merapikan barang-barang karena memang sudah akan tutup. Benar-benar malam yang indah dan tidak terlupakan bagi kami berdua.Dan kamipun akan mencoba hal-hal baru yang lainnya yang tentunya akan kami ceritakan dilain waktu.

Tamat

Cerita Dewasa | Tolong Masukin Penisnnya Bang

$
0
0

Cerita Dewasa | Tolong Masukin Penisnnya Bang – Satu hari aku jajan di satu mal sama sodara sepupuku, orangnya si cantik, chubby dan tonjolan dibadannya lebi nampak nyata dari yang ada di badanku. Hari itu kami berdua hanya pake tenk top ketat dan aku berhins ketat sedang dia pake jins 3/4 yang juga ketat, sehingga banyak cowok2 menyusuri bodi sodara sepupuku dari rambut ampe ke kaki. Dia si seneng banget jadi pusat perhatian banyak lelaki yang makan di foodcourt mall.

Deket mejaku ada seorang laki-laki, yang pasti bukan abg dan belum om-om, kutaksir usianya 30an, ganteng, kumisan dan atletis badannya, tipeku bangetz. Sodaraku berbisik,
“Nez tu ada cowok keren banget”.
“Mana”, tanyaku.
“Sebelah kanan rada kedepan, dia lagi ngliatin kita”. Aku menatap kearah yang ditunjukkan Santi, sodaraku itu.
Si abang, sebut aja demikian, juga lagi menatap kearah kami, tatapanku amprokan dengan tatapan matanya, dia ngangguk, akupun ngangguk dan senyum.
“Ganteng banget San”.
“Iya, aku suka banget ngeliat dia”, Santipun menatap wajah si abang dan senyum, dibales senyum juga.
Waktu Santi ke toliet, si abang nyamperin mejaku dan kenalan, dia nanya siapa yang bareng aku, aku bilang Santi, dia minta nomer hp Santi, wah rupanya matanya dah kelilipan bodinya Santi. aku kasi ja no hapeku, dan dia pamit duluan karena dah beres makannya. Ketika Santi balik dia kecewa karena si abang dah pergi. Aku bilang,
“Di mal kan banyak lelaki ganteng yang bakalan kelilipan bodi kamu kan, satu pergi dateng seribu”.
“Bisa ja kamu Nez”. Peristiwa itu berlalu begitu aja.
Sampe satu waktu d hapeku ada message,
“San, ini aku yang ketemu di mal waktu itu, yang di foodcourt itu”.
“Wah dari si abang rupanya”.
“Wah abang, pa kabar, Santi tunggu-tunggu kok gak da kabarnya, baru sekarang ada kabar, sibuk banget ya bang”. Aku nyaru jadi Santi aja.
“Ketemuan lagi yuk San, berdua aja”.
“Dimana bang”.
“Di mal, di foodcourt ja, sore jam … (dia menyebutkan waktunya), bisa kan”.
“Bisa bang”.
“aku pake (dia nyebutkan warna pakeannya)”.

Cerita Dewasa. Sampe di foodcourt, dia belon dateng, aku duduk di meja yang strategis yang pandangannya bisa kemana-mana, tak lama datenglah lelaki dengan pakean yang disebutkan tadi. aku bangun dan menyambutnya. “Santinya mana”, tampak da kekecewaan diwajahnya, kok aku yang nongol.
“Santi dadakan sakit perut bang, diare kayanya, makanya dia nyuru aku nemuin abang, takut abang kecewa”.
“O gitu ya, gak apa deh, kamu bisa nemenin aku”.
“Kalo gak bisa, Inez ya gak kemari lah bang”.
“Kita makan dulu yuk”.
“ayuk”, jawabku. kita brosing makanan, pesen kesukaan masing-masing, ketika aku mo bayar makananku, si abang yang bayarin duluan.
“Lama juga ya cap cay-nya. Hhh!” keluhnya karena pesanannya gak dateng2 sedang pesananku udah.
“Sabar saja bang, maklum malming gini pengunjungnya banyak”. Tidak berapa lama pesanannya datang.
Dia menambahkan lada putih ke dalam capcaynya. Setelah itu dia masih minta cabe rawit beberapa butir pada pelayan. aku tersenyum kecil.
“Biasanya orang yang kuat makan pedas nafsunya gede,” komentarku.
dia hampir tersedak mendengar candaanku. Namun kemudian dia menguasai diri, dia minum air putih dan menjawab,
“Kalau ada sambal atau cabe memang nafsu makan jadi kuat”. aku tertawa tertahan.
Dia tersenyum sambil memandang deretan gigiku yang rapi dan gingsulku kelihatan. Dia membalas godaanku tadi,
”Orang yang giginya gingsul kudengar juga gede nafsunya”. Gingsul itu gigi tarning yang letaknya lebi kedepan dari deretan gigi laennya, kaya bintang sinetron Chelsi olivia gitulah, ato bintang jepang banyakan juga gingsul.
Aku gak mo kalah,
“Kalo gitu abang pasti cewek dan ttm nya banyak”.
“Napa gitu”.
“Kan napsu makan dan napsu laennya gede”. Dia tertawa.
“sama dong, kamu pasti gak pena puas cuma ma 1 lelaki kan”. Guyonan vulgar gitu mencairkan suasana, kami jadi lebih akrab, gak nampak kekecewaan diwajahnya karena yang dateng bukan santi.
“Kok skarang malming Inez gak ma cowoknya, malah becanda ma aku”.
“Kan demi abang biar abang gak kecewa”.
“Gak tersalurkan ma cowoknya dong malem ini”.
“Panya yang disalurkan bang, sembako?”
“he he, kura2 dalam perahu”.
“Mana ada kura2 disimpen di perahu bang”, aku belaga pilon ja.
“kan gingsul”.
“kok?”
“iya kan kalo prempuan gingsul napsunya gede, trus malming gak ketemu cowoknya, jadi gak tersalurkan dong napsunya”. “Kan ada abang”, sengaja aku to the point ja menyatakan kalo aku suka ma dia,
“cocok kan penggemar cabe ketemu ma gigi gingsul, sama2 napsu gede”. tertawanya berderai.
“Bisa aja kamu, mangnya kamu mau ma aku”.
“Bangetz, sejak pertama kali ketemu Inez dah suka liat abang, tipe inez bangetz”.
“Masak si”.
“iya, Inez tu sukanya lelaki dewasa kaya abang, macho”. Aku makin to the point aja,
“Palagi kalo napsunya gede, he he”. Dia tertawa juga.
“abang suka gak ma prempuan kaya Inez”, aku uber dia terus.
“Suka juga, kamu cantik, proporsional lagi bodinya”.
“Tapi kan gak semok kaya Santi bang”.
“iya Santi napsuin, kamu juga kok, imut tapi napsuin juga”. Wah dia dah to the point juga.
“Mau dong abang gantiin cowok Inez”.
“Hm gimana ya, gak enak lah nyrobot cewek orang laen”.
“Gak apa kok bang, cowok Inez juga klayapan tau kemana, makanya bisa ktemuan ma abang, semua ada hikmahnya”.
“Tadi bilangnya demi aku”.
“iya demi abang dan demikian”, candaku. Dia tertawa lagi.
“Kamu asik juga ya Nez orangnya”.
“asik apanya bang”.
“Ya asik diajak bertemen, gak tau asik gak diajak bercinta”.
“Wah, gawat”.
“Kok gawat si”. “abang to the point jadi pengen neh Inez, hayo abang tanggung jawab lo”.
“Pengen paan”.
“pengen nonton”, aku tertawa.
“Yuk kita nonton, kamu beneran kan gak da cowoknya malem ini”. aku menggangguk.
Dia menggandengku menuju ke cinema yang ada di mal, kami milih filmnya,
“inez ikut abang ja deh nonton yang mana”. Dia milih film percintaan.
“biar jadi mood bercinta ya Nez”.
“abang mo bercinta ma Inez ya”.
“Kalo kamu mau”. “Mau bang”. Kami masuk ke gedung, bole milih tempat duduk bebas, dia milih yang agak disudut seblah atas, ternyata setelah filmnya maen, yang nonton gak banyak, jadi kami terpisah dari pnonton yang laen.
“Inez sering ya bercinta ma cowoknya”. Aku cuma ngangguk.
“Dimana maennya”.
“ditempat kok Inez, kadan dirumah dia kalo sepi, kadang di motel kalo pengen all nite”.
“Mangnya kalo allnite maennya brapa kali”.
“Kalo dah lama gak maen, dia bisa 4 kali bang”.
“wah lemes dong”.
“bangetz bang, tapi nikmatnya juga bangetz. abang kuat brapa kali maennya bang”.
“ya segitu itu”.
“Wah asik dong, bisa abis2an tu maennya ampe lemes”. Dia memeluk pundaku, mukaku diarahkan kemukanya dan dengan lembut dia mencium bibirku.
Lidahnya segera menerobos mulutku dan membelit lidahku. Sementara lidah kami saling bergelut, tangannya milai mengelus2 toketku.
“Kecil ya bang”, kataku setelah bibirnya melepas bibirku, dia meremes toketku sambil mencium telingaku, sampe aku menggelinjang.
“Segini mah gak kecil, proporsioanl, jadi gemes ni”.
“Kalo gemes ya ditemes2 trus ja bang”.
“Kamu enak ya diremes gini”.
“Suka ja bang”. Dia mencium bibirku lagi.
Dia memegang tanganku dan meletakkannya diselangkangannya. terasa ada sesuatu yang keras banget dibalik clananya.
“Bang ngacengnya keras banget, cabenya dah kerja ya”. Dia gak menjawab malah meremas2 toketku lagi.
aku elus2 tonjolan keras diselangkangannya.
“diremes dong Nez”. Aku meremes sebisanya, terasa besar tonjolan itu.
“Abang punya besar ya”.
“besaran mana ma punya cowok kamu”.
“besaran abang punya deh”.
“Mo ngrasain?”
“Bangetz bang”. Dia mengelus selangkanganku, aku mengangkangkan pahaku, gak bisa lebar2 karena terhalang kursi, aku duduk rada selonjor, biar pahaku bisa lebi lebar ngangkangnya.
Memekku jadi gatel dielus kasar dari luar clanaku gitu.
“dah basah ya Nez”. Aku ngangguk,
“Inez dah pengen bang”.
“Bener kan prempuan gingsul napsunya gede”.
“Abang…” lenguhku manja sambil merems tonjolan di slangakngannya dengan keras.
Gak lama kemudian film usai, lampu menyala. Segera kami memisahkan diri, bangkit dari tempat duduk dan kluar beriringan dengan penonton laen.
“aku anterin pulang ya, ujan lagi”. Saat itu ujan deres.
“Kamu tinggal dimana”.
“Di kos bang”.
“Gak bebas dong”.
“bebas kok, Inez tinggal sendiri”.
“Mahal tu”.
“Kan dibayarin cowok Inez bang”. Kami berlari-lari di pelataran parkir menuju ke mobilnya.
Dia membuka pintu depan sebelah kiri setelah mematikan alarm mobilnya, aku masuk dan diapun segera masuk, baju kami basah karena hujan yang deres gitu.
“Dingin ya Nez, gak usah pasang Ac deh ya”.
“ya bang”.
“Ntar pilek lagi”. Tempat kos ku kebetluan gak jauh dari mal, sehingga kami gak lama di mobilnya.
Mobilnya parkir persis didepan kamar kosku, segera aku membuka pintu mobil dan berlari menembus ujan ke depan kamarku, diapun menyusul.
“Basah semuanya bang, ntar dikeringin deh pake hair dryer”.
“Kamar kamu gede banget Nez, ada ruang tamunya lagi”. Memang kamar kosku lumayan gede, furnitur lengkap, pake Ac lagi, bayarannya juga lumayan mahal, gak peduli aku toh cowokku yang bayarin semuanya.
Ada ruang tamu merangkap ruang makan dan pantri, dan kamar tidur + kamar mandinya. Aku segera mengambil handuk dan hair dryer untu si abang, aku pun masuk ke kamar mandi, melepaskan semua yang menempel dibadanku dan menggantinya dengan kaus dan celana pendek longgar. aku melap rambutku yang basah dan kukeringkan dengan hiar dryer satu lagi biar gak pusing.

Aku keluar dari kamar sambil membawa kaosku yang paling gede ukurannya, dia duduk di sofa sambil melap rambutnya yang basah,
“Kok gak di hairdryer bang”.
“Gak usah, pake anduk ja cukup kok”.
“Bajunya basah semuanya tu bang. Ganti ma kaos Inez ja ya, iar gak masuk angin, gak tau cukup gak. Kalo celena pendek gak da yang ukuran abang”. Dia melepas bajunya didepanku, aku suka banget melihat dadana yang bidang, samar keliatan muali terbentuk sixpack diperutnya.
“Wah abang sering fitness ya, ada sixpacknya gitu, sexy banget deh bang”. Baeknya bajuku muat walaupun rada ketat untuknya.
“celananya basah bang, dilepas ja, pake daleman kan”. Dia senyum dan beneran melepas celananya.
Tampak tonjolan besar di selangkangannya yang sekarang cuma tertutup cd. Dia memperhatikan toketku yang tetap terlihat membusung di balik kaus longgarku.
“Minumannya sebentar lagi ya. Airnya lagi dimasak. Termosnya pas kosong. Mau minum apa bang?” Dia terkejut, kelamaan memperhatikan toketku.
“Ahh.. E.. E. Eeh. Susu.. Eh.. Teh susu,” sambil tergagap kata-katanya keluar begitu saja.
Namun disaat terakhir dia masih tetap bisa menguasai dirinya.
“Teh saja atau kopi. Susunya habis. Sorry,” aku tersenyum melihatnya terbata-bata kemudian menuju ke pantri menyiapkan segelas teh panas.
Aku duduk di depannya. Dia menyeruput tehnya yang masi panas.
“Manis gak bang”.
“manis, kaya yang buat”. Aku mencibirkan bibirku.
“Jadi gak kita mau adu kekuatan cabe dengan gingsul?” tanyanya dengan bergurau.
Aku segera pindah kesebelahnya di sofa dan merapatkan kepalaku di dadanya. Diciumnya pipiku dan aku mulai membuka kancing bajunya.
“Di kamar Inez aja yuk bang”.
“Dah gak nahan ya gingsulnya”. Aku memejamkan mata.

bibirnya kembali memagut bibirku yang merekah. Lidahnya menerobos lagi ke mulutku dan menggelitik lidahku. Aku menggeliat dan membalas ciumannya dengan meliukkan lidahku yang langsung dihisapnya. Tangannya mulai menari di atas dadaku. Diremasnya toketku yang sudah mengeras. Jarinya terus menjalar mulai dari dada, perut terus ke bawah hingga pangkal pahanya, masi dari luar pakeanku. Aku makin menggeliat kegelian. Lidahnya sudah beraksi di lubang

telingaku dan giginya menggigit daun telingaku. Pelukan dilepas dan dia bergerak berputar ke belakangku. Tangannya mendekap dadaku. Rambutku diciumnya. Mulutnya menggigit tengkukku. Badanku mulai menghangat. Bibir dan hidungnya makin lancar menyelusuri kepala dan leherku. Aku makin menggelinjang apalagi waktu tangannya meremas toketku yang masih tertutup baju kaus itu dari belakang. Diletakkannya mukanya dibahuku dan disapukan napasnya di telingaku. Aku menjerit kecil menahan geli tapi malah menikmati.

Aku dipeluknya dari belakang, kami berdiri sambil pelukan dan berjalan beriringan ke arah kamarku. Tanganku ke belakang dan meremas isi cdnya yang mulai memberontak. Setelah masuk ke dalam kamar dilepaskannya pelukannya. Aku mematikan lampu besar dan mengantinya dengan lampu tidur. ranjang yang besar telah menanti kami. Dia merendahkan badan dan mulai mencium dan menggigit pinggulku. Aku mendongakkan kepala dan berdesis lirih. Dia dibelakangku berlutut dengan meneruskan aksi tangannya ke betisku, sementara bibirnya masih bergerilya di lipatan lutut belakangku. Aku merentangkan kedua kakiku dan bergetar meliuk-liuk. Diciumnya pahaku dan diberikan gigitan kecil.

Aku makin meliukkan badannya, napasku mulai memburu. Pada saat aku sedang menggeliat, dihentikannya ciumannya di lututku dan dia berdiri di hadapanku. Diusapnya pantat dan pinggulku. Kembali aku berdesis pelan. Dengan cepat langsung disapukannya bibirnya ke leherku dan ditarik pelan-pelan ke bawah sambil menciumi dan menjilati leher mulusku. Aku semakin merepatkan tubuhku ke dadanya. Dengan sebuah tarikan pelan aku melepas kaosnya. Kuusap-usapnya dadanya dan kemudian pentilnya kumainkan dengan jari. Diciumnya bibirku, aku membalas dengan lembut. Lumatannya mulai berubah menjadi lumatan ganas. Ia melepaskan ciumannya.

Dia menyingkapkan kausku. Aku mengangkat kedua tanganku. Dengan mudah dibukanya kaosku. Kini tangannya membuka celana pendekku. Kini kami tinggal mengenalan pakaian dalam saja. Bra dan celana dalamku berwarna krem berpadu dengan kulitnya yang sawo matang. Braku memang tidak penuh menutupi toketku sehingga dapat terlihat lingkaran kemerahan di sekitar pentilku. Cdku dari bahan sutra transparan sehingga padang rumput di bawah perutku terihat membayang. “Eehhngng, ..” aku mendesah ketika leherku dijilatinya. Kulihat ia melirik bayangan kami di cermin dilemari yang besar. Dia mendorongku ke ranjang dan menindih tubuhku. Tangannya bergerak punggungku membuka pengait braku. Disusurinya bahuku dan dilepasnya tali braku bergantian.

Toketku yang imut dan kencang dihiasi pentil berwarna coklat kemerahan dan sangat keras. Digesek-gesekkannya dadanya ke pentilku. Bibirnya yang agak tebal dengan lincah menyusuri wajah, bibir dan leherku. Dia mendorong lidahnya jauh ke dalam rongga mulutku kemudian memainkan lidahku dengan menggelitik dan memilinnya. Aku hanya sekedar mengimbangi. Sesekali gantian lidahku yang mendorong lidahnya. Tangan kanannya memilin pentilku serta meremas toketku. Aku menggeserkan tubuhku ke arah bagian atas tubuhnyasehingga toketku tepat berada di depan mukanya. Segera dilumat nya toketku dengan mulutnya. Pentilku diisap pelan dan dijilati. “Aaacchh, Ayo bang.. Lagi.. Teruskan”. aku mulai melenguh keenakan. Kontolnya terasa semakin mengeras.

Disedotnya toketku sehingga semuanya masuk ke dalam mulutnya, dihisap pelan namun dalam, pentilku dijilat dan dimainkan dengan lidahnya. Dadaku bergerak kembang kempis dengan cepat, detak jantungku juga meningkat, pertanda nafsuku mulai naik. Tanganku menyusup di balik cdnya, kemudian mengelus, meremas dan mengocoknya dengan lembut. Pantatnya dinaikkan dan dengan sekali tarikan, maka cdnya sudah terlepas. Kini dia sudah dalam keadaan polos tanpa selembar benang. Bibirnya mengarah ke leherku, mengecup, menjilatinya kemudian menggigit daun telingaku. Napasnya dihembuskannya ke dalam lubang telingaku. Kini dia mulai menjilati pentilku. Aku semakin terbuai. Kugigit bibir bawahku untuk menahan rangsangan ini. Kupegang pinggangnya erat-erat.

Tangannya kemudian bergerak membuka cdku dan melemparkannya begitu saja. Jembutku tidaklah lebat dan kupotong pendek. Sementara ibu jarinya mengusap dan membuka bibirmemekku, maka jari tengahnya masuk sekitar satu ruas ke dalam lubang memekku . Diuusap dan ditekannya bagian depan dinding memekku dan jarinya sudah menemukan sebuah tonjolan daging seperti kacang. Setiapkali dia memberikan tekanan dan kemudian mengusapnya aku mendesis,

“Huuhh.. Aaauhh.. Engngnggnghhk”. Ia melepaskan tangannya dari selangkanganku.
Tanganku kembali diarahkan ke kontolnya, bibirku terus menyusuri perutnya, semakin ke bawah. Aku memandang sebentar kepala kontolnya yang lebih besar dari batangnya dan kemudian kukecup. Belum kukulum, hanya mengecup dan menggesekkan hidungku pada batang kontolnya dan dua buah bola yang menggantung di bawahnya. Dia hanya menahan napas setiap aku mengecupnya.

Aku kembali bergerak ke atas, tanganku masih memegang dan mengusap kontolnya yang telah berdiri tegak. Dia menggulingkan badannya sehingga berada di atasku. Kembali kami berciuman. toketku diremas dan pentilnya dipilin dengan jarinya sehingga aku mendesis perlahan dengan suara di dalam hidungnya. “SShh.. Ssshh.. Ngghh..” Perlahan lahan dia menurunkan pantatnya sambil memutar-mutarkannya. Kepala kontolnya kupegang, ,kemudian kugesek-gesekkan di mulut memekku. Terasa basah banget.

Aku mengarahkan kontolnya untuk masuk ke dalam memekku. Ketika sudah menyentuh lubang memekku, dia menekan pantatnya perlahan. tapi belum bisa masuk. Aku merenggangkan kedua pahaku dan pantat kuangkat sedikit. Kepala kontolnya sudah mulai menyusup di bibir memekku. Digesek-gesekkannya di bibir luarnya sampai terasa keras sekali dan ditekan lagi. Aku merintih dan memohon agar dia segera memasukkannya sampai amblas.

“Ayolah bang tekan.. Dorong sekarang. Ayo”. Dia mencoba untuk memasukkannya lagi, masih dengan bantuan tangannya, dan Blleessh.
setengah batang kontolnya sudah tertelan dalam memekku.
“Ouhh.. bang,” desahku setengah berteriak. Dia bergerak naik turun. Kadang gerakan pantatnya dibuat naik turun dan memutar sambil menunggu posisi dan waktu yang tepat. Aku mengimbangi dengan gerakan memutar pada pinggulku. Ketika dirasakan gerakannya sudah lancar, maka dipercepat gerakannya. aku menggeleng dan menahan pantatnya, kemudian mengatur gerakan pantatnya dalam tempo sangat pelan. Untuk meningkatkan kenikmatan maka meskipun pelan namun setiap gerakan pantatnya selalu penuh dan bertenaga. Akibatnya maka keringatpun mulai menitik di pori-porinya.

“Bang. Ouhh.. Nikmat.. Ooouuhh. Abang memang betul-betul perkasa” desisku sambil menciumi lehernya.
Kini kedua kaki kurapatkan dan dijepit dengan kedua kakinya. Kontolnya hampir-hampir tidak bisa bergerak dalam posisi ini. Tidak ada kontraksi otot memekku namun dia merasa memekku sangat sempit menjepit kontolnya. Dia menggulingkan badan lagi sampai aku menindihnya. Kakiku keluar dari jepitan kakinya dan kembali aku yang menjepit pahanya. Dalam posisi ini gerakan naik turunku menjadi bebas.

Kembali dia dalam posisi pasif, hanya mengimbangi dengan gerakan melawan gerakan pinggul dan pantatku. Tanganku menekan dadanya. Dicium dan diremasnya toketku yang menggantung. Kepalaku terangkat dan tangannya menarik rambutku kebelakang sehingga kepalaku semakin terangkat. Setelah dia menjilat dan mengecup leherku, maka kepalaku turun kembali dan bibirku mencari-cari bibirnya. Dia menyambut mulutku dengan satu ciuman yang dalam dan lama.

Aku mengatur gerakanku dengan tempo pelan namun sangat intens. Pantat kuturunkan sampai menekan pahanya sehingga kontolnya terbenam dalam-dalam sampai kurasakan menyentuh dinding rahimku. Ketika kontolnya menyentuh rahimku, aku semakin menekan pantatku sehingga tubuh kamipun semakin merapat. Aku menegakkan tubuh sehingga dalam posisi duduk setengah jongkok di atas selangkangannya. Aku kemudian menggerakkan pantatku maju mundur sambil menekan kebawah sehingga kontolnya tertelan dan bergerak ke arah perutnya. Semakin lama-semakin cepat aku mengerakkan pantatku.

“Ouhh.. Ssshh.. Akhh!” Desisankupun semakin sering.
Aku dah hampir nyampe rasanya. Kontolnya dikeraskan dengan menahan napas dan mengencangkan otot antara biji peler dan anusnya seolah-olah menahan kencing. Aku kembali merebahkan tubuhku ke atas tubuhnya, mataku berkejap-kejap dan bola mataku memutih.
Gigiku menggigit bibir bawahku kuat-kuat. Akupun merasa tak tahan lagi dan,
“Bang .. Sekarang say.. Hhhuuaahh!” aku memekik kecil.

Pantatku menekan kuat sekali di atas pahanya. Dinding memekku berdenyut kuat menghisap kontolnya. Dia menahan tekanan pantatku dengan menaikkan pinggulnya. Bibirku menciuminya dengan pagutan-pagutan ganas dan diakhiri dengan gigitan pada dadanya. Dia memeluk tubuhku erat-erat dan ditekannya kepalaku di dadanya. Napasku yang bergemuruh kemudian disusul napas putus-putus dan setelah tarikan napas panjang aku terkulai lemas di atas tubuhnya. aku dah nyampe. Denyutan demi denyutan dari memekku kemudian melemah. Pejunya yang muncrat bebrarengan dengan klimaxku masuk dalam memekku sebagian tertumpah keluar lagi di atas pahanya. Aku berguling kesampingnya sambil tangan dan mukaku tetap berada di lehernya. Dia memberikan kecupan ringan pada bibirku, dan usapan pada pipiku.

“Terima kasih bang. Abang sungguh luar biasa. Perkasa dan romantis”. Kami masih berpelukan sampai keringat kami mengering.
Setelah mandi dan hendak mengenakan pakaian, aku menahan tangannya yang sudah memegang celana dalam.
“Abang tidur disini saja malam ini. Inez.. masih..”, aku tersipu-sipu dan tidak melanjutkan perkataanku.
Malam itu kami tidur dengan telanjang dan berpelukan ditutup selimut ditemani dengan suara rintikan hujan.
Aku tidak tahu sudah tidur berapa lama ketika kurasakan sebuah lengan melingkar di pinggangku. Aku membuka mata mengambil arloji di atas kepalaku dan melihat sebentar.
“Hmm.. Baru jam satu, tidur lagi yuk!” kataku sambil memejamkan mata dan tangannya memelukku kembali.
Diciumnya ketiakku dan digelitikin pinggangku. Aku menguap dan meregangkan badan.
“Ooahh, abang emang..!” Tangannya menangkap tanganku.
Didaratkan sebuah ciuman pada bibirku. Aku mengelak dan berdiri berjalan ke arah kulkas di dalam kamarku. Mengambil air putih, meminum dan mengangsurkannya kepadanya. Dia duduk, menyambut dan menghabiskan sisa air dalam gelas tadi. Aku masih berdiri dalam keadaan telanjang. Dia mengamat-amati tubuhku, “kamu sexy sekali nes kalo bugil gitu”.

“semua prempuan juga sexy kalo telbul bang”. Aku duduk dipinggir ranjang, dia bangun dan memelukku.
Bibirnya mendarat di bibirku. Kali ini ia menciumiku dengan ganasnya. Akupun membalas dengan tak kalah ganasnya. Dia meremas toketku dengan keras. Ia mendorongku dan beberapa saat kemudian kami sudah bergulingan di atas ranjang besar yang empuk. Dia menindih dan menjelajahi sekujur tubuhku. Aku menggeliat-geliat hebat dan mengerang. Dari dada, lidahnya pindah ke samping menyusuri pinggul dan pinggangku, ke arah perut dan pahaku. Aku meronta hebat penuh kenikmatan sewaktu tangannya memainkan pentilku. Tangannya ditempelkan di bibir memekku.

“Baaang.. nikmat bangetz!” pekikku.
Bibirku naik ke leherku lagi dan menjilatinya. Elusan tangannya pada pinggang membuat aku ia meronta kegelian. Dia menghentikan elusannya dan tangannya meremas lembut toketku dari pangkal kemudian ke arah pentil. Dimainkan jemarinya dari bagian bawah, melingkari gundukannya dengan usapan ringan kemudian menuju ke arah pentilku. Sampai batas pentil sebelum menyentuhnya, dia menghentikannya dan kembali mulai lagi dari bagian bawah.

Dia menggantikan jari dengan bibirnya, tetap dengan cara yang sama disusuri toketku tanpa berusaha mengenai pentilku. Kini aku bergerak tidak karuan. Semakin bergerak semakin bergoyang toketku dan membuat jilatannya makin ganas mengitari gundukan mulus itu. Setelah sebuah gigitan dia berikan di belahan toketku, bibirnya diarahkan ke pentilku, tapi dijilatnya dulu daerah sekitarnya yang berwarna merah sehingga membikin aku penasaran dan gemas.

“Bang.. Jangan dimaenkan gitu dong.. Isep cepetan yang,” pintaku.
Dia masih ingin mempermainkan gairahku dengan sekali jilatan halus di pentilku yang makin mengeras itu. Aku mendorong toketku ke mulutnya, sehingga pentilnya langsung masuk, dan mulailah dia kulum, digigit kecil serta dijilat bergantian. Tangannya berpindah dari pinggang ke memekku yang kini menjadi basah. Jari tengah kirinya dimasukkan ke dalam memekku dan tidak lama sudah menekan apa yang dicarinya. Lumatan bibirnya di pentilku makin ganas. Aku berusaha mengulingkan badannya tetapi ditahannya.

“Aaagh..”, aku memekik-mekik.
Diciuminya lagi bibir dan leherku. Kontolnya makin membesar dan mengganjal di atas perutku. Diangkatnya pantatnya sedikit dan akupun mengerti apa yang harus kulakukan. Kukocok kontolnya sampai keras sekali dan kukangkangkan pahaku lebar-lebar. Diarahkannya kontolnya ke memekku dan
“Masukin bang…Cepaat!,” pintaku sambil semakin melebarkan pahaku.

Didorongnya kontolnya memasuki memekku, digerakkannya kontolnya pelan-pelan dan semakin lama semakin cepat. Memekku makin lembab, namun tidak sampai becek. Akulangsung mengerang hebat merasakan hunjaman kontolnya yang keras dan bertubi-tubi. Tanganku mencengkeram pinggulnya. Gerakan maju-mundurnya kuimbangi dengan memutar-mutarkan pinggulku, semakin lama gerakan kami semakin cepat. Aku semakin sering memekik dan mengerang. Tanganku kadang memukul-mukul punggungnya. Kepalaku mendongak ketika dia menarik rambutku dengan kasar dan kemudian dikecupnya leherku dan digigitnya bahuku.

Setelah beberapa lama aku minta untuk di atas. Dengan cepat kami berguling. Tak berapa lama kemudian kontolnya sudah terbenam di liang memekku. aku menaikturunkan pantatku dengan posisi jongkok. Aku seperti penunggang kuda yang sedang memacu kudanya dalam lembah kenikmatan mendaki menuju puncak. Tubuhku naik turun dengan cepat dan dia mengimbangi dengan putaran pinggulnya, sementara toketku yang tegak menantang diremas-remas dengan tangannya. Gerakan kami makin cepat, eranganku makin hebat. Dia duduk dan memeluk pinggangku. Kami berciuman dalam posisi aku duduk berhadapan di pangkuannya. Dia bebas mengeksplorasi tubuhku dengan tangan dan bibirnya.
“Aaagghh.. bang..,” teriakku.

Dia membalikkan tubuhku kebawah dan langsung digenjot dengan tempo tinggi dan menghentak-hentak. Nafas kami semakin memburu. Dia mengganti pola gerakan. Dia cabut kontolnya trus dimasukkan kembali setengahnya. Demikianlah dia lakukan berulang-ulang sampai beberapa hitungan dan kemudian dihempaskannya pantatnya dalam-dalam. Aku setengah terpejam sambil mulutku tidak henti-hentinya mengeluarkan desahan seperti orang yang kepedasan. Pinggulku tidak berhenti bergoyang dan berputar semakin menambah kenikmatan. Lubang memekku yang memang sempit ditambah dengan gerakan memutar dari pinggulku membuat dia semakin bernafsu.

Lihat Juga :  Cerita Dewasa Berebut Memek Perawan

Ketika dihunjamkannya seluruh kontolnya ke dalam memekku, aku pun menjerit tertahan dan wajahku mendongak. Dia menurunkan tempo dengan membiarkan kontolnya tertanam di dalam memekku tanpa menggerakkannya. Dia mencoba memainkan otot kontolnya. Terasa kontolnya mendesak dinding memekku dan sedetik kemudian ketika dia melepaskan kontraksinya, kurasakan memekku meremas kontolnya. Demikian saling berganti-ganti. Permainan kami sudah berlangsung beberapa saat. Kedua kakiku diangkat dan ditumpangkan di pundaknya. Dengan setengah berdiri di atas lutut dia menggenjotku. Kakiku diusap dan diciumnya lipatan lututku. Aku mengerang dan merintih-rintih. Dia memberi isyarat kepadanya untuk menutup permainan ini. Akupun mengangguk.

Kamipun berpelukan dan bergerak liar tanpa menghiraukan keringat kami yang bercucuran. Gerakan demi gerakan, pekikan demi pekikan telah kami lalui. Dia semakin cepat menggerakkan pantatnya. Aku menjambak rambutnya dan membenamkan kepalaku ke dadanya, betisku segera menjepit erat pahanya. Badanku menggelepar-gelepar, kepalaku menggeleng ke kiri dan ke kanan, tanganku semakin kuat menjambak rambutnya dan menekan kepalanya lebih keras lagi. Dia pun semakin agresif memberikan kenikmatan kepada aku yang tidak henti-hentinya menggelinjang sambil mengerang.

“Aaahh.. Ssshh.. Ssshh” Gerakan tubuhku semakin liar.
“Ouoohh nikmatnyaa.. Inez ingin segera sampai..” Dia juga merasa ada sesuatu yang mendesak-desak di dalam kontolnya ingin keluar.
“Ouuwww..!” Dia mengangkat pantatnya, berhenti sejenak mengencangkan ototnya dan segera menghunjamkan kontolnya keras-keras ke dalam memekku.

Tubuhku mengejang dan jepitan kaki kuperketat, pinggulku naik menjambut kontolnya. Sejenak kemudian memancarlah pejunya di dalam memekku, diiringi oleh jeritan tertahan dari mulut kami berdua. “Awww.. Aduuh.. Hggkk” Kami pun terkulai lemas dan tidak berapa lama sudah tidak ada suara apapun di dalam kamar. Tangannya memeluk erat tubuhku dengan mesra. lemes banget badanku setelah melalui percumbuan yang sangat panjang, tapi nikmatnya juga bangetz.

Tamat


Cerita Mesum | ML Dengan Temen Bos Sendiri

$
0
0

Cerita Mesum | ML Dengan Temen Bos Sendiri – Kebetulan sekali saya dipilih menjadi salah satu dari karyawan sebuah perusahaan diluar negeri dan ditempatkan dinegara mereka.  Kami menjadi pegawai tetap dan berdomisili dinegara tersebut. Bersama kami juga terdapat beberapa wanita.

Ini adalah pengalaman seks saya dengan salah satu rekan kerja wanita. Sekarang kita sudah menikah dengan orang yang lain dan belum pernah bertemu lagi. Waktu Anita dan teman teman wanita lainnya tiba dikota kami, saya dan rekan rekan lainnya menjemput di airport dan membawa mereka kehotel tempat mereka tinggal. Kita pada saat itu sudah selesai pendidikan dan mulai bekerja. Saya sharing flat bersama enam anak lainnya. Diflat kami ada tiga kamar besar dan saya menempati kamar terbesar bersama tiga rekan kerja, semua dari Indonesia.

Waktu menjemput Anita, ini adalah pertama kalinya saya bertemu dengan Anita. Rambutnya lurus panjang sebahu, dengan muka yang lumayan manis dan seksi, bibirnya yang menantang, teteknya yang cukup besar boleh juga nih cewe, saya rasa demikian juga dengan Anita waktu kita salaman dia megang cukup lama dan kasih senyum yang aduhai. Bayangkan saja saya sudah dua bulan lebih dikota ini dan belum punya pacar. Dimobil dia duduk disatu mobil dengan saya dan kita duduk dibelakang. Kayanya sih kita benar benar saling tertarik. Selang beberapa hari kita bertemu lagi dan mulai merasa dekat. Anita sebelumnya pernah kekota ini dan lebih mengetahui seluk beluk kota ini dibandingkan dengan saya. Kami janjian untuk pergi jalan jalan berdua saja.

Hari Sabtu, hampir seluruh rekan baik yang laki atau wanita datang kerumah saya untuk makan makan. Selama makan siang Anita selalu duduk dekat saya dan ngobrol dengan saya saja. Teman teman yang lain sudah senyum senyum saja. Sore hari waktu yang lain pulang Anita masih tinggal dan ngobrol dengan saya, dia terus bilang mau mandi dulu, saya kasih anduk saya dan bilang saya engga punya anduk baru mau tidak pakai anduk saya saja, dia haya tersenyum sambil minta anduk saya, untuk baju saya kasih t shirt saya dan dia setuju saja untuk memakainya. Kita ngobrol ngalor ngidul mengenai diri kita, sekali kali tangan saya dipegang oleh Anita sambil tersenyum. Hati sudah tidak karuan saja tapi saya tahan tahan karena teman teman serumah masih pada ada.

Selesai makan malam, saya dan teman teman masuk kamar karena AC dikamar lebih dingin dibandingkan dengan ruang tamu, Anita ngikutin dan duduk ditempat tidur saya. Kita terlibat diskusi yang cukup menarik, saya tidak ingat persis apa yang dibicarakan tapi semua bersemangat. Dari posisi duduk Anita akhirnya berbaring ditempat tidur saya dan saya menyender ke dinding. Capai menyender saya tiduran disebelah Anita dan memeluknya dari belakang, dia diam saja malahan tangan saya dipegangnya. Teman sekamar juga acuh saja. Karena mereka tidak berpikir sejauh itu. Saya sudah merasakan kontol saya agak mengeras karena nempel dipantat Anita, sebaliknya Anita malahan mendorong pantatnya kesaya jadi tambah saja kontol saya jadi lebih keras.

Satu persatu mulai ketiduran dan saya dan Anita juga merasa ngantuk, saya masih memeluk dia dari belakang, dan akhirnya lampu dimatiin oleh salah satu rekan, Anita masih tidur ditempat tidur saya. Punggung Anita mulai saya pijat pijat dan punduk dan lehernya saya cium pelan pelan, dia mengelinjang bulu tangan terasa berdiri waktu saya elus tangannya. Anita mendesah desah dan menekan pantatnya kekontol saya. Sayangnya dia pakai celana pendek. Kalau dia pakai rok sudah saya singkapkan dan masukkan kontol saya. Anita menarik tangan saya dan jari tengah saya dimasukkan kedalam mulutnya dan diisap, isapannya sangat kuat dan terasa enak. Bisa dibayangkan kalau itu adalah kontol saya. Teman teman masih tertidur semua atau mungkin pura pura tertidur dan mendengarkan kita berdua.

Tangan saya menjalar kedalam tshirt nya dan menemukan teteknya Anita, pentuilnya sangat besar dan keras, saya gosok dengan telapak tangan saya, Anita bertambah mendesah dan menekan pantatnya lebih keras lagi. Tetek Anita sangat keras dan kenyal sekali, dibilang kecil tidak kecil dan dibilang besar juga tidak besar, telapak tangan saya tidak bisa memegang seluruhnya. Untuk meremasnya juga sulit sangking kenyalnya tetek Anita. Celana saya sudah terasa basah oleh lendir, kontol saya terasa sakit terjepit didalam celana. Anita mengarahkan tangannya kekontol saya dan meremas remas kontol saya dari luar, rasanya pengen pecah saja tapi apa boleh buat harus saya tahan dulu. Tangan saya kemudian turun kememeknya dan meremas remas dari luar, hanya sejauh itu yang bisa kita lakukan dan akhirnya kita tertidur. Besoknya kita bangun pagi pagi dan langsung mandi, Anita minta saya anterin dia pulang kehotel karena mau ganti baju, wah kebetulan nih saya pasti bisa nerusin apa yang belum selesai. Di hotel saya sudah engga tahan lagi begitu pintu kamar tertutup saya peluk Anita dan mencium bibirnya, dia membalas dengan hangat dan menjulurkan lidahnya untuk saya hisap, ludah kita sudah bercampur satu dan mengalir dari sudut bibir kita.

Saya mengisap bibir bawahnya yang cukup tebal dan seksi, sekali kali saya gigit pelan dan menjulurkan lidah saya kedalam mulutnya, Anita mengisap lidah saya dengan keras sampai terasa agak sakit karena teralu keras diisap oleh dia. Anita saya peluk dengan keras dan tangan saya memegang pantatnya yang montok, saya tarik dan tekan kekontol saya yang sudah keras sejak tadi malam. Anita merenggangkan pahanya agar kontol saya bisa menyentuh memeknya. Anita tingginya sama dengan saya, jadi cewe ini terhitung tinggi juga, saya saja sudah kira kira 1.74 dan dengan posisi berdiri semua sepertinya pas sekali, saya tidak harus nunduk untuk menciumnya dan dia tidak usah berjinjit untuk mencium saya.

Saya dorong Anita ketembok dan sambil mencium saya pegang memeknya dari luar, Anita masih memakai celana pendeknya dan saya masih dengan jeans saya, pentil teteknya terlihat keras dan mendorong t-shirt yang dipakainya, Anita ini anti BH, dia tidak perlu BH karena teteknya tidak turun walaupun cukup besar. Tangan saya yang satu lagi saya pergunakan untuk meremas remas teteknya. Anita mengelinjang waktu teteknya saya remas, rupanya ini adalah weak spot dari Anita. Saya tarik t-shirtnya keatas dan langsung teteknya saya hisap dan jilat jilat. Kepalanya mulai bergoyang kekiri dan kanan, desahan Anita menjadi semakin keras, tangannya memegang belakang kepala saya sambil meremas remas rambut saya. Ditekannya kepala saya keteteknya sampai saya sulit untuk bernafas.

Kakinya lebih terbuka memberi jalan untuk tangan saya lebih meremas memeknya. Tangannya turun kekontol saya dan meremas remas dari luar. Karena tidak tahan lagi, akhirnya swaya lepaskan t-shirt dan tetek Anita terlihat sangat seksi, besar tapi tidak turun, aerolanya lebar dengan warna coklat tua, pentilnya coklat kehitam hitaman dan sangat besar. Kedua duanya sudah berdiri. Kedua teteknya saya remas remas, aka menyender kedinding sambil mengerang ketika teteknya saya remas, gemas sekali saya melihat tetek Anita, pentilnya sangat menantang, saya hisap salah satu sambil tetap meremas. Anita akhirnya mendorong saya sedikit dan ia merebahkan dirinya ketempat tidur, zipper celana jeans saya dibuka dan tangannya masuk kedalam celana dalam saya, Anita meremas kontol saya yang masih didalam celana dalam sambil menutup matanya, bibirnya merekah dan tersenyum. Seperti kena listrik kontol saya benar benar jadi sangat keras, dan basahnya tidak ketulungan. Saya belum keluar tapi celana dalam saya sudah basah sekali. Buru buru saya lepaskan celana jeans saya dan Anita tidak sedikitpun mlelepaskan pegangannya dari kontol saya. Remasannya sangat enak dan membuat saya mengerang.

Celana dalam saya diturunkan oleh Anita dan kontol saya langsung saja meloncat keluar dan terasa sangat lega, bayangkan saja dari tadi tegang dan tertekan oleh celana jeans dan cd saya. Kalau berdiri kontol saya kira kira 15 cm dengan diameter kira kira 5 cm kalau lagi keras. Kepala kontol saya terlihat menonjol karena disunat dan terlihat besar sekali dibandingkan batangnya. Anita membuka bibirnya dan mulai memasukkan kontol saya sedikit dikit kemulutnya, mula mula dijilat lobang kontol saya dan kepala kontolnya dijilat berulang ulang. Jilatannya ini membiat saya merasa geli karena lidahnya yang kasar kena kulit kontol saya. Lendir terlihat menetes dari kontol saya dan oleh Anita dibersihkan dengan ujung lidahnya. Celana dalam saya dilepaskan oleh Anita dan saya masih dalam posisi berdiri sedangkan dia duduk ditempat tidur. Isapan Anita hampir membuat saya keluar dan rasanya sih sudah keluar sedikit tapi masih bisa saya tahan. Anita kemudian melepaskan celana pendeknya dan celana dalam hitamnya dari bahan seperti jala terlihat sangat menantang, saya bisa melihat kalau Anita mempunyai jembut yang tebal sekali, diatas memeknya terlihat mengembung dan dari celana dalamnya keluar jembutnya sedikit.

Dibagian memeknya terlihat bercak basah. Anita membaringkan badanya dan saya tiduran disampingnya. dia mencium saya sambil meremas kontol saya. Tangan saya diarahkan kememeknya dengan menyingkapkan celana dalamnya. Lendir terasa membasahi memek Anita, jari saya mulai menjelajahi bibir memeknya mencari itilnya, bibir memek Anita sangat tebal dan itilnya terbungkus dengan rapih oleh bibirnya yang tebal itu. Saya tarik bibir memek yang menutupi itilnya dan merasakan bejolan besar dibawah sarung itilnya itu. Jempol dan telunjuk saya mulai memijat mijat itilnya dan sekali kali saya pencet agak keras. Anita mengerang keras setiap kali saya pencet itilnya. Bibir memek Anita benar benar lebar, saya bisa menarik dengan panjang. Anita menurunkan dan melepaskan celana dalamnya dan menarik saya keatas, saya sebetulnya ingin menjilat memeknya tapi oleh Anita ditarik keatas. Dengan posisi diatas kontol saya pas didepan memek Anita, tangannya menggenggam kontol saya dan Anita mulai mengosok gosok kepala kontol saya kebibir memeknya. Saya membantu sambil melebarkan bibir memek dengan tangan satu, tangan saya yang satu lagi menopang badan saya yang berada diatas Anita. Suara basah dan ciplek terdengar waktu Anita memainkan kontol saya dimemeknya.

Saya mencium Anita dan mempermainkan lidah dan bibirnya. Anita masih saja memeramkan matanya dan senyum keenakan terlihat dimukanya. Saya berusaha untuk memasukkan kontol saya kememeknya tapi ditahan oleh Anita. Tangan saya dua duanya saya topangkan diatas agar saya bisa dengan sepenuh tenaga menekan kontol saya kememeknya. Waktu tangan saya naik keatas tercium bau amis yang sangat menyengat dari tangan saya. Rupanya memek Anita sangat bau dan itu sebabnya dia tidak ingin saya menjilat memeknya. Ini adalah pertama kali saya mencium bau memek yang sangat menyengat, rasanya mau muntah tapi bagaimana, orang saya lagi menikmati tubuh Anita dan demikian juga Anita. Untung Anita masih memeramkan matanya kalau tidak dia bisa melihat mimik muka saya.

Cerita Mesum. Kontol saya terasa sangat geli karena digesek gesekan kebibir memeknya yang penuh dengan jembut. Saya tetap berusaha untuk memasukkan kontol saya kelobang memeknya tapi Anita dengan genggamnya yang kuat menahan kontol saya. Akhirnya Anita mengarahkan kontol saya kelobang memeknya. Tangan Anita yang satu ditempatkan dipantat saya dan dia menekan pantat saya agar saya mulai mendorong kontol saya ke dalam. Saya kira saya dapat memasukkan kontol saya seluruhnya, tapi ternyata saya salah, Anita hanya memperbolehkan setengah dari kepala kontol saya masuk kelobang memeknya, inipun terasa agak sulit karena memeknya sangat sempit. Kadang kadang saya mencoba menganalisa besar kecilnya memek seorang dengan membandingkan dengan bibirnya, untuk satu ini analisa saya benar, Anita mempunyai bibir yang lebar dan ternyata lobang memeknya sangat sempit dan kecil, ini mungkin hanya kebetulan saja.

Setiap kali saya mencoba memasukkan kontol saya kedalam, Anita menahan dan menggelengkan kepalanya. Ini dilakukan untuk waktu yang cukup lama, Anita memasukkan sebatas setengah dari kepala kontol saya dan kemudian mengeluarkan sambil mengosok gosoknya keitil dan bibir memeknya. Dia benar benar mengetahui bagaimana mempergunakan dan menikmati kontol untuk kepuasaannya. Lumayan lama dia menggosokkan keitilnya dan saya bisa melihat Anita menutup matanya dan tangan satunya mengusap ngusap punggung saya. Saya sudah engga tahan untuk mendorong masuk seluruhnya. Tapi Anita selalu menahan dan tidak mengijinkan saya untuk memasukkan seluruhnya. Tetek Anita saya hisap dengan keras dan pentilnya saya gigit pelan pelan. Rupanya Anita menyenangi hal ini.

Melihat saya tidak tahan lagi, Anita memasukkan kontol saya lebih dalam lagi tapi masih belum seluruhnya, hanya setengah saja. Memek Anita terasa sangat sempit dan kecil. Kepala kontol saya agak sulit untuk masuk dan terasa dijepit dengan kuat kuat oleh bibir memek Anita. Memeknya sangat basah, mungkin cairan dari kontol saya. Anita masih memegang kontol saya dengan sebelah tangan, kayanya dia mencoba untuk menahan agar kontol saya tidak masuk seluruhnya. Karena sudah tidak tahan lagi saya menekan kuat kuat kontol saya kedalam memek Anita, tapi ternyata tidak semudah apa yang saya bayangkan. Anita menahan sambil menurunkan pantatnya jadi agak sulit buat saya untuk menusuk lebih dalam lagi. Saya kemudian memutar badan dan sekarang Anita berada diatas dan kontol saya masih didalam memeknya sambil dipegang oleh tangannya. Dengan posisi ini maka saya lebih leluasa untuk memegang dan mengisap pentilnya. Tetek Anita terlihat sangat seksi dan menggantung dengan baik didadanya. Tidak terlihat turun, tetek Anita sangat kenyal dan keras.

Dengan posisi diatas, Anita lebih leluasa mengkontrol gerakannya dan sedalam apa dia ingin kontol saya masuk. Irama nafasnya terlihat bertambah cepat dan gerakan naik turunnya juga bertambah cepat. Waktu Anita hampir orgasme, dia melepaskan pegangannya dan sekali sorong memeknya ditekankan kekontol saya, tekanan kekontol saya terasa sangat kuat karena sempitnya lobang memek Anita. Gerakan selakigus ini terasa sangat nikmat dan geli, memek Anita terasa sangat ketat dan sempit. Walaupun kontol saya tidak besar sekali tapi didalam memeknya menjadi terasa sangat besar.

Beberapa kali naik turun akhirnya Anita mencapai orgasmenya dan ributnya dia, sambil mengerang dia menyebut nama saya dan meremas dada saya dengan kuat, kepalanya digoyangkan kekiri dan kanan, pahanya menjepit paha saya dan memeknya ditekan keras keras sambil digoyang kekiri kekanan sepertinya mau mencoba memasukkan kontol saya lebih dalam lagi. kontol saya terasa menyentuh didinding dalamnya dan bisa kerasa diperutnya. Orgasme Anita cukup lama dan memeknya terasa lebih sempit dan keras, tegang sekali bibir memeknya. kontol saya terasa sakit karena dijepit oleh memeknya. Jepitan Anita membuat kontol saya mengeluarkan peju tanpa bisa saya kontrol lebih jauh lagi. Seluruh peju saya keluar didalam dan ini membuat Anita mengelinjang dan berteriak lebih keras. Saya takut kalau kalau orang diluar bisa mendengar.

Tapi Anita biasa biasa saja. Waktu orgasmenya sudah selesai, Anita menciumi bibir dan muka saya sambil ngucapin terima kasih. Padahal saya juga menikmati memeknya. Anita menjatuhkan badannya kebadan saya sambil tetap memeluk dan membiarkan kontol saya didalam memeknya. Kita berdua akhirnya tertidur beberapa menit sangking capainya. Selang beberapa waktu saya merasakan Anita mengecil dan melonggarkan memeknya seakan akan memjiat mijat kontol saya dan ulah dia membuat kontol saya kembali bangun, kontol dan memek kita terasa sangat basah karena peju dan cairan memeknya. Bau peju dan memeknya bercampur menjadi satu. Tapi ternyata itu membuat Anita terangsang lagi, lebih lebih mendengar suara becek waktu dia mengeluarkan dan memasukkan kontol saya kememeknya.

Ronde ini lebih panjang karena kita sudah keluar tapi tetap hot seperti ronde pertama. Bau memek Anita sudah tidak menyengat seperti tadi lagi, bagian kontol, memek dan paha kita sangat basah oleh keringat dan peju. Saya bisa merasakan belahan pantat saya basah sekali dan peliket, Anita acuh saja dan kita berdua tidak berniat untuk membersihkan dulu. Anita merebahkan badannya disamping saya dan minta saya untuk berada diatas dia. Tanpa melepaskan kontol dari lobang memeknya saya memutar dan berada diatas Anita. Kasur terlihat basah dan becek tapi Anita diam saja. Dengan posisi diatas saya dapat melihat memek Anita dengan jelas, Kalau tadi saya tidak sempat memperhatikan memeknya, sekarang saya dengan leluasa memandang memek Anita.

Jembutnya sangat tebal tapi sangat rapi, dia rupanya benar benar memelihara jembut dan dicukur dengan rapi. Masih terlihat tebal dan banyak tapi tidak menjalar ke selangkangannya. Kaki Anita saya angkat dan letakkan diatas pundak saya, posisi ini membuat memek Anita terlihat merekah dengan kontol saya didalamnya. Cairan peju terlihat setiap kali saya tarik kontol saya keluar dan semua berkumpul dibibir memeknya. Saya sangat suka melihat memek yang ada pejunya ini buat saya sangat seksi, sekarang ini kalau istri saya ngentot dengan cowo lain, saya selalu minta dia untuk tidak mencuci memeknya karena saya mau lihat peju cowo itu mengalir keluar dari memeknya. Dan ini selalu dilakukan oleh istri saya setiap kali dia ngentot dengan cowo lain.

Anita menarik kakinya dan memeluk kakinya kedadanya, saya menjadi lebih leluasa dengan pandangan saya kememek Anita. Dengan bertumpu pada satu lutut saya mulai menusuk memek Anita, walaupun sudah basah tapi memek Anita sangat sempit. Hal yang sangat menarik bagi saya, bibir memek Anita sangat tebal sampai sampai saya dapat menarik kesamping, juga yang menutupi itilnya terlihat sangat tebal dan dalam. Tapi lobang memeknya sangat sempit. Itil Anita masih bersembunyi dibalik tudungnya dan dengan mudah saya menarik tudungnya sampai itilnya terlihat meyembul keluar, lagi lagi itil Anita sangat besar, berbentuk seperti kepala kontol tapi dalam ukuran yang lebih kecil dan berwarna putih kecoklat coklatan. Rasanya ingin saya menjilat dan mengulumnya tapi ingat akan baunya niat ini saya urungkan. Setiap saya memasukkan kontol saya kememeknya terlihat bibirnya tertarik kedalam ikut masuk kelobang memeknya, ini yang mungkin membikin memeknya menjadi sangat sempit. Waktu saya cabut keluar, bibirnya ikut tertarik keluar dan merekah. Berulang ulang saya lakukan sambil menikmati pandangan yang mengasyikkan ini.

Anita terlihat mulai mengoyangkan pantatnya walaupun tidak mudah karena ia masih merangkul kedua kakinya. Setiap kali saya tekan Anita terlihat mengerang dan saya dengan bebas dapat measukkan seluruh kontol saya kedalam lobangnya. Saya hanya bisa lihat jembut saya nempel dengan jembutnya dan batang kontol saya benar benar ditelan oleh memek Anita. Rasa geli mulai terasa dikontol saya dan nafas Anita terlihat mulai cepat. Tanganya dilepaskan dan kakinya dilingkarkan kepinggang saya, tangannya merangkul pundak saya dan dia mencium saya sambil meyodorkan lidahnya.

Kita benar benar menikmati goyang ini dan akhirnya kaki Anita dilepas dan dia melebarkan pahanya lebar lebar sambil mendorong keatas mengikuti tekanan dari saya. Nafas kita mulai bertambah cepat dan cepat dan akhirnya kita berdua melepaskan ciuman untuk ambil nafas. Anita terus bilang kalau dia hampir keluar dan minta saya utuk keluar bareng lagi, dia bilang kontol saya terasa sangat besar dan enak, sambil ngomong dia kemudian berteriak keras sekali menyebut nama saya dan badannya bergetar seakan akan dia kena penyakit ayan. Matanya merem melek dan dia bilang kalau dia keluar, memeknya seperti pertama kali menjadi sangat sempit dan kecil dan benar benar meremas kontol saya, pantatnya bergoyang dengan keras seakan akan meremas kontol saya luar dalam. Saya tidak dapat bertahan lama dan peju saya keluar dengan cepat dan mudah. Orgasme ini lebih enak dibandingkan dengan yang pertama karena kontol saya terasa bebas hanya ada remasan memeknya saja. Saya merasakan muncratan yang banyak sekali dan lama sekali, remasan memeknya benar benar sangat enak dan Anita mengerang keras lagi sambil bilang saya keluar lagi dan ini benar benar panjang dan lama.

Setelah kita mencapai orgasme kedua, Anita melepaskan kontol saya dan langsung saya kekamar mandi untuk membersihkan kontol saya. Anita masih tiduran dikamar dan begitu masuk kamar mandi saya tutup pintu dan ampun baunya masih sangat kuat rasanya mau muntah saja waktu itu. Saya mencuci berulang ulang agar bau memeknya bisa hilang. dan memang bisa hilang. saya terusin saja mandi sekalian. Ini pertama kali saya merasakan memek yang sangat ketat tapi juga sangat bau.

Waktu saya selesai Anita gantian mandi dan setelah itu kita pergi makan siang. Lumayan lama kita bercinta dikamar Anita. Pengalaman saya dengan Anita tidak berhenti disitu walaupun memeknya sangat bau itu tidak menghentikan saya dan Anita untuk terus bercinta, kadang kadang kita main dikamar saya dan kadang kadang dikamar Anita. Ini berjalan terus sampai Anita selesai pendidikan selama dua bulan. Waktu Anita selesai pendidikan dia harus pindah dari hotel dan mencari flat sendiri. Saya dan salah satu rekan akhirnya bergabung dengan Anita menyewa flat dua kamar.

Lihat Juga :  Cerita Mesum Perawanku Digilir Dua Cowok

Saya sekamar dengan teman laki dan Anita dikamar sendiri, tapi secara praktis saya selalu tidur dikamar Anita. Dan teman saya juga tidak berkeberatan karena dia juga dekat dengan Anita dia ini agak kebanci bancian. Karena tau rekan satu ini rada bences, Anita selalu hanya memakai celana dalam dan T shirt dirumah, celana dalam yang sering dipakai oleh Anita adalah celana dalam katun warna putih dan tipis, ini membuat jembutnya terlihat dengan samar samar dari luar.. Ini membuat saya selalu horny dan ingin ngentot dengannya. Libido Anita ternyata sangat besar dan satu orang saya rasa tidak cukup buat Anita.

Dia juga punya teman bule dan sering dia tidur dirumah mereka dan baru pulang pagi atau malam sekali. Biasanya saya sudah tidur dikamar Anita dan dia selalu masuk pelan pelan dan masuk keselimut disamping saya tanpa celana dalam dan baju. Ini selalu dia lakukan kalau dia pulang dari rumah temannya. Saya selalau dirangsang dan Anita selalu mengisap kontol saya untuk bikin kontol saya menjadi keras. Setiap kali kita bercinta Anita selalu keluar duluan dan selalu dia nanya apa saya sudah keluar atau belum, padahal tanpa nanyapun Anita pasti tau kalau saya belum keluar. Sering Anita turun dan mengisap kontol saya yang penuh dengan cairan memeknya. Yang menarik memek Anita tidak sebau seperti dulu, sekarang saya bisa tahan dengan baunya dan sering juga tidak bau sama sekali dan kalau memeknya tidak bau sudah pasti saya menjilat dan menghisap memek dan itilnya. Anita paling senang kalau itilnya diisap oleh saya. Anita mempunyai itil yang lumayan besar dan bibir memek yang tebal dan lebar sangat berbeda dengan kecilnya lobang memeknya., tebalnya bibir memek Anita membuat saya lebih sering menjilat dan menghisap memeknya.

Posisi yang paling dia sukai adalah dibawah dan saya diatas, teriakan Anita masih terus berlangsung kalau dia orgasme dan biasanya saya selalu menutup mulutnya dengan ciuman atau dia mengigit bahu saya, bekas gigitan Anita banyak sekali dibahu saya, ini selalu kita lakukan kalau rekan yang satu lagi sedang dirumah. Kalau dia tidak ada maka dengan bebas Anita berteriak dan menjerit waktu dia mencapai orgasme.

Saya sharing flat dengan Anita untuk beberapa tahun sampai dia akhirnya nikah dan kebiasaan kita ngentot tetap berlangsung walaupun kita berdua telah nikah dengan orang lain. Hubungan antara Anita dan saya benar benar hanya untuk seks dan kita benar benar menikmati hubungan ini. Setiap ada kesempatan selalu kita pergunakan untuk bercinta. Hubungan ini akhirnya harus berhenti karena saya pulang ke Indonesia dan Anita pindah mengikuti suaminya dan sampai saat ini kita tidak pernah berhubungan sama sekali.

Tamat

Cerita Bugil Hot Mesum Dengan Sepupu hanya Ditutupi BH

$
0
0

Cerita Bugil Hot Mesum Dengan Sepupu hanya Ditutupi BH – Sepupuku ini baru sempat bertemu dengan orang tuaku dan kakakku saja sewaktu mereka pergi ke daerah asal sepupuku di Jawa Timur. Nah, ketika dia Study Tour ke kotaku, dia ingin mampir dan menginap di rumahku, terus dia minta dijemput di depan salah satu bank di dekat Jalan yang jadi trade marknya kotaku. Maka, aku bersama kakakku menjemput dia. Jam 4:25 sore, aku sampai di depan bank tersebut. Mobil kuparkir, lalu aku bersama kakakku sambil membawa dua payung menghampiri bis-bis yang diparkir di depan bank, agak lama juga aku mencari sepupuku ini, maklum aku belum pernah bertemu dia dan kakakku sendiri agak lupa dengan wajahnya. Setelah kurang lebih 5 menit, akhirnya bertemu juga. Kemudian kami pulang ke rumahku, dia senang sekali bisa bertemu denganku.

Awalnya dia berencana mau menginap 1 hari tetapi kemudian dirubah jadi 2 hari. Sepupuku ini tidak punya saudara laki-laki, jadi ketika kami bertemu, dia senang sekali dan menganggap aku seperti kakak kandungnya. Selama dia menginap di rumah, dia selalu ingin dekat denganku terus. Aku menganggap biasa-biasa saja dan tidak ada pikiran lain. Ketika dia mau pulang, dia mau pulang sendirian, orang tuaku sepertinya tidak tega melepas dia pulang sendirian, akhirnya aku disuruh mengantar dia pulang ke Jawa Timur, padahal waktu itu aku sedang berobat jalan karena aku mengidap alergi serpihan kulit manusia (aneh ya..? aku saja dulu tidak percaya). Aku harus datang ke dokter pribadiku setiap hari Selasa dan Juma™at buat disuntik.

Tetapi, menurutku tidak apa-apa karena kupikir nanti jika sudah sampai di sana, aku langsung pulang saja pikirku. Jadilah aku mengantar dia pulang ke Jawa Timur. O.. iya, sebelum terlalu jauh aku bercerita, kuperkenalkan dahulu diriku, namaku Padi dan nama sepupuku Ana. Di jalan kami bercerita tentang daerah asalnya yang ternyata ada di kawasan pantai utara Jawa Timur. Kami mampir ke Madiun dulu, karena katanya dia mau mengambil baju-bajunya yang mau dibawa sekalian dicuci di rumah. Sampai di Madiun, kira-kira pukul 5:00 sore, kami menuju tempat kosnya yang sederhana di komplek Akabri. Setelah selesai dengan urusan di Madiun, kami langsung pergi lagi meneruskan perjalanan. Di perjalanan, aku bertanya dengan dia.

aœEh, An.. dari sini sampai ke kotamu berapa lama sih..?a tanyaku.
aœYaa¦ mungkin kira-kira 8 jam Mas..a katanya.
Dalam hati aku berpikir, aœWah, bakalan capek di jalan nih.. sialana¦a
Waktu berlalu, kira-kira pukul 9 malam, kami masih ada di atas bis jurusan ke kotanya. Malam itu kurasakan sangat dingin, apalagi ditambah tiupan angin yang sangat kencang. Di dalam bis yang lumayan penuh itu, aku duduk di kursi kedua dari belakang sejajar dengan Ana. Pintu bis yang ada di sebelah kananku ternyata tidak bisa ditutup, karena kuncinya rusak kata kernetnya.

Ana yang merasa kedinginan terkena tiupan angin, bingung mau bagaimana sebab dia tidak membawa jaket atau sweater buat penghangat, sedangkan aku sendiri tidak masalah. Kemudian kutawarkan dia untuk pindah tempat duduk di sebelah kananku, yah.. lumayan dia terlindung dari angin oleh badanku. Sekitar 10 menit setelah itu, dia bilang katanya dia merasa mengantuk, aku tawarkan dia untuk tidur saja di pangkuanku. Dia mau dan langsung dia rebahkan kepalanya di pahaku, waktu itu aku sebenarnya agak kawatir dengan penumpang lainnya. Jangan-jangan ada yang berpikiran macam-macam tentang kami, meskipun begitu aku akhirnya memutuskan untuk santai saja. Si Ana dengan cepat tertidur dengan pulasnya, tanganku kutaruh di atas punggungnya biar dia merasa lebih hangat.

Cerita Bugil. Tawaranku untuk tidur di pahaku ternyata berbekas sekali di hati sepupuku ini, sepertinya dia merasa ada sesuatu yang lain yang dirasakannya setelah dia merebahkan kepalanya di pahaku. Mungkin karena dia masih anak SMU yang belum pernah merasakan kasih sayang dari seorang cowok, tetapi kok ya kebetulan justru dengan kakak sepupunya sendiri.

Tidak terasa, bis telah memasuki terminal di kotanya. Waktu itu jam 1 pagi. Kami langsung mencari becak untuk pulang ke rumahnya. Sampai di rumahnya yang sederhana (bapaknya bekerja sebagai sipir penjara dan ibunya guru SD), aku langsung disambut oleh Omku. Kami berbincang-bincang sejenak sambil nonton TV. Tidak lama kemudian, Omku minta diri untuk tidur. Aku mempersilakan Omku untuk tidur. Aku sendirian yang belum merasa mengantuk dan meneruskan melihat TV. Si Ana sendiri ada di kamarnya sedang bicara dengan adiknya. Kira-kira 5 menit kemudian, kudengar ada orang datang masuk ke ruang TV dimana aku berada, yang Ternyata Ana.

Aku bertanya pada dia, aœLho.. An, kamu ngga tidur? Kan udah malem, bahkan pagi nih!a
aœLah.. mas sendiri gimana? Kok ngga tidur juga?a dia balik bertanya.
aœMas kan udah biasa melek sampai pagi, lagian acaranya bagus nih.a
aœIya deha¦ tapi Ana boleh nemenin Mas ngga?a
aœBoleh aja, asal bikinin Mas kopi panas donga¦a
aœIh.. Mas curang.. Oke deh Ana buatin.a

Kemudian dia beranjak pergi ke dapur untuk membuatkan kopi untukku. Sewaktu dia jalan ke dapur, dia melewati ruangan makan yang gelap, sedangkan ruang dapurnya sendiri dibiarkan terang, sebab Omku orangnya suka makan, jadi kalau malam dia sering ke dapur untuk cari makanan. Sewaktu dia melewati kamar makan yang kebetulan bisa terlihat dari tempat dudukku, aku agak kaget karena kulihat dasternya kelihatan menerawang terkena cahaya dari dapur. Si Ana ini sebenarnya tidak hanya manis tetapi juga cantik, tubuhnya agak gemuk, tinggi sekitar 158 cm, ukuran dadanya berapa ya? Tidak tahu.. Kulitnya sawo matang dan yang paling menarik adalah matanya yang khas cewek Jawa, tidak besar juga tidak kecil.

Sekilas kulihat bentuk tubuhnya sewaktu dia melewati ruang makan. Jantungku merasa agak berdebar karena aku kan laki-laki, jadi lihat yang seperti itu kan, ya gimana gitu. Selesai dia membuat kopi, segera dia menuju ke arahku, terus dia bergabung nonton MTV. Sejenak aku lupa akan kejadian yang mendebarkan tadi (menurutku lumayan mendebar kan lho).
Kami berbincang-bincang sambil mengomentari pemenang-pemenang yang sedang diumumkan di TV.
Tiba-tiba dia nyeletuk, aœMas.. tadi enak lho tiduran di pangkuannya Mas..a
aœKenapa emangnya? Mau lagi ya, sini deket-deket Mas..?a kataku.
aœOke deh!a
Kemudian dia mendekat ke arahku dan merebahkan kepalanya di pahaku lagi. Nah, sekarang aku mulai berpikiran macam-macam nih, karena kan dia hanya memakai daster dan di dalam dasternya hanya ada CD dan BH saja. Mau tidak mau batangku mulai bereaksi pelan-pelan, tetapi dia tidak tahu. Masih sekitar 10 menit kami berbincang-bincang, tanganku kutaruh di atas pinggulnya, dan kurasa dia tidak keberatan. Lama-lama sepertinya dia mengantuk dan mulai sembarangan kalau menjawab pertanyaan atau komentarku.
aœAn.. geser dikit dong, soalnya pahaku kesemutan nih! Sebentar, ganti pake bantal aja yaha¦?a
Kemudian kuangkat kepalanya, kupindahkan dia ke bantal yang ada di sofa, sedangkan kakinya kuangkat ke atas pahaku. Singkat cerita, dia sudah tertidur dengan pulas. Pikiranku mulai keluar pikiran iseng, tanganku aku rabakan di kakinya. Sambil pura-pura memijat, dari bawah pelan-pelan naik ke atas, terus turun lagi, naik lagia¦ lama-lama aku memijatnya terlalu naik sampai hampir menyentuh pangkal pahanya. Rupanya dia terbangun.
aœNgapain Mas..?a
aœEh.. ngga kok cuman mijitin, kan kamu capek barusan abis naik bis jarak jauh?a
aœMmm.., boleh juga.. tapi mijitnya jangan keras-keras ya Masa¦a
aœOke An..a
Nah, aku teruskan kembali memijatnya, tetapi kali ini mijatnya lain, aku kan sedikit-sedikit pernah baca tentang pijatan erotis, maka aku mencoba untuk mempraktekkannya sekarang. Pertama kuletakkan tanganku di telapak kakinya, terus kucari simpul yang bisa membangkitkan gairah seksnya.
aœNah, ketemu niha¦a batinku.
Pelan-pelan kupijat bagian itu sambil tanganku yang satunya juga memijat-mijat paha kanannya.
Setengah sadar dia bertanya, aœMas, kok enak banget sih pijitannya?a
aœTenang aja deh, yang ini belum apa-apa, entar ada yang lebih hebat.a jawabku.
Lama kelamaan dia jadi tidak merasa ngantuk, tetapi menikmati pijatan-pijatan tanganku sambil mengeluarkan suara lenguhan yang sangat merangsang, aœNngggha¦ ngghha¦ enak loh Masa¦ agak naik dikit Mas.. yang ini lho di atas dengkula¦, ya.. di situa¦ terus.. terus..a
Aku tahu dia tidak sadar kalau sedang aku kerjain. Lama-lama kulihat dia sepertinya mau bangkit dari tidurnya. Kemudian waktu kubiarkan, ternyata dia tiba-tiba memelukku dan berusaha mencium bibirku. Aku sendiri menyambut ciumannya dengan bersemangat.
aœWah, lha ini nih yang kunanti,a batinku.
Ciumannya lumayan dahsyat, sampai lidahnya masuk ke mulutku seperti ular. Lidahku sendiri jadi tidak mau kalah menyambut lidahnya yang masuk ke mulutku (heran juga anak ini kok bisa senekat ini pikirku). Dan ternyata, kok luar biasa ciummannya untuk ukuran anak SMA yang belum pernah pacaran, tangannya melingkar di punggungku dan berusaha masuk ke dalam t-shirtku.
Gerakan tubuhnya terlihat sekali terbakar oleh rangsangan yang kuberikan melalui pijatan tadi, tubuhnya naik turun sambil sesekali bergoyang ke kiri dan ke kanan. Lama-lama daster yang dia kenakan tertarik ke atas oleh karena gerakannya tersebut, dan tanganku pun bisa leluasa untuk memegang pantatnya. Dia memakai celana dalam yang tipis berenda. Pelan-pelan kumasukkan tanganku ke dalam CD-nya dari atas.
Aku berhasil memegang pantatnya, wah.. seketika aku merasakan suatu gelora dalam diriku, sepertinya aku sendiri mulai terserang rangsangan yang sangat kuat. Aku pijat-pijat pantatnya, sementara kami masih saling berpagut, dia sendiri terlihat sangat menikmati pijatan tanganku pada pantatnya. Lalu aku mulai menaikkan tanganku, berusaha untuk membuka dasternya. Tanpa hambatan, aku berhasil menaikkan dasternya sampai ke bagian leher, kudorong dia pelan-pelan ke belakang, dia berusaha untuk tetap memelukku.
Aku berbisik padanya, aœAn.. tolong kamu mundur sebentar, aku tolong kamu nglepasin dastermu.a
Dia mengangguk pelan, lalu kubuka dasternya. Kulihat tubuhnya yang mulus hanya ditutupi BH dan CD saja.
aœAn.. gimana kalo semuanya aku bukaa¦?a tanyaku.
Ternyata ia mengangguk mengiyakan, aœSilakan Masa¦a
Kubuka pelan-pelan BH-nya sambil kubelai dua bukit di dadanya dengan lembut.
aœEhma¦ Mas.., Ana sayang sama Masa¦a katanya.
Aku tidak menjawab perkataannya. Kemudian kudekatkan wajahku ke buah dadanya dan mulai mengulum-ngulum pucuk bukitnya. Dia terlihat sangat menikmati perlakuanku tersebut, matanya terlihat sayu dan sepertinya mengharap yang lebih dari sekedar dikulum pucuk bukitnya.
Aku menengok ke arah jam dinding yang terletak di atas pintu, jarum menunjukkan pukul 12:08 malam. Aku sempat berpikir, sebenarnya bahaya kalau tiba-tiba Om atau Tanteku memergoki kami yang sedang asik di sini. Sekejap aku memutar otak, aku lalu berbisik ketelinga Ana.
aœAn.. kita pindah ke kamarku aja yah?a
Dia tersentak mendengar bisikanku. Aku sendiri kaget, aœApaan nih? Kok jadi medadak berubah?a
Aku rasakan ternyata Ana sepertinya tersadar atas apa yang sedang diperbuatnya. Dengan terburu-buru, dia menyambar pakaiannya dan berusaha lari menuju kamarnya. Cepat sekali kejadian itu berlalu, aku sendiri tidak sempat melakukan apa-apa, aku hanya melongo seperti Mandra diputus Munaroh. Gila, pembaca tahu sendiri kan? Lagi enak-enak bercumbu, tidak tahunya putus di tengah jalan. Tetapi aku sendiri maklum, sebenarnya Ana adalah anak yang taat beribadah. Dan kuyakin yang barus saja kualami, sebenarnya dia melakukannya di bawah sadar.
Paginya, aku bangun sekitar pukul 9:00, ternyata aku semalam ketiduran di depan TV. Aku ngucek-ucek mataku sambil mencari dimana kacamataku, agak lama kucari, tetapi tidak ada.
aœMana ya?a aku bergumam pelan.
Kebetulan Tante yang berjalan melewati ruang TV menuju dapur mendengar gumamanku.
aœCari apa Di?a tanya Tanteku.
aœTante liat kacamata Padi ngga?a
aœNgga tuh.. mungkin jatuh di bawah meja, coba cari lagi,a sambil dia berjalan menuju ke arahku ingin membantu mencari.
Dicari-cari sudah lama, tetap tidak ketemu, aœYep.. nanti dicari lagi deh Tante.. biar Padi mandi dulu.a kataku.
aœOke lah, nanti Tante bantu lagi carinya.a
aœOke Tante..a sahutku.
Aku bergegas menuju ke kamarku, mengambil peralatan mandiku.
Kamarku terletak di sebelah kamar Ana, sempat kulihat dari celah kamar yang tidak tertutup semua. Ana masih kelihatan pulas tidurnya. Mungkin dia tidak bisa tidur setelah kejadian tadi malam. Habis mandi aku menuju ke ruang TV lagi untuk mencari kacamataku yang masih sembunyi. Ternyata tante sudah ada di sana sedang nonton TV.
Aku tanya ke tante, aœKetemu ngga kacamatanya Tante?a
aœNgga tuh Di.. udah tante cari dimana-mana ngga ada, sampai-sampai sekalian Tante ngebersihin ruang ini deh.a
aœWaduha¦ gimana niha¦ susah deh. Aku kan ngga bisa baca kalo ngga pake kacamata,a pikirku, aœYa apa mau dikata, kalo lagi apes, gini deh jadinya.a
Pukul 9:30, kulihat kamar Ana sudah terbuka, beberapa menit kemudian Reni (ini nama adiknya) bergabung dengan kami di ruang TV sambil membawa nampan berisi 4 gelas teh.
Aku tanya dia, aœKok cuman empat gelasnya Ren?a
aœOoo, Papa kan udah berangkat kerja Mas.., jadi Reni bikinnya cuman 4.a jawabnya.
aœGitu ya?a sahutku.
Kami lalu berkumpul membicarakan keadaan Kota Tuban, tiba-tiba si Reni bertanya ke Tante.
aœMa.. kacamata yang di kamar Reni itu punya siapa sih?a tanyanya.
aœEit! lha ini dia nih si kacamata.. ternyata ngumpet di sana,a spontan aku menyahut, aœHeh! Itu pasti kacamataku.a
aœBetul.. itu pasti kacamatanya Mas Padi, Ren!a sahut Tante, aœSana cepet ambilin!a
Reni lalu berdiri dan mesuk kamar untuk mengambil kacamataku. Aku berpikir, mungkin kacamataku semalam kesangkut di bajunya Ana. Sesaat kemudian Reni kembali membawa kacamataku, aku sempat was-was, moga-moga Tante tidak curiga kenapa kok kacamataku sampai bisa mampir kesana. Memang ternyata dia tidak curiga sama sekali.
Pukul 10:00, Tante pamit mau berangkat ke pasar yang tidak terlalu jauh jaraknya dari rumahnya, si Reni ikut. Aku ditinggal sendirian. 5 menit waktu berlalu, aku mulai bosan, terus aku menuju teras depan ingin merokok. Di teras ternyata ada koran edisi hari itu, aku tertarik untuk membacanya. Kubolak-balik halamannya, tidak ada yang menarik. Bosan lagi deh, ngelamun jadinya. Aku teringat kejadian tadi malam.
Dalam hati aku berpikir, aœSekarang di rumah cuman ada aku berdua sama Ana. Wuih! kaloa¦ hehehe kaloa¦ misalnya aku iseng gimana ya?a
Akhirnya, ternyata aku nekat juga.
Aku bangkit dari tempat dudukku, masuk ke dalam. Sampai di depan pintu kamarku, aku punya ide. aœMmmm harusnya pintu depan kututup ya, terus aku pasangkan kaleng krupuk di bagian dalam, biar kalo kebuka dari luar kalengnya kegeser dan bikin suara brisik.a pikirku.
Cepat-cepat kukembali ke ruang tamu dan melakukan rencanaku. Setelah itu, aku kembali lagi ke kamar, hati-hati kuintip ke dalam kamarnya Ana, ternyata dia masih pulas tertidur. Aku berjingkat masuk ke kamarnya, perlahan aku duduk di samping tidurnya. Dia tidurnya mengorok hingga aku mau tertawa waktu itu, tetapi kutahan karena takut dia terbangun. Dengan hanya diterangi lampu baca (kamarnya tidak ada jendelanya), kupandangi wajahnya lama. 5 menit lebih kupandangi dia, semakin lama semakin manis.
aœGila ya, dengan adik sepupu kok seperti itu?a tapi pikirku, aœBiarin aja lah, iseng-iseng berhadiah.a
Kemudian aku mulai mencoba membelai rambutnya, pelan tetapi pasti. Dia tidak bereaksi, dia tidurnya brukut (memakai selimutnya sampai menutupi leher). Aku berusaha membuka selimutnya perlahan, kutarik ke bawah dan dia tetap tidak bereaksi. Kumasukkan tanganku ke dalam selimutnya sambil berusaha mencari payudaranya. Dengan tanpa kesulitan, tanganku sudah memegang payudaranya, tetapi masih terhalang dasternya.
aœEita¦ nanti dulua¦ ternyata dia ngga pake BH! Berarti semalam dia ngga pake BH-nya lagi dong, wah asik niha¦a pikirku.
Lalu kumasukkan tanganku melalui lubang di antara kancing dasternya. Tidak susah juga, tanganku sudah memegang daging empuk dengan tonjolan di puncaknya.
Ana menggeliat, agak keras menggeliatnya, dia terbangun.
aœMampus gua,a pikirku.
Dia melotot sambil teriak, aœLepasin dong Masa¦ apa-apaan nih Mas?a
Aku gelagapan berusaha mencari alasan, aœAna¦ kamu ngga inget semalem ya?a
aœLupain aja Mas! Ana ngga mau lagi, ngga boleh, entar dosa Mas!a
aœTapi Ana semalem udah ngelakuin dosa lhoa¦ kenapa ngga sekalian aja?a rayuku.
Kali ini dia benar-benar marah. Ana teriak-teriak menyuruhku keluar dari kamarnya. Aku turut saja, untung letak rumahnya berjauhan dengan tetangga, jadi aku tidak takut teriakannya terdengar tetangganya.
Waha¦ gagal nih ceritanya.., aku akhirnya hanya meraba-taba batang kemaluanku yang menganggur karena tidak jadi dipakai. Aku duduk di ruang TV lagi. Melihat acara tarian Bangkok, lumayan lah buat obat, melihat penyanyi Thailand yang cantik-cantik. Sebentar kemudian Ana keluar dari kamarnya, dia menuju ke arahku. Aku berusaha tidak peduli, dia lalu duduk di dekatku.
Katanya, aœMas maapin Ana ya? Ana udah bentak-bentak Masa¦a
aœNgga papa An.., Mas yang salah.a balasku.
aœSebenarnya Ana sayang sama Mas, tapi kita kan masih bersaudara, apalagi nanti kalo ketahuan ama Papa-Mama kan bisa berabe Mas!a jelasnya.
aœYa sudah.. lupain aja An, toh kamu masih muda. Nanti juga pasti ada cowok lain yang lebih pantas buat kamu.a lanjutku.
aœIya Mas, Masa¦ Ana mau ngasih sesuatu buat Mas.a
aœApa An?a tanyaku.
aœLiat sini deh Mas..a (dia mulai tidak kaku lagi)
Aku menoleh ke arahnya, tiba-tiba dia mendekatkan bibirnya ke arah bibirku.
aœMmpphha¦a
aœPlas!a jantungku spontan berdegup keras, aœKok tau-tau nyium sih?a pikirku, tetapi kunikmati saja, enak sih.
Pertamanya dia hanya mau mengecup saja, tetapi kulingkarkan tanganku di lehernya, dan kudekap dia. Dengan lembut kukecup bibirnya, dia tidak berontak ternyata, aku pererat dekapanku, dada kami sudah saling menempel. Aku merasakan kalau dia masih belum memakai BH-nya. Dengan perlahan kubelai punggungnya, dasternya yang terbuat dari sutera terasa halus sekali, sensasinya justru membuatku jadi semakin ON saja.
Coba saja pasangan anda disuruh pakai lingerie yang bahannya sutera, ditanggung kalau diraba pasti enak sekali. Lama kami berciuman dengan posisi itu, akhirnya capai juga aku. Kulepas pelukanku dan mengakhiri ciuman.
Aku berkata pada Ana, aœSini Ana¦ Mas pangku..a
aœNgga ah Masa¦ nanti kayak tadi malem deh jadinyaa¦!a
aœPercaya deh sama Masa¦ ngga sampe ngelakuin yang ngga-ngga kok, okey?a
Dia akhirnya mengalah, mungkin dia masih ada rasa ingin juga, dia juga tahu kalau sekarang kami hanya berdua saja di rumah, So? Why not?. Dia duduk di pangkuanku menghadap TV, tanganku bergerak dengan bebas di dadanya.
Kuraba dadanya sambil berkata, aœAn.. Ana ngga marah-marah lagi nih?a
aœBiarin lah Mas.. udah terlanjur nih, tapi janji ya jangan kebablasena¦a pintanya.
aœOkey An!a
Dari belakang, sambil tanganku membelai payudaranya, kulihat dia memejamkan matanya menikmati belaian tanganku. Tanganku meraba payudaranya dengan hati-hati, penuh perasaan aku membelainya, aku sendiri memejamkan mataku jadinya. Pelan tapi pasti, tanganku bergerak turun menuju perutnya. Agak dekat dengan V-nya kugunakan kuku jariku yang agak panjang untuk membangkitkan rangsangan di perutnya. Kulirik dia, terlihat dia menahan perutnya dengan membuat kaku daerah itu.
Dia menikmati perbuatanku, perlahan dasternya kutarik ke atas, dia diam saja, ujung dasternya sudah sampai ke pahanya. Sedikit lagi pasti aku bisa meraih celana dalamnya. Akhirnya sampai juga, CD-nya sudah tidak tertutup lagi, sekilas kulihat bercak basah di ujung V-nya. Tanpa berpikir lama, kupindahkan tanganku ke sana, tanganku merasakan memang di daerah itu sudah basah. Kusimpulkan pasti dia sudah terangsang berat.
Lalu kuselipkan tanganku ke dalam CD-nya, tetapi dia kali ini menahan tanganku supaya tidak masuk ke sana. Aku urungkan niatku untuk itu, tanganku hanya menggosok-gosok dari luar saja. Kemudian terlihat dia mengeluarkan lenguhan dan badannya menegang, seperti menahan sesuatu. Orgasme rupanya. Lalu badannya melemas lunglai di pelukanku.
Tanganku yang masih berada di selangkangannya merasakan kalau CD-nya bertambah basah. Kemudian Ana memandangiku. Lama kami berpandangan.
Ana kemudian bicara, aœMas, kita lakukan yuk. Ana udah ngga tahana¦a
Wah, benar-benar kejutan..! Ana tiba-tiba berubah pikiran. Hal ini tidak akan kusia-siakan. Tanpa bicara lagi, langsung kucium dan kuremas dadanya yang masih tertutup daster. Ana melenguh keenakan karena remasan itu. Kemudian aku melepas remasannya. Kupandangi dadanya di balik dasternya, kupandangi seluruh tubuhnya, kulitnya yang sawo matang. Kemudian aku melepas dasternya karena akan merepotkan saja.
Kini ia polos tanpa satu benang pun menutupi tubuhnya. Kemudian aku membopongnya ke kamar tidurku dan kubaringkan ia di tempat tidur, lalu kuciumi seluruh tubuhnya. Tubuh Ana bergetar hebat, menandakan bahwa dia baru pertama kali ini melakukan hubungan seks dengan lawan jenisnya. Kemudian aku mencium dan menjilat bagian perutnya dan mulai ke bawah dan mulai meraba serta membuka kedua pahanya degan kedua tanganku.
Tangan kananku membuka belahan vaginanya sedangkan seluruh bagian mulutku mulai mengolah bibir-bibir vaginanya. Tangan kiriku masih meremas buah dadanya yang sebelah kanan. Aku merasakan adanya cairan yang mulai membasahi permukaan bibir vaginanya. Aku terus menyedot dan menggigit-gigit perlahan labia mayoranya dengan asyik, sedangkan tangan kiriku sekarang meraba-raba klitorisnya dengan cairan pelumas dari lubangnya.
Asyik sekali, karena terlalu keasyikannya, secara tidak sadar, ada dua tangan menjambak rambutku, aku tidak menghentikan aktivitasku. Mulanya kupikir hanya gerakan kenikmatan yang diterimanya secara erotis. Eh, kok tambah lama terasa ada goyangan perlahan di bagian selangkangannya.
Begitu pula tanpa kusadari, ada suara-suara nafas tertahan dan jambakan di rambutku bukan lagi jambakan pasif, tetapi mulai membelai dan memegang kupingku. Aku tiba-tiba sadar. Dia benar-benar menikmatinya. Aku termanggu duduk di antara selangkangannya dan melihat ke arah wajahnya.
aœKok.., berhenti Mas..?a suaranya berat perlahan dengan tatapan wajah yang sayu.
aœEhh.. terusin Masa¦ hhha¦ kurang dikit lagi..!a suaranya tertahan.
Aku masih terduduk bingung dan memandangnya dengan pandangan bodoh. Dan yang menjengkelkan, batang kejantananku tidak berkompromi. Dia tegak mengacung, sehingga mencuat di antara kaosku. Kepalanya tampak licin karena cairan bening yang keluar. Sebenarnya batang kejantananku lumayan besar dan panjang, sehingga tampak mencuat tinggi. Tiba-tiba Ana bangun, dan duduk di hadapanku, memandangku dengan sayu.

Tiba-tiba tangannya mulai bergerak ke arah batangku, dan memegang lama sambil tersengal-sengal sehabis melumatnya. Kemudian memandangku perlahan dan meletakkan dirinya telentang di ranjang. Ana berdiri di atas tempat tidur dan berjongkok di depanku. Kemudian dia membuka kedua pahanya dan mengangkat lututnya ke atas sehingga lubangnya terlihat.

Ia meraba permukaan vaginanya sambil perlahan memandangku dan berkata, aœAyo Masa¦ masukin..!a
Aku seperti tersihir, antara bingung dan nafsu, menggerakkan diri untuk berlutut di antara kedua pahanya dan memegang kepala batangku yang licin terkena ludahnya dan mengarahkannya ke lubang merah mengkilat itu. Sejenak aku lupa bahwa dia masih belasan tahun, yang kurasakan secara reflek setelah dikenyot habis-habisan olehnya, ialah bahwa ia sudah tidak perawan lagi.

Dan, aœSsleeeppp..a ketat tetapi tidak begitu menjepit dan tanpa hambatan sama sekali (benar dugaanku). Aku menusukkan seluruh panjang batangku ke dalam lubang itu, dan hebatnya seluruh panjangnya batang kejantananku itu masuk total ke dalamnya serta membiarkannya sejenak merasakan denyutan hangatnya. Ana melenguh agak keras. Aku khawatir juga karena dia akan merasakan sakit di bagian dalam vaginanya. Tetapi karena malaikat nafsu lebih berkuasa, ya sudah aku santai saja dan mulai menarik batangku itu dari dalam lubangnya dan memasukkannya lagi seluruhnya.

Lihat Juga :  Cerita Bugil ML dengan Diah Anak Tukang Pijat

Entah karena apa, aku tidak begitu merasakan rasa nikmat yang cepat naik. Memang terasa basah, licin dan enak tetapi, ya lebih karena ini memang sedang bersetubuh. Aku mulai berpraktek dengan berbagai macam cara menusuk dan arah tusukan ke dalam lubang vaginanya. Yang mulai mencemaskanku, Ana sama sekali tidak berusaha menahan suaranya. Ia mulai melenguh dan mengerang keras-keras ketika aku mulai mempercepat gerakanku. Aku antara cemas dan mulai nikmat, tidak peduli lagi. Lagi pula suaranya mulai merangsangku dan ini membuatku menusuk-nusuk dengan gerakan yang cepat dan keras. aœAaahhha¦ aayooo Massa¦ aaduhha¦ cepat Masss..!a pintanya dengan nafsu.

Dia mengangkat kedua tangannya ke atas kepalanya. Bunyi beradunya kemaluan kami mulai terdengar keras, berkecepak-kecepak dan aku mulai merasakan lereng gunung telah kucapai. Tinggal mendaki cepat dan sampai di puncak. Tiba-tiba Ana menghentikan gerakanku, dan menutup kedua pahanya sehingga terasa ada jepitan yang luar biasa di sekujur batangku. Kemudian dia memandangku sayu. Aku tahu apa yang dimaksudkannya dan mulai menggenjot lagi. Aku menjepitkan kedua betisnya di antara leherku dan bertumpu pada kedua tangan, sedang aku membentuk busur dengan tubuhku, merapatkan kedua pahaku sehingga terasa batangku membesar dan mulai menusuk-nusuknya cepat.

aœAaahhha¦ sssa¦a terdengar bunyi-bunyian antara suaranya yang merangsang dan bunyi kecepakan kemaluan kami yang beradu, sedangkan aku sendiri mengeluarkan suara helaan nafas yang cepat. Beberapa menit kemudian, aku merasakan aliran yang semakin cepat memenuhi pinggul dan seluruh tubuhku. Keringatku telah mengucur deras. Dan, aœAnnna¦ Annaaaa¦ aaadduuhhha¦ ssssa¦ Ann..!a spermaku menyemprot deras ke arah perutnya. Aku mengerang keras dan terus mengocok batang kemaluanku. Kemudian tanganku yang mulai begerak ke arah vaginanya segera menusuk-nusukannya. Lama aku terus menusuk-nusuk lubangnya karena rasa nikmatnya terus mengalir hingga tidak berapa lama kemudian Anna berkata, aœMasssa¦ aaaa¦ Maassa¦ ssshhha¦ aaddduuhh..!a

Ana menaikkan pelvisnya dan menerima tusukan-tusukan terakhirku dengan denyutan dinding vagina yang terasa cepat dan kenyal. Aku menindih tubuhnya yang kecil dan merasakan detak jantung yang cepat di dadanya dan dengusan nafas hangat di ubun-ubunku. Jariku masih menancap dalam di dalam vaginanya dan merasakan denyutan yang tidak kunjung reda.Kemudian aku tergeletak di sampingnya, aku berkata kepada Ana, aœAna¦ kamu sekarang mandi saja ya..? Kayaknya kamu bau deha¦aaœSialana¦ iya deh, Ana mandi, makasih ya Masa¦ Ana udah dikasih pelajaran sama Mas.

Aku tidak merasa menyesal karena dapat seperti yang kubayangkan (gadis yang benar-benar perawan). Yah, lumayanlah bisa meraba-raba kan? Ana lalu berdiri hendak menuju ke kamar mandi, sebelum dia pergi dia menoleh ke arahku lalu menunduk dan menciumku sebentar. Aku belaikan tanganku ke dadanya dan V-nya. BERSAMBUNGÂ

Tamat

CERITA SEKS MONA DAN BAPAK KOST

$
0
0

CERITA SEKS MONA DAN BAPAK KOST – Berikut cerita sex dengan judul CERITA SEKS MONA DAN BAPAK KOST yg akan cerita seks news tampilkan – “Huuuh..nyebelin banget sih tuh aki- aki..” gerutu Mona sambil mengunci pintu kamar kostnya. Kembali hari ini ia sebel dengan Pak Mahmud, si bapak kostnya yang sering bersikap genit dan terkadang menjurus kurang ajar terhadap dirinya. Kejadiannya tadi saat dia pulang kantor berpapasan dengan Pak Mahmud yang sedang berusaha memaku sesuatu di dinding. “Sore pak..lagi ngapain pak..?” sapa Mona demi kesopanan. “Eh..mba Mona dah pulang..”sahut Mahmud dengan mata berbinar.

“Kebetulan aku mau minta tolong sebentar bisa?” Mona yang mau buru- buru ke kamar terpaksa menghentikan langkahnya dan menoleh. “Apaan pak?” tanyanya sekenanya, kembali ia kesal melihat pandangan mata pak tua itu yang jelalatan ke arah dadanya. “Ini loh..kamu bisa pasangin lukisan ini ga kepaku yang dah saya pasang itu, takutnya tangganya goyang banget karena berat badan saya, maklum agak gendut gini ribet jadinya” katanya sambil cengengesan dan kembali pandangan matanya menyantap kulit leher Mona yang mulus.”nanti saya pegangin tangganya”. Mona menyanggupi dan dia menaiki tangga yang memang sudah goyang itu, gadis itu baru sadar pas naik ke pijakan kedua bahwa tangga itu memiliki jarak yang cukup lebar antara pijakan-pijakannya, jadi saat kakinya naik ke pijakan kedua, dirinya yang saat ini menggunakan rok span ketat agak kesulitan dan roknya menjadi tertarik ke atas sehingga pahanya menjadi terbuka. Kejadian itu berulang lagi saat ia ke pijakan ketiga, bahkan jaraknya makin jauh sehingga pahanya makin terbuka lebih lebar.

Mona mengutuk dalam hati, saat melirik Pak Mahmud yang dengan senyum mesumnya menikmati pahanya yang jenjang dan berkulit mulus bersih itu. Melihat pemandangan indah ini, Pak Mahmud merasa nafasnya sesak sama sesaknya dengan penisnya yang jadi menegang. Sungguh indah bentuk paha gadis ini dan ia dengan bebas bisa melihat dari dekat, ingin rasanya mengelus paha montok nan mulus itu, tapi ia menahan diri. Ia menyerahkan lukisan ke Mona untuk dipasang, tapi karena nyantolinnya masih agak tinggi maka gadis itu harus memasangnya dengan mengangkat tangannya setinggi mungkin, ia tidak sadar bahwa karena gerakannya itu blusnya yang pendek ikut tertarik ke atas sehingga terlihat kulit pinggangnya yang ramping sampai ke perut di bawah dadanya. Dengan sengaja Pak Mahmud menggoyangkan tangganya sehingga memperlama dirinya untuk bisa menikmati pemandangan pinggang berkulit mulus gadis itu. Setelah selesai

terpasang, Mona menurunkan kaki kirinya ke pijakan kedua yang ternyata tanpa sepengetahuannya telah dilonggarkan pakunya. Sambil terus menikmati paha Mona yang terbuka kembali, Pak Mahmud bersiap-siap. “Eiiihh…eiihh..” Mona menjerit kecil saat pijakannya lepas dan ia terjatuh ke belakang dan saat itu dengan sigap Pak Mahmud menangkapnya sehingga tidak sampai terjatuh lebih parah. Merah muka gadis itu karena satu tangan yang menahan dirinya memegang tepat ke pantatnya dan sepertinya ia merasa tangan itu sedikit meremasnya. Dengan cepat ia menjauhkan badannya dari “pelukan” Pak Mahmud yang mengambil kesempatan itu. “Waduh, untung sempet saya pegangin mba nya, kalo ngga bisa berabe tuh..” ujar Pak Mahmud cengengesan yang masih menikmati hangatnya tubuh dan kenyalnya pantat Mona tadi walau sesaat tadi.

“Mmm..iya pak, makasih..udah kan pak ya..” tukas Mona sambil ngeloyor pergi dengan diikuti pandangan Mahmud yang menikmati gerakan pinggul gadis yang montok itu. “Hmmm..tunggu aja ntar ya..lo bakal kena ama gua” pikir pria tambun setengah tua ini dalam hati. Sudah banyak planning yang kotor dan mesum darinya yang memang punya sedikit kelainan seks ini. Di dalam kamar, Mona masih sebel sama kejadian tadi. Sudah terlalu sering ia mendapat perlakukan atau kata-kata yang menjurus mesum dari bandot tua itu, tapi ia berusaha menahan diri mengingat bahwa tempat kost ini cukup murah dengan fasilitas yang ada juga ditambah lagi dengan lokasi yang di tengah kota dan dekat ke tempat kerja atau mau ke mana-mana.

Maka ia memutuskan untuk tetap bertahan asalkan si mesum itu tidak terlalu kurang ajar. Bila ketemu pasti Mona merasa risih dan agak ngeri ngeliat mata Mahmud yang seperti menelanjangi sekujur tubuhnya, tapi terkadang selain ngeri dan risih gadis itu juga merasakan bangga dan senang karena kecantikan dan tubuhnya menjadi perhatian sampai seperti itu walau Mahmud bukan levelnya untuk bisa menikmati dirinya. Beberapa kali kalau berpapasan sama Mahmud dan berbincang- bincang, selalu saja tangannya tidak pernah diam menjamah, walau hanya menjamah pundak atau lengannya tetap saja gadis itu merasa risih karena sambil melakukan itu bapak kost itu merayu dengan kata-kata yang kampungan.

“Ahh..udahlah, ga penting juga..mendingan gua mandi” kata Mona dalam hati Sambil berkaca ia mulai melepas satu per satu kancing blusnya dan melepasnya sehingga bagian atasnya kini hanya tertutup BH biru muda yang susah payah berusaha menutupi payudara berukuran 34D itu. Dengan pinggang yang ramping, maka buah dada itu tampak sangat besar dan indah dan karena Mona rajin ke fitness makin tampak kencang dan padat. Sungguh merupakan idaman bagi semua laki- laki di dunia bagi yang dapat menikmatinya. Lalu ia melanjutkan dengan melepas rok span-nya ke bawah sehingga kini tubuh yang memiliki tinggi 168cm ini hanya ditutupi bra dan cd yang berwarna senada. Body yang akan membuat laki-laki rela untuk mati agar bisa mendapatkannya, memiliki kulit putih asia dan dihiasi dengan bulu-bulu halus nan lembut. Menjanjikan kehangatan dan kenikmatan dunia tiada tara.

Mona melepas kaitan bra disusul dengan cd- nya yang segera dilemparkan ke ember tempat baju kotor. Ia memandang sejenak ke cermin, melihat payudaranya seperti “bernafas” setelah seharian dibungkus dengan bra. Gumpalan daging yang kenyal dan padat dengan puting berwarna coklat muda sungguh menggairahkan. “Auuh…” gadis itu sedikit merintih atau tersentak saat ia memegang kedua putingnya, serasa ada aliran listrik menyengat lembut dan menimbulkan rasa sensasi geli pada kemaluannya yang tanpa sadar tangan kirinya turun ke arah vaginanya dan sedikit membelainya. Sambil senyum-senyum sendiri, gadis itu membayangkan dada telanjangnya dan membusung ini selalu menjadi sasaran remasan dari Roy pacarnya yang tidak penah bosan juga mengulum puting dan menciumi kulit payudaranya yang mulus dan harum itu.

Tidak percuma ia setiap 3 hari sekali memberikan lulur pada tubuhnya, terutama pada payudaranya yang sampai sekarang memiliki aroma yang memabukkan walaupun dalam kondisi berkeringat. Mona menghela nafas panjang menahan gejolak birahi yang timbul, dan sekarang ia merasa ingin dilampiaskan. Padahal baru tadi malam ia berenang di lautan asmara yang menggelora dengan pacarnya. Ia merasa dirinya selalu saja haus akan belaian pacarnya, padahal hampir setiap ketemu mereka bercumbu dengan hot dan yang suka bikin ngiler adalah mengulum penis Roy sampe bisa keluar spermanya. Kini ia membayangkan ukuran penis Roy saja udah bikin deg- degan, ga sabar untuk ketemu dan mengemut-ngemut batang kemaluan yang kokoh itu. “Huuuh..mending gua mandi aja deh, otak gua jadi kotor nih..” Selesai mandi, sedikit terusir pikiran-pikiran tadi karena sudah tersiram air dingin.

“Loh, kok ga bisa sih nih?” Mona sudah beberapa saat ngga bisa memutar kunci lemari bajunya, ia masih coba terus beberapa saat tapi masih ga bisa juga. “Duh, mesti minta tolong ama bandot itu dong” keluhnya Untungnya masih ada baju di keranjang yang belum sempat dimasukkan ke dalam lemari. Tapi setelah memilih-milih, di keranjang baju itu hanya ada underwear 2 pasang dan baju- baju khusus tidur yang tipis dan seksi serta baju dalaman sexy seperti tanktop dan rok mini yang mininya 20 cm dari lutut. Dari pada pakai baju tidur tipis ia memilih rok mini dan tank top yang rendah belahannya. Sebelum ke Pak Mahmud, Mona memilih untuk makan malam dulu di ruang makan bersama, sambil makan ia menyalakan tv dan duduk di ujung sofa. “Ehh..mba Mona baru makan ya..bapak temenin ya, ga baik cewe seseksi kamu makan sendirian” tiba- tiba si bandot itu muncul, dan langsung menyantap paha Mona yang disilangkan itu, sungguh mulus, lalu ia duduk di samping gadis itu.

“Ia pak..sekalian makan pak… terus sama minta tolong kok lemari baju saya ga bisa dibuka yah?” pinta Mona sambil menggeser menjauh dan berusaha dengan sia-sia menarik turun rok mininya. “buset tuh mataaaa…abis gua..” katanya dalam hati. “Ooo gitu, nanti saya periksa deeeh…” “Makasih ya pak”. Mona buru-buru nyelesaiin makannya, saat tiba-tiba ia merasa dadanya bagian putingnya terasa gatal. Awalnya berusaha ditahan saja tapi makin lama makin meningkat rasa gatalnya, dan bukan itu saja kini ia merasakan hal yang sama pada vaginanya. Ia masih berusaha menahan tapi sudah hampir tidak kuat, duduknya jadi gelisah dan ia berusaha menggoyangkan badannya agar rasa gatal itu hilang bergesekan dengan bahan bra-nya dan ia mempererat silangan kakinya. Tapi rasa gatalnya tidak berkurang, bahkan kini seluruh daging kenyal payudaranya terasa gatal. “Ouuuhh..” akhirnya Mona tidak tahan dan ia menggaruk sedikit kedua payudaranya dengan tangannya, saat ia menggaruk terasa nyaman sekali karena gatalnya berkurang tapi sulit untuk berhenti menggaruk.

Sambil memejamkan matanya karena keenakan menggaruk ia lupa ada Pak Mahmud di situ. “Kenapa kamu? Kamu kegatelan yaah?” “Uuuhh… sssshh..ehm, i…iya pak..” terkejut Mona karena baru ingat ada si bandot di sampingnya, tapi ia terus menggaruk makin cepat dan karena tak tahan ia menggaruk juga ke pangkal pahanya.. “Uuuuuffh..ssshh…” aliran darah Mona berdesir cepat karena sensasi menggaruknya itu selain menghilangkan rasa gatal juga membuat birahinya tergelitik. “per..permisi pak..uuffh..” sambil terus menggaruk ia mau bangkit dari kursi tapi rasa gatal itu makin menghebat yang akhirnya dia hanya terduduk kembali sambil terus menggaruk Sedetik ia melihat Mahmud hanya menonton dengan pandangan penuh nafsu setan ke dirinya yang terus menggaruk itu.

Gadis itu mengutuk karena ia memberikan tontonan gratis kepada pria tua itu tanpa dapat mencegah. Gerakannya makin cepat dan tidak karuan karena kedua tangannya hanya bisa menggaruk – menggaruk bagian dari 3 bagian tubuhnya yang terserang itu, kini rok mininya sudah tersingkap semua karena ia harus menggaruk liang kemaluannya sehingga memperlihatkan kedua pahanya yang jenjang dan berkulit putih mulus itu. Gadis itu terus merintih-rintih karena kini rasa gatalnya sepertinya tidak bisa digaruk hanya dengan garukan yang masih terhalang kaos dan bh untuk kedua payudaranya dan celana dalam tipisnya untuk vaginanya, tubuhnya serasa lemas karena rasa gatal dan birahinya yang kini membuat vaginanya menjadi basah dan ia merasa putingnya mengeras. “Misi pak…mau ke kamar dulu niiih..uuhh..” Kata Mona, tapi Pak Mahmud diam saja menghalangi jalan keluarnya. Rasanya ingin marah saja tapi rasa gatal itu menghalangi rasa marahnya.

Karena akhirnya ia tidak tahan dan tidak bisa mencegah lagi, dengan serabutan dan cepat ia menarik tali tank topnya kebawah dan menarik turun branya sehingga kini buah dadanya telanjang yang segera ia menggaruk dengan cepat dua gunung indah itu terutama putingnya yang kini sudah mancung dan mengeras, kakinya bergerak blingsatan karena rasa gatal pada vaginanya makin menghebat. Pak Mamud tertawa dalam hati, ia menikmati melihat indahnya pemandangan di depannya itu, betapa buah dada Mona yang berbentuk bulat kencang itu tidak tertutup apapun serta baju Mona yang sudah tidak keruan. Senang ia melihat gadis yang cantik tapi sombong ini kini tampak tidak berdaya. Rencana awal ini berhasil dengan baik, yang ternyata ia telah mengganti kunci lemari baju Mona dan menaruh bubuk gatal pada pakaian dalam gadis itu dan sengaja memilihkan baju yang seksi tertinggal di luar lemari.

Tangan Mona masih bergerak cepat berpindah-pindah mencoba menggaruk 3 bagian tubuh, makin lama makin menghebat dan dari mulutnya meracau tidak jelas. Dengan susah ia berusaha menggaruk vaginanya secara langsung tapi ia kesulitan karena harus menggaruk putingnya. “Saya bantu ya sayang…” tanpa disuruh ia menarik turun celana dalam tipis Mona, sehingga sekarang terlihat “bibir” bawah tersebut yang dihiasi bulu-bulu halus. Tampak indah sekali dan menggairahkan. “Nggeeh..ja..gan kurang ooouhh..”ia tidak dapat melanjutkan umpatannya karena ia menikmati garukan pada vaginanya walau ia harus berpindah lagi sambil merintih- rintih terus Ia terkejut sesaat ketika tangan Pak Mahmud mengelus- elus pahanya, tapi ia tidak bisa memperdulikannya lagi yang penting ia harus terus menggaruk.

Dengan leluasa Pak Mahmud menjelajahi lekuk liku tubuh montok itu tanpa penolakan, kulit pahanya terasa lembut dan daging paha sintal itu terasa kenyal dan hangat dalam usapannya. Karena belaian- belaian yang dilakukannya ini membuat Mona makin menggelinjang karena kini birahinya sudah melonjak. “Biar ini aku yang bantu yaah..” dengan sigap jari-jari tangannya hinggap di vagina Mona dan menggeseknya dengan liar. “Ouuuuhh…ss..stoopp…aiiieh… iyaa… ouuhh” ngga jelas Mona mau ngomong apa, sedetik ia tahu vaginanya sedang diobok- obok oleh orang yang dia sebel, tapi ia tidak tau dan tidak berdaya karena rasa gatal dan nafsunya yang memuncak sehingga dia tidak mampu menolak perbuatan Mahmud. Kini ia fokus menggaruk payudaranya, tidak hanya digaruk tapi juga diremas-remas dan memuntir-muntir putingnya sendiri.

Dengan leluasa Mahmud menggesek- gesek bagian tubuh yang paling rahasia milik gadis itu. Hampir 5 menit kini liang vagina itu sudah becek dan menimbulkan bunyi kecipak karena gerakan jari-jari Mahmud yang sudah ahli itu. “aaahh..jgn dilepas..ohh… pak..” jerit Mona saat tangan Mahmud mengangkat tangannya dari vaginanya yg sudah basah itu dan malah “cuman” mengelus- elus pahanya dan meremas pantatnya. “Kenapa sayang..? kamu mau aku untuk terus mengobok-obok memek kamu..?” tanya Mahmud. “Ngeh..ngeh..iii yaaa paakk… ouufh..” diantara engahannya “kamu yakin..??” “uuhh…ngeh…sssh..” ia hanya mengangguk “kamu mohon dong sama aku..paaak Mahmud sayang, tolong obok-obok memek saya… please saya mohon” Mendengar perintah itu, sekejap Mona merasa malu dan marah tapi segera terganti kebutuhan body-nya yang sudah terbakar birahi secara aneh itu.

Ia berusaha untuk tidak mengucapkan itu dengan terus menggaruk, tapi ia tidak kuat.. “ouuh..ngeh..Pa..Pak Mahmud sssss….sayaaang, ooh..tol..long obok…obok me…nggeh…memek sayaaaa…pleeeeease…uuuff.. saya mohoooonn…” erang Mona. “Tentu sayang…” Lalu dengan sigap jarinya menggerayangi bibir vagina Mona yang becek itu dan menggesek dengan cepat. Mona melenguh penuh nikmat sambil meregangkan badannya, lalu tersentak hebat saat jari itu menusuk masuk dan menemukan klitorisnya “Haaa..ternyata disitu yaaa…” dengan ahli ia memainkan jari itu pada g-spot tsb yang mengakibatkan Mona mendesah- desah. Gadis itu merasakan terbentuknya sensasi orgasme menanjak naik.. “Oouuhh… ja.nggaannn..” ia berusaha menahan dirinya, tapi gerakan jari Mahmud makin menggila dan terus menggila, ia sudah hampir tidak tahan. Sambil menggigit bibirnya dan memejamkan matanya ia berusaha menahan klimaksnya, tidak mengira bahwa dirinya dapat dibuat klimaks oleh Mahmud. “Ouuuuuuhhhhhh…. aaaiiiieeeeeeeeeee…..” dengan teriakan panjang Mona mencapai puncaknya dan tubuhnya menggetar keras.

Cairan makin deras membahasai liang vaginanya, ia menikmati setiap detik sensasi luar biasa itu. Tubuhnya makin lemas dan pandangannya nanar. Ia tak mampu menolak saat Mahmud menunduk dan mencium bibirnya yang tipis. “mmmmmpphhh…..” Mona mengerang dan sulit menolak saat lidah Mahmud memasuki rongga mulutnya dan melilit-lilit lidahnya, bahkan tanpa sadar ia membalas ciuman itu. Sementara tangan Mahmud masih mengocok kencang dan gadis itu merasakan kembali orgasmenya mau menyeruak lagi..apalagi saat ciuman Mahmud berpindah mencium puting kirinya.. “Auukkh..ssttopp..ssssshh… ssshh..” tapi Mona malah membusungkan dadanya mempermudah Mahmud menikmati puting kerasnya.

Kini rasa gatalnya sudah terganti dengan desakan nafu setan yang tidak pernah terpuaskan, tangannya yang bebas dituntun oleh Mahmud ke penisnya di balik sarungnya. “oouuh..bes..bessar banget ppaakk..” gumam Mona tanpa sadar saat merasakan batang hangat yang berdenyut-denyut dalam genggamannya, ia melirik ke arah batang kemaluan Pak Mahmud yang ternyata lebih besar dibanding milik pacarnya, pikiran nafsunya tanpa sadar membayangkan apakah ia mampu untuk mengulum penis itu dalam mulutnya atau membayangkan bagaimana rasanya bila penis itu menyerang vaginanya. Dengan birahinya yang terus membara dan terus dijaga geloranya oleh Mahmud, Mona dengan suka rela mengocok- ngocok penis raksasa Pak Mahmud itu, ia sudah tidak ingat akan bencinya dia terhadap pria tua berumur 60 tahun itu. Mahmud mulai mendesah-desah keenakan di antara kulumannya pada kedua puting Mona. “aaaaaaannggghhhhh…
pppaaaakkhh…… aaaaaaannggghh…”

Mona mencapai klimaks sampai dua kali berturut-turut karena kocokan tangan Mahmud, matanya makin nanar dan bibir seksinya menyeringai seperti menahan sakit. “Sekarang kamu isep punya bapak yaa..kamu kan jago kalo sama pacar kamu” “ouuh..ngga ma..mau..ap… aauupphhh..mmmhh..” Mona yang lemas akibat klimaks tadi tak berdaya menolak saat Mahmud menarik lehernya membungkuk ke arah batang “monas” nya, tidak memperdulikan protes Mona yang ia tau hanya pura- pura karena sebenarnya sudah jatuh dalam genggamannya. Kini dengan dengan bibirnya yang seksi dan lidah yang hangat lembut itu mulai mengulum batang kemaluan itu. “Oooh..enak sayaaang…kamu memang jago..sssshh…kamu suka kan..?” tanyanya “mmmmmpph… sllluurpp..mmmmmm” hanya itu yang keluar dari mulut Mona, yang dengan semangat memainkan lidahnya menjilati dan menghisap penis Mahmud. Aroma dan rasa dari penis laki- laki itu telah menyihirnya untuk memberikan sepongan yang paling enak. “Bapak tau..kamu cuman cewek sombong yang sebenarnya punya jiwa murahan dan pelacur… plaakk..!!”

Mona tersentak saat pantat bulatnya ditepak oleh Mahmud, mukanya merah dan marah tapi sebenarnya malah membuat dia makin terangsang dan makin cepat ia mem-blow job penis Mahmud. Belum pernah ia merasakan birahinya dibangkitkan dengan cara kasar ini, tapi ia tau bahwa ia sangat menikmatinya. “Kurang ajar nih aki- aki” gerutunya dalam hati dan ia menggigit gemas ke penis Mahmud yng membuatnya itu mengelinjang dan lidahnya makin cepat menyapu urat di bawah penis itu. “Ayo..sekarang kamu naikin penis aku..” Tanpa berucap Mona mulai menaiki ke atas tubuh tambun Mahmud, dengan deg-degan menanti penis besar itu ia menurunkan pinggulnya dengan dibantu tangan Mahmud yang memegang pinggangnya yang ramping. “Ooooh..” Mona mengerang saat ujung “helm” penis itu bersentuhan dengan bibir vaginanya dan mulai memasuki liang surga. Kembali ia mengerang menahan sedikit sakit saat baru masuk sedikit, liang vaginanya berusaha mengimbangi diameter penis Mahmud itu. “Enak kan sayang?” “Hmmmmm…nggh…” Mona hanya mengerang dan memjamkan mata menunggu penis itu membenam ke dalam vaginanya.

Tapi Mahmud hanya menggesek-gesek liang vagina Mona itu dengan ujung kepala “meriamnya”. Gadis itu menggoyang-goyang pinggul seksinya dan berusaha menurunkan badannya, tapi Mahmud tetap menahan pinggulnya sehingga tetap belum dapat “menunggangi” penis Mahmud. “Hemmm…kenapa sayang? Udah ga sabar yaa ngerasain ****** bapak?” “Huuh?..nggeeeh… aa..paahh…” Mona ngga tau harus ngomong apa, masih tersisa gengsi pada dirinya. “Hehehe..masih sok alim uuh..kamu ya..? Kalo kamu mau ****** bapak, kamu harus memohon dengan mengaku diri kamu itu cuman perek murahan dan lakukan dengan seksi..” “aaahh…sssh..kenapa mes..ti gitu paakk…pleaaase…” Mona sudah benar-benar terangsang dan tidak bisa berfikir jernih lagi, dalam pikirannya kini hanya penis Mahmud saja. Mahmud mendengus dan seperti hendak memindahkan tubuh Mona di atasanya, merasa perbuatan itu. “Oouuh ooke..okeeh paaak… ngeh, tega bgt sih bapak…oouf paak, tolong masukin ****** ba..ngeehh..bapak ke memekku paak,

entotin sayaaa ooh paakk…akkuu..memang cewe murahan yang sok suci..nggeh..pleease..paakk..akuuu mohooon…” pinta Mona memelas sambil meremas-remas kedua payudaranya. “Hehehehe…kamu tergila-gila ya sama ****** bapak..” “Iyaa ppaakkh…please..aku ga tahaaan paakk…” “Kontol pacar kamu ga ada apa- apanya kan?” “oouuh..jauuh pakkk..punya bapak lebih hebaat dan enaaaakk” “Hehehe..good…ini dia hadiahnya..” Mahmud lalu menarik ke atas tubuh Mona dan menurunkannya kembali, dengan diiringi erangan Mona merasakan penis itu makin dalam masuknya dan sulit ia menahan diri untuk tidak klimaks yang keempat kalinya. Mona kembali menaikkan badannya dan menurunkan kembali sehingga sudah ¾ penis itu diemut vaginanya. Gerakannya diulangi berkali-kali, awalnya perlahan tapi makin lama makin cepat karena vaginanya sudah bisa “menerima” penis berukuran di atas rata-rata itu. Gadis itu sudah benar-benar dikuasai nafsu birahinya dan ia merasa terbang ke awang- awang merasakan gesekan-gesekan penis Mahmud dengan dinding vaginanya. Tidak sampai 5 menit Mona
sudah merasakan akan keluar lagi. “Ouuh..gilaaa..paaakkh..

oouuuhhhhhhhhh..” Mona mencapai klimaksnya lagi dan ia terus bergerak naik turun menunggangi penis yang masih perkasa itu. Buah dadanya yang besar menggantung itu bergerak naik turun mengikuti irama gerakan badannya, dengan nikmat Mahmud meraup gumpalan daging kenyal itu dan meremas- remasnya dengan gemas. Dengan liar ia terus menunggangi penis itu, diiring dengan bunyi “plok..plok..plok..plok..” yang makin cepat akibat beradunya badan Mona dengan perut buncit Mahmud. Hampir 15 menit Mona menikmati hunjaman- hujaman penis itu, dalam periode itu Mona sudah mencapai orgasme sampai 4x lagi, ia tidak dapat menahan untuk tidak melenguh dan berteriak nikmat. Pikirannya sulit untuk fokus bahwa ia telah dibuat klimaks oleh seorang laki- laki yang pantas jadi ayahnya. Ia merasa lemah sekali akan nafsu yang menguasainya, tapi sungguh terasa nikmat sekali yang tidak mampu ditolaknya. Mahmud juga sudah hampir mencapai puncaknya, penisnya telah mengeras sampai maksimal dah hal ini juga dirasakan oleh Mona, ia mempercepat gerakan naik turunnya yang menyebabkan buah dada montoknya bouncing naik turun makin cepat. “Uuuaaahh…gilaaaaa… ooouuuhhh…”

akhirnya Mahmud tidak dpt menahan lagi, spermanya muncrat seiring dengan klimaksnya yang ternyata berbarengan dengan klimaks yang sangat kuat dari Mona. Mahmud merasakan dinding vagina Mona yang hangat itu bergetar menambah kenikmatan klimaksnya. Dengan lunglai Mona turun dari tunggangannya dan rebah di samping
Pak Mahmud yang juga masih merem melek habis menikmati tubuh gadis cantik dan sexy itu. “Kamu memang hebat hebat cantik…” “Cukup pak..ngeh, aku ga tau kenapa bisa kaya gini tadi..ini harusnya gak terjadi, cukup sekali ini terjadi” Mona yang sudah mulai jernih pikirannya, ia kini sangat menyesali bahwa ia menyerahkan dirinya secara sukarela kepada Mahmud. Ia memutuskan untuk pindah kost dan kejadian tadi harus dikubur dalam-dalam, tidak boleh ada yang tahu.

Melihat Mona yang mulai membereskan bajunya dan hendak pergi, Mahmud bergerak cepat. Ia memegang leher belakang Mona yang sedang membungkuk hendak mengambil cdnya lalu dengan cepat membenturkannya ke meja kayu yang ada di depan mereka duduk. “uuuugghhh….” kerasnya benturan itu membuat ia setengah pingsan. “hehehe..ga secepat itu sayang..kamu akan jadi milikku..” Mahmud lalu menarik tangan Mona dan gadis itu pasrah saja dibawa dengan setengah sadar masuk ke kamar Mahmud. Lalu setelah melepas sisa bajunya, ia merebahkan tubuh telanjang yang masih lemas itu ke atas ranjangnya. Lalu ia mengikat kedua pegelangan kaki dan pergelangan tangan Mona ke ujung ranjang besi, sehingga kini tubuh telanjangnya itu dalam posisi kaki yang mengangkang lebar. “uuuh..apa-apaan inih…lepasin paak…”dengan suara masih serak dan lemah Mona berontak dengan percuma, ia mulai takut apa yang hendak dilakukan.

Melihat posisi dan kondisi Mona yang menggairahkan itu, Mahmud tidak tahan lagi ia membungkuk lalu menciumi payudara montok dan memainkan lidahnya mengecupi puting Mona yang sebentar saja langsung mengeras. “Ouuh..pak..! lepasin saya pak… kalo ngga sa…aauupphh… mmbbllllmmmmm…” Mona tidak dapat melanjuntukan omongannya karena ditutup lakban oleh Mahmud. Kini kesadaran Mona sudah mulai pulih, ia masih terus berusaha memberontak untuk melepaskan ikatan kaki dan tangannya tapi ikatan itu sungguh kuat. Ia mulai takut karena kini ia tidak berdaya dan berada dlm kekuasaan Mahmud. Pandangan matanya mengikuti Mahmud seperti mata kelinci yang sedang ketakutan melihat serigala yang akan memangsa, dan air matanya mulai meleleh di pipinya. “Eeeiih..kenapa nangis cantik? Aku paling ga suka liat cewe nangis…tapi sekarang kita liat film dulu ya…”ujar Mahmud sambil memasang kabel menghubungkan dari handycam ke tv. Lalu ia mulai menyetelnya. Mata Mona terbelalak kaget saat melihat tayangan video di layar tv, jantungnya serasa akan copot dan kepalanya tiba- tiba pusing mendadak melihat adegan per adegan dari video itu.

Ternyata kejadian di sofa ruang tengah tadi semuanya direkam oleh Mahmud dari tempat tersembunyi, terlihat jelas saat ia melihat dirinya mulai merasakan gatal yang menyerang, mulai mencopoti bajunya dan sampai kejadian dia berhubungan sex dengan Mahmud. Perasaannya makin hancur saat ternyata Mahmud tidak hanya merekam dari 1 sudut saja, terdapat 4 handicam tersembunyi yang merekam seluruh kejadian. Bahkan saat ia memohon kepada Mahmud untuk mengobok-obok vaginanya dan pengakuan dia sebagai cewek murahan juga terdengar jelas. Wajah gadis yang cantik itu jadi pucat dan tubuhnya bergetar, ia sudah menduga apa yang akan diminta oleh Mahmud dengan adanya video itu. Perasaannya geram, marah, benci, takut dan lain-lain bercampur aduk, kini ia hanya dapat menangis. Terlihat jelas bagaimana wajahnya menunjukkan dirinya menikmati setiap detik permainan panas itu dengan aki-aki tambun yang sudah tua.

Lihat Juga :  Cerita Seks Selingkuh “Sensasi selingkuh”

“Percuma kau menangis..kini kamu akan merasakan akibatnya karena selama ini menjadi cewek sombong yang sok suci. Bapak tau apa yang kamu lakukan sama pacar kamu selama ini, nah..sekarang kamu harus nurut apa yang bapak mau, kalo ngga bapak jamin film ini akan nyebar kemana- mana, kamu ngerti…??” tegas Mahmud. Mona hanya mengangguk lemah dengan pandangan sayu. “Sekarang yang aku minta kamu tidak boleh nangis selama kamu melayani saya..bisa..?? kalo tetap nangis kamu akan terima hukuman yang berat..” Kembali Mona hanya mengangguk dan berusaha menahan air matanya. Ia berusaha meyakinkan dirinya bahwa akan ada jalan keluar nantinya. Tanpa sadar ia membayangkan kejadian tadi, dan ia teringat akan ukuran penis Pak Mahmud yang memang di atas rata- rata. Dengan pikiran itu tanpa dapat dicegah terasa desiran-desiran halus di perutnya dan ia merasa putingnya agak mengeras.

“Sayang…yang punya penis si Mahmud ****** itu..” pikirnya. Mona melotot kaget saat Mahmud mengambil sesuatu dari lemari yang ternyata merupakan dildo vibrator yang berukuran panjang. Mahmud kini duduk di ranjang di dekat kakinya yang ngangkang itu, memperlihatkan vaginanya yang terbuka menantang, lalu ia mengusap dengan tangannya yang mengakibatkan Mona terhentak. “Kayanya udah basah nih..udah siap yah..” goda Mahmud, lalu ia membungkuk dan wajahnya kini sudah di depan liang surga milik gadis cantik itu, tiba-tiba Mona menggelinjang saat lidah Mahmud menciumi dan menjilati vaginanya. Untuk beberapa saat Mona menggelinjang-gelinjang, nafasnya kembali memburu dan pandangan matanya sayu.

“Ngggeehhhhhhhh…!” Mona menjerit dengan mulutnya yang tertutup lakban, saat Mahmud memasukkan dildo ke dalam lubang kemaluannya yang sudah basah dan ngilu itu dan terus mengerang karena dildonya makin dalam ditusukkannya. Kembali ia menggelinjang hebat saat Mahmud menyalakan vibartornyanya. Terasa sakit, tapi setelah beberapa menit rasa sakit itu berangsur-angsur menghilang tergantikan dengan sensasi kenikmatan yang belum pernah ia rasakan atau pernah ia bayangkan. Kini erangannya terdengar seperti rintihan kenikmatan diiringi dengusan nafasnya yang memburu. Mona melenguh panjang dan pelan, merasakan tubuhnya makin panas dan terangsang. Rasa menggelitik di perut bag bawah makin menggila dan menggelora. Dengan rasa malu dan kaget, ia mencapai klimaksnya dengan sensasi yang luar biasa..” “nngggggghhhhh… mmmmmmmmmmhhhhh…..!!!!”

Tubuh montoknya menegang sesaat ketika klimaksnya menyerang, pandangan matanya makin sayu. Tapi dildo itu tetap bergetar seperti mengoyak- ngoyak bag dalam vaginanya, dan rasa nikmat kembali dirasakan makin meningkat, nafasnya memburu dan kini pikirannya sudah tidak terkontrol, nafsu birahinya terus membara karena dildo itu. “Naah..kamu seneng aja ya ditemenin ama dildo bapak ya… tenang aja, getarannya akan makin keras kok udah saya setting dan bapak colokin ke listrik..hehehe..bapak mau bikin back up untuk film kamu tadi ya..” kata Mahmud, ia hanya ketawa melihat Mona memandangnya dengan tubuh telanjangnya yang menggeliat- geliat, tubuh montok yang tampak berkilat karena keringat. Mahmud makin tertawa karena Mona mengerang lagi karena telah orgasme untuk kesekian kalinya, lalu ia meninggalkan Mona yang terus mengerang- erang karena getaran dildo itu. Tidak terhitung berapa kali Mona dipaksa untuk orgasme, tubuhnya mengkilat karena basah oleh peluhnya, gadis itu merasa lemas sekali tapi dildo yang menancap di vaginanya memaksa dia untuk terus dirangsang. Akhirnya karena tidak kuat lagi, gadis malang itu jatuh pingsan. mona dan bapak kost BerbBaca Juga Cerita Seks Dewasa Lainnya.

Tamat

Cerita Bokep Tubuh Mulus Mbak Lala

$
0
0

Cerita Bokep Tubuh Mulus Mbak Lala – Bekerja sebagai auditor di perusahaan swasta memang sangat melelahkan. Tenaga, pikiran, semuanya terkuras. Apalagi kalau ada masalah keuangan yang rumit dan harus segera diselesaikan. Mau tidak mau, aku harus mencurahkan perhatian ekstra. Akibat dari tekanan pekerjaan yang demikian itu membuatku akrab dengan gemerlapnya dunia malam terutama jika weekend.

Biasanya bareng teman sekantor aku berkaraoke untuk melepaskan beban. Kadang di ‘Manhattan’, kadang di ‘White House’, dan selanjutnya, benar-benar malam untuk menumpahkan “beban”. Maklum, aku sudah berkeluarga dan punya seorang anak, tetapi mereka kutinggalkan di kampung karena istriku punya usaha dagang di sana.

Tapi lama kelamaan semua itu membuatku bosan. Ya…di Jakarta ini, walaupun aku merantau, ternyata aku punya banyak saudara dan karena kesibukan (alasan klise) aku tidak sempat berkomunikasi dengan mereka. Akhirnya kuputuskan untuk menelepon Mas Adit, sepupuku.

Kami pun bercanda ria, karena lama sekali kami tidak kontak. Mas Adit bekerja di salah satu perusahaan minyak asing, dan saat itu dia kasih tau kalau minggu depan ditugaskan perusahaannya ke tengah laut, mengantar logistik sekaligus membantu perbaikan salah satu peralatan rig yang rusak. Dan dia memintaku untuk menemani keluarganya kalau aku tidak keberatan. Sebenernya aku males banget, karena rumah Mas Adit cukup jauh dari tempat kostku Aku di bilangan Ciledug, sedangkan Mas Adit di Bekasi. Tapi entah mengapa aku mengiyakan saja permintaannya, karena kupikir-pikir sekalian silaturahmi. Maklum, lama sekali tidak jumpa.

Hari Jumat minggu berikutnya aku ditelepon Mas Adit untuk memastikan bahwa aku jadi menginap di rumahnya. Sebab kata Mas Adit istrinya, mbak Lala, senang kalau aku mau datang. Hitung-hitung buat teman ngobrol dan teman main anak-anaknya. Mereka berdua sudah punya anak laki-laki dua orang. Yang sulung kelas 4 SD, dan yang bungsu kelas 1 SD. Usia Mas Adit 40 tahun dan mbak Lala 38 tahun. Aku sendiri 30 tahun. Jadi tidak beda jauh amat dengan mereka. Apalagi kata Mbak Lala, aku sudah lama sekali tidak berkunjung ke rumahnya. Terutama semenjak aku bekerja di Jakarta ini Ya, tiga tahun lebih aku tidak berjumpa mereka. Paling-paling cuma lewat telepon

Cerita Bokep. Setelah makan siang, aku telepon mbak Lala, janjian pulang bareng Kami janjian di stasiun, karena mbak Lala biasa pulang naik kereta. “kalau naik bis macet banget. Lagian sampe rumahnya terlalu malem”, begitu alasan mbak Lala. Dan jam 17.00 aku bertemu mbak Lala di stasiun. Tak lama, kereta yang ditunggu pun datang. Cukup penuh, tapi aku dan mbak masih bisa berdiri dengan nyaman. Kamipun asyik bercerita, seolah tidak mempedulikan kiri kanan.

Tapi hal itu ternyata tidak berlangsung lama Lepas stasiun J, kereta benar-benar penuh. Mau tidak mau posisiku bergeser dan berhadapan dengan Mbak Lala. Inilah yang kutakutkan…! Beberapa kali, karena goyangan kereta, dada montok mbak Lala menyentuh dadaku. Ahh…darahku rasanya berdesir, dan mukaku berubah agak pias. Rupanya mbak Lala melihat perubahanku dan ?ini konyolnya- dia mengubah posisi dengan membelakangiku. Alamaakk.. siksaanku bertambah..! Karena sempitnya ruangan, si “itong”-ku menyentuh pantatnya yang bulat manggairahkan. Aku hanya bisa berdoa semoga “itong” tidak bangun. Kamipun tetap mengobrol dan bercerita untuk membunuh waktu. Tapi, namanya laki-laki normal apalgi ditambah gesekan-gesekan yang ritmis, mau tidak mau bangun juga “itong”-ku. Makin lama makin keras, dan aku yakin mbak Lala bisa merasakannya di balik rok mininya itu.

Pikiran ngeresku pun muncul, seandainya aku bisa meremas dada dan pinggulnya yang montok itu.. oh… betapa nikmatnya. Akhirnya sampai juga kami di Bekasi, dan aku bersyukur karena siksaanku berakhir. Kami kemudian naik angkot, dan sepanjang jalan Mbak Lala diam saja. Sampai dirumah, kami beristirahat, mandi (sendiri-sendiri, loh..) dan kemudian makan malam bersama keponakanku. Selesai makan malam, kami bersantai, dan tak lama kedua keponakanku pun pamit tidur.

“Ndrew, mbak mau bicara sebentar”, katanya, tegas sekali.
“Iya mbak.. kenapa”, sahutku bertanya. Aku berdebar, karena yakin bahwa mbak akan memarahiku akibat ketidaksengajaanku di kereta tadi.
“Terus terang aja ya. Mbak tau kok perubahan kamu di kereta. Kamu ngaceng kan?” katanya, dengan nada tertahan seperti menahan rasa jengkel.
“Mbak tidak suka kalau ada laki-laki yang begitu ke perempuan. Itu namanya pelecehan. Tau kamu?!”
“MMm.. maaf, mbak..”, ujarku terbata-bata.
“Saya tidak sengaja. Soalnya kondisi kereta kan penuh banget. Lagian, nempelnya terlalu lama.. ya.. aku tidak tahan”
“Terserah apa kata kamu, yang jelas jangan sampai terulang lagi. Banyak cara untuk mengalihkan pikiran ngeres kamu itu. Paham?!” bentak Mbak Lisa.
“Iya, Mbak. Saya paham. Saya janji tidak ngulangin lagi”
“Ya sudah. Sana, kalau kamu mau main PS. Mbak mau tidur-tiduran dulu. kalau pengen nonton filem masuk aja kamar Mbak.” Sahutnya. Rupanya, tensinya sudah mulai menurun.

Akhirnya aku main PS di ruang tengah. Karena bosan, aku ketok pintu kamarnya. Pengen nonton film. Rupanya Mbak Lala sedang baca novel sambil tiduran. Dia memakai daster panjang. Aku sempat mencuri pandang ke seluruh tubuhnya. Kuakui, walapun punya anak dua, tubuh Mbak Lala betul-betul terpelihara. Maklumlah, modalnya ada. Akupun segera menyetel VCD dan berbaring di karpet, sementara Mbak Lala asyik dengan novelnya.

Entah karena lelah atau sejuknya ruangan, atau karena apa akupun tertidur. Kurang lebih 2 jam, dan aku terbangun. Film telah selesai, Mbak Lala juga sudah tidur. Terdengar dengkuran halusnya. Wah, pasti dia capek banget, pikirku.

Saat aku beranjak dari tiduranku, hendak pindah kamar, aku terkesiap. Posisi tidur Mbak Lala yang agak telungkup ke kiri dengan kaki kana terangkat keatas benar-benar membuat jantungku berdebar. Bagaimana tidak? Di depanku terpampang paha mulus, karena dasternya sedikti tersingkap. Mbak Lala berkulti putih kemerahan, dan warna itu makin membuatku tak karuan. Hatiku tambah berdebar, nafasku mulai memburu.. birahiku pun timbul..

Perlahan, kubelai paha itu.. lembut.. kusingkap daster itu samapi pangkal pahanya.. dan.. AHH… “itong”-ku mengeras seketika. Mbak Lala ternyata memakai CD mini warna merah.. OHH GOD.. apa yang harus kulakukan… Aku hanya menelan ludah melihat pantatnya yang tampak menggunung, dan CD itu nyaris seperti G-String. Aku bener-bener terangsang melihat pemandangan indah itu, tapi aku sendiri merasa tidak enak hati, karena Mbak Lala istri sepupuku sendiri, yang mana sebetulnya harus aku temani dan aku lindungi dikala suaminya sedang tidak dirumah.

Namun godaan syahwat memang mengalahkan segalanya. Tak tahan, kusingkap pelan-pelan celana dalamnya, dan tampaklah gundukan memeknya berwarna kemerahan. Aku bingung.. harus kuapakan.. karena aku masih ada rasa was-was, takut, kasihan… tapi sekali lagi godaan birahi memang dahsyat.Akhirnya pelan-pelan kujilati memek itu dengan rasa was-was takut Mbak Lala bangun. Sllrrpp.. mmffhh… sllrrpp… ternyata memeknya lezat juga, ditambah pubic hair Mbak Lala yang sedikit, sehingga hidungku tidak geli bahkan leluasa menikmati aroma memeknya.

Entah setan apa yang menguasai diriku, tahu-tahu aku sudah mencopot seluruh celanaku. Setelah “itong”-ku kubasahi dengan ludahku, segera kubenamkan ke memek Mbak Lala. Agak susah juga, karena posisinya itu. Dan aku hasrus ekstra hati-hati supaya dia tidak terbangun. Akhirnya “itongku”-ku berhasil masuk. HH… hangat rasanya.. sempit.. tapi licin… seperti piston di dalam silinder. Entah licin karena Mbak Lala mulai horny, atau karena ludah bekas jilatanku.. entahlah. Yang pasti, kugenjot dia.. naik turun pelan lembut.. tapi ternyata nggak sampai lima menit. Aku begitu terpukau dengan keindahan pinggul dan pantatnya, kehalusan kulitnya, sehingga pertahananku jebol. Crroott… ccrroott.. sseerr.. ssrreett.. kumuntahkan maniku di dalam memek Mbak Lala. Aku merasakan pantatnya sedikit tersentak. Setelah habis maniku, pelan-pelan dengan dag-dig-dug kucabut penisku.

“Mmmhh… kok dicabut tititnya..” suara Mbak Lala parau karena masih ngantuk.
“Gantian dong..aku juga pengen..”
Aku kaget bukan main. Jantungku tambah keras berdegup.
“Wah.. celaka..”, pikirku.
“Ketahuan, nich…” Benar saja! Mbak Lala mambalikkan badannya. Seketika dia begitu terkejut dan secara refleks menampar pipiku. Rupanya dia baru sadar bahwa yang habis menyetubuhinya bukan Mas Adit, melainkan aku, sepupunya.
“Kurang ajar kamu, Ndrew”, makinya.
“KELUAR KAMU…!”

Aku segera keluar dan masuk kamar tidur tamu. Di dalam kamar aku bener-bener gelisah.. takut.. malu.. apalagi kalau Mbak Lala sampai lapor polisi dengan tuduhan pemerkosaan. Wah.. terbayang jelas di benakku acara Buser… malunya aku.

Aku mencoba menenangkan diri dengan membaca majalah, buku, apa saja yang bisa membuatku mengantuk. Dan entah berapa lama aku membaca, aku pun akhirnya terlelap. Seolah mimpi, aku merasa “itong”-ku seperti lagi keenakan. Serasa ada yang membelai. Nafas hangat dan lembut menerpa selangkanganku. Perlahan kubuka mata.. dan..

“Mbak Lala..jangan”, pintaku sambil aku menarik tubuhku.
“Ndrew..” sahut Mbak Lala, setengah terkejut.
“Maaf ya, kalau tadi aku marah-marah. Aku bener-bener kaget liat kamu tidak pake celana, ngaceng lagi.”
“Terus, Mbak maunya apa?” taku bertanya kepadaku. Aneh sekali, tadi dia marah-marah, sekarang kok.. jadi begini..
“Terus terang, Ndrew.. habis marah-marah tadi, Mbak bersihin memek dari sperma kamu dan disiram air dingin supaya Mbak tidak ikutan horny. Tapi… Mbak kebayang-bayang titit kamu. Soalnya Mbak belum pernah ngeliat kayak punya kamu. Imut, tapi di meki Mbak kerasa tuh.” Sahutnya sambil tersenyum.

Dan tanpa menunggu jawabanku, dikulumnya penisku seketika sehingga aku tersentak dibuatnya. Mbak Lala begitu rakus melumat penisku yang ukurannya biasa-biasa saja. Bahkan aku merasakan penisku mentok sampai ke kerongkongannya. Secara refleks, Mbak naik ke bed, menyingkapkan dasternya di mukaku. Posisii kami saat ini 69. Dan, Ya Tuhan, Mbak Lala sudah melepas CD nya. Aku melihat memeknya makin membengkak merah. Labia mayoranya agak menggelambir, seolah menantangku untuk dijilat dan dihisap. Tak kusia-siakan, segera kuserbu dengan bibirku..

“SSshh.. ahh.. Ndrew.. iya.. gitu.. he-eh.. Mmmffhh.. sshh.. aahh” Mbak Lala merintih menahan nikmat. Akupun menikmati memeknya yang ternyata bener-bener becek. Aku suka sekali dengan cairannya.
“Itilnya.. dong… Ndrew.. mm.. IYAA… AAHH… KENA AKU… AMPUUNN NDREEWW..”
Mbak Lala makin keras merintih dan melenguh. Goyangan pinggulnya makin liar dan tak beraturan. Memeknya makin memerah dan makin becek. Sesekali jariku kumasukkan ke dalamnya sambil terus menghisap clitorisnya. Tapi rupanya kelihaian lidah dan jariku masih kalah dengan kelihaian lidah Mbak Lala. Buktinya aku merasa ada yang mendesak penisku, seolah mau menyembur.

“Mbak… mau keluar nih…” kataku.
Tapi Mbak Lala tidak mempedulikan ucapanku dan makin ganas mengulum batang penisku. Aku makin tidak tahan dan.. crrootts… srssrreett… ssrett… spermaku muncrat di muutu Mbak Lala. Dengan rakusnya Mbak Lala mengusapkan spermaku ke wajahnya dan menelan sisanya.

“Ndrewww.. kamu ngaceng terus ya.. Mbak belum kebagian nih…” pintanya.
Aku hanya bisa mmeringis menahan geli, karena Mbak Lala melanjutkan mengisap penisku. Anehnya, penisku seperti menuruti kemauan Mbak Lala. Jika tadi langsung lemas, ternyata kali ini penisku dengan mudahnya bangun lagi. Mungkin karena pengaruh lendir memek Mbak Lala sebab pada saat yang sama aku sibuk menikmati itil dan cairan memeknya, aku jadi mudah terangsang lagi.

Tiba-tiba Mbak Lala bangun dan melepaskan dasternya.
“Copot bajumu semua, Ndrew” perintahnya.
Aku menuruti perintahnya dan terperangah melihat pemandangan indah di depanku. Buah dada itu membusung tegak. Kuperkirakan ukurannya 36B. Puting dan ariolanya bersih, merah kecoklatan, sewarna kulitnya. Puting itu benar-benar tegak ke atas seolah menantang kelelakianku untuk mengulumnya. Segera Mbak Lala berlutut di atasku, dan tangannya membimbing penisku ke lubang memeknya yang panas dan basah. Bless… sshh…
“Aduhh… Ndrew… tititmu keras banget yah…” rintihnya.
“kok bisa kayak kayu sih…?”
Mbak Lala dengan buasnya menaikturunkan pantatnya, sesekali diselingi gerkan maju mundur. Bunyi gemerecek akibat memeknya yang basah makin keras. Tak kusia-siakan, kulahap habis kedua putingnya yang menantang, rakus. Mbak Lala makin keras goyangnya, dan aku merasakan tubuh dan memeknya makin panas, nafasnya makin memburu. Makin lama gerakan pinggul Mbak Lala makin cepat, cairan memeknya membanjir, nafasnya memburu dan sesaat kurasakan tubuhnya mengejang.. bergetar hebat.. nafasnynya tertahan.

“MMFF… SSHSHH.. AAIIHH… OUUGGHH… NDREEWW… MBAK KELUAARR… AAHHSSHH…”
Mbak Lala menjerit dan mengerang seiring dengan puncak kenikmatan yang telah diraihnya. Memeknya terasa sangat panas dan gerakan pinggulnya demikian liar sehingga aku merasakan penisku seperti dipelintir. Dan akhirnya Mbak Lala roboh di atas dadaku dengan ekspresi wajah penuh kepuasan. Aku tersenyum penuh kemenangan sebab aku masih mampu bertahan…

Tak disangka, setelah istirahat sejenak, Mbak Lala berdiri dan duduk di pinggir spring bed. Kedua kakinya mengangkang, punggungnya agak ditarik ke belakang dan kedua tangannya menyangga tubuhnya.
“Ndrew, ayo cepet masukin lagi. Itil Mbak kok rasanya kenceng lagi..” pintanya setengah memaksa.
Apa boleh buat, kuturuti kemauannya itu. Perlahan penisku kugosok-gosokkan ke bibir memek dan itilnya. Memek Mbak Lala mulai memerah lagi, itilnya langsung menegang, dan lendirnya tampak mambasahi dinding memeknya.
“SShh.. mm.. Ndrew.. kamu jail banget siicchh… oohh…” rintihnya.
“Masukin aja, yang… jangan siksa aku, pleeaassee…” rengeknya.

Mendengar dia merintih dan merengek, aku makin bertafsu. Perlahan kumasukkan penisku yang memang masih tegak ke memeknya yang ternyata sangat becek dan terasa panas akibat masih memendam gelora birahi. Kugoyang maju mundur perlahan, sesekali dengan gerakan mencangkul dan memutar. Mbak Lala mulai gelisah, nafasnya makin memburu, tubuhnya makin gemetaran. Tak lupa jari tengahku memainkan dan menggosok clitorisnya yang ternyata benar-benar sekeras dan sebesar kacang. Iseng-iseng kucabut penisku dari liang surganya, dan tampaklah lubang itu menganga kemerahan.. basah sekali..

Gerakan jariku di itilnya makin kupercepat, Mbak Lala makin tidak karuan gerakannya. Kakinya mulai kejang dan gemetaran, demikian pula sekujur tubuhnya mulai bergetar dan mengejang bergantian. Lubang memek itu makin becek, terlihat lendirnya meleleh dengan derasnya, dan segera saja kusambar dengan lidahku.. direguk habis semua lendir yang meleleh. Tentu saja tindakanku ini mengagetkan Mbak Lala, terasa dari pinggulnya yang tersentak keras seiring dengan jilatanku di memeknya.

Kupandangi memek itu lagi, dan aku melihat ada seperti daging kemerahan yang mencuat keluar, bergerinjal berwarna merah seolah-olah hendak keluar dari memeknya. Dan nafas Mbak Lala tiba-tiba tertahan diiringi pekikan kecil.. dan ssrr… ceerr.. aku merasakan ada cairan hangat muncrat dari memeknya.

“Mbak.. udah keluar?”, tanyaku.
“Beluumm.., Ndreew.. ayo sayang.. masukin ****** kamu… aku hampir sampaaii..” erangnya.
Rupanya Mbak Lala sampai terkencing-kencing menahan nikmat.
Akibat pemandangan itu aku merasa ada yang mendesak ingin keluar dari penisku, dan segera saja kugocek Mbak Lala sekuat tenaga dan secepat aku mampu, sampai akhirnya..

Lihat Juga :  Cerita Sex Terbaru Untuk 17 Tahun Keatas

“NDREEWW… AKU KELUAARR… OOHH… SAYANG… MMHH… AAGGHH… UUFF…”, Mbak Lala menjerit dan mengerang tidak karuan sambil mengejang-ngejang.
Bola matanya tampak memutih, dan aku merasa jepitan di penisku begitu kuat. Akhirnya bobol juga pertahananku..

“Mbak.. aku mau muncrat nich..” kataku.
“Keluarin sayang… ayo sayang, keluarin di dalem… aku pengen kehangatan spermamu sekali lagi…” pintanya sambil menggoyangkan pinggulnya, menepuk pantatku dan meremas pinggulnya.
Seketika itu juga.. Jrruuoott… jrroott… srroott..
“Mbaakk.. MBAAKK… OOGGHH… AKU MUNCRAT MBAAKK…” aku berteriak.
“Hmm.. ayo sayang… keluarkan semua… habiskan semua… nikmati, sayang… ayo… oohh… hangat… hangat sekali spermamu di rahimku.. mmhh…” desah Mbak Lala manja menggairahkan.
Akupun terkulai diatas tubuh moleknya dengan nafas satu dua. Benar-benar malam jahanam yang melelahkan sekaligus malam surgawi.

“Ndrew, makasih ya… kamu bisa melepaskan hasratku..” Mbak Lala tersenyum puas sekali..
“He-eh.. Mbak.. aku juga..” balasku.
“Aku juga makasih boleh menikmati tubuh Mbak. Terus terang, sejak ngeliat Mbak, aku pengen bersetubuh dengan Mbak. Tapi aku sadar itu tak mungkin terjadi. Gimana dengan keluarga kita kalau sampai tahu.”
“Waahh.. kurang ajar juga kau ya…” kata Mbak Lala sambil memencet hidungku.
“Aku tidak nyangka kalau adik sepupuku ini pikirannya ngesex melulu. Tapi, sekarang impian kamu jadi kenyataan kan?”
“Iya, Mbak. Makasih banget.. aku boleh menikmati semua bagian tubuh Mbak.” Jawabku.
“Kamu pengalaman pertamaku, Ndrew. Maksud Mbak, ini pertama kali Mbak bersetubuh dengan laki-laki selain Mas Adit. tidak ada yang aneh kok. Titit Mas Adit jauh lebih besar dari punya kamu. Mas Adit juga perkasa, soalnya Mbak berkali-kali keluar kalau lagi join sama masmu itu” sahutnya.
“Terus, kok keliatan puas banget? Cari variasi ya?” aku bertanya.
“Ini pertama kalinya aku sampai terkencing-kencing menahan nikmatnya gesekan jari dan tititmu itu. Suer, baru kali ini Mbak sampai pipisin kamu segala. Kamu nggak jijik?”
“Ooohh.. itu toh..? Kenapa harus jijik? Justru aku makin horny..” aku tersenyum.

– Tamat –

CERITA DEWASA PACAR TEMAN YANG SANGE

$
0
0

CERITA DEWASA PACAR TEMAN YANG SANGE – Itu terjadi bln januari 2016. Ane diminta untuk menemani teman-teman ane jalan2, jelasnya kampus anak rame2. Tp ane teman seangkatan dan studi kerja barunya. Ane pikir tmnnya saja abg2 setuju2 ane jd menulis hiburan skalian. HRI H tiba, Anda berpikir seperti perkiraan ane. Tmen2 kampus msh terhadap sebagian besar usia abg sekitar 22-23an. Ane dateng t4 untuk bersama-sama, karena aku pasangan yang sama Neh siap masing2. Tinggal satu yang belum, ni sektor ane gadis, dia tp msh blm keluar penataan rambut.

Oiya, mengambil motor karena penganut ane aje tmn. Dalam rangka untuk tur kayak ank2 gt. Dia ..
Hasilnya adalah bahwa gadis keluar pula, tp sayang aja lengkap sudah menggunakan helm, masker, sarung tangan. Akibat tidak begitu cerah liat wajah, kerudung memakai apalgi ke rambut dan ane gak liat.

Kontak bntar menulis namanya disebut Ratna. Bersamaan SKIP2 Gass ke daerah mencari. Ane cuman ngekor paling belakang menulis. Ratna umpannya bersosialisasi, crewet sedikit lain. Nyampe berarti hasil itu sendiri masker helm terbuka dan sarung tangan, hasil ane bisa liat dan wajah. Cukup menarik eksotis tp nakal gt keliatannya. Menulis narasi kecil, klo ane lebih bahagia gadis yang dihadapi binal2 gt eksotis. Kebanyakan seh tidak perlu selama SSI jenis itu, menurut tp ane.

Lokasi berlangsung hanya karena rame2 biasa, sangat sering berbicara ama ane tmen ane aja. Sampai hasilnya dikembalikan ke kostnya mereka sebelum tengah malam, ngbrol bntr sebelum kembali & g lupa untuk meminta bbm pin Ratna.
Loncat melewatkan ane kontak dipertukarkan, selama komunikasi minggu ane sama Ratna intensif. Sampai hasil ane tau segala sesuatu dari cerita2nya, btw Ratna UDH tunangan ingin rencana pernikahan setelah lulus.
Ane tidak rusak, ane saat2 lintas tunggu dan berdoa mudah-mudahan ane diberi jendela kesempatan untuk SSI Ratna.

Cerita Dewasa. Doa ane terjawab juga, Ratna bm klo ane curhat lagi bete dengan pacarnya. Masalahnya adalah urusan sepele cuman bm yang dibales akhir.
Kala tanda bahwa ane, ane mengambil jalan, nntn, makan, dll Ratna oke, tp cuman makan aja dia mengatakan semua ventilasi.
Loncat melewatkan hasil ane dia deket shuttle kmpusnya, dan bahkan kemudian ngumpet2 takut diketahui pada tmn2nya.

Makan saat ventilasi, sesekali ane keluarin SSI. Ya oke, sudah menjadi tangan pegang2.
Sudah merasa tidak ada lampu hijau meskipun remang2, ane percaya dan harus ampe exe.
Setelah makan malam ane puter2 sebelumnya HRI jalan sambil menunggu gelap.
Jam 7AN gas hasil ane ke kostnya, apa angin baik dikosnya bukan orang, hujan gt’ve sejak mulai jatuh secara bertahap.

Sebelumnya berpikir seh ane kesempatan seperti ini hanya terjadi dalam film atau sinetron aja, tapi setelah ane ane baru memiliki Alamin yakin jika film / sitkom bahwa ada realnya juga.
Tanda ane deh kostnya, tepatnya hunian menyewa tiga kamar berisi tunda 1 dapur 1 kamar mandi. Rumahnya lulus nyaman, mengetahui di mana perum.
Ratna dimulai sejak lampu2 nyalai, menyalakan televisi, sediain minum sekaligus.

Awalnya seh canggung, ia masih takut jika ada tmennya atau orang yang begitu dateng itu. Televisi Hasil cuman nntn sementara ngbrol2. Ratna ke kamar mandi untuk bersih2 wajah dll, keluar dari ruang UDH pemindaian ama kemeja kolornya penggunaan tp kain2 gt pantai. Hujan semakin deras, dan tampak nyaman di Ratna bahkan hujan lebat. Semakin lama hujan lebat lagi tmn2 kostnya dateng.

Ane gak sia2in kesempatan, ane mencari pelukan dan ciuman dan mencium dia tp ane konsisten dihindari. Charles tlpn suara terpotong sama pacarnya, dia sedang berbicara di kamarnya cukup panjang. Ane samperin masuk, msh tlpnan sambil duduk di dekat kasur. Ane kebohongan ia menulis sambil perhatiin, sementara ane coba raba2 dan lembut membelai pahanya. Ratna hanya cinta isyarat bersama mulutnya, yang mengatakan ane bilang suara jgn diem.

Setelah chelates tlpn2annya, Ratna tampaknya kesal. Ane deketin mencoba meminta sedikit waktu untuk melihat apakah mereka bisa mencintai saran, sementara cuman seh ingin memeluk dan grepe2. Sampai hasil Ratna telah di ane lengan, bibir ane lumat telah habis, tangan ane sudah masuk pakaian dan bra-nya. Dari ane reaksi sudah percaya jika Ratna sudah terbiasa berhubungan seks dengan pacarnya. Ane menjadi takut untuk menjamhnya tidak terlampaui, cuman ane ngelanjutin menerapkan apa yang telah pacarnya.

Ane rebahin Ratna kasur, sementara bibir hisap dan lidah tangan kanan ane gerilyawan dari susu kedua sisi, putingnya mengeras yang tidak ketinggalan. Sampai hasilnya tangan ane sudah memasuki celanadalemnya Ratna. Alih-alih menolak, Charles benar-benar memberikan kesempatan ane tangan dengan akses ke kakinya. Bulu2 terasa mekinya mulus, ane maenin trs pasang mekinya menggunakan jari. Semakin lama ane Maenan Meki semakin menggelinjang2 tubuh Ratna. Waktunya telah tiba think ane, ane off dibibir & mencium payudaranya. Ane berdiri terbuka clana ane, ane setelah telnjang UDH bawah ane clana terbuka & CD Ratna.

Dengan penyerahan dan menyerah mata rem Ratna clananya ane plorotin. Konti tancep Lqngsung aja ane, ane genjot tidak menggunakan panjang bolak-balik perlahan. Setelah ane genjot agak licin bersama-sama rpm tinggi, Ratna menggelinjang kembali disertai goyang pantatnya. Dia telah mulai mencoba untuk merangkul leher ane, mencium bibir bawahnya saat dia ane lebih goyang. Ane sudah sampai ke puncak menulis, ane trs cabut kontie di mekinya petting lanjut. Sementara petting ane mencium bibirnya, meremas payudaranya, dan crottt nyembur atas mekinya.

Ratna merasa semburan ane, mengguncang konsisten memecahkan pantat ciuman ke ane dibirnya baru kekuasaan dia berakhir. Ingin mencicipi konsisten menunda pelukan dengan itu, tp ane dikostan sadar ini. Ane bangun trs putaran pejuh terjebak dalam penggunaan ane tisu sambil mengenakan kembali clana ane. Samahalnya Ratna, setelah digunakan clana dan pakaiannya dan pergi ke kamar mandi. Tidak berapa Ratna lama ke luar, hujan telah menyusut lagi Konti diperbesar ane.

Ane siap2 pulang deh, sepatu jaket telah ane digunakan. Ratna berjalan saya ke pintu, sebelum pintu terbuka lagi ane mencium Rachel. Ane bertanya emutin Konti ane. Setelah basah kontie lulus ane, ane memerintahkan untuk menarik diri menghadap pintu. Ane tarik cd bit clananya yang sama, ane tancep kembali liang mekinya. Tidak menggunakan tua dipantatnya ane crotin. Ngeri Penawaran lama2 dateng tmn bahkan terhadap kosnya. Hasil ane pulang … sejak saat itu ampe saat ini masih tampak tp komunikasi Ratna tidak ingin membahas insiden tersebut. Ratna mengatakan anggap aja tidak hanya berlangsung apa-apa.

Lihat Juga : Cerita Dewasa | Tolong Masukin Penisnnya Bang

Tamat

CERITA MESUM HOT Gairah Siswi Magang

$
0
0

CERITA MESUM HOT Gairah Siswi Magang – Dulu aku sempat bekerja di sebuah perusahaan swasta nasional yang bergerak di bidang automotive di daerah Bekasi. Ditempat itu, sebut saja PT. BT, jumlah karyawannya cukup banyak. Tapi bukan itu yang menyebabkan aku menurunkan tulisan ini. Selain karyawan, disana terdapat beberapa siswi yang sedang melakukan PKL. Diantara siswi tersebut, salah satu diantaranya, telah membuat aku seperti kembali merasakan cinta (yang dulu pernah hilang bersama Galuh). Siswi tersebut, kita sebut saja namanya Muti, diperbantukan di departemen Personalia, sedangkan aku, bekerja di departemen PPIC.

Sebenernya ruang kerja kami agak berjauhan, tetapi karena sama-sama mengerjakan jenis pekerjaan yang menyangkut dengan data, maka setiap hari, kami selalu bertemu ditempat foto copy. Awalnya sih, aku hanya sekedar mengagumi kecantikannya, karena dengan hidung yang bangir, bentuk bibir yang sensual, dihiasi lesung pipit di kedua pipinya, membuat semua yang ada didirinya terlihat sempurna. Hari demi hari kami terlihat semakin akrab, bahkan banyak teman-temanku yang menyangka kalau aku sedang PDKT dengannya. Semua anggapan temanku, tidak terlalu aku pikirkan, karena aku merasa, Muti disini sedang belajar dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh sekolahnya, dan sebagai seorang karyawan di PT. BT, aku hanya sekedar membimbing dan membantu, jika seandainya ada sesuatu hal yang dia belum mengerti. Hampir dua minggu aku mengenalnya, ternyata sikap dan kelakuannya semakin membuat aku terpesona.

Ketika aku mendengar gurauan salah seorang temanku, yang mengatakan kalau dia berani memberi Rp. 500.000,- kepada Muti, jika Muti mau menemaninya selama 2 jam, perasaanku malah semakin care sama si Muti. Timbul perasaaan cemburu ketika mendengar gurauan itu. Namun aku tidak berani untuk mengungkapkannya, karena saat itu diantara aku dan Muti, tidak mempunyai hubungan yang terlalu istimewa. Akupun merasa wajar, jika temanku berkata demikian, karena dengan wajah secantik itu, jika memang Muti memanfaatkan tubuhnya, mungkin harganya bisa diatas Rp. 350.000, per dua jam (harga tersebut diatas, adalah harga rata-rata seorang massage girl yang sudah dianggap cantik).

Suatu ketika, bersama seorang temannya yang bernama Emma, Muti menuju meja kerjaku, awalnya sih bertanya tentang sesuatu yang ada hubungannya dengan keperluannya, mungkin karena merasa sudah akrab, Muti juga bertanya tentang no. HP ku, alasannya sih biar gampang saja, kalau nanti dia mau nanya sesuatu. Sambil tetap memperhatikan monitor, aku menyebutkan satu persatu nomernya. Ketika mereka ikut memperhatikan cara kerjaku, tiba-tiba, “buukkk..” tanpa sengaja, tangan Emma menyenggol buku yang aku simpan disisi meja. Aku langsung mengambil bukunya dengan cara berjongkok. Alamak.. ketika berjongkok, tanpa sengaja sudut mataku melihat sesuatu yang sangat indah, dua pasang paha mulus terpampang didepan wajahku.

Cerita Mesum. Bukan hanya itu, karena posisi kaki Muti ketika duduk, agak mengangkang, maka ketika ku perhatikan, dipangkal pahanya terlihat pemandangan yang cukup menggelitik kelelakianku. Ku lihat dia memakai CD berwarna Pink, dengan hiasan renda di sisinya. Mungkin karena mereka terlalu fokus memperhatikan hasil pekerjaanku, mereka tidak menyadari (atau memang sengaja?) kalau di bawah meja, aku sedang menikmati apa yang seharusnya mereka tutupi. Karena takut mengundang kecurigaan dari teman sekerjaku, terpaksa aku kembali duduk dan menerangkan tentang cara kerja di PT. BT kepada Muti dan Emma. Namun kejadian yang baru saja aku alami, tetap mengganggu pikiranku. Mungkin karena aku tidak konsentrasi dengan apa yang sedang kami bicarakan, Muti bertanya.

“Pak, kok kadang-kadang ngejelasinnya tidak nyambung sih..”. Sebenarnya aku malu mendapat pernyataan seperti itu, namun karena merasa sudah akrab, aku berbisik kepada Muti dan menceritakan kejadian yang sebenarnya. Bukannya malu, Muti malah tersenyum mendengarnya.

“Kenapa tidak disentuh saja Pak, biar tidak penasaran”, goda Muti. Emma yang tidak tahu apa-apa, hanya bengong mendengar pembicaraan kami. Sebagai seorang lelaki, mendengar penawaran Muti, aku malah berpikir yang tidak-tidak, dan membayangkan apa yang ada dibalik CD nya itu. Namun semuanya berusaha aku redam, karena walau bagaimanapun, di PT. BT ini, aku harus JAIM (Jaga Imej), agar aku tidak mendapatkan masalah. Bel istirahatpun berbunyi, dan kami langsung menuju kantin untuk makan siang. Baru saja aku selesai makan, Muti mendekatiku dan berbisik “besok Bapak saya tunggu di Hero sekitar jam 09.00 pagi, ada yang ingin saya bicarakan, saya tunggu didepan ATM”. Walau singkat, tapi tetap membuatku bertanya-tanya, sebenarnya apa-yang akan dibicarakan? Mengapa waktunya hari sabtu, padahal kan setiap hari sabtu PT. BT libur.

Mengapa dia berbisik sangat pelan kepadaku, apa takut terdengar yang lainnya?. Besoknya, dengan tetap berpakaian rapi (seperti jika mau berangkat kerja), aku mengeluarkan motorku dan beralasan lembur kepada kedua orang tuaku. Menunggu adalah hal yang sangat membosankan, karena sampai di Hero, jam baru menunjukkan angka 07.30, Setelah mencari sarapan, sambil ngerokok, aku iseng-iseng ikut ngantri ATM, padahal cuma mau liat saldo doang, karena uang yang ada di dompetku, masih ada sekitar Rp. 400.000,-. Dari jauh, aku sudah tahu kalau gadis yang menuju kearahku adalah si Muti, dan pagi ini, dia terlihat sangat sexy, karena Muti hanya mengenakan kaos dan celana jeans ketat.

“Udah lama ya Pak? Kan Muti janjinya jam 09.00, sekarang baru jam 08.45, Muti tidak salah khan?”, “Jangan panggil aku Bapak dech Mut, aku kan belum nikah, dan ini bukan di kantor, panggil namaku saja dech, biar bisa lebih akrab”.

“Ok deh Pak, eh Fik”, sambil tersenyum Muti langsung menggandeng tanganku.

“Fik, enaknya kita ke mana yach”, tanya Muti.

“Terserah, emang mau ngomongin apaan, kayaknya pribadi banget”.

“Ngga juga, Muti seneng saja kalau deket ama Fik, kenapa ya?” “Mau tahu jawabannya”, candaku.

“Ngga usah Fik, Muti juga udah tahu, Muti rasa Muti menyukai Fik”, jawab Muti polos. Tanpa disadari, mungkin karena saking senengnya, aku yang sejak awal memang mengagumi Muti, langsung memeluknya. Mendapat perlakuan begitu, Muti mencoba melepaskannya, dan mengingatkan, kalau kita masih ada dilokasi umum, tidak enak terlihat banyak orang. Akhirnya kami memutuskan mencari tempat yang cocok untuk berduaan. Tapi karena yang aku tahu cuma hotel tempat satu-satunya yang cocok untuk berduaan tanpa takut terlihat orang lain, walau terlihat agak ragu, Muti akhirnya menyanggupinya. Sekitar jam 09.30, kami sudah sampai di front office hotel BI, dan mengambil sebuah kamar dengan fasilitas TV dan AC. Dengan agak ragu Muti memasuki pintu kamar (mungkin karena baru pertama kalinya), dan dia agak terkejut melihat fasilitas yang terdapat di dalamnya. Apalagi ketika dia melihat kamar mandinya.

“Enak juga ya Fik, kita bisa ngobrol berduaan disini, tanpa takut akan terdengar atau terlihat oleh orang lain”. Muti langsung merebahkan badannya ke ranjang, dan mencari siaran TV yang khusus menyiarkan acara musik. Kebetulan banget lagunya adalah lagu-lagu romantis, yang secara tidak langsung, ikut mempengaruhi suasana hati kami. Lewat aiphone, aku memesan makanan dan soft drink. Ketika aku menyalakan rokok, terdengar suara room boy mengetuk pintu dan mengantarkan pesananku. Aku mendekati Muti yang sedang rebahan, maksudnya sih mau nawarin makanan, tapi Muti langsung bangun dan bertanya.

“Fik, apakah Muti salah bila Muti mencintai Fik, Muti sebenernya malu mengakuinya, tapi bila tidak diungkapkan, Muti takut kalau Fik tidak mengetahui apa sebenernya yang Muti harapkan. Maafin Muti yach, Muti udah ngerepotin Fik, padahal kan sekarang waktunya libur dan istirahat, tapi Muti malah meminta Fik menemui Muti”. Aku terharu juga mendengar kejujuran dan kepolosannya, akhirnya setelah mendengarkan semua tentang apa yang ada dihatinya, sambil membelai rambutnya (agar perasaannya menjadi lebih tenang), aku pun berusaha meyakinkannya, bahwa semua yang dialami, adalah wajar, jika seseorang mencintai lawan jenisnya, dan tidak ada yang namanya salah, jika sudah menyangkut perasaan hati.

Ketika dia menatapku dengan tatapan yang tajam, secara perlahan aku mencium keningnya. Tapi ternyata, yang kulakukan itu malah membuat Muti berani untuk membalas ciumanku. Dia langsung melumat bibirku, dan seperti seseorang yang tidak mau kehilangan sesuatu, dia memelukku dengan erat sekali. Sambil terus menikmati bibirku, tangannya terus mengelus dan mengusap seluruh bagian tubuhku. Mungkin beginilah cara dia mengungkapkan rasa sayangnya terhadap diriku. Tapi sekarang aku yang bingung, karena dengan melihatnya bentuk tubuhnya saja (waktu di kantor), bisa membuat aku “konak”, sekarang seluruh tubuhnya sudah melekat erat ditubuhku (walau masih memakai pakaian lengkap).

Kedua payudaranya terasa makin mengeras, akhirnya kuputuskan untuk menikmati keadaan ini, karena jujur saja, kadang-kadang, dulu akupun sering menghayalkan betapa nikmatnya jika bercumbu dengan si Muti, apalagi jika berjalan di belakangnya, goyangan pantatnya ngajakin kita jual tanah (maksudnya ntar duitnya buat ngebayarin pantatnya, he.. he.. he..). tanganku mulai berusaha membuka kaosnya, karena aku tidak mau pandanganku yang tertuju kepada kedua payudaranya, terhalang oleh kaos yang ia kenakan. Pelan namun pasti, akhirnya bukan hanya kaosnya yang berhasil aku buka, BH nya pun sudah aku lepaskan. Sejenak aku terpana melihat keindahan bentuk payudaranya itu, namun hanya sebentar, karena aku ingin segera menikmati dan merasakan keindahan itu, kuremas kedua susunya, dengan mesra aku mulai menghisap putingnya yang sudah agak mengeras dan berwarna kecoklatan. Kucium dan kujilati bagian tubuhnya, mulai dari leher, terus bergerak turun dan menuju putingnya kembali.

“Yaa.. hisap terus sayaangg.. aacchh.. ennaakk banget Fik.. geli.. tapi nick..maaattt.. teeeruuus.. aaccchhh..” Muti terus meracau menikmatinya. Aku terus merangsangnya, dan mencoba membuka celana jeans yang dipakainya, lantaran jeans yang dikenakannya sangat ketat, aku kesulitan untuk membukanya, untungnya Muti mengerti, dengan agak mengangkat pantatnya, dia mulai mencoba menurunkan jeansnya sendiri. Dengan sabar, aku menunggu dan terus mempermainkan susunya. Setelah jeansnya terlepas, tangan Muti berusaha untuk membuka semua yang aku kenakan. Satu persatu jari tangannya membuka kancing kemejaku, dan setelah berhasil membuka baju dan celana yang aku pakai, Muti hanya menyisakan CD saja yang masih melekat ditubuhku.

Mungkin dia masih ragu untuk membukanya, karena diapun masih mengenakan CD. Walau diwajahnya terlihat, kalau dia sedang diamuk birahi, namun dia masih bisa menguasai pikirannya, aku yakin dia merasa takut di cap sebagai cewe yang agresif dan takut jika aku tidak menyukai tindakannya. Namun aku tetap menikmati suasana yang terjadi di dalam kamar hotel ini. Aku terus merangsang birahinya, ciumanku aku arahkan kedaerah perutnya, terus kebawah menyusuri lubang pusarnya, dan kedua tanganku, bergerak untuk membuka CD yang masih melekat ditubuhnya.

Secara perlahan aku mencoba membuka CD nya, sambil terus mencumbunya, aku menciumi setiap daerah yang baru telihat ketika CD nya mulai bergerak turun. Muti sangat menikmati semua sentuhan yang aku berikan, bahkan ketika CD nya telah terlepas, dan aku mulai menjilati memeknya, dia terus mendesah dan malah membuka pahanya lebar-lebar agar lidahku bisa menjilati bagian dalam memeknya. Dengan keharuman yang khas, memek itu telah membuat aku betah berlama-lama mencumbuinya. Aku terus menjilati, dan dengan jari telunjukku, aku coba merangsang dia dengan memainkan kelentitnya. Semakin aku percepat memainkan jari telunjukku, semakin cepat pula dia menggoyangkan pantatnya. Muti terus mendesah dan meracau tak karuan.

“Aacchhhh.. terus sayang.. nikmatnya.. teruzzsss.. lebih ke dalam lagi Fik.. teruuzzss.. yacchhh.. benar.. jilati terus yang.. itu.. sayang.. accchhh”. Karena rangsangan yang dia terima makin hebat, pantatnya bukan hanya digoyang-goyangkan, tapi malah diangkat-angkat ke atas, mungkin tujuannya agar lubang memeknya yang lebih dalam ikut tersentuh oleh lidahku. Dengan bantuan jari-jariku, aku terus mengaduk-aduk isi memek Muti, aku sentuh G-Spotnya secara perlahan, dia langsung menggelinjang, lalu kuelus G-Spotnya nya dengan jari tengahku, Muti makin liar, seperti orang yang sedang ngigau, dia meracau tak karuan, tak jelas suara apa yang keluar dari mulutnya, karena yang aku tahu, lubang memeknya sudah sangat basah oleh cairan kemaluannya, seluruh tubuhnya seperti menegang, tapi itu tak berlangsung lama, karena, dirinya langsung terdiam dan tergolek dengan lemas.

Melihat Muti sudah mencapai orgasme, aku berusaha untuk tenang, tetapi kontolku sudah sangat tegang (walau masih tertutup oleh CD) dan ingin segera merasakan nikmatnya memek Muti. Aku segera mencium dan menjilati “lubang surga” itu, agar Muti bisa merasakan apa yang namanya multi orgasme. Usahaku ternyata berhasil, karena hanya dalam beberapa menit, tubuhnya kembali bergetar dan menegang. Diiringi desahannya yang sangat menggairahkan, Muti kembali merasakan kenikmatan itu. Karena beberapa kali mengalami orgasme, Muti terlihat sangat lelah, meski tak dikemukakan, terlihat jelas bahwa dia sangat puas dengan oral yang aku lakukan.

Dengan tersenyum, dia mencoba untuk melepaskan CD yang masih melekat ditubuhku. Tanpa ragu, dia mulai menjilat dan mengulum kontolku. Mendapat perlakuan seperti itu, aku yang semula mendominasi permainan, hanya diam saja menikmati permainan Muti. Dengan bibir indahnya, dia mengulum dan mengeluar masukan kontolku ke dalam mulutnya, dan sesekali, dengan menggunakan kelembutan lidahnya, dia mengusap dan menjilat kepala kontolku. Gila.. ternyata Muti bukan hanya indah buat dilihat, ternyata Muti mempunyai kemampuan yang sangat baik dalam merangsang dan memanjakan kita dalam permainan seksnya.

Aku berusaha agar tidak sampai kebobolan ketika dia melakukan oral terhadapku, namun kenyataannya, semua spermaku telah memenuhi mulutnya, ketika secara reflek, aku menjambak rambut dan menarik kepalanya sambil mendesah menahan kenikmatan saat spermaku akan keluar. Tanpa perasaan jijik, Muti menelan semua sperma yang ada di dalam mulutnya, seperti tidak puas, dia menjilati kontolku yang masih ada sisa-sisa spermanya.

“Fik, enak juga ya rasa sperma lo, gurih-gurih gimana gitu..”, kata Muti memuji. Aku hanya tertawa sebentar mendengarnya, karena bola mataku tetap memandang lekuk-lekuk tubuh Muti yang telanjang tanpa sehelai benangpun menutupinya. Kuperhatikan lagi “lembah” yang dihiasi oleh bulu-bulu halus itu, ternyata, warnanya agak memerah, mungkin karena tergesek oleh lidah dan jari-jariku.

“Makasih ya Mut..”, kataku sambil menciumi memeknya.

“Fik, boleh tidak kalau Muti minta memek Muti di jilatin lagi, abis enak banget sih..”, tanya Muti sambil memohon.

“Boleh saja sih, tapi boleh tidak kalau Fik ngentot Muti, soalnya kontol Fik udah tidak kuat nich, pengen buru-buru berada di dalam memek Muti. Boleh yach?” “Muti takut Fik, kata temen-temen Muti, rasanya sakit banget, tidak mau ah.. ntar kalau sakit gimana?”, tolak Muti.

“Pokoknya Muti rasain saja nanti, Fik apa temen Muti yang salah”, kataku sambil mulai menjilati memek Muti. Dengan melebarkan pahanya, dan mempergunakan kedua tangannya, Muti membantu melebarkan memeknya agar mempermudah ku di dalam mencumbui memeknya. Kujilati klitnya hingga dia menggelinjang tak karuan menahan rasa nikmat yang dia terima. Sengaja aku terus menjilati klitnya, agar dia diamuk oleh gairahnya sendiri, ketika kulihat tubuhnya mulai menegang, dan mengalami orgasme, entah untuk yang keberapa kali, aku langsung memindahkan cumbuanku kedaerah putingnya yang sudah sangat kencang. Kuciumi bagian bawah susunya, kusedot dan kumainkan lidahku di daerah tersebut.

“Fik.. enak sekali sayang.. acchhh.. ooohhhh..” Muti menggelepar menahan birahinya yang semakin besar. Kulihat jari lentik Muti mulai bermain dibibir kemaluannya sendiri, dia terus mengelus, dan sekali-sekali memasukan jarinya ke dalam lubang memeknya yang sudah sangat basah karena banyaknya cairan pelicin yang keluar dari dalam memeknya memeknya. Sambil tetap membenamkan wajahku diantara dua gunungnya, tanganku secara perlahan menarik tangan Muti yang sedang asik mengeluar masukan jarinya.

Awalnya dia menolak, tapi ketika aku bimbing jarinya kearah kontolku, Muti langsung menggenggam dan mengocoknya. Setelah agak lama, aku meminta Muti agar dia berada diatas tubuhku yang sudah dalam posisi berbaring. Dengan perlahan, dia menaiki tubuhku. Sengaja aku menggesek-gesekan kontolku diantara lubang memeknya, ternyata benar, apa yang aku lakukan telah membuat kenikmatan yang dirasakan oleh Muti makin menjadi-jadi, diapun mulai bergerak menggesekan kontolku ke bagian luar memeknya.

Lihat Juga :  Cerita Mesum | ML Dengan Temen Bos Sendiri

Akhirnya, walau dengan posisi berada di bawah, tanpa sepengetahuan Muti, aku berusaha mengarahkan kontolku agar bisa memasuki lubang memeknya. Muti terus menggerakkan dan menggesekan memeknya, dan tanpa disadarinya, ternyata kepala kontolku mulai bergerak memasuki memeknya ketika dia menggerakan pantatnya dari atas ke bawah.

Terasa lembut sekali ketika kepala kontolku menyentuh bagian dalam dari lubang surganya, ada perasaan nikmat yang sulit untuk diungkapkan, dan tanpa terasa, sudah seluruh bagian kontolku berada di dalamnya. Seperti kesetanan, Muti terus menggoyangkan pantatnya, sesekali terdengar rintihan dan erangannya. Akupun terus mengeluar masukan kontolku ke dalam lubang memeknya (walau agak sulit karena posisiku berada di bawah).

Secara reflek Muti langsung merebahkan tubuhnya diatas tubuhku ketika dia sudah mencapai orgasmenya. Namun karena aku belum orgasme, aku langsung membalikan badannya agar berada di bawah tubuhku. Dengan sedikit santai, aku terus menggerakan “junior”ku, namun karena tubuh Muti yang bersih dan terawat, birahiku tidak bisa mengerti jika aku ingin lebih lama menikmati kemulusan tubuhnya. Akhirnya spermaku keluar di dalam kehangatan lubang memeknya.

Tamat

Cerita Bugil dengan Tetangga Montok Bahenol

$
0
0

Cerita Bugil dengan Tetangga Montok Bahenol – Sebut saja namaku Pram, aku adalah suami dari seorang istri yang menurutku sungguh sangat sempurna. Namun begitu sebagaimana layaknya sebuah pepatah, rumput tetangga sangatlah segar, itu yang berlaku dalam kehidupanku. Walaupun pelayanan yang kuterima dari istriku sungguh tidak kurang suatu apapun, masih juga terlintas dalam anganku fantasi yang menggairahkan setiap kali Tante Amy lewat di depan rumah.

Tante Amy adalah seorang pengusaha Garment yang cukup ternama di kota Solo. Kalau tidak salah tafsir, usia Tante Amy sekitar 38 tahun, sementara suaminya adalah pemilik sebuah penginapan di Pantai Senggigi Pulau Lombok. Barangkali karena lokasi usaha pasutri ini yang berjauhan, mungkin itulah penyebab mereka sampai sekarang ini belum dikaruniani momongan. Tapi sudahlah, itu bukan urusanku, karena aku hanya berkepentingan dengan pemilik betis kaki yang berbulu halus milik Tante Amy yang selalu melintas dalam setiap fantasi seksku. Kalau menurut penilaianku betis kaki Tante Amy bak biji mentimun, sementara gumpalan buah dada, pantat maupun leher Tante Amy sangatlah sejuk kurasakan seiring dengan air liurku yang tertelan dalam kerongkonganku.

Sore.., sehabis kubersihkan Tiger 2000-ku, terlihat Tante Amy keluar dari mobil. Saat itulah sejengkal paha putih di atas lutut tertangkap oleh mataku tidak urung kelaki-lakianku berdenyut juga. Lamunanku buyar oleh panggilan istriku dari teras samping. Sesuai rencana, aku akan mengantar istriku untuk berbelanja ke pasar untuk membeli oleh-oleh yang akan dibawa pulang ke Kalimantan (perlu kujelaskan di sini, istriku berasal dari Kalimantan Selatan).

Malam terakhir sebelum keberangkatan istriku beserta putra putriku ke Kalimantan sungguh suatu malam yang menggairahkan buatku. Bagaimana tidak, setelah sekian minggu tidak pernah kulihat istriku minum ramu-ramuan anti hamil, malam ini dia kulihat sibuk di dapur mengaduk dua buah gelas jamu, satu untuknya satu untukku. Anak-anak asyik main video game di ruang keluarga di temani Ryan adikku. Kode rahasia dari kelopak mata istriku mengajakku masuk ke kamar tidur.

Setelah mengunci pintu kamar, aku duduk di kursi sambil mengupas apel, sementara istriku yang mengenakan gaun tembus pandang sedang meletakkan dua buah gelas berisi rahasia kedahsyatan permainan ranjangku di meja di dekatku. Tonjolan payudara yang amat terawat bagus itu menyembul tepat di depan mataku. Pembaca yang budiman, cita rasa hubungan seksku adalah menarinya Citra istriku mengawali kisah ranjang.

Setelah kuminum jamu, aku mendekati Citra sambil memandangi dari ujung kaki sampai ujung rambut panjang sebahunya perlahan kutelusuri. 15 menit sudah berlalu, Citra mulai melepas satu persatu pakaiannya hingga akhirnya tinggal BH dan celana dalamnya yang menutupi point penting persembahan untukku. Kudekap Citra sambil kucium mata indahnya, desahan napas terasa hangat terhembus di helaian bulu dadaku. Lidahku yang terjulur memasuki mulut Citra dan perlahan bergerak memutari langit-langit rongga mulut istriku. Balasan yang kurasakan sangatlah hangat menggetarkan bibirku.

Tangan Citra yang melingkari tubuhku bergerak melucuti bajuku. Sementara jilatan lidahku mampir mendarati leher yang putih bergelombang bak roti bolu itu. Jilatanku pindah ke belakang leher dan daun telinganya. Pelukanku memutar ke belakang diikuti belaian tanganku memutari gumpalan payudara yang semakin mengeras. Tidak urung telapak tanganku semakin gemetaran, kuremas halus payudara Citra dengan tangan kananku sementara tangan kiriku meraba dan mengusap sekujur pusaran. Citra mendesah-desah sambil memegang klitor1snya.

“Ouch.., uhh. Mas antar aku ke puncak sanggama buat sanguku pisah tiga minggu denganmu..!” permohonan Citra memang selalu begitu setiap bersetubuh.
“Janganlah terlalu banyak bicara Citraku, lebih baik kita nikmati malam ini dengan desah napasmu, karena desah napas dan erangan kepuasanmu akan membuatku mampu mengantarmu ke puncak berulang-ulang. Kau tahu kan penyakitku, semakin kau mengerang kenikmatan semakin dahsyat pacuan kuda kont*lku,” jawabku.
“Aacchh.., huuhh.., hest..!” desah napas Citra keluar sambil kedua tangannya memeluk wajahku dan perlahan menuntunnya menelusuri titik-titik kenikmatan yang kata orang titik kenikmatan perempuan ada beratus-ratus tempatnya.

Memang sampai saat ini aku tidak pernah menghitung entah ada berapa sebenarnya titik itu, yang jelas menurutku tubuh perempuan itu seperti permen yang semuannya enak dirasa untuk dijilati, buktinya setiap mili tubuh istriku kujilati selalu nikmat dirasakan Citraku. Perjalanan lidahku lurus di atas vagin4 yang kemudian menjilat helaian bulu halus menuju Vagin4. Harum semerbak aroma vagin4 wanita asal Kalsel hasil dari Timung (Timung adalah perawatan/pengasapan ramu-ramuan untuk tubuh wanita-wanita asal Suku Kalimantan) membuatku menarik napas dalam-dalam.

Kulumanku mendarat di bibir vagin4 sambil sesekali menarik lembut, membuat Citra menanggapi dengan erangan halus dan tekanan tangannya menekan kepalaku untuk semakin menelusuri kedalaman jilatan lidah mancari biji kedelai yang tersembunyi. Gigitan halus gigiku menarik lembut klitor1s merah delima. Tanpa kusadari Citra mengulurkan balon jari kepadaku, jari tengah tanganku yang terbungkus dengan balon karet pelan kumasukkan ke dalam lubang vagin4 Citra dan menari di dalam menelusuri dinding lubang senggamanya.

“Hsstt.. uuhh.. aduduhh..!” desah napas Citra membuat kedua kakinya gemetaran, “Ayo Mas..! Sekarang..!” pintanya tidak sabar lagi.
Batang kemaluanku yang sejak tadi mengejang ditariknya menuju ring tinju persetubuhanku. Penisku memang tidak seberapa besar, namun panjangnya yang 18,3 cm ini sejak perjaka dulu kupasangi anting-anting, dan hal itu yang membuatku mampu main berulang-ulang.

Di atas ranjang Citra membuat posisi silang, posisi yang sangat dia senangi. Tanpa membuat roman tambahan, kumasukkan batang kemaluanku ke lubang vagin4 yang sudah siap tempur itu.
“Uuch.. aacchh.. terus genjot Mas..!” desahnya.
Tanpa mencabut penisku dari lubang, Citra membuat posisi balik, “Ii.. ii yaa begitu Mas teeruus..!”
Sekali lagi kelenturan hasil fitnest Citra membantu membalik posisi menungging tanpa kucabut batang kemaluanku yang masih menancap di liangnya.

Dengan gerakan katrol kuhujani celah pantat Citra dengan kencang.
Akhirnya, “Uuu.. uch aa.. ach e.. ee.. enakk..!” teriakan kecil Citra membuatku semakin kencang menusuk vagin4nya dengan semakin dahsyat.
“Tunggu aku Cit.. kita sama-sama.. oya.. oy.. yack.. uuhh..!” desahku.
Kupeluk dari belakang tubuh yang terbalut dengan peluh, terasa nikmat sekali. Akhirnya malam ini Citra kewalahan setelah mengalami orgasme sampai lima kali hingga aku telat bangun pagi untuk jogging sambil melihat tubuh indah Tante Amy lari pagi di Minggu yang cerah ini.

Hari ini masuk hitungan ke tiga hari aku ditinggalkan oleh istriku pulang mudik, fantasi Tante Amy selalu hadir dalam kesepianku. Hingga tanpa kusadari pembantu Tante Amy mengetuk pintu depan rumahku.
“Pak Pram saya ke mari disuruh Ndoro Putri minta bantuan Pak Pram untuk memperbaiki komputer Ndoro Putri,” kata pembantu Tante Amy.
Ya.. inilah namanya ‘kuthuk marani sundhuk’ (datang seperti apa yang diinginkan).
“O ya, sebentar nanti saya susul.” kusuruh Bik Ijah pulang duluan.

“Kulo nuwun..” kekethuk pintu depan rumah Tante Amy tanpa kudengar jawaban, hanya klethak.. klethok suara langkah kaki menuju pintu yang ternyata Tante Amy sendiri yang datang.
“Silahkan masuk Dik Pram, Tante mau minta tolong komputer Tante kena Virus. Silahkan langsung saja ke ruang kerja Tante.”
Tanpa berkata-kata lagi aku masuk menuju ruang kerja Tante Amy yang menurutku seperti kamar Hotel 7 (Obat Sakit Kepalaku yang sedang puyeng ngelihat lenggak-lenggok jalan Tante Amy di depanku).

Sejujurnya kukatakan aku sudah tidak karuan membayangkan hal-hal yang menggairahkan. Sambil aku menunggu Scan Virus berjalan, kutelusuri pelosok ruangan kerja Tante Amy (sengaja kuhilangkan label Tante di depan nama Amy untuk menghibur dan membuat fantasi di benakku tentang kharisma seksualitas pemilik ruangan ini). Khayalanku buyar dengan kedatangan si pemilik ruang kerja ini. Pendek kata, sambil kerja aku di temani ngobrol oleh Tante Amy kesana kesini sampai akhirnya Tante Amy menyinggung rasa kesepiannya tanpa kehadiran anak di rumah yang megah ini.

“Dik Pram nggak tahu betapa hampa hidup ini walau terguyur dan tertimbun harta begini tanpa kebersamaan suami dan hadirnya anak. Selain Om Jhony itu nggak bisa ngasih keturunan yang dapat memberikan kehangatan keluarga. Keadaan ini membuatku butuh teman untuk menghapus kekeringanku.” cerita Tante Amy membuat kelakianku langsung bangun.

“Perkawinanku diambang kehancuran karena kerasnya mertuaku menuntut kehadiran cucu-cucu untuk mewarisi peninggalan Papanya Om Jhon. Sebenarnya jujur kukatakan Om Jhony nggak mau pisah denganku, apapun yang terjadi. Malah pernah diluar kewajarannya sebagai seorang Suami dan kepala Rumah Tangga, Om Jhony pernah memintaku untuk membuat Bayi tabung.” cerita Tante Amy tidak seratus persen kuperhatikan, karena aku lebih tertarik melihat betis biji timun Tante Ami dan pahanya tersingkap karena terangkat saat duduk di sofa.

Ternyata tanpa kusadari sebenarnya Tante Amy memancing hasratku secara tidak langsung. Walau sedikit ragu aku semakin mengarahkan pembicaraan ke arah seks. Tanpa sadar aku pindah duduk di dekat Tante Amy, dan tanpa permisi kupegang dan kuremas tangannya. Ternyata perlakuanku itu tidak mendapatkan penolakan sama sekali. Hingga akhirnya dalam posisi berdiri kudorong Tante Amy ke tembok dan kucium bibir merekah delima itu.

Dengan hasrat yang menggebu-gebu aku agak kasar dalam permainan, sehingga terbawa emosi menyerang sekujur tubuh Tante Amy yang tentunya takut ketahuan pembantu. Permainanku berhenti sejenak karena Tante Amy bergegas menutup pintu. Dan mungkin karena Tante Amy telah sekian lama kering tidak pernah disemprot air mani suaminya, dia terkesan terburu-buru. Dengan cepat dia melepas pakaiannya satu persatu hingga menyisakan BH dan celana dalamnya.

Kini aku tahu betapa indahnya rumput tetangga dan betapa dahsyatnya gairahku. Kudorong Tante Amy rebah di atas meja kerja dengan tangan kananku meremas payudaranya yang kenyal karena belum pernah melahirkan. Terasa nikmat sekali payudaranya kuremas-remas, sementara tangan kiriku melepaskan celana dalam biru lautnya. Aduh itu bulu-bulu halusnya membuatku merinding. Tidak kuingat aku siapa Amy itu siapa.., Nilam dan Ziddan (anakku) yang sedang jauh di sana, semuanya kulupakan karena aku sudah terselimuti nafsu setan duniawi. Aku semakin menggila melumat dan menjilat, meraba serta meremas pantat Tante Amy yang sekal plus mulus terawat ini.

Tante Amy menggelinjang kenikmatan merasakan pelayananku. Vagin4 Tante Amy ternyata masih teramat kuat mencengkeram penisku yang membuatnya terbelalak kagum plus ngeri melihat anting-anting yang kupasang di bawah ujung kepala kemaluanku. Tante Amy tidak sabar menanti nikmatnya ditusuk pistol kejantananku. Lagi-lagi Tante Amy kelewat terburu-buru menyerangku yang akhirnya aku merasa sedang diperkosanya. Anting-anting yang maha dahsyat tergantung setia selalu bertahun-tahun kupakai terasa sakit oleh hisapan dan kuluman serta gigitan giginya.

Lidah Tante Amy berputar memutari batang kemaluanku. Aku menggelinjang tidak karuan. Pikir punya pikir inilah hasil dari pikiran kotorku selama ini, ya sudah, kunikmati saja walau sakit. Mendadak Tante Amy ganas menyerangku, didorongnya aku ke sofa, dengan posisi duduk bersandar aku menerima tindihan tubuh indah Tante Amy yang posisinya membelakangiku. Kemudian dipegangnya pistol gombyokku dan diarahkan ke vagin4nya. Lalu dengan ngos-ngosan Tante Amy naik turun menekanku, ini berlangsung kurang lebih 15 menit.

Kini posisi Tante Amy menghadapku. Lagi-lagi dipegang penisku dan dimasukkan ke liang vagin4nya. Nah.., ini baru membuatku merasa enak karena aku dapat dengan leluasa mengulum putingnya dan mengusap-usap bulu halus betis biji timunnya. Goyang sana goyang sini, sekarang dengan kekuatanku kuangkat tubuh Tante Amy dengan posisi berdiri. Kunaik-turunkan dan kurebahkan di sofa tubuhnya. Kutaruh kaki indah ini di bahuku, kuhujani Tante Amy dengan gesekan-gesekan tajam. Dalam hal ini dia mulai merasa tidak tahan sama sekali, kakinya yang melingkar di bahuku semakin kencang menjepitku. Dia mengerang kenikmatan mencapai klimaks orgasme.

Aku merasa heran, aku merasa belum mau keluar. Sudah berbagai posisi kulakukan, belum juga keluar. Tante Amy semakin merintih kewalahan, aku tidak mau melepaskan hujanan-hujananku. Anting-anting saktiku membantu membuatku dapat main sampai empat kali Tante Amy mengalami orgasmenya.

Hingga pada suatu ketika aku merasa mendekati pelabuhan, kubiarkan batang kemaluanku tertanam dan tertimbun bulu-bulu kemaluannya yang tidak seharum punya Citra, istriku. Tanpa sadar aku terikat kenikmatan sedang main dengan istri orang. Lalu laharku muntah di dalam vagin4 bersamaan dengan orgasme Tante Amy untuk yang kelima kalinya. Aku lemas dengan masih membiarkan penisku yang terbenam dan tertimbun bulu vagin4nya. Aku terkulai merasa hangat di atas tubuh Tante Amy yang basah oleh keringat.

Lama-lama aku sadar, aku bangun tapi kok Tante Amy tidak bergerak. Ach.., mungkin dia tertidur kenikmatan. Kutepis anganku dari pikiran yang tidak-tidak. Aduh mak, Tante Amy ternyata pingsan. Tapi melihat seonggok tubuh montok berbulu halus, gairahku tumbuh lagi. Perlahan kujilat dari ujung kaki sampai pangkal paha dengan membalik posisi pistolku menindih wajahnya. Kukulum vagin4 Tante Amy sampai tiba-tiba aku kelelahan dan tertidur.

Akhir cerita, perbuatanku ini berlangsung terus tanpa setahu suami Tante Amy dan Istriku. Sampai suatu hari kutahu Tante Amy sedang hamil tua yang tidak lain karena mengandung benihku, tapi herannya hubungan Tante Amy dengan suaminya tambah mesra. Kutahu juga belakangan hari mertua maupun orangtua Tante Amy sering hadir di rumah yang letaknya di depan rumahku.

Lihat Juga :  Cerita Bugil Hot Mesum Dengan Sepupu hanya Ditutupi BH

Tamat


Cerita Seks Gairah Inayah di Ruang Fitnes

$
0
0

Cerita Seks Gairah Inayah di Ruang Fitnes – Aku adalah seorang “Computer Engineer” yang selalu dinas keliling Indonesia guna melayani customer perusahaan tempatku bekerja. Satu saat tepatnya bulan Juni 1994, aku ditugaskan ke kota Y. Sesampai di stasiun kereta api jam 8 pagi aku langsung naik becak dan melintas jalan M yang cukup terkenal lalu meminta kepada tukang becak untuk segera diantar ke hotel yang mempunyai cukup fasilitas.

Aku menurunkan tas koperku di depan hotel M. Setelah cukup istirahat aku berniat ingin sarapan, karena semalam di kereta api aku tidak makan. Namun ketika keluar dan akan mengunci pintu kamar, aku terkejut melihat beberapa wanita memakai pakaian swimsuit melintas dibelakangku. “Ada apa gerangan?”, dalam hati aku bertanya. Rasa ingin tahuku begitu besar, sehingga membuat perutku rasanya menjadi kenyang. Aku coba mengikuti para wanita tersebut dari belakang dan.., wowww.., betapa bahenolnya pantat mereka. Sesaat aku berhenti dan.., ternyata mereka adalah pengujung biasa yang hanya ingin latihan fitness.

Beberapa saat aku memperhatikan mereka, dan ketika itu juga terdengar suara wanita menggoda menyapaku “Mau fitness juga Mas?”, aku mencoba berbalik badan.., ya ampun!, seorang wanita memakai swimsuit warna pink dengan body yang aduhai dan mempunyai rambut lurus terurai hingga pundak menghampiriku sambil tersenyum. “Wah senyumnya begitu menggoda pikirku dalam hati”, hingga aku sejenak terdiam bagai patung tapi biji mataku berjalan dari atas ke bawah memperhatikan wanita tersebut yang mempunyai kaki begitu panjang dan indah. “Ohh.., tidak!, hanya lihat-lihat saja”, jawabku.

“Mas.., dari Jakarta?” wanita tersebut kembali bertanya.
“Iya.., saya sedang tugas ke sini, dan kebetulan saya menginap di hotel ini, anda sendiri sedang apa disini?” aku memberanikan diri balik bertanya.
“Sebenarnya aku ke sini mau fitness, tapi sudah full.., jadi aku mengubah rencana ingin berenang saja, kebetulan kolam renangnya bersebelahan dengan ruangan fitness”.
Kesunyian memecahkan pembicaraan kami sejenak.., dan “Oh, ya.., Bambang namaku.., kamu siapa?”, aku mencoba berkenalan.
“Namaku Inayah.., aku juga orang Jakarta, aku kuliah di sini, aku sering ke hotel ini hanya untuk fitness dan berenang” jawab Inayah.
“Kalau begitu kita sama-sama saja ke kolam renang,” aku coba mengajak.
“Emang Mas Bambang mau berenang juga”, tanya Inayah. Aku terkejut sambil menelan ludah.., gawat! aku kan nggak bisa berenang yachh.., “, pikirku dalam hati. “Oh, tidak.., tidak! kamu saja yang berenang, aku pesan makanan dan minuman, kebetulan aku belum sarapan”, jawabku sambil memanggil pelayan.
“Oke dech kalau begitu.., Inayah sekalian minta minuman berenergi boleh nggak..?”.
Langsung aku jawab, “Boleh-boleh.., mau berapa botol?”, Byuurr Inayah menjatuhkan badannya ke kolam”, aku pesan satu botol saja yach..”, jawab Inayah manja dari dalam kolam.
Setelah 30 menit Inayah baru beranjak dari kolam renang dan langsung glek.., glek.., glek.., satu botol kecil minuman berenergi langsung kering diteguk Inayah. “Pantas Inayah mempunyai body begitu aduhai, dan pasti mempunyai gairah seks yang tinggi”, aku mengira-ngira.
“Mas Bambang berapa lama di sini?”, tanya Inayah sambil mengusap-usap rambutnya dan menjatuhkan pantatnya di kursi malas di sampingku.
“Enggak lama kok, hanya 2 hari” jawabku berbohong, padahal aku harus 1 bulan menetap di kota Y, karena tugas yang akan aku lakukan cukup berat.

Cerita Sex. Angin sepoi-sepoi mengusap pembicaraan kami berdua, rasanya kami sudah cukup akrab meskipun perkenalan kami baru berlangsung beberapa jam dan tak terasa waktu menunjukan pukul 10 pagi.
“Kamu mandi dan ganti pakaian di kamarku saja”, aku memberanikan diri memberi tawaran pada Inayah yang sejak tadi melonjorkan badannya dengan tangan ke atas sehingga dengan bebas bulu ketiaknya menari-nari tertiup angin.
“Boleh dech..”, jawab Inayah singkat. Sampai di kamar, timbul rasa birahiku karena tergoda bentuk tubuh Inayah yang menggigit seluruh persendianku.
“Mas.., nanti malam aku boleh ke sini nggak?, karena sekarang aku mau kuliah dulu, Mas juga kan mau tugas dulu kan..?”, tanya Inayah ketika keluar dari kamar mandi dengan pakaian sudah rapi. Pertanyaan Inayah itu sekaligus mengundang ribuan setan mempengaruhi pikiranku mencari akal untuk merayu Inayah agar dapat aku setubuhi. “Boleh.., datang saja”, jawabku sambil memegang pundak Inayah yang mempunyai umur 21 tahun tinggi badan 163 cm. Inayah diam saja saat aku pegang pundaknya, malah dia menatapku tajam. Aku tak berdaya akan tatapan matanya yang begitu indah. Suasana hening.., dan perlahan aku goyangkan kepalaku untuk mencoba menyentuh bibirnya.
“Jangan Mas.., aku sudah pakai lipstik, nanti berantakan lagi” jawab Inayah menolak dengan halus. Aku jadi penasaran, tapi aku yakin dari tatapan matanya tersembunyi ada kesan frustasi dalam diri Inayah, tapi aku tidak mau mencoba berusaha tau ada apa sebenarnya yang terjadi tehadap diri Inayah. Karena pikiranku sudah kacau termakan keindahan lekuk tubuh Inayah yang begitu menggoda.
“Ting tong.., ting tong.., ting tong..”, tepat pukul 7 malam suara bell kamar berbunyi 3 kali, aku segera menghampiri pintu dan saat kubuka.., wuuaahh kulihat Inayah berdiri manis dengan mengenakan gaun tipis panjang warna biru muda dengan tali kecil di pundak hingga terlihat anggun. Terlihat bercak dua bulatan BH di dadanya dan celana dalam mungil yang tembus pandang tersorot lampu utama saat aku nyalakan.
“Mau mengajak jalan ke mana yach..? Kalau ke disco tidak mungkin, pasti makan malam, sebab Inayah mengenakan pakaian resmi untuk pesta”, dalam hati aku bertanya-tanya.
“Silakan masuk.., aku masih pakai handuk dan mau ganti pakaian dulu, aku baru selesai mandi”, jawabku sambil menarik tangan Inayah yang mulus putih bersih.
“Blaakk!” pintu kamar kututup dan.., terkejut aku tiba-tiba jemari lentik nan lembut memegang jemariku yang kasar yang setiap hari memegang obeng dan solder ketika aku mengunci pintu. Aku berbalik badan dan sambil berdiri langsung aku belai rambut Inayah yang halus lurus terurai.., aku teruskan belaianku ke wajah Inayah yang berbentuk oval dan terlihat ada rasa penyesalan bercampur keputus-asaan juga keinginan untuk melakukan persetubuhan yang paling melekat.., kulanjutkan belaianku menyusuri pundak.., “Ohh Mas..”, jawab Inayah lirih sambil memejamkan matanya isyarat meminta untuk dicium. Aku tatap bibirnya tidak berwarna merah muda lagi saat Inayah pakai di siang hari tadi, mungkin ini menandakan aku boleh menciumnya. Aku dekap Inayah dengan mesra seperti layaknya seorang istri di malam pertama. Dengan lembut aku hunjamkan ciuman dengan deras ke bibir Inayah yang tipis menggoda. Tak disangka.., Inayah membalas dengan menjulurkan lidahnya kedalam mulutku dan memainkannya dengan lihai. Aku segera membelai dan menciumi tengkuk leher panjang Inayah sampai pundak dan.., ting..!, aku lepas tali gaunnya, hingga gaun terusan sampai kaki itu terjatuh ke lantai.
Kini hanya BH ukuran 36B tanpa tali ke pundak yang ada di hadapanku siap aku mangsa. “Ahh.., ouuhh.., Mass.., beri aku kepuasan..” terdengar suara Inayah meminta dengan pasrah yang saat itu juga terdengar degupan jantung Inayah yang berdetak keras dengan nafas terengah-engah apalagi disaat aku mencoba membuka BH-nya yang yang tipis berwarna putih. Woowww.., indah sekali buah dada Inayah yang menonjol ke depan dengan puting kecil dan dikelilingi aurora yang kecil pula dan penuh kehangatan itu.
“oouuhh.., Mass.., isap.., isap dong Mass..” pinta Inayah memelas.
Aku langsung melahap dua buah gunung kembar itu dengan hisapan dan jilatan yang liar sehingga membangunkan kemaluanku yang bersembunyi di balik handuk, sepertinya kemaluankupun sudah tidak sabar menggedor-gedor dan menjatuhkan handuk hingga aku kini telanjang bulat. Aku semakin gencar melancarkan serangan ke seluruh tubuh Inayah yang wangi khas parfum true love, aku meremas buah dada kiri Inayah dan menjilati buah dada kanan Inayah sambil memeluk dan mengelus-eluskan tanganku di punggung Inayah sampai ke pantat. Inayah mendengus keenakan dan membuang kepalanya ke belakang dengan otomatis dadanya membusung ke depan dan makin tampak pula keindahan buah dadanya yang menonjol membesar. “Terus Mass.., ouugghh.., yang keras isapnya Mass..”, Inayah memaksa.
Perlahan aku pelorotkan celana dalam Inayah yang tipis berwarna putih dan berbunga di tengahnya hingga dengkul dan tanpa dikomando aku telah benamkan kepalaku di hadapan liang kewanitaan Inayah yang tersembunyi dibalik bulu-bulu halus yang lebat tak terkira. Ohh.., honey.., please go on.., ouuhh.., sepertinya Inayah kurang bebas, akhirnya dia pelorotkan sendiri celana dalamnya sampai kini dia benar-benar bugil tanpa sehelai benangpun menempel di tubuh indahnya itu. Sambil berdiri Inayah membuka kakinya lebar-lebar untuk menyerahkan lubang kenikmatannya yang menganga agar segera dijilat.
“sstt.., sluupp.., eehhmm.., ohh.. Inayah betapa sempitnya memekmu”, pikirku yang terus membungkuk dan menjilati clitoris Inayah yang nangkring di pintu gua yang penuh misterius namun penuh kenikmatan itu.
“uugghh.., oouuhh.., eehhmm..” Inayah mendesah dan.., sseerr.., cairan madzi membanjiri liang kewanitaan yang membuatku semakin mudah meluncurkan kemaluanku untuk menembus liang kewanitaan Inayah. Kebangkitan birahi Inayah makin membara dan mulai memutar-mutarkan pantatnya yang gempal dan bulat seirama dengan jilatan lidahku yang lincah menari-nari di sekitara clitoris dengan sekali-sekali memasukan lidahku ke dalam gua yang gelap gulita. Inayah menggelinjang keenakan. Aku begitu merasakan kenikmatan begitupun Inayah yang menarik-narik rambutku dengan ganas.., bagai seorang wanita yang sudah lama haus menantikan kenikmatan yang tiada tara itu. “Oohh.., honey masukin cepat kemaluannya”, pinta Inayah tak sabar sambil menjatuhkan kedua tangannya ke sofa dan menjulurkan pantatnya ke belakang dengan kaki mengangkang.
Kini Inayah dalam posisi berdiri menungging kebelakang siap menerima kemaluanku dari belakang. Sleebb.., kemaluanku menembus lorong gelap menuju singgasananya dengan perlahan.
“oouuhh.., nikmat sekali Maass.., terus perlahan Maass.., acchhkk.., jangan berhenti Maass..” Inayah memohon lirih, diputar-putarkan pantatnya dari kiri ke kanan dan sebaliknya, sehingga rasa geli menyelimuti kemaluanku yang keluar masuk di liang senggama Inayah yang sempit tapi lembut. Aku semakin mengganas tatkala aku dengar desahan Inayah yang tiada hentinya.
“Oouugghh.., acchhkk.., yang cepat.., yang keras.., Mass.., Mass.., oouugghh.., Maass..!”. Seerr.., terasa basah mengguyur kemaluanku yang masih berdiri tegak dengan panjang 14 Cm dan diameter 3.5 cm itu. Sehingga terdengar bunyi clep.., clep.., liang surga Inayah mulai becek, Inayah mengeluarkan kemaluanku dan.., slupp.., sluupp.., sstt.., Inayah langsung melahap kemaluanku dan mengisap dengan rakusnya, sesekali dia julurkan lidahnya untuk menjilati dua buah biji kemaluanku hingga lubang anus yang membuatku mengelinjang kegelian.
Setelah puas memainkan kemaluanku, sepertinya Inayah meminta kembali untuk diserang dan dia menarikku ke kamar mandi hingga ke bath tab dengan memegang kemaluanku. Aku seperti kerbau dungu yang mau menuruti perintah tuannya, namun jika kerbau yang ditarik hidungnya, tapi aku yang ditarik kemaluanku yang sedang menegang. Inayah membuka kran air dingin tanpa air panasnya, jadi terasa dingin sekali tatkala kami berdua menjatuhkan diri kedalam bath tab tersebut.., namun tidak mengecilkan semangat kemaluankku yang masih terus menjulang tegang. Inayah menutup air kran setelah bath tab terisi sedikit sekedar membasahi alas bath tab. Inayah kembali menjilati kemaluanku.., selangkanganku. Aku tidak mau kalah, akhirnya aku bangkit dan aku tidur kembali membalikkan tubuhku sehingga kepalaku kini berada tepat di depan liang kewanitaan Inayah yang telah dari tadi menganga minta dijilat. Dalam keadaan posisi 69, Inayah berada di bawah dengan kaki merenggang diangkat ke sisi-sisi bath tab, Inayah mengangkat pantatnya sambil digoyang-goyang dengan dengan cepat karena semakin geli oleh jilatan lidahku yang menusuk-nusuk hingga dalam.
“oouuhh.., Maass.., masukin sayang.., aku sudah nggak tahan nich..”, Inayah mengeluh minta dimasukin.
Akhirnya kami merubah posisi, giliran Inayah yang berada di atas, sedang aku di bawah. Dengan posisi berjongkok Inayah langsung menangkap kemaluanku dan menuntunnya masuk kedalam lubangnya yang sudah basah dengan campuran madzi dan air kran juga air ludahku. Sleebb.., sleebb.., perlahan Inayah menaik-turunkan tubuhnya sambil memegang dadaku yang plontos tanpa bulu sedikitpun. Aku lihat mata Inayah merem-melek keenakan sambil mengigit-gigitkan bibirnya yang mungil itu dengan sesekali mendesah. “Aahh.., acchh.., oouucchh.., Mass.., nikmat sekali, kamu hebat mass.., bisa bikin aku puas.., oouuhh! acchh..! uuhh.., baru kali ini aku merasakan kepuasan.., oouugghh..!”, Inayah mengerang merasakan kenikmatan yang tiada tara. Inayah semakin mempercepat gerakannya dan terdengar suara bleb.., bleb.., yang begitu keras antara pantat Inayah yang besar dengan pahaku, berpadu dengan suara teriakan Inayah yang meminta ampun merasakan ngilu atas gesekan kemaluanku dengan liang kewanitaan Inayah.
“Mass.., aku mau keluar lagi.., kita keluarin sama-sama yach say..?”, pinta Inayah lagi memelas dengan suara sedikit gemetaran menahan rasa nikmat yang segunung.
“uugghh.., honey.., aku mau keluar.., ayo sayang.., lebih cepat, lebih cepat lagi sayang.., ouugghh..!”, aku mendengus. “oouuhh..,. aacckkhh..!!”, Inayah berteriak keras sambil menggaruk dadaku kuat-kuat merasakan kenikmatan dunia yang hebat itu.

Cret.., cret.., cret.., cret.., cairan maniku membasahi lubang kenikmatan Inayah dan terasa becek sekali, tapi rasa itu menghilang dengan secara mendadak kemaluanku yang masih mendarat di lubang kemaluan Inayah dipijit dengan keras oleh liang senggama Inayah yang kembang kempis. “Terima kasih ya Mas.., sudah memberi kepuasan kepada Inayah” ucapan Inayah membisik di telingaku dan Inayah langsung terkulai lemas di atas tubuhku dan tanpa sadar dia terbaring lelap dengan keadaan telanjang bulat, indah dan mulus sekali tubuhnya walau sudah 3 kali orgasme, bau aroma True Love-nyapun tetap melekat di tubuhnya. Aku peluk tubuhnya dengan mesra dan akupun mulai tertidur, sebelumnya aku buka penyumbat air bath tab supaya airnya mengalir keluar dan tidak menggenang di dalam bath tub. “Kalau airnya nggak dibuang bisa masuk angin aku.., apalagi dalam keadaan capek begini”, pikirku dalam hati

Kamipun tertidur lelap sampai pagi di dalam bath tab. Ternyata Inayah wanita yang kawin diusia muda dan melanjutkan kuliah di kota “Y”, tapi tidak pernah mendapatkan kepuasan seks dari suaminya, karena kemaluan suaminya lama sekali untuk bangun, sehingga kadang-kadang Inayah sudah mencapai 3 kali orgasme sebelum rudal scud suaminya bangun dan masuk ke liang kewanitaan Inayah. Jadi masih bisa dihitung baru 5 kali kemaluan suami Inayah menyelam ke dalam liang senggama Inayah. “Pantes.., memek Inayah sempit seperti perawan”, pikirku dalam hati. Dan semenjak itu setiap ada tugas ke kota “Y” aku selalu mengambilnya, dan sebelum berangkat aku telepon Inayah dahulu.

Lihat Juga :  CERITA SEKS MONA DAN BAPAK KOST

Tamat

Cerita Bokep Gairah Gadis Berjilbab Cantik

$
0
0

Cerita Bokep Gairah Gadis Berjilbab Cantik – Cerita seks untuk kalangan setengah baya semakin melengkapi koleksi di situs ini. Kali ini datang dari cerita seorang wanita yang kesehariannya memakai jilbab dan terkenal santun ternyata memiliki nafsu seks yang luar biasa. “Tadi malam saya lewat rumah ibu dan mendengar suara menarik jadi saya mengintip. Ternyata, saya lihat ibu sedang mencolok-colokkan pisang ke itunya ibu sambil nyetel film BF. Saya sangat terangsang.Kalau ibu setuju, daripada pakai pisang saya juga mau dan penginbegituan dengan ibu”.

Itu kalimat yang kutulis dalam HP dan siap dikirimkan dalam bentuk SMS ke sebuah nomor HP milik Bu Ruminah, tetanggku. Namun kendati tinggal memencet tombol agar pesan terkirim, aku sempat ragu. Jangan-jangan nanti Bu Rum (demikian Bu Ruminah biasa dipanggil) ngadu ke ibuku atau ke orang-orang tentang SMS yang kukirim, begitu aku membathin. Tapi, ah nggak mungkin dia berani cerita ke ibuku atau ke orang-orang. Sebab kalau dia cerita, kebiasaannya memuaskan diri dengan buah pisang kan jadi ketahuan. Begitu pikirku lagi. Yakin Bu Rum tidak mungkin menceritakan isi SMS itu ke orang lain, akhirnya kutekan panel tanda OK pada HP-ku dan terkirimlah SMS trsebut.

Hanya dalam hitungan menit, reaksi dari SMS yang kukirim langsung kudapat. HP ku berdering dan pada layar terlihat nama Bu Rum memanggil. Tetapi aku tidak berani mengangkat karena pasti ia mengenali suaraku hingga kudiamkan saja panggilannya. Setelah beberapa kali telefonnya tidak diangkat, akhirnya sebuah SMS masuk.
“Tolong jawab. Nomor siapa ini”. Demikian bunyi SMS yang dikirimnya dan memacu niatku untuk kembali mengisenginya.
“Pokoknya ibu sangat mengenal saya. Bener lho Bu, pisang saya jadi pengin banget dimasukkan ke itunya ibu seperti pisang yang ibu pegang tadi malam. Ibu pasti puas. Mau kan Bu?”. Ujarku dalam SMS yang kukirim berikutnya.
“Huussh… jangan ngawur. Saya bukan wanita begituan dan saya kan sudah tua. Tolong kejadian itu jangan diceritakan ke orang lain. Tolong banget”. Ungkapnya dalam SMS berikutnya.

Rupanya dia ketakutan kalau aku menceritakan kejadian yang sempat kupergoki itu hingga niat isengku makin menjadi.
“Beres Bu, Saya tidak akan cerita ke siapa-siapa. Tapi sungguh saya sangat terangsang saat melihat memek ibu dicolok buah pisang. Bahkan lebih merangsang dibanding memek wanita bule yang ada di film BF. Jadi soal saya kepengin begituan dengan ibu memang bener-bener lho.” Kataku lagi dalam SMS yang kukirim selanjutnya. Tetapi balasan SMS dari Bu Rum pendek saja. “Sudah ya. Saya sangat berterima kasih kejadian itu tidak diceritakan ke siapapun,” ujarnya dalam SMS yang kuterima. Setelah itu beberapa kali kukirim SMS dengan kata-kata yang lebih panas. Termasuk kesediaanku untuk menjilati memek dan itilnya bila ia mau melayaniku. Namun Karena tetap tidak dijawab maka malam itu SMS an dengan Bu Rum tidak berlanjut.

Cerita Bokep. Bu Ruminah yang biasa disapa Bu Rum adalah tetanggaku. Rumahnya hanya terpaut tiga rumah dari rumahku. Suaminya Pak Kirno, adalah pensiunan TNI dan pernah menjadi Satpam sebuah bank serta menjabat Ketua RW sebelum terkena stroke dan mengalami kelumpuhan. Sementara Bu Rum di samping menjadi ketua kelompok pengajian ibu-ibu di lingkungan RW tempat tinggalku, ia yang pernah mengenyam pendidikan pesantren itu juga mengajari ibu-ibu mengaji termasuk ibuku yang menjadi teman dekat dan sekaligus muridnya. Aku yakin orang-orang tidak bakalan percaya kalau kuceritakan bahwa Bu Rum ternyata suka melampiaskan hasrat seksnya dengan menggunakan pisang. Betapa tidak, wanita berusia 53 tahun itu, penampilan kesehariannya sangat santun. Selalu berkerudung dan menutup rapat auratnya. Hingga orang tidak akan percaya tentang kebiasaannya yang nyeleneh dalam soal seks terlebih di usianya yang sudah tergolong tua.

Tetapi aku benar-benar melihat dengan mata dan kepalaku sendiri tentang apa yang dilakukan dia yaitu memuasi diri dengan buah pisang. Bahkan saat itu, terus terang aku sangat terangsang. Terlebih saat ia meremasi sendiri kedua teteknya yang gede dan melihat memeknya yang dipenuhi rambut tebal dicolok-colok dengan buah pisang. Karena selalu terbayang oleh bagian-bagian tubuhnya yang membuatku terangsang, akhirnya aku iseng mengirim SMS. Karena beberapa SMS ku yang terakhir tidak dibalasnya, aku nyaris nekad dengan mengancamnya bahwa bila ia tidak mau melayaniku akan kuceritakan soal masturbasi dengan pisang itu kepada orang-orang. Hanya setelah kupikir, tindakanku itu bisa membuat dia kalap atau melapor ke polisi hingga kuurungkan niatku tersebut. Hanya aku tetap bertekad untuk mengisenginya dengan berkirim SMS kepadanya di tiap kesempatan. Hampir tiap hari, terkadang pagi, siang maupun malam, beberapa SMS kukirim kepadanya. Intinya mengungkapkan keinginanku untuk menjadi patner seksnya karena setelah memergoki dia main dengan pisang aku menjadi sangat terangsang dan terpaksa sering mengocok sendiri kontolku sambil membayangkan menyetubuhinya. Tetapi ia tetap tidak mau membalasnya. Pernah beberapa kali ia mencoba menelepon tetapi aku tidak berani mengangkatnya.

Oh ya, dari perkawinannya dengan Pak Kirno, Bu Rum hanya mempunyai satu anak Mbak Lasmi. Ia sudah berkeluarga dan mempunyai beberapa anak. Mbak Lasmi tinggal di tempat lain di sebuah kecamatan terpencil karena suaminya menjadi pegawai kecamatan di sana. Jadi status Bu Rum adalah nenek dari beberapa cucu. Puncak dari keisenganku mengrim SMS kepada Bu Rum terjadi ketika pengajian ibu-ibu di kampungku yang dilaksanakan secara bergiliran jatuh ke giliran ibuku. Karena acaranya berbarengan dengan halal bi halal setelah lebaran, pengajian yang diadakan di rumahku terbilang besar. Hidangan yang biasanya cuma snack kali ini dilengkapi ketupat dan opor ayam. Juga ustazahnya yang biasanya pembicara lokal, kali ini didatangkan dari luar kota.

Sejak pagi rumahku ramai oleh ibu-ibu tetangga yang mempersiapkan acara tersebut termasuk Bu Rum. Adanya wanita itu di rumahku membuatku tidak berani mengirim SMS iseng padanya. Hanya secara sembunyi-sembunyi aku sering mencuri pandang menatapinya. Seperti kebiasaannya, saat itu Bu Rum memakai busana muslim dengan hiasan bordir yang apik. Yakni sebuah baju terusan warna krem yang longgar yang tidak menampakkan bentuk tubuhnya dipadu dengan celana panjang warna senada. Dengan kerudung yang tak pernah lepas menutup kepalanya, wanita bertubuh tinggi besar itu nampak anggun dan berwibawa.

Acara pengajian yang dimulai selepas ashar, baru berakhir menjelang maghrib. Sekira pukul 19.30 WIB, setelah acara beres-beres rumah selesai ibu memanggilku. “Win tolong ini diantar ke rumah Bu Rum ya.Tadi ia minta disisihkan lontong dan opornya karena katanya di rumah lagi tidak masak,” ujar ibuku.

Setelah beberapa kali berkirim SMS gelap kepadanya, sebenarnya agak grogi untuk berhadapan langsung dengan Bu Rum. Terlebih mengingat kata-kata jorok dan porno serta ajakan main seks dalam setiap SMS yang kukirim. Tetapi aku juga tidak punya alasan untuk menolak perintah ibu hingga dengan terpaksa kulaksanakannya. Dua buah rantang besar berisi lontong dan opor kubawa ke rumah Bu Rum. Setelah beberapa kali mengetuk pintu dan menunggu agak lama, kulihat seseorang mengintip dari balik korden dan akhirnya membukakan pintu.Ternyata yang mengintip dan membukakan pintu adalah Bu Rum sendiri. “Ohkamu Win, ibu kira siapa. Ayo masuk,” ujarnya mempersilahkanku.

Bu Rum yang kalau berada di luar rumah berpakaian muslimah yang rapat,ternyata tidak begitu adanya kalau sedang di dalam rumah. Baju yang dipakainya hanya daster berbahan tipis dan tanpa lengan. Hingga BH hitam dan celana dalam putih yang dipakainya tampak menerawang. “Saya disuruh mengantarkan ini untuk Bu Rum,” kataku setelah berada di ruang tamu rumahnya. Tetapi Bu Rum tidak langsung menerima bingkisan makanan yang kusodorkan. Ia kembali membuka pintu dan keluar rumah. Setelah sesaat melihat sekeliling, ia kembali masuk dan mengunci pintu dari dalam. Ia juga mengajakku ke dalam, ke ruang tengah rumahnya. “Taruh saja bawaannya di meja Win. Ada yang ingin ibu bicarakan sama kamu,” katanya pelan.

Deg! Serasa berhenti detak jantungku. Pasti ia sudah tahu kalau yang berkirim SMS selama ini adalah aku, pikirku membathin. Gelisah akudibuatnya. “Duduk sini Win. Tidak ada siapa-siapa kok. Pak Kirno tadi dijemput Lasmi dan suaminya karena ia ingin banyak menghirup udara gunung yang segar. Mungkin agar bisa pulih,” ujarnya lagi.

Agak sedikit plong mendengar bahwa Pak Kirno suaminya sedang tidak dirumah. Setidaknya kalau Bu Rum marah terkait soal SMS ku itu, suaminya tidak ikut mendengarnya. Hanya aku tetap tidak bisa membuang kegelisahan yang kurasakan. Seperti pesakitan yang menunggu vonis hakim, aku hanya duduk mematung di kursi sofa di ruang tengah rumah Bu Rum. Bu Rum duduk di kursi lain yang ada, dekat tempat aku duduk. Baru kusadari, daster yang dipakainya ternyata terlalu pendek. Pahanya yang mulus terlihat terlihat terbuka. Hanya aku tetap tidak dapat menikmati pemandangan yang mengundang itu karena suasana tegang yang terjadi.

“Tadi waktu di pengajian, ibu minta ijin ke ibumu agar kamu mau mengantar ibu ke rumah Lasmi tiga hari lagi untuk menjemput Pak Kirno.Rencananya mau pinjam mobil Pak RT dan kamu yang menyetir. Ibumu setuju dan memberi nomor HP milikmu. Tapi ibu jadi kaget, sebab ternyata nomornya sama dengan nomor yang suka dipakai SMS ke ibu beberapa hari ini. Jadi kamu Win yang suka SMS ke ibu,” ujarnya tenang dan disampaikan tanpa emosi. Namun meskipun begitu, sempat kecut juga nyaliku.
“Eee…ee.. ti…eh… iya Bu,” jawabku terbata.
“Oh syukurlah kalau begitu. Ibu takut banget apa yang kamu sempat lihat diceritakan ke orang-orang lain. Ibu pasti sangat malu. Terima kasih banyak ya Win kamu tidak cerita ke orang-orang,”.

Ah ternyata ia tidak marah soal itu. Aku jadi merasa plong. Bahkan dengan terbuka, Bu Rum akhirnya bercerita soal kenapa ia terpaksa menggunakan pisang untuk memuaskan dorongan seksnya. Diceritakannya, meski sudah tergolong berumur namun kebutuhan biologisnya belum padam benar. Padahal sudah lama Pak Kirno tidak bisa menjalankan kewajibannya sebagai suami. Bahkan jauh sebelum terkena stroke. Makanya setiap keinginan untuk itu datang ia selalu berusaha memuaskan sendiri termasuk menggunakan pisang.
“Ibu malu banget lho sama kamu Win. Apalagi kalau kamu sampai cerita ke orang-orang. Mau ditaruh dimana muka ibu?” Kata Bu Rum lagi.
“Tidak Bu, saya janji tidak akan cerita ke siapa pun soal itu,” ujarku meyakinkannya.

Mungkin saking senangnya rahasianya soal ngeseks dengan pisang tidak akan terbongkar ia langsung berpindah duduk menjejeriku di sofa yang kududuki. Digenggam dan diguncang-guncangkannya tanganku.
“Terima kasih win, ibu sangat berterima kasih,” kata Bu Rum.

Beban yang semula seolah menghimpit dadaku langsung sirna melihat sikap Bu Rum. Hanya kembali aku sulit menjawab ketika ia menanyakan perihal kata-kata dalam beberapa SMS yang kukirimkan.
“Kalau ibu boleh tahu, sebenarnya apa yang mendorongmu mengirim SMS itu kepada ibu?”
“Eee… eee… sa… sa.. saya.. ee,” kembali aku terbata.
“Tidak apa-apa Win, jawab saja yang jujur. Ibu cuma ingin tahu,”
“Saya mengirim SMS itu karena sangat terangsang setelah melihat ibu,” kataku akhirnya.
Bu Rum kulihat terpana. Mungkin ia tidak percaya dengan jawaban yang kuberikan. Namun sebuah senyuman terlihat mengembang di wajahnya hingga aku tidak takut lagi.
“Jadi kamu juga benar-benar ingin begituan dengan ibu?”
“Eee… maksud saya.. ee. Iya kalau ibu bersedia,” jawabku mantap.
Mendengar jawabanku Bu Rum langsung meraih dan mendekapku. Dalam kehangatan dekapannya, wajahku tepat berada di busungan buah dadanya yang terbungkus BH hitam. Wajahku membenam di busungan susunya yang memang berukuran besar. Diperlakukan seperti itu kontolku jadi langsung bangkit. Mengeras di balik celana dalam dan jins yang kupakai.

Sesaat setelah Bu Rum melepaskan pelukan pada tubuhku, kulihat gaya duduknya makin sembrono. Kedua kakinya terbuka lebar hingga pahanya yang membulat besar terlihat sampai ke pangkalnya. Bahkan kulihat sesuatu yang membukit dan terbungkus celana dalam warna hitam. Aku tak berkedip menatapinya. Untuk ukuran wanita seusia dirinya, kaki dan bagian paha Bu Rum masih terhitung mulus. Memang ada lipatan-lipatan lemak dan kerutan mendekati ke pangkal paha. Tetapi tidak mengurangi hasratku untuk menatapi bagian yang merangsang itu termasuk ke bagian membukit yang tertutup celana dalam warna krem. Jembut di memeknya itu pasti sangat lebat karena banyak yang tidak tertampung celana dalam yang menutupinya hingga terlihat banyak yang keluar dari celana dalam yang dipakainya.

Rupanya Bu Rum tahu mataku begitu terpaku menatapi organ kewanitaannya. Mungkin karena telah yakin aku benar-benar mau menjadi pelepas dahaganya, ia pelorotkan sendiri celana dalam itu dan melepasnya.
“Bu Rum sudah nenek-nenek lho Win. Tetapi kalau kamu pengin melihat memek ibu bolehlah. Sebenarnya ibu juga sudah lama tidak puas main sendiri dengan tangan dan pisang,” katanya.

Bahkan tanpa sungkan, setelah melepas sendiri celana dalamnya ia duduk mengangkang membuka lebar-lebar pahanya. Memamerkan memeknya yang berbulu sangat lebat. Ah tak kusangka akhirnya dapat melihat memek Bu Rum dalam jarak yang sangat dekat. Memek Bu Rum lebar dan membukit. Jembutnya sangat lebat dan hitam pekat. Kontras dengan pahanya yang kuning langsat sampai ke selangkangannya. Puas memandangi bagian paling merangsang di selangkangan wanita itu, keinginanku untuk menyentuhnya menjadi tak tertahan. Kujulurkan tanganku untuk menyentuhnya.

Kuusap-usap jembutnya yang keriting dan tumbuh panjang. Jembut Bu Rum benar-benar super lebat menutupi memeknya. Hingga meski telah mengangkang, masih tidak terlihat lubang memeknya karena tertutup rambut lebat itu. Kuusap-usap dan kusibak jembut yang tumbuh sampai ke atas mendekati pusar wanita itu dan di bagian bawah mendekati lubang duburnya. Menimbulkan bunyi kemerisik. Untuk bisa melihat lubang memeknya, aku memang harus menyibak rambut-rambut yang menutupinya dengan kedua tanganku. Bibir luar memek Bu Rum tampak tebal dan kasar karena sudah banyak kerutan dan warnanya coklat kehitaman. Di bagian dalam lubang memeknya yang berwarna hitam kemerahan, ada lipatan-lipatan daging agak berlendir dan sebuah tonjolan. Ini rupanya yang disebut itil, pikirku. Tidak seperti ukuran memeknya yang besar, tebal dan tembem, itil Bu Rum relatif kecil. Hanya berbentuk tonjolan daging kemerahan di ujung atas celah bibir luar kemaluannya yang sudah berkerut-kerut. Kutoel-toel itilnya itu dengan jari telunjukku yang sebelumnya kubasahi dengan ludah. Ia mendesah dan sedikit menggelinjang.

“Kamu sudah pernah begituan dengan perempuan Win? Ee.. maksud ibu ngentot dengan perempuan?”
“Belum Bu,” jawabku sambil tetap menggerayangi dan mengobok-obok vaginanya.
“Masa!? Kalau melihat memek wanita lain selain punya ibu?”
“Juga belum Bu. Saya hanya melihatnya di film BF yang pernah saya tonton. Memangnya kenapa Bu?” Jawabku lagi.
Sebenarnya aku berbohong.Sebab di rumah aku sering mengintip ibuku sendiri. Saat dia mandi atau berganti pakaian di kamarnya. Mendengar aku belum pernah berhubungan seks dengan perempuan dan belum pernah menyentuh vagina, entah kapan ia melakukannya, tanpa sepengetahuanku ternyata Bu Rum sudah melepas daster dan BH nya. Telanjang bulat tanpa sehelai benang menutupi tubuhnya dan memintaku untuk melepas semua pakaian yang kukenakan.
“Oooww.. punya kamu besar juga ya Win,” kata Bu Rum sambil membelai kontolku yang telah tegak mengacung setelah aku telanjang.

Bu Rum tidak hanya membelai dan mengagumi kontolku yang telah keras terpacak. Setelah menjilat-jilat lubang di bagian ujung kepala penisku, ia memasukkan batang kontolku ke mulutnya. Aku jadi merinding menahan kenikmatan yang tak pernah terbayangkan. Tubuhku tergetar hebat. Sesekali kurasakan mulutnya mengempot dan menghisap batang kotolku yang kuyakin semakin mengembang. Lalu dikeluarkan dan dikocok-kocoknyanya perlahan. Ah, teramat sangat nikmat. Sangat berbeda bila aku mengocok sendiri kontolku. Saking tak tahan, tanpa sadar aku memegang dan mengusap-usap rambut Bu Rum yang semestinya tidak pantas kulakukan mengingat usia dan sekaligus statusnya sebagai guru mengaji ibu-ibu di kampungku termasuk ibuku. Tetapi Bu Rum tak peduli. Ia terus asyik dengan kontolku. Dikulum,dihisap dan dikocok-kocoknya perlahan dengan gemas. Seperti wanita yang baru melihat kejantanan milik pasangannya. Mungkin karena selama ini ia hanya bisa melakukannya dengan pisang setelah kotol suaminya tidak berfungsi.

Sambil menikmati kocokan dan kuluman Bu Rum pada kontolku, kuremasi teteknya. Tetek Bu Rum gede dan sudah menggelayut bentuknya. Namun sangat lembut dan enak di remas. Bahkan puting-putingnya langsung mengeras setelah beberapa kali aku memerah dan memilin-milinnya. Tak kusangka wanita yang dalam keseharian selalu tampil dengan busana muslim yang rapat dan menjadi guru mengaji ibu-ibu di kampungku ini juga lihai dalam urusan kulum mengulum kontol. Aku dibuat kelojotan menahan nikmat setiap ia menghisap dan memainkan lidahnya di ujung kepala kontolku. Bahkan saat Bu Rum mulai mengalihkan permainannya dengan menjilati kantung pelirku dan menghisapi biji-biji pelir kontolku, aku tak mampu bertahan lebih lama. Pertahananku nyaris jebol. Karenanya aku berusaha menarik diri agar air maniku tidak muncrat ke mulut atau wajah Bu Rum.

Namun Bu Rum menahan dan menekan pinggangku. “Mau keluar Win ? Muntahkan saja di mulut ibu,” ujarnya sambil langsung kembali menghisap penisku. Akhirnya, pertahananku benar-benar ambrol meski telah sekuat tenaga untuk menahannya karena merasa tidak enak mengeluarkan mani di mulut Bu Rum. Sambil mendesis dan mengerang nikmat pejuhku muncrat sangat banyak di rongga mulut Bu Rum. Cairan kental warna putih itu kulihat berleleran keluar dari mulut wanita itu. Tetapi ia tidak mempedulikannya. Bahkan menelannya dan dengan lidahnya berusaha menjilat sisa-sisa maniku yang berleleran keluar. Terpacu oleh kenikmatan yang baru kurasakan dan banyaknya mani yang keluar membuat tubuhku lemas seperti dilolosi tulang-tulangku. Aku terduduk menyandar di si kursi sofa tempat Bu Rum terduduk.

“Gimana Win, enak?”
“Enak banget Bu,”
“Nanti gantian ya punya ibu dibikin enak sama kamu. Ibu ke kamar mandi dulu,” ujarnya berdiri dan melangkah ke kamar mandi.

Saat kembali dari kamar mandi, Bu Rum menyodorkan segelas besar teh manis hangat. Sodoran teh manisnya langsung kusambut dan kuteguk.Terasa hangat dan nikmat setelah tenaga hampir terkuras dan kini kembali segar. Saat itu baru kusadari Bu Rum masih bugil tanpa sehelai benang menutupi tubuhnya.Aku kembali terpaku pada tubuh bahenolnya yang masih lumayan mulus. Wanita berpinggul besar dan berdada montok namun sudah agak kendur itu,meskipun sudah menjadi nenek masih sangat menggoda. Jembutnya yang keriting lebat terlihat basah. Mungkin habis dibersihkan di kamar mandi untuk menghilangkan bekas air maniku.

“Mau lagi Win?” ujarnya mendekat dan berdiri tepat di tempat aku duduk. Kini memang giliranku untuk memuaskannya setelah kenikmatan yang diberikan padaku. Aku bingung harus memulai dari mana dan melakukan apa pada Bu Rum karena memang belum pernah pengalaman dengan perempuan. Hanya dari sejumlah film BF yang sering kutonton, wanita kelihatannya sangat suka kalau memeknya dijilat. Maka aku langsung turun dari kursi panjang dan berjongkok di depan Bu Rum. Memeknya yang besar membusung kini tepat di hadapan wajahku. Jembut keriting lebatnya terlihat basah. Dan Bu Rum, melihat aku hanya terbengong memandangi bukit kemaluannya, langsung mengangkat kaki kirinya dan di tumpukan pada kursi panjang. Karena pahanya yang terbuka kini aku bisa melihat lubang memeknya yang nampak sudah longgar. Lubang memeknya menyerupai lorong panjang. Bahkan kulihat itilnya yang mencuat di ujung atas belahan memeknya.

Kembali aku menyentuh dan mengusap memeknya. Bibir luar memeknya yang berwarna coklat kehitaman penuh kerutan dan terasa lebih tebal. Namun makin ke dalam lebih lembut dan basah serta warnanya agak memerah.Kudengar Bu Rum mendesah saat jariku menyelinap masuk menerobos lubang vaginanya. Rambut kepalaku diusap dan diremas-remasnya. Desahannya mengingatkanku pada suara wanita yang tengah disetubuhi di adegan film BF. Aku jadi terangsang. Kontolku kembali menggeliat dan bangkit. Sambil mendesah, Bu Rum tak hanya meremas dan menjambaki rambut kepalaku. Tetapi ia berusaha menarik dan mendekatkan wajahku kememeknya. Aku jadi tahu, nampaknya ia tidak ingin memeknya hanya dicolok-colok dengan jariku, Aku yang memang sudah kembali terangsang langsung mendekatkan mulutku dan mulai mengecupi lubang memek Bu Rum.

Ternyata selain bibir luar vaginanya yang mengeras dan berkerut-kerut, di luar kelentitnya yang menonjol besar, ada sebentuk daging yang menjulur keluar dari lubang memeknya. Bentuknya nggedebleh mirip jengger ayam jantan. Pengetahuanku tentang bagian paling intim milik wanita memang sangat terbatas dan melihatnya dari jarak sangat dekat baru kali ini mendapat kesempatan. Satu-satunya memek wanita dewasa yang pernah kulihat adalah milik ibuku. Aku memang sering mengintipnya saat ibu mandi. Atau saat berganti baju di kamarnya dan pernah beberapa kali melihatnya dalam jarak cukup dekat saat dia tidur. Tetapi sepengetahuanku tidak ada jengger ayam di lubang memek ibuku. Jadi terasa agak aneh atas apa yang kulihat di lubang memek Bu Rum. Tetapi aku tak peduli. Hingga selain menjilati bibir vaginanya, jengger ayamnya juga tak luput dari sentuhan mulut dan lidahku. Bahkan aku langsung mengulum, menghisap dan menarik -nariknya dengan mulutku.

“Ohhh… sshhh… aahhh… enak Win. Aaauuwww… ya.. ya.. aaahhh.. sshhh.. enak banget,”

Aku sangat senang karena ternyata Bu Rum menyukai dan keenakan oleh jilatan lidahku di lubang memeknya. Dari liang sanggamanya mulai keluar lendir yang terasa asin di lidahku. Tetapi itu pun tidak membuat surut langkah untuk terus mengobok-ngobok vaginanya dengan mulut dan lidahku. Aku terus mencerucupi dan menghisapnya hingga lendirnya banyak yang tertelan masuk ke kerongkonganku.Diperlakukan seperti itu Bu Rum seperti kesetanan. Tubuhnya tergetar hebat dan kulihat ia merintih, mendesah sambil meremasi sendiri kedua tetek besarnya.

“Kamu naik dan tiduran di sofa Win. Sshhh aahh jilatanmu di memek ibu enak banget,” katanya.

Seperti yang dimintanya, aku naik ke sofa dan tiduran telentang dengan kaki menjuntai. Setelah itu Bu Rum ikutan naik. Tadinya kukira ia akan menyetubuhiku dengan posisi wanita di atas seperti yang pernah kulihat dalam adegan film mesum yang menggambarkan hubungan seks antara wanita dewasa dan bocah ingusan. Tetapi tidak. Ia berdiri dan memposisikan kedua kakinya diantara tubuhku. Lalu bertumpu di dinding tembok yang ada di belakang kursi sofa dan sedikit menurunkan tubuhnya. Rupanya, ia masih ingin mendapatkan jilatan di memeknya dengan posisi yang membuat dirinya lebih nyaman dan bergerak leluasa. Sebab saat memeknya telah berada tepat di depan wajahku, ia langsung membekapkannya ke mulutku.

Tak kusangka, wanita yang sangat dihormati di kampungku karena selalu berbusana muslimah yang rapat dan menjadi guru mengaji ibu-ibu, di usianya yang sudah 53 tahun masih sangat menggebu. Pantesan ia suka menyogok-nyogok memeknya dengan pisang. Mungkin karena tidak tahan akibat tidak pernah disentuh oleh suaminya yang sudah tidak bisa melayaninya sama sekali.

Aku sempat gelagapan karena tidak mengira Bu Rum akan membekapkan memeknya ke wajahku. Tetapi setelah mengetahui apa yang diinginkannya, aku langsung menyambutnya meskipun tidak tahu harus bagaimana semestinya dilakukan. Seperti sebelumnya kembali kujulurkan lidah dan kembali kujilati lubang memeknya. Namun kali ini dengan lebih semangat. Daging jengger ayamnya yang keluar dan menggelambir kukulum. Lalu lidahku menjulur masuk sedalam-dalamnya di lubang vaginanya sampai hidung dan wajahku ikut belepotan oleh lendir yang keluar dari liang sanggamanya. Sambil terus mengobeli memeknya dengan lidah dan mulutku, pantat Bu Rum juga menjadi sasaran remasan tanganku. Meskipun sudah melorot, pantat Bu Rum yang besar terasa masih lumayan kenyal. Nampaknya ia menjadi keenakan. Bu Rum melenguh dan mendesah.
“Iya Win…aahhh… sshhhh…aaahhhh… ssshh.. enak banget. Terus colok memek ibu dengan lidahmu sayang. Ahhh.. ya.. ya… oooohhhhh…. ssshhhh,” desahnya tertahan saat aku makin dalam menjulurkan lidah.

Mendengar rintihan dan desahan Bu Rum, aku jadi makin bersemangat.Hanya karena tidak punya pengalaman, aku hanya menjilat dan mengisap bagian dalam memeknya sekena-kenanya. Rupanya karena terlalu menggebu, aku sempat menghisap itilnya dengan kuat. Bu Rum memekik. Tetapi tidak marah dan malah makin keenakan.
“Ia Win itu itil ibu.. enak banget…sshhh ..aahhh.. aahhh. Terus Win hisap itil ibu… aaoooohhh …oooohhhh,”

Seperti yang dimintanya, itil Bu Rum yang akhirnya paling sering menjadi sasaran jilatan dan hisapan mulutku. Bahkan sambil terus mencerucupi kelentitnya, dua jari tanganku kupakai untuk menyogok-nyogok bagian dalam memeknya. Saat itulah Bu Rum menjadi kelojotan dan beberapa saat kemudian ia memintaku berhenti.

“Udah Win ibu nggak tahan. Bisa KO kalau diteruskan. Sekarang ibu pengin dientot dengan kontolmu. kamu juga pengin kan ngentot dengan ibu kan?”
“Ii .. iya bu. Saya pengin banget. Ta.. ta.. tapi saya tidak tahu caranya,”
“Nggak apa-apa. Nanti ibu ajarin,” ujarnya seraya menggamit lenganku.

Ia membawaku ke kamarnya. Kamar dengan ranjang spring bed berukuran besar dan tampak rapi tertutup sprei motif garis-garis. Di kamar Bu Rum, ada meja rias berukuran besar dengan berbagai alat make up di atasnya serta sebuah almari pakaian model antik di samping gambar Bu Rum dan suaminya dalam pose berpasangan mengenakan pakaian adat Jawa. Foto itu sepertinya dibuat saat usianya masih di bawah 40 tahun. Bu Rum terlihat sangat cantik dan seksi. Suaminya, Pak Kirno juga terlihat kekar dan tampan. Adanya gambar Pak Kirno suaminya di kamar itu, sebenarnya aku sempat grogi. Tetapi melihat Bu Rum sudah telentang di ranjang dan dalam posisi mengangkang, sayang kalau harus melepaskan kesempatan yang sudah berada di depan mata. Aku sudah sering mengocok sendiri kontolku sambil membayangkan ngentot dengan Bu Rum. Aku juga ingin mengetahui dan merasakan seperti apa rasanya ngentot sebenarnya.

Dengan kontol tegak mengacung aku naik ke ranjang. Hanya aku tetap bingung bagaimana harus memulai. Di antara kedua pahanya yang membuka lebar, memek Bu Rum tampak menganga menunggu batang zakar pria yang mau menyogoknya. Sepasang buah dadanya yang besar, dalam posisi telentang terlihat jadi nggedebleh dan hanya puting-putingnya yang hitam kecoklatan terlihat menantang. Melihat aku cuma mematung, rupanya Bu Rum menjadi tak sabar. Ditariknya tanganku hingga menjadikan tubuhku ambruk dan menindih tubuh montoknya.Beberapa saat kemudian kurasakan Bu Rum meraba selangkanganku dan meraih kontolku. Batang penisku yang sudah mengacung dikocok-kocoknya perlahan hingga makin mengeras dan membesar.

Oleh wanita itu, kepala penisku digesek-gesekkannya di sekitar bibir kemaluannya. Setelah tepat berada di bagian lubangnya, ia berbisik.”Tekan Win, biar kontol kamu masuk ke memek ibu,” bisiknya lirih di telingaku. Slessseeppp.. blleeesss. Tanpa banyak hambatan batang kontolku yang lumayan panjang dan besar seluruhnya masuk membenam. Mungkin karena lubang memek Bu Rum yang sudah kelewat longgar dan licin akibat banyaknya lendir yang keluar. Bagian dalam memek Bu Rum hangat dan basah. Dan tanpa ada yang memerintah, seperti semacam naluri, aku membuat gerakan naik turun pinggangku hingga kontolku sekan memompa lubang memek wanita itu.

“Iya begitu Win, terus entot sayang. Ah.. aahhh….aahhh.. kamu merasa enak juga kan,” Aku mengangguk dan tersenyum. Kulihat Bu Rum mulai mendesah-desah.Mungkin ia mulai merasakan enaknya sogokan kontolku. Dan bagiku,kenikmatan yang kurasakan juga tiada tara. Jauh lebih nikmat dibanding mengocok sendiri. Gesekan-gesekan batang kontolku pada dinding memeknya yang basah menghantarkan pada kenikmatan yang sulit kuucapkan. Aku terus mengaduk-aduk memeknya dengan kontolku. Mata Bu Rum membeliak-beliak dan meremasi sendiri teteknya. Melihat itu aku langsung menyosorkan mulutku untuk mengulum dan menghisapi salah satu putingnya. Pentil susunya yang berwarna coklat kehitaman terasa mengeras di bibirku.
“Iya Win… terus hisap sayang… aahhh… aahhh,Kamu ternyata sudah pinter,” ujarnya terus mendesah.Makin lama kusogok dan kuaduk-aduk, lubang memek Bu Rum kurasakan makin basah. Rupanya semakin banyak lendir yang keluar. Bunyinya cepok…cepok… cepok… setiap kali batang kontolku masuk menyogok dan kutarik keluar.

Bosan ngentotin Bu Rum dengan posisi menindihnya, kuhentikan sogokanku pada memeknya. Pasti asyik dan tambah merangsang kalau bisa melihat memeknya yang tengah kusogok-sogok, pikirku membathin. Aku bangkit, turun dari ranjang. Dan tanpa meminta persetujuannya, kaki Bu Rum kutarik dan kuposisikan menjuntai di tepi ranjang. Tindakanku itu membuat Bu Rum agak kaget. Namun tidak marah dan bahkan sepertinya ia menunggu tindakan yang akan kulakukan selanjutnya. Namun setelah pahanya kembali kukangkangkan dan kontolku kembali kuarahkan ke lubang vaginanya, Bu Rum tersenyum. “Kamu pengin ngentot sambil ngelihatin memek ibu Win? Iya sayang, kamu boleh melakukan apa saja pada ibu,” katanya.

Ternyata menyetubuhi sambil berdiri dan melihat ketelanjangan lawan mainnya benar-benar lebih asyik. Lebih merangsang karena bisa melihat keluar masuknya kontol di lubang memek. Saat kontolku kutekan, bibir memeknya yang berkerut-kerut seperti ikut melesak masuk. Namun saat kutarik, seluruh bagian dalam memeknya seakan ikut keluar termasuk jengger ayamnya yang menggelambir. Pemandangan itu membuat aku kian terangsang dan kian bersemangat untuk memompanya. Teteknya juga ikut terguncang-guncang mengikuti hentakan yang kulakukan. Aku makin bernafsu dan makin cepat irama kocokan dan sodokan kontolku di liang sanggamanya. Bu Rum tak dapat menyembunyikan kenikmatan yang dirasakan. Ia merintih dan mendesah dengan mata membeliak-beliak menahan nikmat. Sesekali ia remasi sendiri susunya sambil mengerang-erang. Aku juga memperoleh nikmat yang sulit kulukiskan. Meski lubang memek Bu Rum sudah longgar tetapi tetap memberi kenikmatan tersendiri hingga pertahananku nyaris kembali jebol.

“sshhh … aahh… sshhh… aaakkhhh… memek ibu enak banget. Saya nggak kuat bu,” ujarku mendesahsambil terus memompanya.
“Tahan sebentar Win. Aaahhh.. sshhh… kontolmu juga enak banget,”Bu Rum bangkit memeluk serta menarik pinggangku hingga tubuhku ambruk menindihnya. Kedua kakinya yang panjang langsung membelit pinggangku dan menekannya dengan kuat. Selanjutnya Bu Rum membuat gerakan memutar pada pinggul dan pantatnya. Memutar dan seperti mengayak. Akibatnya batang kontolku yang berada di kedalaman lubang memeknya serasa diperah. Kenikmatan yang kurasakan kian memuncak. Terlebih ketika dinding- dinding vaginanya tak hanya memerah tetapi juga mengempot dan menghisap. Kenikmatan yang diberikan benar-benar makin tak tertahan.”
Ooohh… aahh… aahhh.. ssshhh… aakkhh enak banget. Saya …aaahhh nggak kuat Bu. Ohhh enakkkhhh bangeet,”
“I..iiya Win, ibu juga mau nyampe. Tahan ya sebentar ya..aaahhh…sshhh.. sshhhh…aahhh….ssshh ….aaaoookkkh,”

Goyangan pantat dan pinggul Bu Rum makin kencang. Dan puncaknya, ia memeluk erat tubuhku sambil mengangkat pinggangnya tinggi-tinggi. Saat itu, di antara rintihan dan erangannya yang makin menjadi kurasakan tubuhnya mengejang dan empotan memeknya pada kontolku kian memeras. Maka muncratlah spermaku di kehangatan lubang memeknya berbarengan dengan semburan hangat dari bagian paling dalam vagina guru mengaji ibuku.Karena kenikmatan yang aku dapatkan, cukup lama aku terkapar di ranjang Bu Rum.

Saat aku terbangun, Bu Rum sudah menyiapkan segelas teh panas dan mengajakku menyantap lontong dan opor ayam bikinan ibuku. Kami menyantapnya dengan nikmat. Bahkan dua bungkus rokok kegemaranku telah tersedia di meja makan. Kata Bu Rum, ia menyempatkan membelinya di warung Lik Karni saat aku tertidur.

Malam itu Bu Rum benar-benar melampiaskan hasratnya yang tertahan cukup lama. Sesudah makan aku diajaknya bergumul di karpet di ruang tengah di depan televisi lalu berlanjut di ranjang kamar tidurnya. Aku bak seorang murid baru yang cerdas dan cepat pintar menerima pelajaran. Ia mengaku sangat menikmati dan merasa puas oleh sogokan-sogokan kontolku di memeknya yang memiliki jengger ayam.

“Ibu kira udah nggak bakalan merasakan enaknya yang seperti ini lagi. Karena sudah lima tahun lebih sejak bapak kena stroke tidak pernah mendapatkannya. Makanya terpaksa pakai pisang dan kadang kontol karet kalau lagi kepengen,” katanya sambil meremas gemas kontolku setelah persetubuhan yang keempat kalinya malam itu.Ternyata wanita yang selalu tampil bak muslimah yang taat itu, juga memiliki beberapa koleksi film porno. Ia sempat menyetel sejumlah koleksinya untuk ditonton bersamaku saat istirahat setelah ngentot yang ketiga di depan televisi. Namun yang mengejutkan, karena “nonton bareng” film porno aku jadi tahu kalau ibuku juga penggemar film porno.Itu terlontar secara tak disengaja oleh Bu Rum. Kata Bu Rum yang paling banyak dikoleksi adalah yang menggambarkan adegan incest atau hubungan seks antar anggota keluarga.

Saat itu Bu Rum memutar dua film. Film pertama menggambarkan adegan seks antara pria muda berkulit hitam dengan wanita tua kulit putih. Sang wanita kulit putih dibuat merintih dan mengerang karena sogokan kontol pria pasangannya yang perkasa. Cerita sex jilbab stw lainay bisa anda baca di ceritaserudewasa.info Bahkan akhirnya si wanita merelakan anusnya dijebol kontol panjang sang negro muda. Film kedua yang merupakan semi film cerita mengisahkan wanita STW yang bekerja di perusahaan penebangan hutan. Suaminya selalu pergi cukup lama dan hanya beberapa hari tinggal di rumah karena pekerjaannya itu.Si ibu yang sering merasa kesepian saat suaminya pergi, sering mengobel-ngobel sendiri memek dan itilnya saat hasrat seksnya datang.Ulah si ibu sering dipergoki secara diam-diam oleh pria remaja yang merupakan anak sulungnya. Maka di satu kesempatan, saat tengah bermasturbasi dan sang anak tak tahan menahan nafsu ia mendekati sang ibu. Keduanya larut dalam permainan panas di dapur, ranjang dan bahkan di kamar mandi tanpa peduli bahwa sebenarnya mereka pasangan ibu dan anak.

Usai pemutaran film yang kedua, kukatakan pada Bu Rum bahwa dibanding film yang pertama, adegan seks ibu dan anak yang paling bagus. Tetapi komentarku itu membuat Bu Rum keceplosan. Tanpa sadar ia menyebut bahwa film porno itu dipinjam dari Bu Narsih (nama ibuku). Saat itu ia berusaha meralat. Ia mungkin baru bahwa yang diajaknya bicara adalah aku anak Bu Narsih. Tetapi akhirnya Bu Rum tersenyum dan berterusterang.

“Keinginan manusia akan seks kan manusiwai Win. Seperti ibu dan ibumu,meskipun sudah berumur tetapi kebutuhan akan itu masih belum padam,”kata Bu Rum.

Ibuku memang sudah 3,5 tahun menjada setelah ayah meninggal akibat menderita diabetes cukup lama. Untuk menikah lagi mungkin malu karena cucunya sudah tiga yang diperoleh dari Mbak Ratri, kakak perempuanku.Bahkan salah satu cucunya sudah duduk di bangku SLTP. Maka ia memilih memendam hasratnya dan lebih menyibukkan diri pada usaha jual beli perhiasan berlian yang menjadi usahanya selama ini.

Menurut Bu Rum, koleksi film-film porno yang dimiliki ibuku cukup banyak. Koleksi film seksnya yang berthema hubungan seks sedarah tergolong lengkap. Bahkan Bu Rum mengaku, ia mengenal penis palsu dari karet yang dikenal dengan sebutan dildo juga dari ibuku. “Pergaulan ibumu kan luas terutama dengan ibu-ibu dari kalangan menengah atas. Mungkin dari ibu-ibu yang menjadi sasaran bisnisnya itu ia jadi mengenal banyak hal,” ujar Bu Rum menambahkan.

Meskipun sangat kaget, tetapi aku tidak mencoba memperlihatkannya di hadapan Bu Rum. Sebab sebagai anaknya aku tidak pernah melihat ibu nonton film porno atau barang-barang berbau seks yang dimilikinya. Di kamar tidur ibu memang ada televisi berukuran besar dan perangkat pemutar DVD. Tetapi kebanyakan film-filmnya adalah film hindustan karena ibu penggemar berat bintang Shah Ruk Khan. Berarti ia memiliki tempat penyimpanan khusus, ujarku membathin.

Sekitar pukul 03.00 dini hari, dengan tubuh lunglai aku meninggalkan rumah Bu Rum dengan mengendap agar tidak dipergoki warga lainnya. Ibuku membukakan pintu sambil menggerutu. Katanya mengganggu orang tidur.Tetapi wajahnya kulihat tidak seperti orang bangun tidur. Bahkan televisi di kamarnya terdengar masih menyala. Seperti kebiasaanya saat tidur ia selalu mengenakan daster longgar.Tetapi saat itu dasternya kelewat tipis hingga terlihat membayang lekuk-liku tubuhnya yang aduhai. Ternyata ia juga tidak memakai kutang dan celana dalam sampai-sampai kulihat tonjolan putingnya pada sepasang buah dadanya yang hampir sama besar dengan punya Bu Rum. Ah bisa jadi ibu bukannya tidur. Tetapi lagi asyik mengocok-ngocok memeknya dengan kontol karetnya sambil nonton adegan seorang ibu yang tengah ngentot sama anak lelakinya. Hanya karena terlalu kecapaian, aku langsung masuk kamar dan tidur.

Lihat Juga :  Cerita Bokep Tubuh Mulus Mbak Lala

Tamat

Cerita Dewasa Kenikmatan Jepitan Susu Lidya

$
0
0

Cerita Dewasa Kenikmatan Jepitan Susu Lidya – Kenikmatan Jepitan Susu Lidya – Lega rasanya aku melihat pagar rumah kosku setelah terjebak dalam kemacetan jalan dari kampusku. Kulirik jam tanganku yang menunjukkan pukul 21.05 yang berarti aku telah menghabiskan waktu satu jam terjebak dalam arus lalu-lintas Jakarta yang begitu mengerikan. Setelah memarkir mobilku, bergegas aku menuju ke kamarku dan kemudian langsung menghempaskan tubuh penatku ke ranjang tanpa sempat lagi menutup pintu kamar.

Baru saja mataku tertutup, tiba-tiba saja aku dikejutkan oleh ketukan pada pintu kamarku yang disertai dengan teriakan nyaring dari suara yang sudah sangat aku kenal.
“Ko, lo baru pulang yah?” gelegar suara Voni memaksa mataku untuk menatap asal suara itu.
“iya, memangnya ada apa sih teriak-teriak?” jawabku sewot sambil mengucek mataku.
“Ini gue mau kenalin sepupu gue yang baru tiba dari Bandung” jawabnya sambil tangan kirinya menarik tangan seorang cewek masuk ke kamarku.

Kuperhatikan cewek yang disebut Voni sebagai sepupunya itu, sambil tersenyum aku menyodorkan tangan kananku kearahnya “Hai, namaku Riko”
“Lydia” jawabnya singkat sambil tersenyum kepadaku.
Sambil membalas senyumannya yang manis itu, mataku mendapati sesosok tubuh setinggi kira-kira 165 cm, walaupun dengan perawakan sedikit montok namun kulitnya yang putih bersih seakan menutupi bagian tersebut.
“Riko ini teman baik gue yang sering gue ceritain ke kamu” celetuk Voni kepada Lydia.
“Oh..”
“Nah, sekarang kan loe berdua udah tau nama masing-masing, lain kali kalo ketemu kan bisa saling memanggil, gue mau mandi dulu yah, daag..” kata Voni sambil berjalan keluar dari kamarku.
Aku menanggapi perkataan Voni barusan dengan kembali tersenyum ke Lydia.
“Cantik juga sepupu Voni ini” pikirku dalam hati.
“Lydia ke Jakarta buat liburan yah?” tanyaku kepadanya.
“Iya, soalnya bosen di Bandung melulu” jawabnya.
“Loh, memangnya kamu nggak kuliah?”
“Nggak, sehabis SMA aku cuma bantu-bantu Papa aja, males sih kuliah.”
“Rencananya berapa lama di Jakarta?”
“Yah.. sekitar 2 minggu deh”
“Riko aku ke kamar Voni dulu yah, mau mandi juga ”
“Oke deh”
Sambil tersenyum lagi dia berjalan keluar dari kamarku. Aku memandang punggung Lydia yang berjalan pelan ke arah kamar Voni. Kutatap BH hitamnya yang terlihat jelas dari balik kaos putih ketat yang membaluti tubuhnya yang agak bongsor itu sambil membayangkan dadanya yang juga montok itu. Setelah menutup pintu kamarku, kembali kurebahkan tubuhku ke ranjang dan hanya dalam sekejab saja aku sudah terlelap.
“Ko, bangun dong”
Aku membuka kembali mataku dan mendapatkan Voni yang sedang duduk di tepi ranjangku sambil menggoyangkan lututku.
“Ada apa sih?” tanyaku dengan nada sewot setelah untuk kedua kalinya dibangunkan.
“Kok marah-marah sih, udah bagus gue bangunin. Liat udah jam berapa masih belom mandi!”
Aku menoleh ke arah jam dindingku sejenak.
“Jam 11, emang kenapa kalo gue belum mandi?”
“Kan loe janji mau ngetikin tugas gue kemaren”
“Aduh Voni.. kan bisa besok..”
“Nggak bisa, kan kumpulnya besok pagi-pagi”
Aku bergegas bangun dan mengambil peralatan mandiku tanpa menghiraukan ocehan yang terus keluar dari mulut Voni.
“Ya udah, gue mandi dulu, loe nyalain tuh komputer!”
*****
Tulisan di layar komputerku sepertinya mulai kabur di mataku.
“Gila, udah jam 1, tugas sialan ini belum selesai juga” gerutuku dalam hati.
“Tok.. Tok.. Tok..” bunyi pintu kamarku diketok dari luar.
“Masuk!” teriakku tanpa menoleh ke arah sumber suara.
Terdengar suara pintu yang dibuka dan kemudian ditutup lagi dengan keras sehingga membuatku akhirnya menoleh juga. Kaget juga waktu kudapati ternyata yang masuk adalah Lydia.
“Eh maaf, tutupnya terlalu keras” sambil tersenyum malu dia membuka percakapan.
“Loh, kok belum tidur?” dengan heran aku memandangnya lagi.
“Iya nih, nggak tau kenapa nggak bisa tidur”
“Voni mana?” tanyaku lagi.
“Dari tadi udah tidur kok”
“Gue dengar dari dia katanya elo lagi buatin tugasnya yah?”
“Iya nih, tapi belum selesai, sedikit lagi sih”
“Emang ngetikin apaan sih?” sambil bertanya dia mendekatiku dan berdiri tepat disamping kursiku.
Aku tak menjawabnya karena menyadari tubuhnya yang dekat sekali dengan mukaku dan posisiku yang duduk di kursi membuat kepalaku berada tepat di samping dadanya. Dengan menolehkan kepalaku sedikit ke kiri, aku dapat melihat lengannya yang mulus karena dia hanya memakai baju tidur model tanpa lengan. Sewaktu dia mengangkat tangannya untuk merapikan rambutnya, aku dapat melihat pula sedikit bagian dari BHnya yang sekarang berwarna krem muda.

“Busyet.. loe harum amat, pake parfum apa nih?”
“Bukan parfum, lotion gue kali”
“Lotion apaan, bikin terangsang nih” candaku.
“Body Shop White Musk, kok bikin terangsang sih?” tanyanya sambil tersenyum kecil.
“Iya nih beneran, terangsang gue nih jadinya”
“Masa sih? berarti sekarang udah terangsang dong”
Agak terkejut juga aku mendengar pertanyaan itu.
“Jangan-jangan dia lagi memancing gue nih..” pikirku dalam hati.
“Emangnya loe nggak takut kalo gue terangsang sama elo?” tanyaku iseng.
“Nggak, memangnya loe kalo terangsang sama gue juga berani ngapain?”
“Gue cium loe ntar” kataku memberanikan diri.
Tanpa kusangka dia melangkah dari sebelah kiri ke arah depanku sehingga berada di tengah-tengah kursi tempat aku duduk dengan meja komputerku.
“Beneran berani cium gue?” tanyanya dengan senyum nakal di bibirnya yang mungil.
“Wah kesempatan nih” pikirku lagi.
Aku bangkit berdiri dari dudukku sambil mendorong kursiku sedikit ke belakang sehingga kini aku berdiri persis di hadapannya.
Sambil mendekatkan mukaku ke wajahnya aku bertanya ” Bener nih nggak marah kalo gue cium?”
Dia hanya tersenyum saja tanpa menjawab pertanyaanku.
Tanpa pikir panjang lagi aku segera mencium lembut bibirnya. Lydia memejamkan matanya ketika menerima ciumanku. Kumainkan ujung lidahku pelan kedalam mulutnya untuk mencari lidahnya yang segera bertaut dan saling memutar ketika bertemu. Sentuhan erotis yang kudapat membuat aku semakin bergairah dan langsung menghujani bibir lembut itu dengan lidahku.
Sambil terus menjajah bibirnya aku menuntun pelan Lydia ke ranjang. Dengan mata masih terpejam dia menurut ketika kubaringkan di ranjangku. Erangan halus yang didesahkan olehnya membuatku semakin bernafsu dan segera saja lidahku berpindah tempat ke bagian leher dan turun ke area dadanya.
Setelah menanggalkan bajunya, kedua tanganku yang kususupkan ke punggungnya sibuk mencari kaitan BH-nya dan segera saja kulepas begitu aku temukan. Dengan satu tarikan saja terlepaslah penutup dadanya dan dua bukit putih mulus dengan pentil pink yang kecil segera terpampang indah didepanku. Kuremas pelan dua susunya yang besar namun sayang tidak begitu kenyal sehingga terkesan sedikit lembek.
Puting susunya yang mungil tak luput dari serangan lidahku. Setiap aku jilati puting mungil tersebut, Lydia mendesah pelan dan itu membuatku semakin terangsang saja. Entah bagaimana kabar penisku yang sedari tadi telah tegak berdiri namun terjepit diantara celanaku dan selangkangannya.
Putingnya yang kecil memang sedikit menyusahkan buatku sewaktu menyedot bergantian dari toket kiri ke toket kanannya, namun desahan serta gerakan-gerakan tubuhnya yang menandakan dia juga terangsang membuatku tak tahan untuk segera bergerilya ke perutnya yang sedikit berlemak.

Namun ketika aku hendak melepas celananya, tiba-tiba saja dia menahan tanganku.
“Jangan Riko!”
“Kenapa?”
“Jangan terlalu jauh..”
“Wah, masa berhenti setengah-setengah, nanggung nih..”
“Pokoknya nggak boleh” setengah berteriak Lydia bangkit dan duduk di ranjang.
Kulihat dua susunya bergantung dengan anggunnya di hadapanku.
“Kasihan ama ini nih, udah berdiri dari tadi, masa disuruh bobo lagi?” tanyaku sambil menunjuk ke arah penisku yang membusung menonjol dari balik celana pendekku.
Tanpa kusangka lagi, tiba-tiba saja Lydia meloroti celanaku plus celana dalamku sekalian.
Aku hanya diam ketika dia melakukan hal itu, pikirku mungkin saja dia berubah pikiran.
Tetapi ternyata dia kemudian menggenggam penisku dan dengan pelan mengocok penisku naik turun dengan irama yang teratur.
Aku menyandarkan tubuhku pada dinding kamar dan masih dengan posisi jongkok dihadapanku Lydia tersenyum sambil terus mengocok batang penisku tetapi semakin lama semakin cepat.
Nafasku memburu kencang dan jantungku berdegub semakin tak beraturan dibuatnya, walaupun aku sangat sering masturbasi, tapi pengalaman dikocok oleh seorang cewek adalah yang pertama bagiku, apalagi ditambah pemandangan dua susu montok yang ikut bergoyang karena gerakan pemiliknya yang sedang menocok penisku bergantian dengan tangan kiri dan kanannya.
“Lyd.. mau keluar nih..” lirih kataku sambil memejamkan mata meresapi kenikmatan ini.
“Bentar, tahan dulu Ko..”jawabnya sambil melepaskan kocokannya.
“Loh kok dilepas?” tanyaku kaget.
Tanpa menjawab pertanyaanku, Lydia mendekatkan dadanya ke arah penisku dan tanpa sempat aku menebak maksudnya, dia menjepit penisku dengan dua susunya yang besar itu. Sensasi luar biasa aku dapatkan dari penisku yang dijepit oleh dua gunung kembar itu membuatku terkesiap menahan napas. Sebelum aku sempat bertindak apa-apa, dia kembali mengocok penisku yang terjepit diantara dua susunya yang kini ditahan dengan menggunakan kedua tangannya.

Kali ini seluruh urat-urat dan sendi-sendi di sekujur tubuhku pun turut merasakan kenikmatan yang lebih besar daripada kocokan dengan tangannya tadi.
“Enak nggak Ko?” tanyanya lirih kepadaku sambil menatap mataku.
“Gila.. enak banget Sayang.. terus kocok yang kencang..”
Tanganku yang masih bebas kugerakkan kearah pahanya yang mulus. Sesekali memutar arah ke bagian belakang untuk merasakan pantatnya yang lembut.
“Ahh.. ohh..” desahnya pelan sambil kembali memejamkan matanya.
Kocokan serta jepitan susunya yang semakin keras semakin membuatku lupa daratan.
“Lyd.. aku keluar..”
Tanpa bisa kutahan lagi semprotan lahar panasku yang kental segera menyembur keluar dan membasahi lehernya dan sebagian area dadanya. Seluruh tubuhku lemas seketika dan hanya bisa bersandar di dinding kamar. Aku memandang nanar ke Lydia yang saat itu bangkit berdiri dan mencari tissue untuk membersihkan bekas spermaku. Ketika menemukan apa yang dicari, sambil tersenyum lagi dia bertanya
“Kamu seneng nggak”
Aku mengangguk sambil membalas senyumannya.
“Jangan bilang siapa-siapa yah, apalagi sama Voni” katanya memperingatkanku sambil memakai kembali BH dan bajunya yang tadi kulempar entah kemana.
“Iyalah.. masa gue bilang-bilang, nanti kamu nggak mau lagi ngocokin gue”
Lydia kembali hanya tersenyum padaku dan setelah menyisir rambut panjangnya dia pun beranjak menuju pintu.
“Gue bersih-bersih dulu yah, abis itu mau bobo” ujarnya sebelum membuka pintu.
“Thanks yah Lyd.. besok kesini lagi yah” balasku sambil menatap pintu yang kemudian ditutup kembali oleh Lydia.
Aku memejamkan mata sejenak untuk mengingat kejadian yang barusan berlalu, mimpi apa aku semalam bisa mendapat keberuntungan seperti ini. Tak sabar aku menunggu besok tiba, siapa tahu ternyata bisa mendapatkan lebih dari ini. Mungkin saja suatu saat aku bisa merasakan kenikmatan dari lubang surga Lydia, yang pasti aku harus ingat untuk menyediakan kondom di kamarku dulu.

Lihat Juga :CERITA DEWASA PACAR TEMAN YANG SANGE

Tamat.

Cerita Mesum dengan Adik Kandungku Sendiri

$
0
0

Cerita Mesum dengan Adik Kandungku Sendiri – Namaku Mona, umurku 24 tahun, aku sudah menikah dan mempunyai satu anak lelaki.. Berikut cerita panas ini aku ingin berbagi pengalamantentang hubunganku dengan adik kandungku sendiri. Kejadian ini terjadi dua tahun yang lalu ketika aku berusia 22 tahun dan adikku berusia 18 tahun. Kami adalah 3 bersaudara, kakakku Diana telah menikah dan ikut suaminya, sedangkan aku dan adikku tinggal bersama orang tua kami. Aku sendiri berperawakan sedang, tinggiku 160cm berat badan 52kg, orang bilang aku montok, terutama pada bagian pinggul/pantat. Payudaraku termasuk rata2 34 saja. Kulitku putih selalu menjadi perhatian orang2 bila sedang berjalan keluar rumah.Aku mempunyai seorang pacar berusia 2 tahun diatasku, dia adalah kakak kelas kuliahku.

Aku dan pacarku berpacaran sudah 2 tahun lebih, dan selama itu paling jauh kami hanya melakukan petting, sailng raba, saling cium dan saling hisap….. Pacarku sangat ingin menerobos vaginaku jika saat petting, tapi aku sendiri tidak ingin hal itu terjadi sebelum kami menikah, jadi aku mengeluarkan air maninya dengan cara swalayan, yaitu mengocok kontolnya. Aku juga kerap dipaksa menghisap kontol pacarku yang mana sebenernya aku agak jijik melakukannya. Keseringan petting dengan pacarku membuatku menjadi haus akan belaian lelaki dan selalu iingin disentuh, sehari saja tidak dibelai rasanya tersiksa sekali… entah kenapa aku jadi ketagihan… Sampai akhirnya kau sendiri melakukannya dengan tanganku sendiri dikamarku sendiri. Sering aku meraba-raba payudaraku sendiri dan mengusap-usap memeku sendiri sampai aku orgasme.

Inilah kesalahan ku, aku tidak menyadari kalau selama ini adikku John sering mengintip aku… ini aku ketahui setelah dia mengakuinya saat berhasil membobol keperawananku, kakaknya sendiri. Awal mulanya, ketika itu aku, mamaku dan adikku John pergi ke supermarket 500m dekat rumah. Karena belanjaan kami banyak kami memutuskan untuk naik becak. Saat itu aku memakai celana panjang ketat setengah lutut, dan karena kami hanya naik satu becak, aku memutuskan untuk di pangku adikku, sedangkan mamaku memangku belanjaan. Diperjalanan yang hanya 500m itu, ketika aku duduk di pangkuan adikku, aku merasakan sesuatu bergerak-gerak dipantatku, aku sadar bahwa itu kontol adikku, keras sekali dan berada di belahan pantatku. Aku membiarkannya, karena memang tidak ada yang bisa kulakukan. Bahkan ketika di jalan yang jelek, semakin terasa ganjalan dipantatku. Karena aku juga sangat rindu belaian pacarku yang sudah 3 hari tidak ke rumah, diam diam aku menikmatinya. Sejak kejadian itu, aku sering melihat dia memperhatikan tubuhku, agak risi aku diperhatikan adikku sendiri, tapi aku berusaha bersikap biasa.

Suatu hari, aku dan pacarku melakukan petting di kamarku… Aku sangat terangsang sekali… dia meraba dan membelai-belai tubuhku. Sampai akhirnya pacarku memaksakku membuka celana dalamku dan memaksaku untuk mengijinkannya memasukkan kontolnya ke memekku. Tentu saja aku keberatan, walaupun aku sangat terangsang tapi aku berusaha untuk mempertahankan keperawananku. Dalam ketelajanganku aku memohon padanya untuk tidak melakukannya. Dan anehnya aku malah berteriak minta tolong. Hal ini di dengar oleh adikku John, dia langsung menerobos kamarku dan mengusirnya, saat itu juga pacarku ketakutan, karena memang badan adikku jauh lebih besar. Aku lansung menutupi tubuhku yang telanjang dan aku yakin adikku melihat ketelajanganku. Dan pacarku sendiri langsung memakaipakaiannya dan pamit pulang.

Sejak itu, pacarku jadi jarang ke rumah. Dari selentingan teman-teman ku, pacarku katanya mempunyai teman cewe lain yang sering jalan dengannya. Tentu saja aku sedih mendengarnya, tapi aku juga merasa beruntung tidak ternodai olehnya. Suatu malam aku berbincang-bincang dengan adikku, aku berterima kasih padanya karena dia telah menggagalkan pacarku menodaiku. Aku kaget ketika adikku ngomong bahwa, aku ngga bisa menyalahkan pacarku karena memang bodyku sexy sekali dan setiap laki-laki pasti ingin merasakan tubuhku. Ketika kutanya, jika setiap lelaki, apakah adikku juga ingin merasakan tubuhku juga… dia menjawab: “Kalau kakak bukan kakakku, ya aku juga pengen, aku kan juga lelaki” aku sangat kaget mendengar jawabannya tapi aku berusaha itu adalah pernyataan biasa, aku langsung aja tembak, “emang adik pernah nyobain cewe?” dia bilang “ya, belum kak”…. itulah percakapan awal bencana itu.

Malam harinya aku membayangkan bercinta dengan pacarku, kau merindukan belaiannya… lalu aku mulai meraba-raba tubuhku sendiri… tapi aku tetap tidak bisa mencapai apa yang aku inginkan… sekilas aku membayangkan adikku… lalu aku memutuskan untuk mengintip ke kamarnya… Malam itu aku mengendap-endap dan perlahan-lahan nak keatas kursi dan dari lubang angin aku mengintip adikku sendiri, aku sangat kaget sekali ketika melihat adikku dalam keadaan tak memakai celana dan sedang memegan alat vitalnya sendiri, dia melakukan onani, aku terkesima melihat ukuran kontolnya, hampir 2 kali pacarku,
gila kupikir, kok bisa yah sebesar itu punya adikku… Dan yang lebih kaget, di puncak orgasmenya dia meneriakkan namaku… Saat itu perasaanku bercampur baur antar nafsu dan marah… aku langsung balik kekamarku dan membayangkan apa yang baru saja aku saksikan. Pagi harinya, libidoku sangat tinggi sekali, ingin dipuaskan adikku tidak mungkin, maka aku memutuskan untuk mendatangi pacarku. Pagi itu aku langsung kerumah pacarku dan kulihat dia sangat senang aku dating… ditariknya aku ke kamarnya dan kami
langsung bercumbu… saling cium saling hisap dan perlahan-lahan baju kami lepas satu demi satu sampai akhirnya kami telanjang bulat. Gilanya begitu aku melihat kontolnya, aku terbayang kontol adikku yang jauh lebih besar darinya… sepert biasa dia menyuruhku menghisap kontolnya, dengan terpaksa aku melakukannya, dia merintih-rintih keenakkan dan mungkin karena hampir orgasme dia menarik kepalaku.
“Jangan diterusin, aku bisa keluar katanya” lalu dia mula menindihi ku dan dari nafasnya yang memburu kontolnya mencari-cari lubang memekku… begitu unjung kontolnya nempel dan baru setengah kepalanya masuk, aku kaget karena dia sudah langsung orgasme, air maninya belepotan diatas memekku…
“Ohhhhh…” katanya.
Dia memelukku dan minta maaf karena gagal melakukan penetrasi ke memekku. Tentu saja aku sangat kecewa, karena libidoku masih sangat tinggi.
“Puaskan aku dong… aku kan belum…” rengekku tanpa
malu-malu. Tapi jawabannya sangat menyakitkanku…
“Maaf, aku harus buru-buru ada janji dengan sisca” katanya tanpa ada rasa ngga enak sedikitpun. Aku menyembunyikan kedongkolanku dan buru-buru berpakaian dan kami berpisah ketika keluar dari rumahnya. Diperjalanan pulang aku sangat kesal dan timbul kenginanku untuk menyeleweng, apalagi selama diperjalanan banyak sekali lelaki yang mengodaku dar tukang becak, kuli bangunan sampai
setiap orang di bis. Begitu sampai rumah aku memergoki adikku yang akan pergi ke sport club, dia mengajakku untuk ikut dan aku langsung menyanguppinya karena memang aku juga ingin melepaskan libidoku dengan cara berolah raga. Di tempat sport club, kam berolah raga dari senam sampai berenang dan puncaknya kami mandi sauna. Karena sport club tersebut sangat sepi, maka aku minta adikku satu kamar
denganku saat sauna. Saat didalam adikku bilang “kak, baju renangnya ganti tuh, kan kalau tertutup gitu keringatnya ngga keluar, percuma sauna”
“Abis pake apa” timpalku, “aku ngga punya baju lagi”
“Pake celana dalem sam BH aja kak, supaya pori-porinya kebuka”
katanya
Pikirku, bener juga apa katanya, aku langsung keluar dan menganti baju renangku dengan BH dan celana dalam, sialnya aku memakai celana dalam G-string putih sehabis dari rumah pacarku tadi… Tapi “ah, cuek aja.. toh adikku pernah liat aku telanjang juga”.
Begitu aku masuk, adikku terkesima dengan penampilanku yang sangat berani… kulihat dia berkali-kali menelan ludah, aku pura-pura acuh dan langsung duduk dan menikmati panasnya sauna. Keringat mencucur dari tubuhku, dan hal itu membuat segalanya tercetak didalam BH dan celana dalamku… adikku terus memandang tubuhku dan ketka kulihat kontolnya, aku sangat kaget, dan mengingatkanku ke hal semalam ketika adikku onani dan yang membuat libidoku malah memuncak adalah kepala kontolnya muncul diatas celana renangnya. Aku berusaha untuk tidak melihat, tapi mataku selau melirik ke bagian itu, dan nafasku semakin memburu dan kulihat adikku melihat kegelisahanku. Aku juga membayangkan kejadian tadi
pagi bersama pacarku, aku kecewa dan ingin pelampiasan. Dalam kediaman itu aku tidak mampu untuk bertahan lagi dan aku memulainya dengan berkata:
“Ngga kesempitan tuh celana, sampe nongol gitu”
“Ia nih, si otong ngga bisa diajak kompromi kalo liat cewe
bahenol” katanya
“Kasian amat tuh, kejepit. Buka aja dari pada kecekik” kataku
lebih berani
“Iya yah…” katanya sambil berdiri dan membuka celananya…
Aku sangat berdebar-debar dan berkali-kali menggigit bibirku melihat batang kemaluan adikku yang begitu besar. Tiba-tiba adikku mematikan mesin saunanya dan kembali ke tempatnya.
“Kenapa dimatiin” kataku
“Udah cukup panas kak” katanya
Memang saat juga aku merasa sudah cukup panas, dan dia kembali duduk, kami saling memandang tubuh masing-masing. Tiba-tiba cairan di memekku meleleh dan gatal menyelimuti dinding memekku, apalagi melihat kontol adikku. Akal warasku datang dan aku langsung berdiri dan hendak keluar, tapi adikku malah mencegahku “nanti kak”.
“Kan udah saunanya ” timpalku, aku sangat kaget dia berada
tepat di depanku dengan kontol mengacung ke arahku, antara takut dan ingin.
“Kakak udah pernah gituan belum kak” kata adikku
“Belum” kataku, “emang kamu udah..?” lanjutku
“Belum juga kak, tapi pengen nyoba” katanya
“Nyoba gimana???? Nantikan juga ada saatnya” kataku berbalik
kearah pintu dan sialnya kunci lokerku jatuh, ketika aku memungutnya, otomatis aku menunggingi adikku dan buah pantatku yang besar menempel di kontolnya.
Gilanya aku malah tetap diposisi itu dan menengok ke arah adikku. Dan tak kusangka adikku memegang pinggulku dan menempelkan kontolnya dibelahan pantatku yang hanya tertutup
G-string.
“Oh kak…. bahenol sekali, aku pengen nyobain kak” katanya
dengan nafas memburu.
“Aw… dik ngapain kamu” timpalku tanpa berusaha merubah
posisiku, karena memang aku juga menginginkannya.
“Pengen ngentot kakak” katanya kasar sambil menekan batangnya
kepantatku.
Aku menarik pantatku dan berdiri membelakanginya, “Aku kan
kakakmu John, inget dong”
Adikku tetap memegang pinggulku “tolong kak.. asal nempel
aja.. nga usah dimasukkin, aku ngga tahan banget”
“Tolong kak,” katanya memelas. Aku di suruh nagpain juga mau kak, asal bisa nempelin aja ke memek kakak”.
Pikiranku buntu, aku juga punya libido yang tak tertuntaskan tadi pagi.. dan membayangkan pacarku menunggangi sisca, libidoku tambah naik..
“Persetan dengan pacar brengsek” batinku.
“Jangan disini” pintaku.
“Sebentar aja kak, asal nempel aja 1 menit” katanya meremas
pinggulku.
“Kakak belum siap” kataku.
“Kakak nungging aja, nanti aku panasin” katanya.
Bagai terhipnotis aku menuruti apa katanya, sambil memegang grendel pintu, aku menungginginya dan dengam pelan-pelan dia membuka G-stringku dan melemparkannya. Dan dia jongkok di belakangku dan gilanya dia menjulurkan lidahnya menjilat memeku dari belakang…
“Oh… ngapain kamu dik…” kataku tanpa melarangnya.
Dia terus menjulurkan lidah dan menjilati memekku dari belakang.. ohhhh… gila pikirku… enak banget, pacarku saja ngga mau ngejilatin memekku, adikku sendiri dengan rakus menjilati memekku
“Gila kamu dik, enak banget, belajar dimana” rintihku…
Tanpa menjawab dia terus menjilati memekku dan meremas remas bokongku sampai akhirnya lama-lama memekku basah sekali dan bagian dalam memekku gatal sekali…
Tiba-tiba dia berdiri dan memegang pinggulku..
“Udah panas kak” katanya mengarahkan kontolnya kepantatku dan
memukul-mukul kepala kontolnya kepantatku….
“udah….” kataku sambil terus menungging dan menoleh ke arah
adikku…
“Jangan bilang siapa-siapa yah dik” kataku.
Adikku berusaha mencari lubang memekku dengan kepala kontolnya
yang besar… dia kesulitan…
“Mana lubangnya kak..” katanya.
Tanpa sadar aku menjulurkan tangan kananku dan menggengam
kontolnya dan menuntun ke mulut goaku…
“Ini dik” kataku begitu tepat di depannya, “gesek-gesek aja
yah dik”.
“Masukin dikit aja kak” katanya menekan kontolnya.
“aw… dik, gede banget sih” kataku, “pelan-pelan….”.
Begitu kepala kontolnya membuka jalan masuk ke memekku, adikku pelan-pelan menekannya.. dan mengeluarkannya lagi sedikit sedikit… tapi tidak sampai lepas… terus ia lakukan sampai
membuat aku gemas….
“Oh.. dik…. enak…. dik…. udah yah…” kataku
pura-pura…..
“Belum kak…. baru kepalanya udah enak yah….”
“Memang bisa lebih enak…???” kataku menantang.
Dan…. langsung menarik pinggulku sehingga batang kontolnya
yang besar amblas ditelan memekku”
Aku merasakan perih luar biasa dan “aw…. sakit dik…”
teriakku.
Adikku menahan batangnya didalam memekku ….
“Oh…kak…nikmat banget…..” dan secara perlahan dia
menariknya keluar dan memasukannya lagi, sungguh sensasi luar
biasa. Aku merasakan nikmat yang teramat sangat, begitu juga
adikku…
“Oh, kak… nikmat banget memekmu..” katanya.
“Ssssshhhh… ia dik… enak banget” kataku.
Lima belas menit dia mengenjotku, sampai akhirnya aku merasakan orgasme yang sangat panjang dan nikmat disusul erangan adkku sambil menggengam pinggulku agar penetrasinya maksimum.
“Oh.. kak.. aku keluar.. nikmat banget…” katanya
Sejenak dia memelukku dari belakang, dan mulai mencabut kontolnya di memekku…
“Ma kasih kak” katanya tanpa dosa dan memakaikan celanaku lagi. Aku bingung bercampur menyesal dan ingin menangis. Aku langsung keluar dan membersihkan diri sambil menyesali
diri..
“kenapa adikku????”
Dalam perjalanan pulang adikku berulang-ulang minta maaf atas perbuatannya di ruangan sauna… Aku hanya bisa berdiam merenungi diriku yang sudah tidak perawan lagi…
Kejadian itu adalah awal petualangan aku dan adikku, Karena dua hari setelah itu kembali kami besetubuh, bahkan lebih gila lagi.. kami bisa melakukannya sehari 3 sampai 5 kali seharisemalam.
Satahun sudah aku di tunggangi adikku sendiri sampai ada seorang kaya, kenalan bapakku melamarku, dan kami menikah. Untungnya suamiku tidak mempermasalahkan keperawananku.
Akhirnya aku di karunia seorang anak dari suamiku, bukan dari adikku.. karena aku selalu menjaga jangan sampai hamil bila bersetubuh dengan adikku. Sampai sekarang aku tidak bisa menghentikan perbuatanku dengan adikku, yang pertama adikku selalu meminta jatah, dilain pihak aku juga sangat ketagihan permainan seks.

Lihat Juga :  CERITA MESUM HOT Gairah Siswi Magang

Tamat

Cerita Bugil Sedarah Bersama Tanteku

$
0
0

Cerita Bugil Sedarah Bersama Tanteku – Merupakan cerita sedarah yang masih ada hubungan kekerabatan atau keluarga, dan perlu anda ingat bahwa cerita dewasa sedarah dengan tanteku ini berbeda dengan cerita panas tante atau pun Cerita dewasa tante yang lain-lainnya karena cerita sedarah ini sangat asik sekali, oke tanpa basa-basi lagi kita akan memulai memasuki babak cerita bugil sebagai berikut ini silahkan pilih aja:

Cerita bugil sedarah dengan tanteku ini bermula saat aku masih duduk dikelas 3 smu. Oh ya Namaku Bagus, umurku sekarang 26 tahun. Ada sebuah Cerita Dewasa Seks yang sampai saat ini masih saja terus kukenang dan selalu kuingat. yaitu sebuah kejadian cerita dewasa yang masih terus kuingat sampai saat ini. Saat sma aku dititipkan kepada seorang tanteku. Tanteku ini cantik dan tubuhnya mulus aduhai bikin semua pria yang liat pasti pengen segera berhubungan tubuh dengannya. Oke deh langsung aja pada inti cerita kali ini. Yuk kita simak aja gimana sih adegan seks sedarah yang saya lakukan dengan tanteku ini ?.Download vidio bokep disini Free

Tanteku namanya Luluk, dia ini seorang “Single parent” dengan tiga orang anak; dua perempuan dan satu laki-laki. Suaminya sudah meninggal karena kecelakaan mobil. Suaminya ini memang seorang pembalap lokal yang tidak terkenal namanya. Dengan tiga orang anak dan umurnya yang sudah 37 tahun, tanteku ini masih saja kelihatan seksi. Tubuhnya terawat, karena dengan kondisi keuangannya yang mapan, tanteku secara teratur senam. Hasilnya, walaupun dengan tiga orang anak,
tubuhnya tetap terawat dengan baik. Pantatnya besar dengan pinggul yang juga besar tapi pahanya selain putih dan mulus juga singset tanpa ada tumpukan lemak sedikitpun. Payudaranya lumayan besar, entah kira-kira berapa ukurannya akupun tidak tahu tapi yang jelas masih sekal tidak kendor layaknya seorang Ibu yang sudah melahirkan tiga orang anak.

Kejadiannya berawal pada saat yang tidak diduga sama sekali. Saat itu di rumah sedang tidak ada orang hanya ada tanteku yang sedang asyik memasak untuk hidangan makan siang, kebetulan hari itu jadwal mengajar tanteku hanya satu mata kuliah saja. Sepulang sekolah, aku menemukan tanteku didapur sedang asyik memasak. Dengan langkah gontai karena kecapekan, aku langsung menghampiri meja makan.

“Tante Luluk, belum siap yah makanannya?” tanyaku kelaparan.
“Belum gus, sabar yah. Ini lo si Marni (pembantu tanteku) pulang tadi pagi, jadinya ya gini nih repot sendiri” keluh tanteku
Di dahinya terlihat cucuran keringat, belum lagi tangannya yang belepotan dengan berbagai macam bumbu yang sedang diraciknya. Kelihatan sekali kalau tanteku tidak pernah kerja “Sekeras” ini. Walaupun begitu, entah kenapa terlihat sekali wajah tanteku semakin cantik. Saat itu dia hanya menggunakan daster pendek yang sebenarnya tidak ketat tapi karena bentuk pantat dan pinggulnya yang besar, daster itu jadi kelihatan agak ketat dan memetakan garis dari celana dalamnya kalau dia sedang membungkukkan badannya. “Ah, seksi sekali” pikirku kotor..Download vidio bokep disini Free

“Bagus bantuin ya Tante?” tawarku.
“Boleh Gus, sini!” ternyata tanteku tidak keberatan.
Tidak ada angin tidak ada hujan, belum sampai aku mendekat, entah karena apa tiba-tiba kran air di cucian piring copot dari pangkalnya. Otomatis air yang langsung dari tandon air yang penuh menyembur dengan derasnya mengenai tanteku yang kebetulan ada didepannya.
“Aduh Gus, tolong.., gimana ini?” tanteku dengan paniknya berusaha menutupi saluran air yang menyembur dengan tangannya.
Karena tubuh tanteku tidak terlalu tinggi, untuk mencapai saluran itu dia harus sedikit membungkuk. Terlihat sekali dasternya yang sudah basah kuyup itu sekali lagi memetakan pantatnya yang besar. Garis celana dalamnya kini terlihat lebih jelas.
Dengan tergesa-gesa, tanpa pikir-pikir lagi aku segera mendekat dan membantunya menutup saluran air itu dengan tanganku juga. Tanpa aku sadari ternyata posisi tubuhku saat itu seperti memeluk tubuhnya dari belakang. Bisa di bayangkan, tanpa sengaja juga kontolku mengenai belahan pantatnya yang sekal. Keadaan ini bertahan beberapa lama. Hingga menimbulkan sesuatu yang kotor dipikiranku.
“Aduh Gus gimana ini?” tanya tanteku tanpa bisa bergerak.
“Duh gimana ya Tante, aku juga bingung.” kataku mengulur waktu.
Saat itu, karena gesekan-gesekan yang berlebihan di kontolku, aku jadi tidak bisa menahan gairah untuk merasakan tubuhnya. Pelan-pelan aku melepas satu tanganku dari saluran air itu, pura-pura meraba-raba disekitar cucian piring, mencari sesuatu untuk menutup saluran air itu sementara. Tanpa sepengetahuannya aku justru melepas celanaku berikut juga celana dalamku. Memang agak susah tapi akhirnya aku berhasil dan dengan tetap pada posisi semula kini bagian bawahku sudah tidak tertutup apa-apa lagi.

“Wah, nggak ada yang bisa buat nutup Tante. Sebentar Bagus carikan dulu yah”
Kini niatku sudah tidak bisa ditahan lagi, pelan-pelan aku melepas peganganku di saluran air.
“Pegang dulu Tante” kataku sedikit terengah menahan gairah.
“Yah, gih sana cepetan, Tante sudah pegal nih” sungut tanteku.
Kemudian tanpa pikir panjang, secepat kilat aku menyingkap dasternya, kemudian secepat kilat juga berusaha untuk melorotkan celana dalamnya yang entah warnanya apa, karena sudah basah kuyup oleh air, warna aslinya jadi tersamar.
“Ehh.. apa-apan ini Gus, jangan gitu dong!?” tanpa sadar tanteku melepas pegangannya disaluran air untuk menahan tanganku yang masih berusaha melepaskan celana dalamnya. Air menyembur lagi.

“Auhh.. ohh” suara tanteku jadi tidak jelas karena mulutnya kemasukan air. Tanpa sadar juga tanteku berusaha untuk menutup saluran air dengan tangannya lagi, otomatis tanganku sudah tidak ada yang menahan lagi.
“Kesempatan” pikirku, dengan satu sentakan celana dalam tanteku melorot sampai diujung kakinya.
“Auwch.. duh Gus jangan, aku ini tantemu, jangann..” Mohon tanteku.
Kepalang tanggung, aku langsung jongkok. Aku lalu menyibak pantatnya yang besar dan mencari liang senggamanya. Kudekatkan kepalaku, kujulurkan lidahku untuk mencapai vaginanya.
“Auwchh.. Gus.. ahh..” jilatan pertamaku ternyata membuatnya bergetar tanpa bisa beranjak dari tempat semula, kalau bergerak air pasti akan menyembur lagi.

Lidahku semakin leluasa merasakan aroma dari vaginanya, semakin kedalam membuat tanteku bergetar hebat. Entah kenapa sudah tidak ada lagi bahasa tubuhnya yang menunjukkan penolakan, yang ada kepalanya semakin menggeleng-geleng tidak keruan. Kecari klitorisnya, memang agak sulit, setelah dapat kuhisap habis, dua jariku juga ikut menusuk liang vaginanya. Tidak terkira jumlah lendir yang keluar, tak lama kemudian, terasa pantatnya bergetar hebat.

“Ahh..hh Gusss.. ahh aouhh..” dengan erangan keras, rupanya tanteku sudah mencapai orgasme. Tubuhnya langsung lunglai tapi tanpa melepas pengangannya dari saluran air.
“Aduh aku belum apa-apa” pikirku..
Langsung aku berdiri, kusiapkan senjataku yang sudah mengacung dengan keras. Dengan dua tanganku aku coba menyibakkan kedua belahan pantatnya sambil kudekatkan kontolku kevaginanya. Kudorongkan sedikit demi sedikit. Begitu sudah betul-betul tepat dimulut liang kenikmatannya, tanpa ba-bi-bu langsung kulesakkan dengan kasar.

“Ahh sakit Gus.. pelan.. auh” kepala tanteku langsung melonjak keatas, tanpa sengaja pegangannya di saluran air terlepas. Air menyembur dengan deras. Kepalang basah, begitu mungkin pikir tanteku karena selanjutnya dia hanya berpegangan dipinggiran cucian piring. Sudah tidak ada penolakan pikirku.

Kudiamkan sebentar kontolku yang sudah masuk hingga pangkalnya didalam vagina tanteku, ku nikmati benar-benar bagaimana ternyata vagina yang sudah mengeluarkan tiga orang manusia ini masih saja nikmat menggigit. Sensasi yang sangat luar biasa sekali. Pelan-pelan kutarik, kemudian kudorong lagi.Download vidio bokep disini Free

“Oohh.. Guss enak, terus sayang..yang cepat aouhh.. ahh.. terus sayang” pantatnya bergoyang melawan arah dari kocokanku.
“Nah gitu Gus, ouhh.. ya gitu teruuss..” Pinta tanteku.
Aku terus mengocokkan kontolku dengan cepat. Sebentar kemudian tubuhnya mulai bergetar hebat.
“Yang cepat Gus, Tante sudah mau keluar lagi.. ouhh.. terus” kepalanya semakin menggeleng-geleng tidak karuan.
“Cepatt.. cepatt truss.. ouchh.. Tante kelluaarr.. aghh” Orgasmenya telah sampai dibarengi dengan kepalanya yang melonjak naik, tangannya mencengkeram pinggiran cucian piring dengan erat.
“Cabut dulu Guss.. Tante linuu..” pinta tanteku, karena merasakan aku yang masih mengocoknya dari belakang.
“Akan Bagus cabut, tapi janji nanti diteruskan ya Tante?” kataku.
“Iya, tapi sekarang dari depan aja yah” janji tanteku.

Tubuhnya kemudian berbalik. Wajahnya sudah awut-awutan dan basah kuyup. Kemudian dia duduk diatas cucian piring sambil menghadapku. Aku mendekat, langsung kucari bibirnya dan kemudian kami berpagutan lama. Sambil kami berciuman, satu tangannya membimbing kontolku kearah liang vaginanya. Tanpa disuruh dua kali kudorongkan pantatku dibarengi dengan masuknya juga kontolku.

“Ahh.. oohh..” erang tanteku, ciuman kami terlepas.
“Kocokkan yang cepat Guss..” pinta tanteku sambil pahanya semakin dilebarkan.
“Begini Tante..” Kataku sambil mengocokkan kontolku dengan cepat.
“Gila kamu Guss.. kuaatt sekalii kamuu..” sambil satu tangannya menarik satu tanganku, kemudian ditaruhnya di bagian atas vaginanya. Aku tahu mau maksudnya.
“Yahh yang ituu.. teruss Guss… ohh enakk.. Gus teeruss..” rintih tanteku ketika sambil kontolku mengocok vaginanya tanganku juga memelintir klitorisnya.
“Ohh Guss, Tante hampir sampai..” tubuhnya mulai bergetar agak keras.
“Aku juga hampir sampai Tante.. ohh punya Tante eenakk..” aku mulai tidak bisa mengendalikan lagi, orgasmeku tinggal sebentar lagi.
“Dikeluarin dimana Tante?” tanyaku minta ijin.
“Udah nggak usah mikirin itu, ayoo teruss.. didalemm jugaa nggakk Papa”
“Ayoo..Tante udah diujung nihh Guss..”
“Ouhh.. enakk.. cepatt Guss.. yangg cepatt” rintih tanteku..Download vidio bokep disini Free

“Goyang Tante, kita barengan ajaa.. oghh” orgasmeku sudah diujung.
Semakin kupercepat kocokanku, tanteku juga mengimbangi dengan menggoyang pantatnya. Sambil berpegangan pada belakang pantatnya, kukeluarkan air maniku.
“Aku keluarr tantee.. aughh..” sambil kubenamkan dalam-dalam.
“Tante juga Guss.. oughh akhh.. gilaa.. uenakknya..” erangnya sambil jemarinya mencengkeram bahuku.
Akhirnya kami berdua terkulai lemas. Kudiamkan dulu kontolku yang masih ada didalam vaginanya. Kulirik ada sedikit lelehan air mani yang keluar dari vaginanya. Seperti tersadar dari dosa, tanteku mendorong badanku.
“Kamu nakal Gus, berani sekali kamu berbuat ini” sungut tanteku.
“Tapi Tante juga menikmatinya kan?” belaku.
Tanpa berkata apa-apa, dia kemudian turun, meraih celana dalamnya kemudian berlalu kekamar mandi. Aku berusaha mengejarnya tapi dia sudah lebih dulu masuk kamar mandi kemudian menguncinya.
“Tante air di tandon tadi sudah habis loh” candaku dari luar kamar mandi tapi tidak ada balasan dari dalam.

Nah itulah cerita dewasa atau cerita panas sedarah dengan tanteku, dan cerita ini memang aku tuliskan untuk anda para penikmat cerita panas dan cerita dewasa panas.

Lihat Juga :  Cerita Bugil dengan Tetangga Montok Bahenol

Tamat

Viewing all 256 articles
Browse latest View live